Anda di halaman 1dari 13

RESUME SKENARIO 2

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan definisi dari Diabetes Mellitus


dan Ulkus Diebetes
Jawab :
a. Penyakit Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik yang
dinyatakan dengan adanya konsentrasi gula darah tinggi dalam darah
(hiperglikemia), diakibatkan karena defisiensi insulin relatif maupun absolute
(Putri dan Larasati, 2016).
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh
ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi hormon insulin atau karena
penggunaan yang tidak efektif dari produksi insulin (Putra, 2017).
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Medicinus, 2014).
b. Infeksi kaki diabetik, yang didefinisikan sebagai jaringan lunak atau infeksi
tulang di bawah malleoli, adalah komplikasi yang paling umum dari diabetes
mellitus yang mengarah ke rawat inap dan penyebab paling sering dari
amputasi ekstremitas bawah nontraumatik. Infeksi kaki diabetik didiagnosis
secara klinis berdasarkan adanya setidaknya dua temuan klasik peradangan
atau purulensi (Gemechu, 2013)
Kesimpulan : Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit metabolic dan kronis
dimana kadar glukosa dalam darah tinggi (hiperglikemia) akibat kelainan
sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Sedangkan Ulkus diabetes adalah
infeksi kaki diabetik pada malleoli di kaki dimana terjadi peradangan dan
purulensi.
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan etiologi dari Diabetes Mellitus
dan Ulkus Diebetes
Jawab :
a. Penyebab DM
 Diabetes mellitus disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk
memproduksi hormon insulin atau karena penggunaan yang tidak efektif
dari produksi insulin. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar glukosa
darah (Putra, 2017).
 Berdasarkan sebab yang mendasari kemunculannya, DM dibagi menjadi
beberapa golongan, yaitu:
a) Diabetes Melitus Tipe 1
DM tipe 1 disebabkan oleh penghancuran sel pulau pankreas.
Biasanya mengenai anak-anak dan remaja sehingga DM ini disebut
juvenile diabetes (diabetes usia muda), namun saat ini DM ini juga
dapat terjadi pada orang dewasa. Faktor penyebab DM tipe 1 adalah
infeksi virus dan reaksi auto-imun (rusaknya system kekebalan tubuh)
yang merusak sel-sel penghasil insulin, yaitu sel β pada pankreas,
secara menyeluruh. Oleh karena itu, pada tipe ini pankreas sama
sekali tidak dapat menghasilkan insulin.
b) Diabetes Melitus Tipe 2
DM tipe 2 disebabkan oleh kombinasi resistensi insulin dan disfungsi
sekresi insulin sel β. Diabetes tipe 2 biasanya disebut diabetes life
style karena selain faktor keturunan, juga disebabkan oleh gaya hidup
yang tidak sehat.
c) Diabetes Tipe Khusus
DM tipe khusus disebabkan oleh suatu kondisi seperti endokrinopati,
penyakit eksokrin pankreas, sindrom genetic, induksi obat atau zat
kimia, infeksi, dan lain-lain.
d) Diabetes Gestasional
Diabetes gestasional adalah Diabetes yang terjadi pertama kali saat
hamil atau diabetes yang hanya muncul pada saat
kehamilan.Biasanya diabetes ini muncul pada minggu ke-24 (bulan
keenam).Diabetes ini biasanya menghilang sesudah melahirkan
(Simatupang, 2017).
b. Ulkus Diabetes Faktor utama yang mempengaruhi terbentuknya kaki diabetik
merupakan kombinasi neuropati otonom dan neuropati somatik, insufisiensi
vaskuler, serta infeksi (Muhartono dan Sari, 2017).
Kesimpulan : Secara umum diabetes mellitus disebabkan oleh
ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi hormon insulin atau produksi
insulin yang tidak efektif. Berdasarkan tipenta yaitu tipe 1 disebabkan oleh
penghancuran sel-sel penghasil insulin, yaitu sel β pada pankreas, tipe 2
disebabkan oleh kombinasi resistensi insulin dan disfungsi sekresi insulin sel
β, gestasional yaitu diabetes yang hanya muncul pada saat kehamilan, dan
diabetes tipe lain disebabkan oleh suatu kondisi seperti endokrinopati,
penyakit eksokrin pankreas, sindrom genetic. Sedangkan penyebab ulkus
diabetes yaitu neuropati otonom dan neuropati somatik, insufisiensi vaskuler,
serta infeksi.
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tipe-tipe Diabetes Mellitus
a. Diabetes Melitus Tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus/IDDM
DM tipe 1 terjadi karena adanya destruksi sel beta pankreas karena sebab
autoimun. Pada DM tipe ini terdapat sedikit atau tidak sama sekali sekresi insulin
dapat ditentukan dengan level protein c-peptida yang jumlahnya sedikit atau
tidak terdeteksi sama sekali. Manifestasi klinik pertama dari penyakit ini adalah
ketoasidosis.
b. Diabetes Melitus Tipe 2 atau Insulin Non-dependent Diabetes Mellitus/NIDDM
Pada penderita DM tipe ini terjadi hiperinsulinemia tetapi insulin tidak bisa
membawa glukosa masuk ke dalam jaringan karena terjadi resistensi insulin
yang merupakan turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan
glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati.
Oleh karena terjadinya resistensi insulin (reseptor insulin sudah tidak aktif karena
dianggap kadarnya masih tinggi dalam darah) akan mengakibatkan defisiensi
relatif insulin. Hal tersebut dapat mengakibatkan berkurangnya sekresi insulin
pada adanya glukosa bersama bahan sekresi insulin lain sehingga sel beta
pankreas akan mengalami desensitisasi terhadap adanya glukosa. Onset DM
tipe ini terjadi perlahan-lahan karena itu gejalanya asimtomatik. Adanya
resistensi yang terjadi perlahan-lahan akan mengakibatkan sensitivitas reseptor
akan glukosa berkurang. DM tipe ini sering terdiagnosis setelah terjadi
komplikasi.
c. Diabetes Melitus Tipe Lain
DM tipe ini terjadi karena etiologi lain, misalnya pada defek genetik fungsi sel
beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, penyakit metabolik
endokrin lain, iatrogenik, infeksi virus, penyakit autoimun dan kelainan genetik
lain.
d. Diabetes Melitus Gestasional
DM tipe ini terjadi selama masa kehamilan, dimana intoleransi glukosa
didapati pertama kali pada masa kehamilan, biasanya pada trimester kedua dan
ketiga. DM gestasional berhubungan dengan meningkatnya komplikasi perinatal.
Penderita DM gestasional memiliki risiko lebih besar untuk menderita DM yang
menetap dalam jangka waktu 5-10 tahun setelah melahirkan
(Medicinus, 2014).
Kesimpulan :
Diabetes Melitus tipe 1 yaitu destruksi sel beta pankreas karena sebab autoimun
Diabetes Melitus tipe 2 terjadi resistensi insulin yang merupakan turunnya
kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer
dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati.
Diabetes tipe lain terjadi karena adanya penyebab kain seperti penyakit
metabolik endokrin lain, iatrogenik, infeksi virus.
Diabetes gestasional terjadi selama masa kehamilan biasanya pada trimester
kedua dan ketiga. DM gestasional berhubungan dengan meningkatnya
komplikasi perinatal.
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan patofisiologi dan manifestasi klinik
Diabetes Mellitus
Jawab :
Berdasarkan jurnal Simatupang, 2017
Patofisiologi DM dapat dikaitkan dengan satu dari tiga efek utama kekurangan
insulin. Pada DM tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin
karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun-DM tipe 1.
Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati.
Glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun
tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah
makan), jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar; akibatnya, glukosa
tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan
diekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan
elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Kehilangan
cairan yang berlebihan menyebabkan pasien akan mengalami peningkatan dalam
berkemih (poliuria) dan peningkatan rasa haus (polidipsia). Defisiensi insulin juga
mengganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat
badan. Jika terjadi defisiensi insulin, protein yang berlebihan di dalam sirkulasi
darah tidak dapat disimpan dalam jaringan. Semua aspek metabolisme lemak
sangat meningkat bila tidak ada insulin. Normalnya ini terjadi antara waktu makan
sewaktu sekresi insulin minimum, tetapi metabolisme lemak meningkat hebat pada
DM sewaktu sekresi insulin hampir nol. Peningkatan jumlah insulin yang
disekresikan oleh sel beta pankreas diperlukan untuk mengatasi resistensi insulin
dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah. Pada penderita toleransi
glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan, dan
kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit
meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi
peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan
terjadi Diabetes Tipe II.
a. Manifestasi klinik
Berdasarkan jurnal Simatupang, 2017 gejala adalah hal-hal yang dirasakan dan
dikeluhkan oleh penderita, sedangkan tanda-tanda berarti keadaan yang dapat
dilihat dari pemeriksaan badan. Ada bermacam-macam gejala DM, yaitu:
 Sering buang air kecil dengan volume yang banyak, yaitu lebih sering dari pada
biasanya, apalagi pada malam hari (poliuri).
 Sering merasa haus dan ingin minum sebanyak-banyaknya (polidipsi).
 Nafsu makan meningkat (polifagi) dan merasa kurang tenaga.
 Berat badan turun dan menjadi kurus.
 Gejala lain. gejala lain yang dapat timbul yang umumnya ditunjukkan karena
komplikasi adalah kaki kesemutan, gatal-gatal, atau luka yang tidak kunjung
sembuh, pada wanita kadang disertai gatal di daerah selangkangan (pruritus
vulva) dan pada pria ujung penis terasa sakit (balanitis).
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan terapi yang cocok untuk ulkus
diabetic berdasarkan usia, karakteristik obat dan parameter patologis pasien
Jawab:
Produk antibakteri topikal sering digunakan bersamaan dengan dressing, karena
kolonisasi bakteri dari DFU adalah umum dan dapat merusak penyembuhan luka.
Metronidazole, Neomycin, Gentamycin, Mupirocin dan perak-diresapi dressing
adalah contoh produk antimikroba topikal yang digunakan untuk mengobati,
mencegah, atau mengendalikan infeksi dalam pengobatan DFU. Lokasi luka,
permukaan luka dan kulit luka peri, jumlah eksudat, dan kompatibilitas dengan
terapi lain seperti alat-alat off-loading harus dipertimbangkan ketika menentukan
saus yang akan digunakan. Telah terbukti bahwa mempertahankan lingkungan luka
lembab meningkatkan penyembuhan luka kronis dengan menginduksi proliferasi
keratinosit dan fibroblast dan meningkatkan sintesis kolagen. (Mathias dkk, 2017).
Sedangkan pada infeksi berat biasanya karena infeksi polimikroba, seperti
Staphylococus sp, Streptococus sp, Enterobacteriaceae, Pseudomonas,
Enterococus dan bakteri anaerob misalnya Bacteriodes, Peptococus,
Peptostreptococus. Pada infeksi berat harus dirawat dirumah sakit, dengan
pemberian antibiotika yang mencakup gram posistif dan gram negatif, serta aerobik
dan anaerobik. Pilihan antibiotika intravena untuk infeksi berat meliputi imipenem-
cilastatin, Blactam B-lactamase (ampisilin-sulbactam dan piperacilin-tazobactam)
dan cephalosporin spektrum luas. Apabila hasil kultur belum ada, maka yang
dilakukan di lapangan adalah pemberian antibiotik triple blind therapy yang terdiri
atas Ceftriaxone, Ciprofloxacin, dan Metronidazole. Kombinasi ini dimaksudkan
sebagai antibiotik spektrum luas, yang dapat mencegah berkembangnya bakteri
gram positif, gram negatif, maupun bakteri anaerob. Terapi ini bersifat agresif sebab
pada penderita kaki diabetik terdapat vaskulopati dan hiperglikemi yang merupakan
lingkungan kondusif bagi bakteri untuk berkembang biak dan memperlambat
sembuhnya luka (Muhartono dan Sari, 2017).
6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengobatan non farmakologi
Ulkus Diebetes
Berdasarkan jurnal Mathias dkk, 2017 Manajemen ulkus Diabetes saat ini
termasuk penilaian luka awal, pemulihan aliran darah sesuai kebutuhan, identifikasi
dan pengobatan infeksi, pembersihan dan debridemen jaringan yang telah
dihaluskan, pemilihan pakaian, strategi mengurangi tekanan, dan kontrol diabetes.
Debridemen sangat penting untuk penyembuhan. Standar paling bagus adalah
metode "sharp", yang melibatkan penghapusan kalus, nekrotik, jaringan yang tidak
dapat bertahan dan / atau terinfeksi oleh pisau bedah, gunting dan / atau forceps,
sehingga memperlihatkan tempat tidur ulkus perdarahan yang sehat sekaligus
memperbaiki drainase.
7. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengobatan farmakologi dan non
farmakologi Diebetes Mellitus
Jawab :
TERAPI NONFARMAKOLOGIK
 Terapi nutrisi medis direkomendasikan untuk semua pasien. Untuk DM tipe 1,
fokusnya adalah secara fisiologis mengatur administrasi insulin dengan diet
seimbang untuk mencapai dan mempertahankan berat badan yang sehat.
Rencana makan harus moderat dalam karbohidrat dan rendah lemak jenuh,
dengan fokus pada makanan seimbang. Pasien dengan DM tipe 2 sering
membutuhkan pembatasan kalori untuk meningkatkan penurunan berat badan.
 Latihan aerobik dapat meningkatkan sensitivitas insulin dan kontrol glikemik dan
dapat mengurangi faktor risiko kardiovaskular, berkontribusi terhadap penurunan
berat badan atau pemeliharaan, dan meningkatkan kesejahteraan.
TERAPI FARMAKOLOGIK
 Insulin
a) Insulin Reguler memiliki onset yang relatif lambat ketika diberikan secara
subkutan (SC), membutuhkan injeksi 30 menit sebelum makan untuk
mencapai kontrol glukosa postprandial yang optimal dan mencegah
hipoglikemia pasca-makan yang tertunda.
b) Lispro, aspart, dan insulin glulisine adalah analog yang lebih cepat diserap,
mencapai puncak lebih cepat, dan memiliki durasi kerja yang lebih pendek
daripada insulin biasa.
c) Neutral protamine Hagedorn (NPH) adalah acting sedang. Variabilitas dalam
penyerapan, persiapan yang tidak konsisten oleh pasien, dan perbedaan
farmakokinetik yang melekat dapat berkontribusi pada respon glukosa labil,
hipoglikemia nokturnal, dan hiperglikemia puasa.
d) Glargine dan detemir adalah analog insulin manusia "tanpa puncak" yang
beraksi panjang yang menghasilkan lebih sedikit hipoglikemia nokturnal
daripada NPH insulin ketika diberikan pada waktu tidur.
 Agonis Glukagon-Like Peptida 1 (GLP-1)
a) Exenatide (Byetta, Bydureon) meningkatkan sekresi insulin dan mengurangi
produksi glukosa hati.
b) Liraglutide (Victoza) memiliki efek farmakologis dan efek samping yang mirip
dengan exenatide.
 Amylinomimetic
Pramlintide (Symlin) menekan sekresi glukagon postprandial yang tidak tepat,
menurunkan kunjungan glukosa prandial, meningkatkan rasa kenyang, dan
memperlambat pengosongan lambung.
 Sulfonilurea
Sulfonylureas mengerahkan aksi hipoglikemik dengan merangsang sekresi
insulin pankreas.
 Biguanides
Metformin meningkatkan sensitivitas insulin jaringan hepar dan perifer (otot),
memungkinkan peningkatan ambilan glukosa.
 Thiazolidinediones (Glitazones)
Agen-agen ini meningkatkan sensitivitas insulin dalam otot, hati, dan jaringan
lemak secara tidak langsung. Insulin harus hadir dalam jumlah yang signifikan.
 Inhibitor α-Glucosidase
Agen-agen ini mencegah pemecahan sukrosa dan karbohidrat kompleks di usus
kecil, memperpanjang penyerapan karbohidrat.
 Dipeptidyl Peptidase-4 (DPP-4) Inhibitor
Penghambat DPP-4 secara parsial mengurangi glukagon yang meningkat secara
tidak tepat secara postprandial dan menstimulasi sekresi insulin tergantung
glukosa.
(pharmacotherapy Handbook, 2015)
8. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan monitoring terapi obat dan
konseling
Monitoring berdasarkan Konsensus, 2015 :
 Pemeriksaan gula darah yang rutin untuk mengetahui apakah sasaran terapi
telah tercapai
 Pemeriksaan dan pemantauan HbA1c untuk mengetahui terapi dan perubahan
terapi
 Penyesuaian sulfonilurea yang teliti dan dosis insulin, dan mendidik pasien,
keluarga dan staf perawatan mereka dalam mengatasi keterampilan untuk
hipoglikemia dan hari-hari sakit.
Konseling
 Konseling dapat berupa Memberi pengetahuan pasien penyandang diabetes
untuk mengerti perjalanan alami penyakitnya dan pengelolaannya, mengenali
masalah kesehatan/ komplikasi yang mungkin timbul secara dini/ saat masih
reversible, ketaatan perilaku pemantauan dan pengelolaan penyakit secara
mandiri, dan perubahan perilaku/kebiasaan kesehatan yang diperlukan.
 Edukasi pada penyandang diabetes meliputi pemantauan glukosa mandiri,
perawatan kaki, ketaatan pengunaan obat-obatan, meningkatkan aktifitas fisik,
dan mengurangi asupan kalori dan diet tinggi lemak.
9. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mekanisme kerja, efek samping,
aturan pakai,dosis cara pakai, kontraindikasi dan interaksi obat terhadap pasien
Jawab
 Insulin
a) Dosis dan aturan pakai : 0,5 unit/KgBB 30 menit sebelum makan atau
tergantung individual dosis.
b) Hipoglikemia
c) Efek samping : Hipoglikemia, reaksi alergi dan resistensi, lipoartrofi dan
lipohipertrofi
d) Mekanisme kerja : Insulin mempercepat masuknya glukosa ke sel otot rangka
dan adiposa. Insulin masuk ke reseptor α diluar sel kumudian ke reseptor ß
didalam sel. Selanjutnya merangsang fosforilase intrasel yang kompleks,
berakhir dengan pembentukan transporter glukosa. Kemudian di translokasi
ke dinding sel, glukosa plasma masuk ke sel melalui GLUT4. Dalam sel,
digunakan untuk metabolisme atau disimpan sebagai glikogen atau
trigliserida.
e) Interaksi obat: Interaksi dengan obat lain : Obat hipoglikemik oral MAOI,
alkohol dan inhibitor ACE, salisilat, steroid anabolik dan sulfonamida dapat
menurunkan kebutuhan akan insulin. Kontrasepsi oral, tiazid, glukokortikoid,
hormon tiroid, dan danazole dapat meningkatkan kebutuhan insulin.
 Metformin
a) Dosis terpeutik metformin dan aturan pakai : 500mg-3000mg, 2-3 kali sehari
b) Indikasi :Terapi DM tipe II : monoterapi atau kombinasi dengan antidiabetik
oral lain. DM tipe I dan tipe II kombinasi dengan insulin
c) kontraindikasi : Tidak boleh diberikan pada penderita dengan penyakit hati
berat, penyakit ginjal dengan uremia dan penyakit jantung kongestif.
d) efek samping : Gangguan sistem pencernaan, rasa seperti logam.
e) Mekanisme kerja : Metformin merangsang glikolisis anaerob dan anaerobiosis
tersebut mungkin sekali berakibat lebih banyaknya glukosa memasukki sel
otot.
f) Interaksi obat : Sulfonil urea, insulin, beta bloker, ACE inhibitor, alcohol
Interaksi dengan makanan : Makanan dapat menurunkan absorpsi dan
memperpanjang waktu absorpsi metformin.
 Glimepirid
a) Indikasi :Diabetes Melitus Tipe II yang tidak dapat dikendalikan hanya dengan
diet dan olahraga
b) Dosis dan aturan pakai : Dosis rendah dapat diberikan 1 kali sehari, sebelum
atau bersama sarapan, dosis tinggi diberikan dalam dosis terbagi Glimepirid
dapat diberikan bersama metformin atau insulin. Dosis awal 1-2 mg sekali
sehari, pada saat sarapan pagi. Bagi penderita yang lebih sensitif dosis
dimulai dengan 1 mg sekali sehari. Sesuai dengan respon pasien, dosis dapat
ditingkatkan sampai 4 mg sekali sehari. Dosis maksimum yang dianjurkan 8
mg per hari Menaikkan dosis setelah 2 mg per hari harus dilakukan secara
bertahap, tidak boleh lebih dari 2 mg per interval waktu 1-2 minggu.
c) Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap glimepirid atau senyawa OHO golongan
sulfonilurea lainnya, Gangguan fungsi hati dan ginjal yang cukup berat,
Ketoasidosis atau riwayat ketoasidosis, Diabetik pra koma atau koma,
Kehamilan, Menyusui.
d) Efek samping : Efek samping utama yang harus diwaspadai adalah
hipoglikemia, golongan sulfonilurea cenderung meningkatkan berat badan.
e) Mekanisme kerja : Berdasarkan farmakodinamik : glimepirid merupakan derifat
sulfonilurea dengan mekanisme kerja merangsang sekresi insulin di pankreas
dan menghambat penghancuran insulin oleh hati. Berdasarkan farmakokinetik:
absorpsi derivat sulfonilurea melalui usus baik, sehingga dapat diberikan per
oral setelah diabsopsi obat ini tersebar keseluruh cairan ekstrasel dalam
plasma sebagian terikat pada proteinplasma terutama albumin.
f) Interaksi obat : Obat yang dapat meningkatkan resiko hipoglikemia sewaktu
pemberian sulfonilurea ialah insulin, alkohol, fenformin, sulfonamid, salisilat
dosis besar, fenilbutazon, oksifenbutazon, probenesid, dikumarol,
kloramfenikol, penghambat MAO, guanetidin, anabolik steroid, fenfluramin dan
klofibrat.
interaksi dengan makanan : -
(PIO, 2013)
10. Mahasiswa mampu menginterpretasikan pemeriksaan laboratorium dan TTV pasien
Jawab

Bukan DM Belum Pasti DM DM

Plasma vena <100 100-199 ≥ 200


Kadar glukosa darah sewaktu
Darah kapiler <90 90-199 ≥ 200
(mg/dL)
Plasma vena <100 100-125 ≥ 126
Kadar glukosa darah sewaktu
Darah kapiler <90 90-99 ≥ 100
(mg/dL)
HbA1c Normal : < 5,7 ≥ 6,5
Prediabetes : 5,7-6,4
(Konsensus, 2015)

 Pemeriksaan Fisik
Disarankan tekanan darah harus selalu dikontrol secara lebih ketat pada
penderita diabetes. Untuk penderita diabetes, Tekanan darah sistol harus selalu
dibawah 130 mmHg dan Tekanan darah diastole dibawah 80 mmHg (widodo,
2014).

Kesimpulan

Berdasarkan tabel diatas pasien dikatan menderita Penyakit Diabetes Mellitus


apabila Kadar Glukosa Darah Sewaktu (GDS) berada diatas 200 mg/dL, Kadar
Glukosa Darah Puasa (GDP) berada diatas 126 mg/dL, dan HbA1c berada diatas
6,5 %. Sedangkan untuk pemeriksaan Tekanan darah pada scenario, TD pasien
sudah normal karena pada pasien TB, TD harus selalu dibawah 130/80 mmHg.

11. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan interaksi obat dengan obat herbal
yang digunakan pasien
Jawab :
Telah diemukan bahwa interaksi obat antidiabetes dan herbal dapat
menghasilkan efek antagonis atau peningkatan. Peningkatan penurunan glukosa
memiliki kemungkinan menyebabkan hipoglikemia, sehingga pemantauan efek
yang berpotensi merugikan diperlukan dan oleh karena itu disarankan agar
penderita diabetes memonitor kadar glukosa darah mereka ketika menggabungkan
dua senyawa. Meskipun sebagian besar bukti yang tersedia menunjukkan bahwa
obat-obatan herbal adalah laporan satu kasus yang relatif aman menunjukkan
bahwa pasien dengan DMT2 yang diobati dengan kombinasi Metformin dan
Repaglinide mengalami hipoglikemia [93], menunjukkan bahwa pasien dan dokter
harus benar-benar waspada terhadap hal ini. kemungkinan. Penelitian lebih lanjut
diperlukan untuk memeriksa potensi hipoglikemia pada pasien yang meresepkan
obat antidiabetik secara bersamaan. Pertimbangan ini menunjukkan bahwa kehati-
hatian harus selalu dilakukan ketika obat-obatan herbal dikombinasikan dengan
obat-obatan farmasi, terutama pada pasien lanjut usia atau pasien dengan penyakit
kronis karena fungsi tubuh mereka yang dikompromikan (Gupta, 2017).

Anda mungkin juga menyukai