Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH FISIKA BUMI ANTARIKSA

PERISTIWA YANG TERJADI DI ATMOSFER

OLEH :

OLEH :
1) Agus Solihudin
2) AndaLusia
3) Diki Novrizon
4) Eko Budianto
5) Eti Zahara
6) Faniza
7) Nopita Sari
8) Zainal Hartoyo
Dosen Pembimbing : Andik Purwanto, M,Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2009
KATA PENGANTAR

Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur atas berkat rahmat Tuhan
YME, yang masih memberikan kesehatan jasmani dan rohani kepada kita semua. Sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah Fisika Bumi dan Antariksa tepat pada waktunya dan tanpa
kendala yang menyulitkan dalam pembuatan makalah ini.
Pembuatan makalah ini ditujukan untuk memenuhi lanjutan tugas Fisika Bumi dan
Antariksa,yang telah ditugaskan saat mata kuliah ini. Adapun topik yang diambil adalah
Peristiwa-peristiwa yang terjadi di Atmosfer Bumi.
Dalam makalah ini sedikit banyak telah kami coba untuk menjelaskan selengkap-
lengkapnya, agar siapapun nantinya yang akan menggunakan makalah ini dapat terbantu
dalam mencari informasi tentang topik yang telah diangkat dalam makalah ini.
Bagaimanapun kami berusaha semaksimal mungkin untuk tidak melakukan kesalahan
dalam pembuatan makalah ini, kami sangat menyadari kalau kami adalah manusia biasa yang
takan perna luput dari kesalahan dan memang didunia ini tidak ada manusia yang sempurna.
Kesempunaan adalah milik Tuhan YME, untuk itulah kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang dapat membangun dari pembaca makalah ini.
Tidak lupa pula kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan dan ambil andil dalam pembuatan makalah ini.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan selaku pembuat makalah peristiwa-peristiwa
yang terjadi diatmosfer bumi ini. Kami Cuma berharap mudah-mudahan makalah yang kami
buat ini nantinya tidak hanya dapat digunakan oleh beberapa orang saja tetapi dapat juga
digunakan oleh semua orang.
Bengkulu, 2 Mei 2009

Hormat kami,

Penulis
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Ada beberapa alasan mengapa kami mengangkat masalah”peristwa yang terjadi di
atmosfer bumi” yaitu :
Kelompok kami memang awalnya merasa tertantang dengan topic ini karena topic ini
sangat menarik untuk dibahas dan di bicarakan, topik ini sangat berpengaruh dalamkehidupan
sehari-hari yang dialami olrh manusia baik terjadinya itu disadari atau tidak disadari tetapi,
pada kenyataanya peristiwa tersebut pasti terjadi dan tidak ada seorang pun yang dapat
menghentikan siklus terjadinya peristiwa tersebut, seperti : siapa yang bias menjelaskan
tentang terjadinya topan hurican
Mengapa bisa terjadi
Topan Hurican Debu Berlian

Mengapa langit berwarna biru,???? Pijar ekor di pegunungan


slovenia

Dan ternyata semua itu hanya bias dijelaskan pada topic ini, itulah alasan yang
mendasar yang menjadi pedoman kami dalam memilih dan membuat makalah ini.
Sedangkan alasan lainnya adalah karena di ruang kampus memang Atelah disepakati
tentang setiap topic yang akan dibahas.
RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang diangkat dalam makalah ini adalah :
1). Apa itu Atmosfer ?
2). Apa saja lapisan yang ada di Atmofer Bumi?
3). Apa sajakah Fenomena alam yang terjadi di Atmosfer Bumi?
4). Bagaimana terjadinya Fenomena Alam tersebut?
5). Apa saja informasi yang telah diperoleh oleh ilmuan tentang
Fenomena Alam yang terjadi di Atmosfer Bumi tersebut?
6). Apa pengaruhnya fenomena alam yang terjadi di Atmosfer
Bumi dengan kehidupan Manusia ?
7). Bagaimana proses terjadinya Cuaca dan Iklim ?

TUJUAN
Adapun tujuan yang tersirat dalam pembuatan makalah ini adalah :
1). Untuk memenuhi tugas Fisika Bumi dan Antariksa
2). Dalam makalah ini sedikit banyak telah kami coba untuk menjelaskan selengkap-
lengkapnya, agar siapapun nantinya yang akan menggunakan makalah ini dapat
terbantu dalam mencari informasi tentang topik yang telah diangkat dalam makalah
ini.
3). Kami membuat makalah ini agar suatu saat nanti makalah ini dapat bermanfaat
bukan hanya untuk beberapa orang tapi untuk semua orang.
A.PENGERTIAN ATMOSFER

Atmosfer adalah lapisan gas yang melingkupi sebuah planet, termasuk bumi, dari
permukaan planet tersebut sampai jauh di luar angkasa. Di bumi, atmosfer terdapat dari
ketinggian 0 km di atas permukaan tanah, sampai dengan sekitar 560 km dari atas permukaan
bumi. Atmosfer tersusun atas beberapa lapisan, yang dinamai menurut fenomena yang terjadi
di lapisan tersebut. Transisi antara lapisan yang satu dengan yang lain berlangsung bertahap.
Studi tentang atmosfer mula-mula dilakukan untuk memecahkan masalah cuaca, fenomena
pembiasan sinar matahari saat terbit dan tenggelam, serta kelap-kelipnya bintang. Dengan
peralatan yang sensitif yang dipasang di wahana luar angkasa, kita dapat memperoleh
pemahaman yang lebih baik tentang atmosfer berikut fenomena-fenomena yang terjadi di
dalamnya.

Atmosfer Bumi terdiri atas nitrogen (78.17%) dan oksigen (20.97%), dengan sedikit
argon (0.9%), karbondioksida (variabel, tetapi sekitar 0.0357%), uap air, dan gas lainnya.
Atmosfer melindungi kehidupan di bumi dengan menyerap radiasi sinar ultraviolet dari
matahari dan mengurangi suhu ekstrem di antara siang dan malam. 75% dari atmosfer ada
dalam 11 km dari permukaan planet.

Gas-gas penyusun atmosfer


Atmosfer tersusun oleh:

 Nitrogen ( )

 Oksigen ( )

 Argon ( )
 Air ( )

 Ozon ( )

 Karbondioksida ( )

Lapisan Atmosfer Bumi

1. Troposfer
2. Stratosfer
3. Mesosfer
4. Termosfer (ionosfer)
5. Eksosfer atau Desifasister

Lapisan-lapisan di Atmosfer Bumi


Atmosfer tidak mempunyai batas mendadak, tetapi agak menipis lambat laun dengan
menambah ketinggian, tidak ada batas pasti antara atmosfer dan angkasa luar.
1. Troposfer
Lapisan ini berada pada level yang terrendah, campuran gasnya paling ideal untuk
menopang kehidupan di bumi. Dalam lapisan ini kehidupan terlindung dari sengatan radiasi
yang dipancarkan oleh benda-benda langit lain. Dibandingkan dengan lapisan atmosfer yang
lain, lapisan ini adalah yang paling tipis (kurang lebih 15 kilometer dari permukaan tanah).
Dalam lapisan ini, hampir semua jenis cuaca, perubahan suhu yang mendadak, angin tekanan
dan kelembaban yang kita rasakan sehari-hari berlangsung.
Ketinggian yang paling rendah adalah bagian yang paling hangat dari troposfer, karena
permukaan bumi menyerap radiasi panas dari matahari dan menyalurkan panasnya ke udara.
Biasanya, jika ketinggian bertambah, suhu udara akan berkurang secara tunak (steady), dari
sekitar 170 sampai -520. Pada permukaan bumi yang tertentu, seperti daerah pegunungan dan
dataran tinggi dapat menyebabkan anomali terhadap gradien suhu tersebut. Diantara stratosfer
dan troposfer terdapat lapisan yang disebut lapisan Tropopouse.
2. Stratosfer
Perubahan secara bertahap dari troposfer ke stratosfer dimulai dari ketinggian sekitar
11 km. Suhu di lapisan stratosfer yang paling bawah relatif stabil dan sangat dingin yaitu

atau sekitar . Pada lapisan ini angin yang sangat kencang terjadi dengan
pola aliran yang tertentu. Awan tinggi jenis cirrus kadang-kadang terjadi di lapisan paling
bawah, namun tidak ada pola cuaca yang signifikan yang terjadi pada lapisan ini.
Dari bagian tengah stratosfer keatas, pola suhunya berubah menjadi semakin
bertambah semakin naik, karena bertambahnya lapisan dengan konsentrasi ozon yang
bertambah. Lapisan ozon ini menyerap radiasi sinar ultra ungu. Suhu pada lapisan ini bisa
mencapai sekitar pada ketinggian sekitar 40 km. Lapisan stratopause memisahkan
stratosfer dengan lapisan berikutnya.

3. Mesosfer
Kurang lebih 25 mil atau 40km diatas permukaan bumi terdapat lapisan transisi
menuju lapisan mesosfer. Pada lapisan ini, suhu kembali turun ketika ketinggian bertambah,

sampai menjadi sekitar di dekat bagian atas dari lapisan ini, yaitu kurang lebih 81
km diatas permukaan bumi. Suhu serendah ini memungkinkan terjadi awan noctilucent, yang
terbentuk dari kristal es.
4. Termosfer
Transisi dari mesosfer ke termosfer dimulai pada ketinggian sekitar 81 km. Dinamai
termosfer karena terjadi kenaikan temperatur yang cukup tinggi pada lapisan ini yaitu sekitar
. Perubahan ini terjadi karena serapan radiasi sinar ultra ungu. Radiasi ini
menyebabkan reaksi kimia sehingga membentuk lapisan bermuatan listrik yang dikenal
dengan nama ionosfer, yang dapat memantulkan gelombang radio. Sebelum munculnya era
satelit, lapisan ini berguna untuk membantu memancarkan gelombang radio jarak jauh.
Fenomena aurora yang dikenal juga dengan cahaya utara atau cahaya selatan terjadi disini.
5. Eksosfer
Adanya refleksi cahaya matahari yang dipantulkan oleh partikel debu meteoritik.
Cahaya matahari yang dipantulkan tersebut juga disebut sebagai cahaya Zodiakal
Komposisi dari atmosfer bumi
Kandungan Udara Atmosfer

Nama Gas Simbol Kimia Volume (%)

Nitogen N2 78,08

Oksigen O2 20,95

Argon Ar 0,93

Karbondioksida CO2 0,034

Neon Ne 0,0018

Helium He 0,0052

Ozon O3 0,0006

Hidrogen H2 0,00005

Krypton Kr 0,00011

Metana CH4 0,00015

Xenon Xe Sangat kecil

Lapisan I - Troposfer

 Lapisan terbawah dari atmosfer bumi


 Terletak pada ketinggian 0 - 18 km di atas permukaan bumi.
 Memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan mahkluk hidup di muka bumi
 Terjadi peristiwa-peristiwa seperti cuaca dan iklim
 80% dari seluruh massa gas yang terkandung dalam atmosfer terdapat pada lapisan ini
 Memiliki ciri khas : suhu (temperatur) udara menurun sesuai dengan perubahan
ketinggian, yaitu setiap naik 100 meter dari permukaan bumi, suhu (temperatur) udara
menurun sebesar ± 0,5°C

Lapisan II - Stratosfer

 Terletak pada ketinggian antara 18 - 49 km dari permukaan bumi.


 Ditandai dengan adanya proses inversi suhu, artinya suhu udara bertambah tinggi
seiring dengan kenaikan ketinggian.
 Tidak ada lagi uap air,awan ataupun debu atmosfer
 Pesawat-pesawat yang menggunakan mesin jet terbang pada lapisan ini.

Lapisan III - Mesosfer

 Terletak pada ketinggian antara 49 - 82 km dari permukaan bumi.


 Merupakan lapisan pelindung bumi dari jatuhan meteor atau benda-benda angkasa luar
lainnya.
 Ditandai dengan penurunan suhu (temperatur) udara, rata-rata 0,4°C per seratus meter
 Temperatur terendah di mesosfer kurang dari -81°C,

Lapisan IV - Termosfer/Ionosfer

 Terletak pada ketinggian antara 82 - 800 km dari permukaan bumi.


 Tempat terjadinya ionisasi partikel-partikel yang dapat memberikan efek pada
perambatan/refleksi gelombang radio, baik gelombang panjang maupun pendek
 Kenaikan temperatur dapat berlangsung mulai dari - 100°C hingga ratusan bahkan
ribuan derajat celcius
 Lapisan yang paling tinggi dalam termosfer adalah termopause
 Temperatur termopause konstan terhadap ketinggian, tetapi berubah dengan waktu
karena pengaruh osilasi

Lapisan IV - Eksosfer/Desifasister

 Terletak pada ketinggian antara 800 - 1000 km dari permukaan bumi

 Merupakan lapisan paling panas dan molekul udara dapat meninggalkan atmosfer
sampai ketinggian 3.150 km dari permukaan bumi

 Merupakan tempat terjadinya gerakan atom-atom secara tidak beraturan


 Disebut pula dengan ruang antar planet dan geostasioner.
Lapisan ini sangat berbahaya, karena merupakan tempat terjadi kehancuran meteor
dari angkasa luar.

B. FENOMENA ATMOSFER
1. AURORA
Aurora adalah fenomena pancaran cahaya yang menyala-nyala pada lapisan ionosfer
dari sebuah planet sebagai akibat adanya interaksi antara medan magnetik yang dimiliki
planet tersebut dengan partikel bermuatan yang dipancarkan oleh matahari (angin matahari).
Di bumi, aurora terjadi di daerah di sekitar kutub Utara dan kutub Selatan
magnetiknya. Aurora yang terjadi di daerah sebelah Utara dikenal dengan nama Aurora
Borealis , yang dinamai bersempena Dewi Fajar Rom, Aurora, dan nama Yunani untuk angin
utara, Boreas. Ini kerana di Eropa ia kerap dilihat kemerah-merahan di ufuk utara seolah-olah
matahari akan terbit dari arah tersebut. Aurora borealis selalu terjadi di antara September dan
Oktober dan Maret dan April. Fenomena aurora di sebelah Selatan yang dikenal dengan
Aurora Australis mempunyai sifat-sifat yang serupa.
2. DEBU BERLIAN
Debu berlian adalah kabut es dekat permukaan. Ini adalah sebuah fenomena
meteorologika di mana kristal es mikroskopik terbentuk di udara tanpa memerlukan "seed".
Fenomena ini hanya dapat terjadi pada suhu atau di bawah dynamic arrest air pada titik -39°C,
jauh lebih rendah dari titik bekunya pada 0°C. Dapat terjadi dalam bentuk cair di bawah titik
bekunya dikenal sebagai pendinginan super. Debu berlian biasanya terjadi di Antartika. Kabut
es dapat menyebabkan berbagai tipe halo.

3. EL NINO
El Nino berasal dari Bahasa Spanyol yang berarti anak laki-laki kecil, disebut
demikian karena biasanya ia muncul sebagai "anak natal" menjelang akhir tahun di Peru dan
Ekuador.

Gejala alam global ini merupakan sebuah anomali (menyimpang dari kebiasaan) yang
dihasilkan oleh interaksi antara kondisi permukaan samudera dan atmosfer di kawasan Pasifik
sekitar garis khatulistiwa (tropis). Interaksi ini menghasilkan tekanan tinggi di Pasifik bagian
Timur yang menimbulkan aliran massa udara yang berhembus ke barat. Hembusan angin
tersebut membawa air di depannya sehingga permukaan laut di sekitar Indonesia dan
Australia terangkat kira-kira setengah meter lebih tinggi daripada air di lepas pantai Peru.
Ketika tekanan turun dan pertukaran angin berkurang, air bergerak kembali menuju
timur. Aliran ke arah timur ini merupakan pusat kegiatan fisik yang mengendalikan El Nino.
Pengadukan ini mendorong terbentuknya gelombang sepanjang samudera, mirip riak di
permukaan kolam. Gelombang ini menekan thermocline, suatu lapisan air yang merupakan
batas antara massa air yang lebih hangat di bawah permukaan laut dengan air lebih dingin di
bawahnya. Ketika thermocline ini masuk lebih dalam, suhu permukaan air laut meningkat dan
El Nino pun berlangsung. Karena itulah El Nino disebut fase panas.
Udara tropis yang lembab tidak terpusat di dekat Benua Australia. Alih-alih udara
lembab tersebut terpusat di Samudera Pasifik tengah dan meluas ke timur ke arah Amerika
Selatan. Hal ini menyebabkan turunnya hujan di Samudera Pasifik, dan hujan di Australia
serta di Indonesia menjadi berkurang dari biasanya. Akibatnya timbul kekeringan di Australia
dan di beberapa daerah di Indonesia. Kekeringan ini sering disertai dengan kebakaran rumput
dan hutan. Selama peristiwa El Nino pada tahun 1994 dan 1997, baik Indonesia maupun
Australia, mengalami kebakaran hutan.
El-Nino, menurut sejarahnya adalah sebuah fenomena yang teramati oleh para
penduduk atau nelayan Peru dan Ekuador yang tinggal di pantai sekitar Samudera Pasifik
bagian timur menjelang hari natal (Desember). Fenomena yang teramati adalah meningkatnya
suhu permukaan laut yang biasanya dingin. Fenomena ini mengakibatkan perairan yang
tadinya subur dan kaya akan ikan (akibat adanya upwelling atau arus naik permukaan yang
membawa banyak nutrien dari dasar) menjadi sebaliknya. Pemberian nama El-Nino pada
fenomena ini disebabkan oleh karena kejadian ini seringkali terjadi pada bulan Desember. El-
Nino (bahasa Spanyol) sendiri dapat diartikan sebagai “anak lelaki”. Di kemudian hari para
ahli juga menemukan bahwa selain fenomena menghangatnya suhu permukaan laut, terjadi
pula fenomena sebaliknya yaitu mendinginnya suhu permukaan laut akibat menguatnya
upwelling. Kebalikan dari fenomena ini selanjutnya diberi nama La-Nina (juga bahasa
Spanyol) yang berarti “anak perempuan” (oseanografi.blogspot.com., 2005). Fenomena ini
memiliki periode 2-7 tahun..
El-Nino (gambar di atas) akan terjadi apabila perairan yang lebih panas di Pasifik
tengah dan timur meningkatkan suhu dan kelembaban pada atmosfer yang berada di atasnya.
Kejadian ini mendorong terjadinya pembentukan awan yang akan meningkatkan curah hujan
di sekitar kawasan tersebut. Bagian barat Samudra Pasifik tekanan udara meningkat sehingga
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan awan di atas lautan bagian timur Indonesia,
sehingga di beberapa wilayah Indonesia terjadi penurunan curah hujan yang jauh dari normal
(gambar di bawah)

Suhu permukaan laut di Pasifik tengah dan timur menjadi lebih tinggi dari biasa pada
waktu-waktu tertentu, walaupun tidak selalu. Keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya
fenomena La-Nina (gambar di bawah). Tekanan udara di kawasan equator Pasifik barat
menurun, lebih ke barat dari keadaan normal, menyebabkan pembentukkan awan yang lebih
dan hujan lebat di daerah sekitarnya

Kejadian El-Nino tidak terjadi secara tunggal tetapi berlangsung secara berurutan
pasca atau pra La-Nina. Hasil kajian dari tahun 1900 sampai tahun 1998 menunjukan bahwa
El-Nino telah terjadi sebanyak 23 kali (rata-rata 4 tahun sekali). La-Nina hanya 15 kali (rata-
rata 6 tahun sekali). Dari 15 kali kejadian La-Nina, sekitar 12 kali (80%) terjadi berurutan
dengan tahun El-Nino. La-Nina mengikuti El-Nino hanya terjadi 4 kali dari 15 kali kejadian
sedangkan yang mendahului El-Nino 8 kali dari 15 kali kejadian. Secara umum, hal ini
menunjukkan bahwa peluang terjadinya La-Nina setelah El-Nino tidak begitu besar. Kejadian
El-Nino 1982/83 yang dikategorikan sebagai tahun kejadian El-Nino yang kuat tidak diikuti
oleh La-Nina
4. FATAMORGANA
Fatamorgana merupakan sebuah fenomena di mana optik yang biasanya terjadi di
tanah lapang yang luas seperti padang pasir atau padang es.

Fatamoragana
Seringkali di gurun pasir, fatamorgana menyerupai danau atau air atau kota. Ini
sebenarnya adalah pantulan daripada langit yang dipantulkan udara panas. Udara panas ini
berfungsi sebagai cermin. Kata fatamorgana diambil dari bahasa Italia. Ini pada mulanya
adalah nama saudari Raja Arthur, Faye le Morgana, seorang peri yang bisa berubah-ubah
rupa.

5. HALO
Halo ( disebut juga nimbus, icebow, atau Gloriole) adalah fenomena optikal berupa
lingkaran cahaya di sekitar Matahari dan Bulan, dan terkadang pada sumber cahaya lain
seperti lampu penerangan jalan. Ada berbagai macam halo, tapi umumnya halo muncul
disebabkan oleh kristal es pada awan cirrus yang dingin yang berada 5–10 km diatas
troposfer. Bentuk dan lokasi kristal es menentukan tipe halo apa yang akan terlihat. Cahaya
yang dipantulkan pada kristal es dapat terpecah menjadi lebih dari satu warna, sama seperi
pada pelangi.
Halo juga terkadang dapat muncul di dekat permukaan bumi, ketika ada kristal es
yang disebut debu berlian. Kejadian ini hanya dapat terjadi pada cuaca yang sangat dingin,
ketika kristal es terbentuk di dekat permukaan dan memantulkan cahaya.
6. KABUT
Kabut, embun, dan awan saling berhubungan. Kenyataanya, cuma butuh satu
perubahan dalam kondisi seperti keberadaan atau ketidakberadaan aliran udara sudah bisa
menciptakan perbedaan apakah nanti yang terbentuk adalah Kabut, embun, atau awan. Mari
kita lihat mengapa hal ini terjadi dan mengapa kabut muncul di tempat-tempat tertentu!
Partikel-partikel kabut berdiameter lebih kecil dari 0,001 mm. Saat kamu tidak bisa melihat
apa saja yang berada di depanmu karena kabut yang tebal, ini berarti terdapat 1227 partikel
kabut dalam 1 centimeter kubik. Agar kabut terbentuk, uap lembab harus meninggalkan udara
dan mengembun. Saat udara didinginkan di bawah titik tertentu yang disebut titik embun atau
titik jenuh, kabut mulai terbentuk.
Syarat terbentuknya kabut yang berikutnya adalah udara yang sejuk bercampur dengan
udara yang lebih hangat (sebagai akibat dari aliran udara). Jika aliran udaranya rendah, proses
pendinginan cuma berlangsung di dekat permukaan tanah dan membentuk embun. Saat aliran
udara meningkat dengan pesat, proses pendinginan berlangsung di tempat yang tinggi dan
membentuk awan. Jadi aliran udara yang mencampurkan udara dingin ke dalam udara yang
lebih hangat harus mengalir dengan sepoi-sepoi agar kabutlah yang tercipta.
Salah satu syarat agar hal itu terjadi adalah saat banyak sekali udara yang hangat
melewati sebuah wilayah atau laut yang bersuhu dingin. Atau bisa saja sebaliknya, udara
dingin melewati air yang hangat.
Kondisi yang terakhir itu berlangsung di pagi hari dalam musim gugur di dekat
kumpulan air seperti danau atau kolam. Udara dingin dan aliran udara yang hangat bercampur
dan kamu akan mendapatkan kabut yang sepertinya tergantung di tengah-langit di atas
kumpulan air. Kabut yang biasanya dilintasi para pengendara kendaraan bermotor pada
tempat yang tinggi berbentuk awan. Jangkauan pandangan jatuh ke nol dan kendaraanmu
harus dilengkapi dengan lampu besar “Fog”. Lampu ini mengeluarkan sinar kekuning-
kuningan yang tidak terefleksi oleh permukaan kabut/awan yang keputih-putihan.
Terbentuknya kabut merupakan sebuah fenomena alami dan manusia tidak dapat
mengendalikan pembentukannya.
7. WARNA LANGIT
Mengapa langit berwarna biru? Sebagian kita mungkin menjawab, “sudah takdir…”
Jawaban ini tidak salah, tapi apa tidak lebih baik kita juga meraba bagaimana takdir tersebut
terjadi? Dalam banyak ayat, Allah menantang manusia untuk menggunakan pikiran agar dapat
mengagumi ayat-ayat (tanda-tanda) kekuasaan-Nya. Afala ta’kiluun? Apakah kalian tidak
menggunakan akalnya (untuk mencerna tanda-tanda kekuasaan-Ku?

Hal ini mengingat fenomena langit berwarna biru melibatkan kedua komponen yaitu
cahaya dan atmosfer. Cahaya yang datang dari matahari akan mengalami hamburan ketika
melewati partikel yang mengisi atmosfer. Tanpa atmosfer, maka langit kita akan gelap
sepanjang hari. Hal ini karena tidak ada molekul yang dapat menghamburkan cahaya ke
berbagai arah. Dalam keadaan semacam itu, bintang dapat dilihat di siang hari dan cahaya
matahari dapat dilihat hanya jika kita melihatnya secara langsung. Keadaan ini persis sama
dengan keadaan dari berbagai planet lain di tata surya matahari yang tidak memiliki atmosfer.
Atmosfer merupakan percampuran dari berbagai gas dan molekul yang melingkupi
permukaan bumi. Komponen utamanya adalah gas nitrogen (78%) dan oksigen (21%).
Selebihnya, atmosfer terisi oleh gas argon, air (baik dalam bentuk uap air maupun kristal es),
dan berbagai partikel padat seperti debu, partikel-partikel sisa pembakaran (polutan), dan juga
garam (terutama untuk daerah di atas permukaan laut).
Komposisi atmosfer bervariasi tergantung lokasinya. Pada daerah permukaan laut,
atmosfer banyak mengandung air dan garam. Pada daerah industri, atmosfer akan banyak diisi
berbagai partikel sisa pembakaran. Kerapatan atmosfer juga bervariasi menurut
ketinggiannya. Daerah dasar atmosfer memiliki tingkat kerapatan yang paling tinggi. Nilainya
akan terus menurun dengan pertambahan ketinggian atmosfer.
Cahaya merupakan energi yang diradiasikan melalui suatu gelombang. Gelombang
yang dimaksud adalah gelombang elektromagnetik (gelombang em). Dinamakan seperti itu
karena gelombang tersebut dibangun oleh getaran medan listrik dan medan magnet secara
serentak secara saling tegak lurus. Arah perjalanan gelombang untuk masing-masing medan
dapat ditunjukan pada Gambar 1.

Gambar 1. Konfigurasi Gelombang EM (diambil dari www.monos.leidenuniv.nl)

Cahaya tampak yang terdiri dari merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu
hanyalah sebagian kecil dari radiasi gelombang em. Masing-masing warna memiliki panjang
gelombang dan frekuensi yang khas. Artinya, warna suatu cahaya tergantung pada nilai
panjang gelombang dan frekuensinya. Panjang gelombang dan frekuensi memiliki nilai yang
berkebalikan, warna dengan frekuensi tinggi berarti memiliki panjang gelombang yang
pendek. Semakin tinggi frekuensi, semakin besar energinya. Berdasarkan Gambar 2, warna
merah memiliki panjang gelombang yang paling panjang (700 nm), artinya ia memiliki
frekuensi yang paling rendah dan dengan demikian energinya juga paling rendah jika
dibandingkan dengan cahaya tampak yang lain.

Gambar 2. Tabel Radiasi Gelombang em (Diambil dari http://cache.eb.com/eb/image)


Jika matahari meradiasikan seluruh panjang gelombang cahaya tampak
(Mejikuhibiniu), mengapa yang kita lihat matahari berwarna putih? Yap..cahaya putih yang
kita lihat tersebut sebenarnya tersusun dari keseluruhan cahaya tampak yang ada. Artinya, jika
seluruh warna pada cahaya tampak bergabung menjadi satu, maka yang terlihat adalah warna
putih. Kita dapat memecah warna ini dengan cara melewatkannya di suatu prisma kaca.
Percobaan ini pertama kali dilakukan oleh newton, ia melewatkan cahaya putih pada
suatu prisma, ternyata pada ujung perjalanannya cahaya putih telah berubah menjadi susunan
warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu. Peristiwa ini dikenal sebagai dispersi
cahaya.

Gambar 3. Dispersi Cahaya (diambil dari http://upload.wikimedia.org/wikipedia)

HAMBURAN CAHAYA

Ketika cahaya putih (yang di dalamnya terkandung mejikuhibiniu) diradiasikan dari


matahari dan melewati atmosfer, maka cahaya putih tersebut akan mengalami beberapa
peristiwa. Pertama, cahaya tersebut akan diserap oleh berbagai molekul yang mendiami
atmosfer. Kedua, setelah diserap cahaya tersebut akan dilepaskan kembali ke atmosfer.
Peristiwa inilah yang kita sebut sebagai hamburan cahaya. Pada peristiwa penyerapan bisa
dibilang tidak ada sesuatu yang menarik. Namun pada saat cahaya dilepas dari molekul,
muncul suatu fenomena yang menarik untuk dianalisis. Ternyata cahaya dengan energi yang
besar (frekuensi besar) akan diradiasikan lebih banyak daripada cahaya dengan energi rendah
(frekuensi rendah). Melalui analisis yang detail diperoleh hubungan bahwa jumlah energi
yang diradiasikan pada peristiwa hamburan adalah sebanding dengan pangkat empat
frekuensinya. Sehingga jika diketahui panjang gelombang ungu adalah 400 nm dan merah
adalah 700 nm, maka perbandingan pangkat empat frekuensi kedua cahaya (Ungu : Merah)
dapat dihitung sebesar (700nm/ 400nm) 4 dan diperoleh 9,4. Artinya cahaya ungu
diradiasikan 9 kali lebih banyak daripada cahaya merah. Itulah sebabnya pada siang hari kita
tidak melihat langit berwarna merah, melainkan biru. Tapi mengapa biru? Bukankah ungu
memiliki frekuensi yang lebih tinggi dan oleh karenanya semestinya paling banyak
diradiasikan? Mengapa langit tidak berwarna ungu?
Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu melibatkan ilmu tentang mata sebagai alat
indra yang digunakan untuk melihat. Di dalam retina mata terdapat tiga reseptor warna, yakni
reseptor merah, biru, dan hijau. Masing-masing reseptor sensitif untuk masing-masing warna.
Sehingga ketika ada beberapa warna mesuk ke retina secara bersamaan, maka masing-masing
warna akan ditangkap oleh reseptor yang sesuai.
Pada peristiwa hamburan cahaya, berdasarkan nilai frekuensinya maka warna biru dan
ungu adalah warna yang paling banyak dihamburkan. Namun langit tampak berwarna biru
karena di dalam retina terdapat sel reseptor biru yang lebih sensitif untuk menangkap warna
biru ketimbang ungu. Akibatnya, kesan warna yang paling dominan untuk dilihat adalah biru.
8. PIJARAN EKOR
Suatu pijaran ekor (afterglow) adalah cahaya lengkungan tinggi berwarna merah
muda atau keputih-putihan yang muncul di langit karena partikel debu yang sangat halus
tergantung di wilayah atmosfer tinggi. Suatu pijaran ekor mungkin muncul di atas awan
tertinggi pada saat senja, atau dipantukan dari padang salju di daerah pegunungan setelah
matahari terbenam. Partikel menghasilkan efek penyebaran pada sebagian komponen cahaya
putih.
Setelah letusan dari gunung berapi Krakatoa pada 1883, serangkaian warna kemerahan
seperti matahari terbenam tampak di seluruh dunia. Hal ini disebabkan jumlah partikel sangat
halus yang sangat banyak yang terbang sangat tinggi karena letupan gunung berapi, dan
kemudian secara global terserap oleh arus atmosfer tinggi.

Lukisan Edvard Munch, Scream, mungkin menggambarkan pijaran ekor selama


periode ini. Merah matahari terbenam di Hong Kong setelah letusan Gunung Pinatubo tahun
1991.

Pijaran ekor di Dresden, Saxonia, Jerman


Pijaran ekor di pegunungan Slovenia, dekat Lembah Triglav Lakes

Full Image Sunset Bates College Lewiston Maine July 3 2008 8.30PM.JPG
Merah matahari terbenam di atas Bates College di Lewiston, Maine

9. PIJARAN UDARA
Pijaran udara (airglow) merupakan emisi cahaya yang sangat lemah oleh atmosfer
bumi; sebagai hasilnya, langit malam tidak benar-benar gelap. Pertama kali terlihat pada tahun
1868 oleh Anders Ångström. Berbagai proses di atmosfer atas menyebabkan pijaran udara,
seperti rekombinasi ion-ion yang terionisasi oleh cahaya matahari sepanjang hari, luminesensi
yang disebabkan karena sinar kosmis yang menabrak atmosfer atas, dan kemiluminesensi
yang terutama disebabkan oleh oksigen dan nitrogen yang bereaksi dengan ion-ion hidroksil
pada ketinggian beberapa ratus kilometer. Pijaran udara tidak terlihat pada siang hari karena
sebaran cahaya matahari.
Bahkan pada observatorium bumi terbaik pun, pijaran udara membatasi sensitivitas
teleskop pada gelombang cahaya tampak. Karena alasan ini, teleskop ruang angkasa seperti
teleskop ruang angkasa Hubble dapat melihat lebih banyak objek samar-samar dibandingkan
dengan teleskop bumi pada gelombang cahaya tampak.
Pijaran udara di malam hari mungkin cukup terang untuk dilihat oleh pengamat, dan
umumnya berwarna kebiru-biruan. Meskipun emisi pijaran udara sangat seragam di atmosfer,
bagi pengamat di lapangan ia akan tampak paling terang sekitar 10 derajat di atas cakrawala,
karena semakin rendah seseorang melihat semakin dalam atmosfer yang dapat terlihat.
Namun pada tingkat yang sangat rendah, hilangnya atmosfer mengurangi tingkat keterangan
dari pijaran udara tersebut.
Salah satu mekanisme yang menghasilkan pijaran udara terjadi ketika sebuah atom
nitrogen bergabung dengan atom oksigen untuk membentuk molekul nitrit oksida (NO).
Dalam prosesnya foton dipancarkan. Photon ini memiliki beberapa karakteristik panjang
gelombang yang berbeda dari molekul nitrit oksida. Atom bebas tersedia untuk proses ini
karena molekul-molekul nitrogen (N2) dan oksigen (O2) terpisah oleh tenaga surya di bagian
atas atmosfer, dan mungkin bertemu satu sama lain untuk membentuk NO. Jenis-jenis lain
yang dapat membuat pijaran udara di atmosfer adalah OH, OI dan NaI.
10. EFEK RUMAH KACA
Secara umum iklim sebagai hasil interaksi proses-proses fisik dan kimiafisik
parameternya, seperti suhu, kelembaban, angin, dan pola curah hujan yang terjadi pada suatu
tempat di muka bumi. Untuk mengetahui kondisi iklim suatu tempat, menurut ukuran
internasional diperlukan nilai rata-rata parameternya selama kurang lebih 30 tahun. Iklim
muncul akibat dari pemerataan energi bumi yang tidak tetap dengan adanya
perputaran/revolusi bumi mengelilingi matahari selama kurang lebih 365 hari serta rotasi
bumi selama 24 jam. Hal tersebut menyebabkan radiasi matahari yang diterima berubah
tergantung lokasi dan posisi geografi suatu daerah. Daerah yang berada di posisi sekitar 23,5
Lintang Utara – 23,5 Lintang Selatan, merupakan daerah tropis yang konsentrasi energi
suryanya surplus dari radiasi matahari yang diterima setiap tahunnya (MenLH, 2003).
Secara alamiah sinar matahari yang masuk ke bumi, sebagian akan dipantulkan kembali
oleh permukaan bumi ke angkasa. Sebagian sinar matahari yang dipantulkan itu akan diserap
oleh gas-gas di atmosfer yang menyelimuti bumi –disebut gas rumah kaca, sehingga sinar
tersebut terperangkap dalam bumi. Peristiwa ini dikenal dengan efek rumah kaca (ERK)
karena peristiwanya sama dengan rumah kaca, dimana panas yang masuk akan terperangkap
di dalamnya, tidak dapat menembus ke luar kaca, sehingga dapat menghangatkan seisi rumah
kaca tersebut.
Efek Rumah Kaca
Peristiwa alam ini menyebabkan bumi menjadi hangat dan layak ditempati manusia,
karena jika tidak ada ERK maka suhu permukaan bumi akan 33 derajat Celcius lebih dingin.
Gas Rumah Kaca (GRK) seperti CO2 (Karbon dioksida),CH4(Metan) dan N2O (Nitrous
Oksida), HFCs (Hydrofluorocarbons), PFCs (Perfluorocarbons) and SF 6 (Sulphur
hexafluoride) yang berada di atmosfer dihasilkan dari berbagai kegiatan manusia terutama
yang berhubungan dengan pembakaran bahan bakar fosil (minyak, gas, dan batubara) seperti
pada pembangkitan tenaga listrik, kendaraan bermotor, AC, komputer, memasak. Selain itu
GRK juga dihasilkan dari pembakaran dan penggundulan hutan serta aktivitas pertanian dan
peternakan. GRK yang dihasilkan dari kegiatan tersebut, seperti karbondioksida, metana, dan
nitroksida, menyebabkan meningkatnya konsentrasi GRK di atmosfer.
Berubahnya komposisi GRK di atmosfer, yaitu meningkatnya konsentrasi GRK secara
global akibat kegiatan manusia menyebabkan sinar matahari yang dipantulkan kembali oleh
permukaan bumi ke angkasa, sebagian besar terperangkap di dalam bumi akibat terhambat
oleh GRK tadi. Meningkatnya jumlah emisi GRK di atmosfer pada akhirnya menyebabkan
meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi, yang kemudian dikenal dengan Pemanasan
Global.
Sinar matahari yang tidak terserap permukaan bumi akan dipantulkan kembali dari
permukaan bumi ke angkasa. Setelah dipantulkan kembali berubah menjadi gelombang
panjang yang berupa energi panas. Namun sebagian dari energi panas tersebut tidak dapat
menembus kembali atau lolos keluar ke angkasa, karena lapisan gas-gas atmosfer sudah
terganggu komposisinya. Akibatnya energi panas yang seharusnya lepas keangkasa
(stratosfer) menjadi terpancar kembali ke permukaan bumi (troposfer) atau adanya energi
panas tambahan kembali lagi ke bumi dalam kurun waktu yang cukup lama, sehingga lebih
dari dari kondisi normal, inilah efek rumah kaca berlebihan karena komposisi lapisan gas
rumah kaca di atmosfer terganggu, akibatnya memicu naiknya suhu rata-rata dipermukaan
bumi maka terjadilah pemanasan global. Karena suhu adalah salah satu parameter dari iklim
dengan begitu berpengaruh pada iklim bumi, terjadilah perubahan iklim secara global.
Pemanasan global dan perubahan iklim menyebabkan terjadinya kenaikan suhu,
mencairnya es di kutub, meningkatnya permukaan laut, bergesernya garis pantai, musim
kemarau yang berkepanjangan, periode musim hujan yang semakin singkat, namun semakin
tinggi intensitasnya, dan anomaly-anomali iklim seperti El Nino - La Nina dan Indian Ocean
Dipole (IOD). Hal-hal ini kemudian akan menyebabkan tenggelamnya beberapa pulau dan
berkurangnya luas daratan, pengungsian besar-besaran, gagal panen, krisis pangan, banjir,
wabah penyakit, dan lain-lainnya
Efek rumah kaca menyebabkan terjadinya akumulasi panas di atmosfer, yang
kemudian akan mempengaruhi sistem iklim global. Hal ini bisa menyebabkan naiknya
temperatur rata-rata bumi yang kemudian dikenal dengan pemanasan global. Pemanasan
global pada akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan iklim, atau tepatnya perubahan
beberapa variabel iklim seperti suhu udara, curah hujan dan musim
Gas rumah kaca (GRK) adalah gas-gas di atmosfer yang dihasilkan dari berbagai
kegiatan manusia. Gas ini berkemampuan untuk menyerap radiasi matahari di atmosfer
sehingga menyebabkan suhu di permukaan bumi menjadi lebih hangat. Meningkatnya
konsentrasi GRK di atmosfer akibat aktivitas manusia yang pada akhirnya menyebabkan
meningkatnya suhu permukaan bumi secara global.
GRK terutama dihasilkan dari kegiatan manusia yang berhubungan dengan
penggunaan bahan bakar fosil (minyak, gas dan batubara) seperti pada penggunaan kendaraan
bermotor dan penggunaan alat-alat elektronik. Selain itu penebangan pohon, penggundulan
hutan serta kebakaran hutan juga merupakan sumber emisi GRK.
Jenis GRK yang terbanyak memberikan sumbangan pada peningkatan emisi GRK
adalah CO2, CH4 dan N2O. Gas-gas ini dihasilkan terutama dari pembakaran bahan bakar
fosil di sektor energi, transportasi dan industri. Sementara gas seperti HFCs, PFCs dan SF6,
yang dihasilkan terutama dari industri pendingin (freon) dan penggunaan aerosol, "hanya"
menyumbang kurang dari 1% total emisi GRK. Walaupun hanya 1% tetapi gas-gas tersebut
punya potensi pemanasan yang jauh lebih tinggi dibanding gas CO2, CH4 dan N2O. Pada
akhirnya jumlah yang diemisikan pun tak beda dengan gas CO2, CH4 dan N2O.
Secara umum iklim didefinisikan sebagai kondisi rata-rata suhu, curah hujan, tekanan
udara, dan angin dalam jangka waktu yang panjang, antara 30-100 tahun (inter centennial).
Pada intinya iklim adalah pola cuaca yang terjadi selama bertahun-tahun. Sementara cuaca itu
sendiri adalah kondisi harian suhu, curah hujan, tekanan udara dan angin.
Radiasi matahari yang masuk ke bumi - dalam bentuk gelombang pendek - menembus
atmosfer bumi dan berubah menjadi gelombang panjang ketika mencapai permukaan bumi.
Setelah mencapai permukaan bumi, sebagian gelombang dipantulkan kembali ke atmosfer.
Namun sayangnya, tak semua gelombang panjang yang dipantulkan kembali oleh bumi dapat
menembus atmosfer menuju angkasa luar karena sebagian dihadang dan diserap oleh gas-gas
yang berada di atmosfer - disebut gas rumah kaca (GRK). Akibatnya radiasi matahari
tersebut terperangkap di atmosfer bumi. Karena peristiwa ini berlangsung berulang kali, maka
kemudian terjadi akumulasi radiasi matahari di atmosfer bumi yang menyebabkan suhu di
bumi menjadi semakin hangat. Peristiwa alam ini dikenal dengan efek rumah kaca (ERK),
karena peristiwanya serupa dengan proses yang terjadi di dalam rumah kaca. Jadi peristiwa
efek rumah kaca bukanlah efek yang ditimbulkan oleh gedung-gedung kaca, seperti yang
selama ini sering disalahartikan.
Singkat kata, meningkatnya konsentrasi GRK di atmosfer akibat aktivitas manusia di
berbagai belahan dunia, menyebabkan meningkatnya radiasi yang terperangkap di atmosfer.
Akibatnya, suhu rata-rata di seluruh permukaan bumi meningkat. Peristiwa ini disebut
Pemanasan Global. Pemanasan global adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata
atmosfer, laut dan daratan Bumi (wikipedia) .
Gas rumah kaca (CO, CO2, CFCs, O3, NOx) dituduh sebagai penyebab dari
pemanasan global. Akan tetapi seandai bumi ini tidak mempunyai gas2 rumah kaca maka
bumi ini akan mempunyai suhu 33 derajat celesius dibawah 0. konsetrasi gas2 rumah kaca
mengalami peningkatan pada tahun2 belakangan ini. Ada yang bilang karena ulah manusia,
ada yang bilang karena aktifitas geologi, ada yang bilang karena siklus carbon di laut
terhambat. Entah si CO2 datang dari mana, yg jelas peningkatan konsentrasi gas rumah kaca
ini menyebabkan jumlah energi matahari yang dipantulkan kembali kebumi menjadi lebih
besar atau dengan kata lain ada hubungan antara peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di
atmosfer dengan pemanasan global. Gas CO2 menyumbang 50% dari pemanasan global,
sedangkan gas CFCs, CH4, O3, dan NOx masing-masing menyumbang lebih kurang 20%,
15%, 8% dan 7% bagi pemanasan global.
Kelompok studi lingkungan Federal Climate Change Science Program pada tanggal 2
mei 2006 mengeluarkan statement bahwa manusia mempegaruhi terjadinya perubahan iklim
global. Salah satu akibat dari pemanasan global itu adalah perubahan iklim. Ternyata salah
satu yang dituduh itu manusia yg menyebabkan kandungan CO2 di bumi meningkat. Menurut
pendukung teori ini, CO2 di bumi telah meningkat secara drastis akibat dari aktivitas manusia
dan aktivitas manusia pula yang menyebabkan terhambatnya penyerapan CO2 kembali oleh
tanaman. Manusia berperan ganda deh dalam peningkatkan CO2 di atmosfer, Tanaman yg
dalam tulisan ini saya konotasikan dengan hutan yg merupakan penyerap utama CO2 di
atmosfer yang berhubungan langsung dengan aktivitas manusia. makanya indonesia dianggap
sebagai paru2 dunia. Akan tetapi beberapa penelitian lain menyatakan bahwa ternyata
manusia (antrhopogenic) hanya menyumbangkan 5% dari produksi CO2 di dunia ini.
Seperti yg ditulis diatas, aktifitas manusia yg menggunakan bahan bakar fosil itu
dituduh sebagai biang keladi peningkatan CO2 diatmosfer, tapi ada yang bilang kalo bukan itu
penyebabnya. pendukung teori ini mencoba menjelaskan kalo ternyata pemanfaatan bahan
bakar fosil (selain batu bara) tidak selalu menyebabkan peningkatan kadar CO2 di atmosfer.
pada saat produksi migas menurun akibat embargo, ternyata konsentrasi CO2 tetap meningkat
tetapi ada contoh kasus, untuk menghasilkan energi sebesar 1 kWh, pembangkit listrik yang
menggunakan batubara mengemisikan sekitar 940 gram CO2. Sementara pembangkit listrik
yang menggunakan minyak bumi dan gas alam menghasilkan emisi gas rumah kaca sekitar
798 dan 581 gram C02. jadi, aktifitas gunung api merupakan salah satu penyumbang gas CO2
di udara. Pada tanggal 14-15 Juni 1991 Gunung Pinatubo di Filipina. dari gambar yg posting
disini terlihat bahwa temperatur bumi setelah tahun 1990, meningkat drastis. Nah para ahli
geologi menganggap bahawa pemanasan global lebih disebabkan oleh aktivitas alam seperti
ini.
Sementara sebagian ahli lain berpendapat bahwa sebenarnya jumlah CO2 di atmosfer
tidak cukup signifikan untuk dijadikan “kambing hitam” pemanasan global karena jumlahnya
yang hanya 0.04%. Selain itu, para ahli ini juga menyatakan bahwa seluruh gas yang ada di
atmosfer adalah gas rumah kaca, tanpa terkecuali dimana komposisi terbesar adalah nitrogen
(78%), oksigen (21%) dan uap air (hingga 3%).
Laut mempunyai peranan penting dalam siklus karbon itu karena siklus karbon
sebagian besar terjadi dilaut. Menurut ahli biologi hanya 10 persen siklus carbon terjadi di
darat sedangkan sisanya terjadi di laut. Jadi terganggunya siklus carbon dilautlah yang
menyebabkan terjadinya pemanasan global. “semakin tinggi suhu permukaan laut maka akan
semakin rendah proses penyerapan karbon di udara oleh laut atau dengan kata lain siklus
karbon terganggu”, “pemanasan global menyebabkan temperatur permukaan laut meningkat,
salah satu akibatnya adalah fenonema Iklim El Nino dan La Nina”.

Siklus Karbon

Pendapat lain mengatakan bahwa pemanasan global disebabkan oleh sinar kosmik.
berdasarkan peneltian pakar2 ini. sinar kosmik yg berasal dari luar angksa mempengaruhi
terciptanya awan2 di atmosfer bagian bawah. berdasarkan peneltian mereka, sinar kosmik
tenyata mampu meningkatkan terjadinya pembentukkan awan di atmosfer bagian bawah,
dimana semakin tinggi sinar kosmik yg masuk ke bumi, maka semain tinggi jumlah awan yg
tercipta. awan memantulkan sekita 20% energi matahari kembali keluar angkasa. dengan
semakin bnyaknya awan, maka energi matahari yg masuk kebumi akan semakin kecil dan
bumi semakin dingin. menurut mereka pada abad 20 ini sinar kosmik yg masuk kebumi
semakin sedikit, sehingga roses terciptanya awan juga semakin kecil dan akhirnya bumi
semakin panas.
Bumi semakin panas akibat dari matahari yg semakin bergejolak. matahari dalam
seabad ini sering bangat muncul bintik2 matahari akibat ledakan energi hidrogen. berdasarkan
penelitian, ternyata semakin banyak jumlah bintik2 itu, maka energi panas yg dipancarkan
oleh matahari juga semakin tinggi yang akan mempengaruhi juga panas di bumi.

Ternyata banyak juga penyebab dari pemanasan global. Seandainya proses2 ini terjadi
bersamaan dan berkesinambungan, maka proses bencana alam akbat efek pemanasan global
akan sering terjadi…
Contoh akibat pemanasan global

Meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi menyebabkan terjadinya perubahan


pada unsurunsur iklim lainnya, seperti naiknya suhu air laut, meningkatnya penguapan di
udara, serta berubahnya pola curah hujan dan tekanan udara yang pada akhirnya merubah pola
iklim dunia. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan Perubahan Iklim Dunia.
Perubahan iklim sendiri merupakan sebuah fenomena global karena penyebabnya
bersifat global, disebabkan oleh aktivitas manusia di seluruh dunia. Selain itu, dampaknya
juga bersifat global, dirasakan oleh seluruh mahluk hidup di berbagai belahan dunia. Oleh
karena itu solusinya pun harus bersifat global, namun dalam bentuk aksi lokal di seluruh
dunia. Perubahan iklim itu sendiri terjadi secara perlahan dalam jangka waktu yang cukup
panjang, antara 50-100 tahun. Walaupun terjadi secara perlahan, perubahan iklim memberikan
dampak yang sangat besar pada kehidupan umat manusia. Sebagian besar wilayah di dunia
akan menjadi semakin panas, sementara bagian lainnya akan berubah semakin dingin. Saat
inipun dampaknya sudah mulai kita rasakan.
11.BADAI TROPIS
Badai Tropis (disebut juga dengan Typhoon atau Tropical Cyclone) adalah pusaran
angin kencang dengan diameter Sampai dengan 200 km dan berkecepatan > 200 km/jam serta
mempunyai lintasan sejauh 1000 km. Dengan kecepatan angin sedemikian, sebuah badai
tropis yang melintasi daratan dapat mengakibatkan kerusakan yang sangat hebat. Tidak hanya
pohon-pohon yang tercerabut dari akarnya, bangunan-bangunan permanen tersapu, mobil
besar, kereta api, dan benda-benda besar atau berat lainnya terangkat dan beterbangan, serta
menimbulkan ribuan korban jiwa.

Meskipun badai itu sendiri sebenarnya sudah ada sejak puluhan bahkan ratusan tahun
yang lalu, kata “Badai” di telinga masyarakat Indonesia seolah-olah merupakan fenomena
yang baru, aneh dan seolah-olah sama dengan badai yang terjadi di Amerika, Australia,
Jepang, china dan Filipina. Ini karena badai (yang disamping dapat menimbukan kerugian
material sangat besar juga dikenal menelan korban jiwa yang tidak sedikit), akhir-akhir ini
seringkali dijadikan sorotan oleh media massa. Sisi positifnya, serbuan informasi tersebut
menjadikan masyarakat kita menjadi lebih cerdas, kritis dan aware. Namun juga harus
berhati-hati apakah informasi yang sampai kepada masyarakat adalah benar atau hanya
sekedar isu. Karena informasi yang salah justru akan membingungkan dan berdampak buruk
terhadap kondisi masyarakat itu sendiri.
Gambar 1 Gambar 2

Badai Tropis (disebut juga dengan Typhoon atau Hurricane atau Tropical Cyclone)
merupakan pusaran angin kencang dengan diameter sampai dengan 200 km/jam, berkecepatan
> 200 km serta mempunyai lintasan sejauh 1000 km. Setiap tahunnya badai tumbuh di atas
perairan luas di setiap samudera yang ada di permukaan bumi. Ia bisa tumbuh ketika suhu
muka laut berada di atas 27 oC dan bisa dideteksi kemungkinan tumbuhnya sejak tiga hari
sebelumnya. Karena bertambahnya faktor kekasaran permukaan dan kehilangan sumber
kelembabannya, badai akan melemah ketika masuk ke daratan.( Gambar 1)
Sebuah sistem pusaran angin yang terbentuk di atas samudra luas belum bisa disebut
badai jika belum memiliki beberapa kualifikasi. Yang utama, ia tidak akan disebut badai
kecuali memiliki kecepatan angin lebih dari 34 knot (63 km/jam) dan berada diskeitra laut.
Calon bibit badai ini juga belum tentu akan tumbuh menjadi badai jika tidak ada faktor-faktor
meteorologis lain yang mendukung. Suatu Pusat Peringatan Siklon Tropis yang telah ditunjuk
sebelumnya oleh Badan Meteorologi Internasional berwenang memberi nama badai ini dan
menyebarkan peringatan ke seluruh dunia. Namun untuk sementara ini Indonesia baru akan
diberi tanggung jawab sebagai salah satu Pusat Peringatan Siklon Tropis untuk wilayah 0 – 10
derajat Lintang Selatan dan 90 – 120 Bujur Timur pada awal tahun 2008. ( Gambar 2 )
Pusaran angin kencang dengan kecepatan angin 120 km/jam atau lebih yang sering
terjadi di wilayah tropis di antara garis balik utara dan selatan, kecuali di daerah-daerah yang
sangat dekat dengan khatulistiwa.
Angin kencang ini disebabkan oleh perbedaan tekanan dalam suatu system cuaca.
Angin paling kencang yang terjadi di daerah tropis ini umumnya berpusar dengan radius
ratusan kilometer di sekitar daerah sistem tekanan rendah yang ekstrem. Sistem pusaran ini
bergerak dengan kecepatan sekitar 20 km/jam. Di Indonesia, angin ini dikenal sebagai badai,
di Samudra Pasifik sebagai angin taifun (typhoon), di Samudra Hindia disebut siklon
(cyclone), dan di Amerika dinamakan hurricane.
Tekanan dan hisapan dari tenaga angin meniup selama beberapa jam. Tenaga angin
yang kuat dapat merobohkan bangunan. Umumnya kerusakan dialami oleh bangunan dan
bagian yang non struktural seperti atap, antena, papan reklame, dan sebagainya. Badai yang
terjadi di laut atau danau dapat menyebabkan kapal tenggelam. Kebanyakan angin badai
disertai dengan hujan deras yang dapat menimbulkan bencana lainya seperti tanah longsor dan
banjir.
Data kecepatan dan arah angin dari stasiun dan satelit meteorogi memberikan
informasi tentang kuat dan pola pergerakan angin di suatu daerah. Faktor lokal seperti
topografi, vegetasi dan daerah permukiman dapat berpengaruh terhadap cuaca lokal. Catatan
kejadian angin badai dimasa lalu dapat digunakan untuk mengetahui pola umum kejadian
angin badaidimasa yang akan datang.

Badai adalah suatu gangguan pada atmosfer suatu planet, terutama yang
mempengaruhi permukaannya serta menunjukkan cuaca buruk. Badai dapat ditandai dengan
angin yang kencang (badai angin), petir dan kilat (badai petir/thunderstorm), curahan
lebat, misalnya es (badai es/ice storm), atau angin yang membawa suatu zat melalui atmosfer
(seperti badai pasir/sand storm, badai salju/snow storm, dll).

Badai terjadi sewaktu suatu pusat tekanan rendah terbentuk dengan dikelilingi oleh
suatu sistem bertekanan tinggi. Kombinasi gaya yang berlawanan ini dapat menciptakan angin
dan menimbulkan pembentukan awan badai, seperti kumulonimbus. Wilayah kecil dan
terlokalisasi yang bertekanan rendah dapat terbentuk dari udara panas yang naik dari
permukaan yang panas, yang akan menimbulkan gangguan yang lebih kecil seperti angin
puyuh atau puting beliung. Badai timbul jika di atmosfer Bumi mengalami tekanan rendah
akibat sistem peredaran udara ataupun pemanasan. Perbedaan tekanan ini berbanding terbalik
dengan jarak dan konstanta gaya putar Bumi (disebut gaya coreolis), akibatnya muncul
peredaran udara (angin). Kecepatan angin kian besar apabila perbedaan tekanan semakin
besar. Pada jarak yang jauh dari ekuator/khatulistiwa Bumi, atau memiliki lintang geografis
besar, punya kemungkinan menghasilkan badai skala besar.
Badai skala besar itu awalnya dari tekanan udara rendah akibat pemanasan, lantas
berkembang yang didukung oleh pergerakan udara sebagai pemerataan energi dan oleh
perputaran Bumi sehingga memunculkan gerakan udara memutar. Di belahan Bumi utara,
gerakan udara berlawanan arah jarum jam, sedangkan di belahan selatan searah jarum jam.
Ternyata pusaran udara itu mengumpul/memusat sekaligus membubung tinggi dengan radius
hingga 100 kilometer dan bergerak menjauhi ekuator. Partikel hujan/kondisi basah dan
partikel pasir/kondisi kering mengikuti gerakan badai yang terjadi itu. Kondisi basah terjadi di
sekitar kawasan dekat laut, dan kondisi kering terjadi di kawasan gurun pasir (dikenal dengan
badai pasir).
Badai pasir dapat memindahkan keseluruhan bukit pasir dan membawa pasir dalam
jumlah besar sehingga tepi badai dapat menyerupai dinding pasir setinggi 1,6 km. Badai pasir
di gurun Sahara dalam bahasa setempat dikenal dengan simoom atau simoon (sîmūm, sîmūn).
Haboob (həbūb) adalah badai pasir di wilayah Sudan sekitar Khartoum.

Tornado adalah suatu kolom udara yang berputar dengan kencang yang timbul dari
dasar awan comulunimbus atau cumulus (dalam beberapa kejadian) dan sering (tidak selalu)
tampak seperti “corong awan”. Sebuah pusaran angin dapat dianggap sebagai tornado jika
pusaran angin tersebut menyentuh tanah dari dasar awan comulunimbus. Tornado muncul
dalam banyak bentuk, tetapi umumnya berbentuk corong kondensasi dengan ujung tornado
yang menyempit yang menyentuh tanah. Seringkali terdapat gumpalan-gumpalan awan yang
mengelilingi bagian tornado yang menyentuh atau hampir menyentuh tanah.
Tornado umumnya terjadi pada siang hingga sore hari (malam hari dalam beberapa kejadian).
Di Amerika Serikat tornado terjadi antara pukul 15 - 21. Meskipun angin tornado telah
diamati oleh para ilmuwan di setiap benua (kecuali Antartika), sebagian besar angin tornado
terjadi di Amerika Serikat.

C. PROSES TERJADINYA CUACA DAN IKLIM


Proses terjadinya cuaca dan iklim merupakan kombinasi dari variabel-variabel
atmosfer yang sama yang disebut unsur-unsur iklim. Unsur-unsur iklim ini terdiri dari radiasi
surya, suhu udara, kelembaban udara, awan, presipitasi, evaporasi, tekanan udara dan angin.
Unsur-unsur ini berbeda dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat yang disebabkan oleh
adanya pengendali-pengendali iklim (Anon). Pengendali iklim atau faktor yang dominan
menentukan perbedaan iklim antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain menurut
Lakitan (2002) adalah (1) posisi relatif terhadap garis edar matahari (posisi lintang), (2)
keberadaan lautan atau permukaan airnya, (3) pola arah angin, (4) rupa permukaan daratan
bumi, dan (5) kerapatan dan jenis vegetasi. Gambar dibawah adalah gambar dari sistem iklim
secara umum
Cuaca dan iklim muncul setelah berlangsung suatu proses fisik dan dinamis yang
kompleks yang terjadi di atmosfer bumi. Kompleksitas proses fisik dan dinamis di atmosfer
bumi ini berawal dari perputaran planet bumi mengelilingi matahari dan perputaran bumi
pada porosnya. Pergerakan planet bumi ini menyebabkan besarnya energi matahari yang
diterima oleh bumi tidak merata, sehingga secara alamiah ada usaha pemerataan energi yang
berbentuk suatu sistem peredaran udara, selain itu matahari dalam memancarkan energi juga
bervariasi atau berfluktuasi dari waktu ke waktu (Winarso, 2003). Perpaduan antara proses-
proses tersebut dengan unsur-unsur iklim dan faktor pengendali iklim menghantarkan kita
pada kenyataan bahwa kondisi cuaca dan iklim bervariasi dalam hal jumlah, intensitas dan
distribusinya. Eksploitasi lingkungan yang menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan
serta pertambahan jumlah penduduk bumi yang berhubungan secara langsung dengan
penambahan gas rumah kaca secara global akan meningkatkan variasi tersebut. Keadaan
seperti ini mempercepat terjadinya perubahan iklim yang mengakibatkan penyimpangan iklim
dari kondisi normal.
Berdasarkan kajian dan pantauan dibidang iklim siklus cuaca dan iklim terpanjang
adalah 30 tahun dan terpendek adalah10 tahun dimana kondisi ini dapat menunjukkan kondisi
baku yang umumnya akan berguna untuk menentukan kondisi iklim per dekade.
Penyimpangan iklim mungkin akan, sedang atau telah terjadi bila dilihat lebih jauh dari
kondisi cuaca dan iklim yang terjadi saat ini.
Cuaca dan iklim merupakan dua kondisi yang hampir sama tetapi berbeda pengertian
khususnya terhadap kurun waktu. Cuaca merupakan bentuk awal yang dihubungkan dengan
penafsiran dan pengertian akan kondisi fisik udara sesaat pada suatu lokasi dan suatu waktu,
sedangkan iklim merupakan kondisi lanjutan dan merupakan kumpulan dari kondisi cuaca
yang kemudian disusun dan dihitung dalam bentuk rata-rata kondisi cuaca dalam kurun waktu
tertentu (Winarso, 2003). Menurut Rafi’i (1995) Ilmu cuaca atau meteorologi adalah ilmu
pengetahuan yang mengkaji peristiwa-peristiwa cuaca dalam jangka waktu dan ruang terbatas,
sedangkan ilmu iklim atau klimatologi adalah ilmu pengetahuan yang juga mengkaji tentang
gejala-gejala cuaca tetapi sifat-sifat dan gejala-gejala tersebut mempunyai sifat umum dalam
jangka waktu dan daerah yang luas di atmosfer permukaan bumi.
Trewartha and Horn (1995) mengatakan bahwa iklim merupakan suatu konsep yang
abstrak, dimana iklim merupakan komposit dari keadaan cuaca hari ke hari dan elemen-
elemen atmosfer di dalam suatu kawasan tertentu dalam jangka waktu yang panjang. Iklim
bukan hanya sekedar cuaca rata-rata, karena tidak ada konsep iklim yang cukup memadai
tanpa ada apresiasi atas perubahan cuaca harian dan perubahan cuaca musiman serta suksesi
episode cuaca yang ditimbulkan oleh gangguan atmosfer yang bersifat selalu berubah, meski
dalam studi tentang iklim penekanan diberikan pada nilai rata-rata, namun penyimpangan,
variasi dan keadaan atau nilai-nilai yang ekstrim juga mempunyai arti penting.
Trenberth, Houghton and Filho (1995) dalam Hidayati (2001) mendefinisikan
perubahan iklim sebagai perubahan pada iklim yang dipengaruhi langsung atau tidak langsung
oleh aktivitas manusia yang merubah komposisi atmosfer yang akan memperbesar keragaman
iklim teramati pada periode yang cukup panjang. Menurut Effendy (2001) salah satu akibat
dari penyimpangan iklim adalah terjadinya fenomena El-Nino dan La-Nina. Fenomena El-
Nino akan menyebabkan penurunan jumlah curah hujan jauh di bawah normal untuk beberapa
daerah di Indonesia. Kondisi sebaliknya terjadi pada saat fenomena La-nina berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.acehpedia.org/Perbedaan_Efek_Rumah_Kaca

http://wapedia.mobi/id/Berkas:Atmosphere.png

http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Fenomena_optikal&action=edit&redlink=1

http://id.shvoong.com/tags/embun/

http://shobru.files.wordpress.com/2008/04.

http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Anders_%C3%85ngstr
%C3%B6m&action=edit&redlink=1

http://myawaludin.blogspot.com/2008/06/sekilas-atmosfer-bumi.html

Achmad Zakir. Drs, Hujan lebat, Angin Kencang dan Badai, 2005

Achmad Zakir. Drs, Badai Angin , 2006

Achmad Zakir. Drs, Bagaimana mengetahui adanya Angin Kencang/Putting Beliung, 2006
http://astronomi.infogue.com/sekilas_atmosfer_bumi

Susandi, A., A. Subki, dan I.M. Radjawane. 2006. Kajian Pertukaran Gas Karbon Dioksida
(CO2) Antara Laut dan Udara di Perairan Indonesia dan Sekitarnya. PROCEEDINGS
CONVENTION SEMARANG 2006.

Anda mungkin juga menyukai