Anda di halaman 1dari 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Olahraga
Seperti yang diketahui latihan fisik dengan tenaga penuh hanya akan
berlangsung dalam waktu singkat, sedangkan dengan tenaga kecil dapat
berlangsung lama. Jadi pada latihan fisik tubuh akan membutuhkan energi
dengan kata lain dikenal sebagai ATP. ATP yang di perlukan tubuh berasal
dari metabolisme gula dalam darah yang akan menghasilkan asam piruvat,
asam laktat dan asetilkoenzim A sebagai senyawa-senyawa antara. Oleh karena
itu, energi untuk sebagian besar fungsi sel dan jaringan berasal dari gula darah.
Simpanan gula darah pada seseorang yang normal tanpa asupan makanan,
hanya cukup untuk menunjang untuk berlari dengan kecepatan sedang dan
hanya dapat berlari dalam waktu beberapa menit, kemudian pasokan gula darah
harus di isi lagi. Menurut pemaparan diatas, latihan fisik sangat berpengaruh
terhadap gula darah, karena hampir seluruh aktivitas di dalam tubuh
membutuhkan energi dan energi yang dibutuhkan tersebut berasal dari gula
dalam darah yang dapat di peroleh dari asupan makanan sehari-hari
(Newsholme, 1994; Sacher, 2004; Dawn, 2000).
Saat melakukan latihan fisik terjadi peningkatan pemakaian glukosa
oleh otot yang aktif sehingga secara langsung dapat menyebabkan penurunan
glukosa darah. Selain itu dengan latihan fisik dapat menurunkan berat badan,
meningkatkan fungsi kardiovaskuler dan respirasi, menurunkan LDL dan
meningkatkan HDL sehingga mencegah penyakit jantung koroner apabila
latihan fisik ini dilakukan secara benar dan teratur. Anjuran olahraga atau
latihan fisik sebetulnya bukan merupakan hal yang baru sebelum ditemukannya
insulin pada tahun 1921, namun pada waktu itu belum jelas batasan latihan
fisik yang harus dilakukan seperti jenis latihan, dosis, frekuensi maupun
intensitas dari latihan (Soegondo, 1995).
2.2 Pankreas
Pankreas adalah organ aksesoris pada sistem pencernaan yang
memiliki dua fungsi utama: menghasilkan enzim pencernaan atau fungsi
eksokrin serta menghasilkan beberapa hormon atau fungsi endokrin. Pankreas
terletak pada kuadran kiri atas abdomen atau perut dan bagian kaput/kepalanya
menempel pada organ duodenum. Produk enzim akan disalurkan dari pankreas
ke duodenum melalui saluran pankreas utama. Fungsi dari pankreas adalah
mengatur kadar gula dalam darah melalui pengeluaran glukagon, yang
menambah kadar gula dalam darah dengan mempercepat tingkat pelepasan dari
hati dan juga mengurangi kadar gula dalam darah dengan mengeluarkan insulin
yang mana mempercepat aliran glukosa ke dalam sel pada tubuh, terutama otot.
Insulin juga merangsang hati untuk mengubah glukosa menjadi glikogen dan
menyimpannya di dalam sel-selnya (Scanlon, 2007).

2.3 Glukosa Darah


Gula darah adalah bahan bakar karbohidrat utama yang ditemukan di
dalam darah, dan bagi banyak organ tubuh, gula darah adalah bahan bakar
primer. Pada beberapa daerah didalam tubuh, gula darah langsung digunakan
sebagai sumber energi dan pada daerah lainnya gula darah diambil dan
disimpan sebagai glikogen. Kestabilan kadar gula harus tetap di jaga untuk
mempertahankan fungsi tubuh untuk bekerja dengan sebaik-baiknya. Ketidak-
seimbangan kadar gula darah dapat memicu berbagai jenis penyakit yang
berbahaya (Fried, 2005; Permana, 2009).
Penumpukan kadar gula dalam darah merupakan salah satu penyebab
terjadinya penyakit diabetes melitus. Kadar gula darah yang tinggi dan tidak
dapat terkontrol dalam jangka waktu yang lama pada penderita diabetes melitus
dapat menimbulkan beberapa komplikasi. Saat ini sudah ada alat yang tersedia
dalam beberapa merek, yang dapat digunakan pasien diabetes untuk mengukur
kadar gula darah mereka dalam setetes darah dari tusukan di ujung jari.4 Pada
diabetes melitus, insulin yang tidak terkontrol meningkatkan konsentrasi gula
dalam darah dan juga ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi insulin
memperberat kondisi tersebut, situasi ini dikenal sebagai hiperglikemia,
sehingga kadar gula dalam darah yang tinggi tersebut akan mempengaruhi
terjadinya kerusakan pada tubuh serta kegagalan berbagai jaringan dan organ
(IDF, 2013; Newsholme, 1994).
Menurut American Diabetes Association bahwa komplikasi diabetes
dapat dicegah, ditunda dan diperlambat dengan mengendalikan kadar gula
darah. Pengelolaan diabetes yang bertujuan untuk mempertahankan kadar gula
darah dalam rentang normal, dapat dilakukan secara nonfarmakologis dan
farmakologis. Pengelolaan nonfarmakologis yang sangat berpengaruh adalah
latihan fisik, salah satunya adalah dengan berlari.6 Pengelolaan diabetes
melitus meliputi empat pillar, latihan fisik merupakan salah satu dari ke empat
pilar tersebut (Sudoyo, 2009).
Glukosa merupakan salah satu bentuk hasil metabolisme karbohidrat
yang berfungsi sebagai sumber energi utama yang dikontrol oleh insulin.
Kelebihan glukosa diubah menjadi glikogen yang akan disimpan di dalam hati
dan otot untuk cadangan jika diperlukan. Peningkatan kadar glukosa darah
terjadi pada penderita Toleransi Glukosa Terganggu (TGT), Gula Darah Puasa
Terganggu (GDPT) dan Diabetes Mellitus (DM) (Dorland, 2000; Perkeni,
2010).
Tinjauan Pustaka

Newsholme E, Leech A. 1994. Biochemistry for the Medical Sciences.

Sacher R, McPherson R. 2004. Kimia Umum. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan


Laboratorium, Edisi 11. EGC

Dawn M, Allan M, Collen S. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar, Sebuah


Pendekatan Klinis, EGC.

Soegondo, Sidartawan et all. 1995. DM penatalaksanaan terpadu. Jakarta:FKUI.


66 – 57

Scanlon, Valerie C. and Sanders, Tina. 2007. Essentials of Anatomy and Physiology
fifth edition. FA Davis Company.

Fried G, Hademenos G. 2005. Schaum’s Outlines : Biologi. Bab 15, Homeostasis:


Regulasi fungsi-fungsi fisiologis. Edisi 2.

Permana H. 2009. Terapi Cairan dan Nutrisi Pada Kelainan Endokrinologi. Sub
bagian Endokrinologi dan metabolisme, Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran (Tesis). Tersedia online di http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2009/09/terapi_cairan_dan_nutrisi_pada_kelainan_endo
krinologi.pdf . Diakses 25 September 2018.

International Diabetes Federation. 2013. IDF Diabetes Atlas. Six edition. Tersedia
di www.idf.org/about-diabetes. Diakses 25 September 2018.

Sudoyo A, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiadi S. 2009. Latihan Jasmani.


Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jillid III, Edisi 5.

Dorland WA. Newman. 2000. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi ke-29. Jakarta:
EGC

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2010. Konsensus dan Pengelolaan


Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai