Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Setiap perusahaan maupun instansi pemerintahan tidak akan pernah luput dari
masalah. Terutama masalah yang berhubungan dengan pengelolaan manajemen. Jika ditinjau
dari kehidupan sehari-hari terjadinya masalah bisa disebabkan dari pihak internal maupun
pihak eksternal. Banyak pihak yang menganggap bahwa masalah yang datangnya dari pihak
eksternal lebih berbahaya sehingga di prioritaskan untuk segera diselesaikan, sedangkan
masalah yang datangnya dari dalam (internal) tidak terlalu berbahaya. Inilah suatu pandangan
yang salah dan bisa menyebabkan kehancuran dari sebuah perusahaan / instansi /organisasi.
Karena masalah yang harus kita waspadai dan harus segera kita selesaikan adalah masalah
yang datangnya dari internal. Kita lihat saja partai politik sekarang banyak yang pecah karena
disebabkan masalah di dalam internalnya, perusahaan banyak yang bangkrut karena masalah
yang datangnya dari dalam (internal). Banyak yang mengatakan pemecahan masalah adalah
aktivitas terpenting yang dilakukan seorang manajer merupakan suatu gambaran yang terlalu
disederhanakan. Pekerjaan dalam menyelesaikan / memecahkan masalah jauh lebih rumit
daripada hanya sekedar pemecahan masalah saja. Aktivitas-aktivitas lain, seperti komunikasi,
juga sama pentingnya. Akan tetapi, aman jika dikatakan bahwa pemecahan masalah
merupakan salah satu aktivitas utama yang sering kali menentukan berhasil atau tidaknya
karier manajemen.
Banyak yang mengatakan pemecahan masalah adalah aktivitas terpenting yang
dilakukan seorang manajer merupakan suatu gambaran yang terlalu disederhanakan.
Pekerjaan dalam menyelesaikan / memecahkan masalah jauh lebih rumit daripada hanya
sekedar pemecahan masalah saja. Aktivitas-aktivitas lain, seperti komunikasi, juga sama
pentingnya. Akan tetapi, aman jika dikatakan bahwa pemecahan masalah merupakan salah
satu aktivitas utama yang sering kali menentukan berhasil atau tidaknya karier manajemen.
Pengambilan keputusan merupakan inti kepemimpinan karena pengambilan
keputusan adalah kegiatan intelektual yang secara sadar dilakukan oleh seseorang sehingga
lebih menjamin bahwa hal-hal yang dihadapi oleh organisasi telah diperhitungkan
sebelumnya dan dengan demikian terhindar dari berbagai jenis pendadakan.
Karena itu berbagai bahan baku dan tahapan pengambilan keputusan yang menjadi isi
pada makalah ini harus dikuasai oleh orang-orang yang menduduki jabatan pimpinan apa

1
pun bentuk,jenis dan ukuran organisasi yang dipimpinnya. Khususnya untuk mahasiswa
administrasi pendidikan angkatan 2106 sebagai peserta mata kuliah pengambilan keputusan
ini.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa itu pengambilan keputusan ?
2. Bagaimana hubungan manusia dan pengambilan keputusan?
3. Bagaimana peran pengambilan keputusan dalam kepemimpinan?
4. Bagaimana tahapan dalam proses pengambilan keputusan?
5. Bagaimana peranan SIM dalam pengambilan keputusan?
6. Bagaimana relasi antara sistem informasi dan pengambilan keputusan?
7. Apa saja level pengambilan keputusan, kebutuhan informasi dan sistem informasi yang
mendukung?
8. Bagaimana tahaoan pengambilan keputusan dan sistem informasi yang mendukung?
9. Bagaimana nilai informasi dalam pengambilan keputusan?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah pengambilan keputusan.
2. Memberikan informasi dan pembelajaran mengenai pembahasan pada rumusan masalah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

a. Pengertian Keputusan

Menurut Anwar (2014:39) keputusan (decision) secara harfiah berarti pilihan


(choice). Pilihan yang dimaksud di sini adalah pilihan dari dua atau lebih kemungkinan, atau
dapat dikatakan pula sebagai keputusan dica-pai setelah dilakukan pertimbangan dengan
memilih satu kemung-kinan pilihan. Seperti yang diungkapkan oleh Gito Sudarmo, bahwa
keputusan terkait dengan ketetapan atau penentuan suatu pilihan yang diinginkan.
Definisi di atas mengandung pengertian, dalam keputusan yaitu: (1) ada pilihan atas
dasar logika atau pertimbangan; (2) ada beberapa alternatif yang harus dipilih salah satu yang
terbaik; dan (3) ada tujuan yang ingin dicapai dan keputusan itu makin mendekatkan pada
tujuan tersebut.
Selain itu terdapat beberapa pengertian keputusan yang telah disampaikan oleh para
ahli, yang dikutip dalam
https://www.academia.edu/8524388/MAKALAH_PENDAHULUAN_ANALISIS_PE
NGAMBILAN_KEPUTUSAN_Disusun_untuk_memenuhi_tugas_Mata_Kuliah_Analisis_Pe
ngambilan_Keputusan diantaranya adalah M e n u r u t R a l p C . D a v i s Keputusan
adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan
jawaban yang pasti terhadap suatu pertanyaan. Keputusan harus menjawab pertanyaan
tentang apa yang dibicarakan dalam hubungannya dengan perencanaan. Keputusan dapat pula
berupa tindakan terhadap pelaksanaan yang sangat menyimpang dari rencana semula.
Jadi dapat disimpulkan bahwa keputusan adalah reaksi terhadap beberapa solusi
alternatif yang dilakukan secara sadar dengan cara menganalisa kemungkinan dari alternatif
tersebut bersama konsekuensinya

3
b. Pengertian Pengambilan Keputusan
Terdapat beberapa pengertian pengambilan keputusan yang telah disampaikan oleh
para ahli, yang dikutip dalam :
https://www.academia.edu/8524388/MAKALAH_PENDAHULUAN_ANALISIS_PENGA
MBILAN_KEPUTUSAN_Disusun_untuk_memenuhi_tugas_Mata_Kuliah_Analisis_Pengam
bilan_Keputusan diantaranya adalah sebagai berikut :
1) M e n u r u t G e o r g e R . T e r r y
Pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku (kelakuan) tertentu dari
dua atau lebih alternatif yang ada.
2) M e n u r u t S . P . S i a g i a n
Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat
alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan
tindakan yang paling tepat.
Dari pengertian-pengertian pengambilan keputusan di atas, dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa : pengambilan keputusan itu adalah suatu cara yang digunakan untuk
memberikan suatu pendapat yang dapat menyelesaikan suatu masalah dengan cara / teknik
tertentu agar dapat lebih diterima oleh semua pihak.

2.2 MANUSIA DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN


Menurut Prawirosentono (2016:95-96) Manusia dilahirkan ke dunia dengan misi
menjalankan kehidupannya sesuai dengan kodrat illahi, yaitu tumbuh dan berkembang. Untuk
tumbuh dan berkembang,berarti setiap insan harus dapat mempertahankan kehidupannya
dengan berbagai ancaman yang datang baik dari dirinya maupun dari luar. Misalnya, pada
masa bayi dan anak-anak proses pertahanan hidup masih dibantu orang tua masing-masing.
Akan tetapi,ketika memasuki dewasa banyak tantangan kehidupan harus diputuskan sendiri.
Demikian pula kehidupan suatu organisasi mempunyai target yang harus dicapai
dalam upaya menjaga kelangsungan hidup. Kehidupan perusahaan mempunyai target mencari
keuntungan. Proses mencapai tujuan tersebut merupakan rangkaian pengambilan keputusan
yang berkesinambungan. Dalam hal ini, berlaku hukum alam bahwa yang salah dan terlambat
mengambil keputusan dengan tepat berakibat fatal bagi kelangsungan perusahaan karena
kalah dalam persaingan.
Dalam penjelasan di atas, baik orang sebagai individu maupun sebagai petugas dalam
suatu organisasi tidak terlepas dari kegiatan pengambilan keputusan.

4
2.3 PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI INTI KEPEMIMPINAN
Pada analisa terakhir efektifitas kepemimpinan seseorang di-ukur dari kecekatan,
kemahiran dan kemampuannya mengambil keputusan yang rasional, logis, berdasarkan daya
pikir yang kreatif dan inovatif, digabung dengan pendekatan yang intuitif denan
memanfaatkan berbagai pelajaran yang diperoleh dari pengalaman.
Menurut Siagian (1988:19) Pengambilan keputusan merupakan inti kepemimpinan
karena pengambilan keputusan adalah kegiatan intelektual yang secara sadar dilakukan oleh
seseorang sehingga lebih menjamin bahwa hal-hal yang dihadapi oleh organisasi telah
diperhitungkan sebelumnya dan dengan demikian terhindar dari berbagai jenis pendadakan.
Penelitian para ahli dan pengalaman para praktisi menunjukkan keputusan yang baik
adalah keputusan yang memenuhi berbagai persyaratan. Syarat-syarat itu antara lain:

1) Keputusan yang dibuat,baik yang bersifat strategis, taktis maupun operasional, harus
berkaitan langsung dengan tujuan dan berbagai sasaran yang ingin dicapai.
2) Keputusan yang diambil harus memenuhi persyaratan rasionalitas dan logika yang berarti
menuntut pendekatan ilmiah berdasarkan berbagai teori dan asas yang telah berhasil
dikembangkan oleh para ahli.
3) Keputusan yang diambil dengan menggunakan pendekatan ilmiah digabung dengan daya
pikir yang kreatif,inovatif, intuitif dan bahkan emosional.
4) Keputusan yang diambil harus dapat dilaksanakan.
5) Keputusan yang diambil harus diterima dan dipahami baik oleh kelompok pimpinan yang
bertanggung jawab atas penyelenggaraan berbagai kegiatan dalam melaksanakan
keputusan itu maupun oleh para pelaksana kegiatan operasional.

2.4 TAHAPAN PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN


Menurut Anwar (2014:44) setiap keputusan yang diambil itu merupakan perwujudan
kebijakan yang telah digariskan. Oleh karena itu, analisis proses pengambilan keputusan pada
hakikatnya sama saja dengan analisis proses kebijakan. Terdapat berbagai pendapat tentang
proses pe-ngambilan keputusan, antara lain menurut Campbell adalah menen-tukan tujuan,
mengidentifikasi pilihan, menganalisis informasi, dan menentukan pilihan. Boehm, R.G. &
Webb, mengemukakan langkah-langkah dalam mengambil keputusan meliputi: menu-liskan
pertanyaan, menentukan pilihan-pilihan, mengumpulkan in-formasi, membuat daftar pro dan
kontra, dan mengambil keputusan. Sedangkan Adair mengemukakan lima langkah dalam pe-
ngambilan keputusan yakni mendefinisikan tujuan, mengumpulkan data yang relevan,

5
menghasilkan pilihan yang layak, membuat ke-putusan, dan mengimplementasikan dan
mengevaluasi.

2.5 PERANAN SIM DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN


Menurut Lipursari (2013:32) Salah satu fungsi yang sangat penting dalam
kepemimpinan, yaitu pengambilan keputusan, seorang pimpinan sebagian besar waktu,
perhatian, maupun pikirannya dipergunakan untuk mengkaji proses pengambilan keputusan.
Semakin tinggi posisi seseorang dalam kepemimpinan organisasi maka pengambilan
keputusan menjadi tugas utama yang harus dilaksanakan. Perilaku dan cara pimpinan dalam
pola pengambilan keputusan sangat mempengaruhi perilaku dan sikap dari pada stafnya.
Pengambilan keputusan adalah sebuah hasil dari pemecahan masalah, jawaban dari
suatu pertanyaan sebagai hukum situasi, dan merupakan pemilihan dari salah satu alternatif
dari alternatif-alternatif yang ada, serta pengakhiran dari proses pemikiran tentang masalah
atau problema yang dihadapi. Adapun hasil dari pengambilan keputusan adalah keputusan
(decision)
Pengambilan keputusan memiliki dua fungsi yaitu: pangkal permulaan dari semua
aktivitas manusia yang sadar dan terarah, baik secara individual maupun secara kelompok,
baik secara institusional maupun secara organisasional, dan sesuatu yang bersifat futuristik,
artinya bersangkut paut dengan hari depan, masa yang akan datang (efeknya atau
pengaruhnya berlangsung cukup lama).
Adapun tujuan dari pengambilan keputusan yaitu: tujuan yang bersifat tunggal,
terjadi apabila keputusan yang dihasilkan hanya menyangkut satu masalah. Artinya, sekali
diputuskan tidak akan ada kaitannya dengan masalah lain, dan tujuan yang bersifat ganda
terjadi apabila keputusan yang dihasilkan menyangkut lebih dari satu masalah, artinya
keputusan yang diambil sekaligus memecahkan dua masalah atau lebih, yang bersifat
kontradiktif atau yang tidak kontradiktif.

2.6 RELASI ANTARA SISTEM INFORMASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN


Perkembangan mutakhir teknologi dan teknologi informasi telah menghasilkan satu
bentuk aktivitas ekonomi dan bisnis baru, yang didasarkan atas pengetahuan; knowledge or
information-based economy, atau lebih sering dikenal dengan istilah post industrial system.
Pilar utama dari bentuk baru tersebut adalah pengetahuan dan informasi merupakan salah satu
sumber utama,aset utama setiap individu dan organisasi dalam meraih tujuan. Kemahiran
dalam mendapatkan, mengolah dan menyajikan informasi dan pengetahuan menjadi “alat

6
produksi yang canggih” merupakan persyaratan utama untuk meraih kemakmuran.
Kemakmuran bahkan dikaitkan dengan aset tersebut, dan tidak lagi dikaitkan dengan aset
lainnya. Hal ini hanya dapat terwujud bila organisasi telah mengembangkan sebuah sistem
informasi yang canggih, yang dapat membantu organisasi dalam melakukan pengambilan
keputusan secara baik.
Sistem infromasi merupakan “interrelated components working together to
collect,process,store and disseminate information to support dicisionaking.
Coordination,control,analysis adn visualization in an organization” K.C Loundon dan J.P
loundon 2000 ( dalam Dermawan, 2016:33). Sistem tersebut berisi informasi penting tentang
berbagai variabel lingkungan organisasi, baik internal maupun eksternal. Karakteristik utama
dari sistem ini adalah penerapan perangkat elektronik yang canggih,komputer, perangkat
keras dan lunaknya, serta sistem informasi lain yang terhubung luas. Seluruh perangkat keras
dan lunak dipakai untuk menemukan informasi yang bernilai tinggi bagi proses pengambilan
keputusan. Selain itu, tujuan lain dari sistem ini bagi pengambilan keputusan adalah
mengolah secara ekonomis data menjadi informasi atau pengetahuan, maka mereka terlebih
dahulu harus mencaro dan mengolah data. Tiga konsep ini sering saling dipergantikan dalam
penggunaannya. Seluruhnya menjadi rangkaian “bahan baku informasi” bagi pengambilan
keputusan.
Data merupakan deskripsi mendasar tentang sesuatu,peristiwa, aktivitas dan transaksi
yang direkam, diklarifikasi dan disimpan, namun tidak diorganisir untuk membawa satu
makna yang khusus. Data ini diolah menjadi informasi yang merupakan data yang telah
diorganisir sehingga data tersebut memiliki arti dan nilai bagi penerima. Pengetahuan terdiri
dari data atau informasi yang telah diorganisir dan diproses untuk menyampaikan
understanding,experience,accumulated learning dan expertise (E. Turban, E.Mclean, dan
J.Wetherbe 2001 dalam Dermawan, 2016:33) seketika pengambil keputusan menerapkan hal
tersebut pada penyelesaian masalah atau aktivitas pencapaian tujuan.
Semenjak organisasi merupakan “alat/wahana” yang digunakan orang untuk meraih
tujuan secara kolektif, dan organisasi juga merupakan sebuah “mesin pencipta keputusan”
yang mengakumulasikan seluruh daya kreasi setiap individu dalam mencaipta keputusan
terbaiknya, maka sistem informasi berfungsi sebagai “mesin penyuplai oksigen” bagi proses
penciptaan keputusan. Sistem ini juga membantu organisasi dalam menciptakan arus
komunikasi yang baik ke dalam dan ke luar organisasi. Komunikasi yang lebih merupakan
penghantar informasi terefektif yang dapat memberikan nilai tambah bagi penentuan
alternatif solusi. Secara sederhana kita dapat katakan bahwa pengambilan keputusan

7
merupakan “fungsi” dari sistem informasi. Semakin biak sistem informasi dibentuk semakin
baik keputusan yang dihasilkan. Relasi yang lebih mendalam dari sistem informasi dengan
pengambilan keputusan akan dijelaskan secara singkat pada bagian berikut ini.

2.7 LEVEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN,KEBUTUHAN INFORMASI DAN


SISTEM INFORMASI YANG MENDUKUNG
Menurut Dermawan (2016:34) Perbedaan dalam pengambilan keputusan dapat
diklarifikasikan melalui level organisasi, yang berhubungan dengan level stratejik,
manajemen, pengetahuan dan operasional. Pengambilan keputusan stratejik berkaitan dengan
penentuan sejumlah tujuan, sumber daya dan kebijakan dari organisasi. Tugas utama para
pengambil keputusan di level ini adalah memprediksi masa depan lingkungan ekternal
organisasi, serta mengharmoniskan karakteristik organisasi terhadap lingkungan.
Pengambilan keputusan pada tahap ini harus berhubungan erat dengan mereka yang
melakukan tugas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan pada level stratejik. Pengambilan
keputusan pada level pengetahuan berhubungan dengan penilaian kembali sejumlah ide baru
untuk menghasilkan produk barang dan jasa, cara untuk mengkomunikasikan pengetahuan
baru dan cara untuk mendistribusikan informasi dalam sistem organisasi. Pengambilan
keputusan pada level terakhir, operasional, menentukan bagaimana cara terbaik untuk
menerapkan tugas khusus yang telah diputuskan pada level stratejik dan manajemen. Selain
itu, keputusan yang diambil terkait dengan penentuan divisi mana dalam organisasi yang
akan melakukan tugas, penentuan kriteria penyelesaian tugas dan alokasi sumber daya serta
evaluasi atas hasil kinerja yang ditunjukkan atas keputusan yang diambil di level ini. Seluruh
level ini dihadapkan pada jenis pengambilan keputusan, seperti keputusan terstruktur dan
tidak terstruktur, keputusan terprogram dan tidak terprogram. Karakteristik dari dua bentuk
dikotomis keputusan ini dapat dilihat kembali pada bagian sebelumnya. Level pengambilan
keputusan manajemen, jenis dan karakteristik keputusan akan memberikan ragam jenis
kebutuhan informasi yang berbeda pula.
Gambar 4 (pada halaman 9) memberikan matrik hubungan antara level pengambilan
keputusan manajemen, jenis dan karakteristik keputusan serta jenis kebutuhan informasi yang
dibutuhkan. Level stratejik akan banyak berhubungan dengan pengambilan keputusan tidak
terstruktur, seperti penemuan pasar dan produk baru. Jenis kebutuhan informasinya tentu
akan disesuaikan dengan tugas yang harus mereka lakukan. Seringnya, sistem informasi yang
mendukung penyelesaian tugas pengambilan keputusan mereka adalah Executive Support
System (ESS) dan Decision-Support System (DSS). Level manajemen akan menggunakan

8
Management Information System (MIS) dan Decision-Support System (DSS) dalam
menentukan keputusan yang diambil terkait dengan persiapan aggaran, sebagai contoh. Level
pengetahuan membutuhkan alat bantu informasi Office Automation System (OAS) dalam
penetapan jadwal proses kerja secara elektronik untuk jenis keputusan tersetruktur, serta
menggunakan Knowledge Work System (KWS) bila jenis keputusan yang dihadapi adalah
keputusan tidak terstruktur, seperti mendesain produk . level operasional pada umumnya akan
menggunakan Transaction Processing System (TPS) dalam keputusan terstruktur, misalnya:
menghitung piutang dagang dan penjadwalan proyek.

2.8 TAHAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN SISTEM INFORMASI YANG


MENDUKUNG
Proses pengambilan keputusan terdiri dari sejumlah aktivitas yang berbeda yang
berlangsung dalam rentang waktu yang berbeda. Sejumlah langkah yang dikembangkan oleh
para pengambil keputusan menunjukkan rangkaian sistematis pemahaman terhadap masalah
sebenarnya, penyelesaian masalah dan implementasi atas solusi terpilih. Proses pengambilan
keputusan selalu berangkat dari masalah, karenanya manajer harus dapat merasakan dan
memahami dengan baik masalah yang timbul. Seketika masalah dapat didefinisikan dengan
tepat, alternatif solusi segera diajukan dan dipilih, kemudian alternatif solusi yang dipilih
langsung diimplementasikan. H.A Simon (1990) dalam Dermawan (2016:35)
menggambarkan empat langkah yang berbeda dalam pengambilan keputusan : intelejen,
desain, pilihan dan implementasi.

Gambar: perbedaan jenis informasi dalam pengambilan keputusan


(Sumber: Dermawan,Rizki.Pengambilan Keputusan.2016:35)

Tahap intelejen terdiri dari pendefinisian masalah, yang berangkat dari observasi
mendalam atas fenomena di lingkungan organisasi. Tahap ini berusaha menjawab

9
pertanyaan: mengapa, dimana dan dengna efek situasi terjadi. Tahap ini membutuhkan suplai
informasi yang bernilai tinggi untuk menjawab pertanyaan tersebut. Sistem informasi yang
dipakai pada umumnya adalah Management Information System (MSI) yang memasok
beragam informasi tentang lingkungan ekternal dan internal organisasi. Selama tahap desain
pengambilan keputusan, manajer menetapkan jumlah solusi yang masuk akal dan berpeluang
untuk mengatasi masalah. Aktivitas ini membutuhkan lebih banyak informasi, sehingga
manajer dapat merancang sebanyak mungkin solusi terhadap masalah. Decision Support
System (DSS) dan Knowledge Work System (KWS) merupakan dua sistem yang tepat untuk
memasok informasi bagi pengambil keputusan. Hal ini dimungkinkan oleh karekteristij dua
sistem tersebut, yang beroperasi berdasarkan model yang sederhana, dapat dikembangkan
dengan cepat dan dapat dioperasikan tanpa keterbatasan data. Tahap ketiga dari dalam
pengambilan keputuan terdiri dari penilaian satu diantara beberapa alternatif. Pada tahap ini
pengambil keputusan dapat menggunakan varian lain dari DSS yang berkaspasitas lebih besar
dalam hal pengolahan dan penyediaan data. Sistem ini membantu manajer dalam
mengembangkan analisis yang lebih rumit yang dibutuhkan untuk menghitung semua
konsekuensi. Tahap implementasi memerlukan sistem infromasi yang dapat menyampaikan
laporan langsung tenang implementasi dari solusi yang dipilih. Sistem yang dipakai juga
melaporkan sejumlah hambatan, kekurangan dan rintangan yang muncul dari implementasi
solusi. Umumnya Management Informasi System (MIS) dan Decision Support System (DSS)
yang berskala besar dan canggih digunakan untuk membantu para manajer pada tahap ini.

2.9 NILAI INFORMASI DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN


Informasi digunakan guna membantu manajer menghasilkan keputusan yang lebih
baik dibandingkan bila mereka tidak memiliki informasi sama sekali. Kegiatan bisnis yang
dikatakan merupakan “pertaruhan” untuk memenangkan “permainan judi kehidupan”.
Mendasarkan keputusan semata-mata pada ketersediaan informasi. Bahkan dalam tingkat
ketidakpastian yang sangat tinggi, sehingga pengambil keputusan harus mendasarkan pilihan
atas dasar intuisi, informasi yang terbatas pun akan bernilai sama dengan informasi yang
berlimpah dalam kondisi keidakpastian rendah. Mencari nilai yang “tepat” atas informasi
inilah tugas yang sulit dilakukan.
Sejauh ini, metode yang telah dikembangkan untuk menilai manfaat informasi adalah:
nilai informasi merupakan perbedaan antara manfaat bersih pengambilan keputusan
berdasarkan atas ketersediaan informasi dengan keputusan tanpa informasi. Walau tentunya
kondisi keputusan tanpa ketersediaan informasi adalah hal yang tidak mungkin. Karena

10
paling tidak selalu terdapat informasi yang minim tentang sesuatu/peristiwa, yang dapat
digunakan sebagai input dalam menentukan keputusan. Nilai informasi dengan demikian
dibentuk matematiskan sebagai :
NI = MBI – MBI
Dimana:
NI : Nilai Informasi
MBI : Manfaat bersih dengan informasi
MBI0 : Manfaat bersih tanpa informasi
Model terbaik yang dapat dipakai untuk menilai informasi dalam pengambilan
keputusan adalah model nilai dari informasi yang sempurna. Model ini menilai informasi
ketika pengambilan keputusan dilakukan dalam kondisi resiko, dimana tingkat ketidakpastian
akan sebuah peristiwa sangat tinggi, dan tipe keputusan yang dihadapi adalah tidak
terstruktur.
Cara lain untuk memperkirakan nilai infomasi untuk kasus pengambilan keputusan
yang lebih rumit adalah melakukan eksperimen. Cara ini membandingkan keputusan dengan
atau tanpa informasi, baik dalam situasi kondisi dunia nyata atau dalam sebuah dunia buatan
laboraturium, yang mensimulasikan beberapa proses keputusan. Pendekatan ini kurang
berisiko, tetapi bukanlah hal yang mudah untuk mentranslasikan hasil keputusan yang didapat
dalam dunia laboratorium menjadi refleksi yang nyata dari nilai informasi dalam dunia
sebenarnya. Keputusan yang diambil melalui simulasi dalam lab memiliki bias subyektifitas
yang tinggi, sehingga jarang cara ini digunakan dalam mencari nilai informasi yang “tepat” .
adapun langkah lainnya adalah mengembangkan pedekatan subjective expected utility (SEU)
dalam menentukan nilai dari informasi. Tentunya pendekatan ini digabungkan dengan
sejumlah pendekatan kuantitatif lainnya guna mendapatkan hasil perhitungan yang baik atas
nilai manfaat dari informasi.

11
Gambar : Proses pengambilan keputusan dan sistem informasi yang dibutuhkan
(Sumber: Dermawan,Rizki.Pengambilan Keputusan.2016:38)

12
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Pengambilan keputusan itu adalah suatu cara yang digunakan untuk memberikan
suatu pendapat yang dapat menyelesaikan suatu masalah dengan cara / teknik tertentu agar
dapat lebih diterima oleh semua pihak.
Sedangkan sistem infromasi merupakan “interrelated components working together to
collect,process,store and disseminate information to support dicisionaking.
Coordination,control,analysis adn visualization in an organization” K.C Loundon dan J.P
loundon 2000 ( dalam Dermawan, 2016:33). Sistem tersebut berisi informasi penting tentang
berbagai variabel lingkungan organisasi, baik internal maupun eksternal. Karakteristik utama
dari sistem ini adalah penerapan perangkat elektronik yang canggih,komputer, perangkat
keras dan lunaknya, serta sistem informasi lain yang terhubung luas. Seluruh perangkat keras
dan lunak dipakai untuk menemukan informasi yang bernilai tinggi bagi proses pengambilan
keputusan. Selain itu, tujuan lain dari sistem ini bagi pengambilan keputusan adalah
mengolah secara ekonomis data menjadi informasi atau pengetahuan, maka mereka terlebih
dahulu harus mencaro dan mengolah data. Tiga konsep ini sering saling dipergantikan dalam
penggunaannya. Seluruhnya menjadi rangkaian “bahan baku informasi” bagi pengambilan
keputusan.

3.2 SARAN
Hendaknya pembaca jika menjadi seorang pemimpin dalam suatu organisasi dapat
mengambil keputusan yang tepat dan menerapkan gaya kepemimpinan sesuai dengan situasi
dengan berbagai pertimbangan yang telah diperutungkan secara matang. Dan gunakanlah
makalah ini dengan sebaik-baiknya dan jadikanlah makalah ini sebagai bahan referensi untuk
makalah yang sejenis.

13
DAFTAR PUSTAKA

Dermawan, Rizky. 2016. Pengambilan Keputusan : Landasan Filososfis,Konsep dan


Aplikasi, Bandung : Alfabeta
Prawirosentono, Suyadi. 2016. Manajemen Stratejik & Pengambilan Keputusan Korporasi,
Jakarta : Bumi Aksara
Siagian. 1988. Teori dan Praktek Pengambilan Keputusan, Jakarta : Cv. Haji Masagung
Lipursari,Anastasia. 2013. Peran Sistem Informasi Manajamen (SIM) dalam pengambilan
keputusan. Jurnal STIE Semarang. VOL 5, NO 1, Edisi Februari 2013 hal 32
Anwar,Herson. 2014. Proses Pengambilan Keputusan untuk Mengembangkan Mutu
Madrasah. Nadwa Jurnal Pendidikan Islam . Vol. 8, Nomor 1, April 2014 hal 39 & 44.
https://www.academia.edu/8524388/MAKALAH_PENDAHULUAN_ANALISIS_PENGA
MBILAN_KEPUTUSAN_Disusun_untuk_memenuhi_tugas_Mata_Kuliah_Analisis_Pen
gambilan_Keputusan. Diakses pada 14 Februari 2018.

14
LAMPIRAN

Cover dan halaman depan buku Rizky Dermawan

Dermawan,Rizki.Hal.32- 33 Pada makalah hal 6-7

15
Dermawan,Rizki.Hal.34. Pada makalah hal.8 Dermawan,Rizki.Hal.35. Pada makalah Hal. 9

Dermawan,Rizki.Hal.36-37.Pada makalah hal 10-12

16
Dermawan,Rizki.Hal.38

hu

zzzz

Cover dan halaman depan buku Siagian

17
Siagian,hal 19. Pada makalah hal. 4-5

Cover dan halaman depan buku Suyadi Prawirosentono

18
Prawirosentono,hal 95-96 . Pada makalah hal.4

19

Anda mungkin juga menyukai