id
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Gelar Magister Teknik
Disusun oleh :
RAHAYU MAHANANI WIJIASTUTI
S 940908011
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
TESIS
KINERJA SISTEM DAERAH IRIGASI
DENGAN TOLOK UKUR BERKELANJUTAN
(Kasus Daerah Irigasi Nepen, Boyolali, Jawa Tengah)
Disusun Oleh:
Tim Pembimbing:
Mengetahui:
Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun Oleh:
RAHAYU MAHANANI WIJIASTUTI
S 940908011
Dewan Penguji:
Mengetahui:
Direktur Program Ketua Program Studi
Pascasarjana Magister Teknik Sipil
Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, MS Dr. Ir. Mamok Suprapto, M.Eng
NIP. 196107171986011001 NIP. 195107101981031003
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, tertulis dalam
tesis tersebut, diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam Daftar Pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh dari tesis tersebut.
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11. Yang tercinta papi dan mami, Ir Sri Wiji dan Sri Hartuti, S.Pd, dengan
pengorbanan yang tiada henti,
12. My Hubby, My Soul, Hafid Nur Indra, dengan semangatmu dan kesabaranmu
penelitian ini dapat terselesaikan,
13. Yang tersayang adik, Andhika Fery Kurniawan dan Asri Kurniawati, atas
semua semangat untuk terus maju dan melangkah,
14. Yang terkasih keluarga besar Nani, Ibu dan Bapak, Simbah, Tante dan Om,
atas semua kesabaran, dorongan semangat dan doa restu,
15. Yang tersayang Keluarga Delanggu, ayah (H. Sunarso), mama (Hj. Sriyani),
kakak & adik yang telah memberikan penulis tempat didalam keluarga,
hiburan dan semangat dalam menyesaikan penelitian ini,
16. Sahabat terbaik yang Allah SWT berikan untuk selalu ada dan mendampingi,
atas persahabatan yang indah dan terjalin di antara kita selama ini,
17. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini,
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi.
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Infrastruktur irigasi sering rusak karena aliran tidak stabil. Kerusakan akan
membawa dampak semakin meningkatnya biaya pemeliharaan infrastruktur dan
produksi. Oleh karena itu, aliran harus dipertahankan untuk menjaga fungsi
infrastruktur agar memenuhi kaidah keberlanjutan. Penelitian ini dilakukan di
Daerah Irigasi Nepen, Boyolali, Jawa Tengah. Studi ini membandingkan tolok
ukur pengelolaan air berdasarkan faktor k dengan tolok ukur yaitu berupa indeks
keandalan (Ia) dan indeks kelentingan (Ik).
Kebutuhan air irigasi dianalisis berdasarkan data klimatologi dari stasiun Adi
Soemarmo untuk periode 2003 sampai 2004. Kebutuhan air irigasi dihitung
menggunakan metode Penman Monteith. Data aliran yang digunakan berdasarkan
data tinggi muka air di bendung Nepen. Data aliran yang dikurangi dengan
kebutuhan air irigasi menghasilkan nilai residu. Nilai residu digunakan sebagai
dasar analisis untuk mendapatkan faktor k, Ia dan Ik. Dalam penelitian ini telah
ditetapkan faktor k yang baik harus 0.8, Ia 0.8 dan Ik 0.5. Penelitian
dilakukan dengan skenario Pola tata tanam untuk mendapatkan nilai faktor k, Ia
dan Ik yang terbaik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa evaluasi per MT dan periode 15 harian pada
Daerah Irigasi Nepen menunjukkan nilai faktor k > 80%, akan tetapi nilai tolok
ukur yang ditetapkan tidak tercapai. Untuk mendapatkan Ia dan Ik terbaik
digunakan skenario pola tata tanam dari luas lahan ditanami dengan luas tanam
272,5 ha pada MT-1, 410 ha pada MT-2, dan 410 ha pada MT-3, mendapatkan
nilai faktor k pada tiap masa tanam hampir mencapai 100%, sedangkan nilai
sebagai indeks keandalan (Ia) dan indeks kelentingan (Ik) hampir mencapai nilai
1. Hal ini menjelaskan faktor k tidak dapat menjamin keberlanjutan sistem irigasi
yang berupa jaminan supplai air.
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang tak terhingga kepada Allah SWT atas berkah, rahmat, dan
hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Tesis ini
merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Pasca Sarjana pada
bidang keahlian Teknk Rehabilitasi dan Pemeliharaan Bangunan Sipil Fakultas
Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Judul dari Tesis ini adalah ”Kinerja Sistem Daerah Irigasi Dengan Tolok
Ukur Berkelanjutan (Kasus Derah Irigasi Nepen, Boyolali, Jawa Tengah)”.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada Dr. Ir. Mamok Suprapto, M.Eng dan Dr. Ir. Rintis Hadiani, MT
selaku dosen pembimbing tesis yang dengan penuh dedikasi telah begitu banyak
mencurahkan waktu, tenaga, kesabaran, dan pikirannya guna memberikan yang
terbaik kepada penulis sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik.
Akhir kata, penulis mengharapkan semoga tesis ini dapat memberikan
manfaat khususnya bagi penulis pribadi dan umumnya bagi pembaca semua.
Mengingat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki, maka
kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan.
Dengan hanya mengharapkan keridhoan-Nya, semoga dapat menumbuhkan
keikhlasan yang tulus dalam terselesaikannya tesis ini. Amin.
Penulis
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
xi
perpustakaan.uns.ac.id xii
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Ei : evaporasi (mm)
es : tekanan uap jenuh (kPa)
es : tekanan uap jenuh (kPa)
ETc : evapotranspirasi tanaman, dalam mm/hari.
ETc : kebutuhan air konsumtif, dalam mm/hari.
ETo : evapotranspirasi potensial (mm/hari)
ETo : evapotranspirasi, dalam mm/hari.
ez : elevasi di atas aras air laut (m)
fc : bagian tanah yang tertutup tanaman
f ew : bagian tanah yang paling banyak terjadi evaporasi
fw : bagian tanah yang terbasahi oleh irigasi atau hujan (0,01-1)
Fa : jumlah kejadian yang dapat diandalkan
few : bagian tanah yang paling banyak terjadi evaporasi
G : soil heat flux (MJ/m²/hari)
G : soil heat flux (MJ/m²/hari)
Gsc : Konstanta matahari = 0,082 MJ/m²/hari
h : tinggi tanaman (cm)
i : jumlah state dalam periode tinjauan
Ia : indeks keandalan
IE : efisiensi irigasi, dalam %.
Ii : kedalaman irigasi netto (mm)
Ik : indeks kelentingan
IR : kebutuhan air irigasi ditingkat persawahan, dalam mm/hari.
J : jumlah hari dalam 1 tahun = 365 atau 366
Jk : jumlah kelompok kejadian yang tidak dapat diandalkan
K : Satuan suhu dalam Kalvin (Kalvin)
k : Faktor k (keandalan)
KAI : kebutuhan air irigasi, dalam liter/detik.
kc : koefisien tanaman
kcb : basal crop.
Kcb-end : koefisien tanaman basal tahapan masa tumbuh akhir
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
commit to user
xix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB 1
PENDAHULUAN
1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id
menjamin suplai air untuk memenuhi kebutuhan air tanaman. Suplai air yang baik
dapat menjamin fungsi infrastruktur sehingga keberadaannya dapat terjaga.
Infrastruktur irigasi sering mengalami kerusakan. Berbagai penyebab
kerusakan infrastruktur irigasi, antara lain:
1. Pasok air yang terlalu kecil menyebabkan air tidak dapat mengalir sampai
petak sawah. Akibatnya petani sering merusak saluran dan infrastruktur irigasi
untuk bisa mendapatkan air.
2. Kecepatan aliran yang terlalu kecil mengakibatkan terjadinya sedimentasi
sehingga mengurangi kapasitas alir saluran.
3. Naik turunnya muka air pada saluran menyebabkan kerusakan saluran irigasi
berupa retak-retak pada dinding saluran.
4. Terjadinya pengrusakan dan pencurian komponen infrastruktur seperti pintu
air, dan sebagainya yang mengakibatkan pengaturan air tidak dapat dilakukan
dengan baik.
Kerusakan-kerusakan tersebut berdampak pada peningkatan biaya
pemeliharaan dan rehabilitasi infrastruktur irigasi. Oleh karena itu, terpeliharanya
aliran di saluran diharapkan dapat menjamin terpeliharanya infrastuktur irigasi.
Pemanasan global yang terjadi sejak tahun 90-an telah menyebabkan
perubahan iklim (climate change). U.S. Environmental Protection Agency (2007)
menjelaskan bahwa perubahan iklim adalah perubahan signifikan dari besaran
unsur klimatologi (seperti: temperatur, presipitasi dan angin) selama periode
waktu tertentu. Hal ini menyebabkan adanya perubahan evapotranspirasi yang
selanjutnya mengakibatkan perubahan kebutuhan air tanaman. Selain itu,
perubahan iklim juga mempunyai dampak pada meningkatnya tekanan lingkungan
dalam bentuk irregularitas ketersediaan air. Kekeringan dan banjir, degradasi
lahan, perubahan praktik-praktik pertanian dan diversifikasi tanaman, dapat
mengancam kelangsungan produksi pangan.
Kerusakan yang terjadi pada infrastruktur dan adanya perubahan iklim
berpengaruh terhadap kinerja suatu daerah irigasi (DI). Mamok Soeprapto (2008)
menjelaskan bahwa kinerja suatu sistem harus merupakan sesuatu yang terukur.
Hal ini diperlukan untuk mengevaluasi kinerja saat ini yang akan digunakan
sebagai pedoman operasi selanjutnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id
Untuk membatasi permasalahan agar penelitian ini lebih terarah dan tidak
meluas maka perlu adanya pembatasan sebagai berikut:
1. Wilayah kajian adalah Daerah Irigasi Nepen, Kabupaten Boyolali.
2. Data yang digunakan dalam kajian berupa data sekunder.
3. Data Curah Hujan, Klimatologi dan Data Pemberian Air Irigasi (data debit
yang masuk ke Intake) yang digunakan yaitu tahun 1999-2004.
4. Data Pola Tanam yang digunakan yaitu tahun 1999-2004.
5. Data curah hujan yang digunakan untuk uji kepanggahan yaitu tahun 1999-
2008.
6. MT-1 dimulai pada tanggal 1 Oktober untuk (Golongan 1) dan 15 Oktober
(Golongan 2), MT-2 dimulai pada tanggal 1 Pebruari untuk (Golongan 1) dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
7
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id
Hujan berasal dari uap air di atmosfer, sehingga bentuk dan jumlahnya
terdiri dan jumlahnya dipengaruhi oleh faktor klimatologi seperti angin,
temperatur dan tekanan atmosfer. Uap air tersebut akan naik ke atmosfer sehingga
mendingin dan terjadi kondensasi menjadi butir-butir air dan kristal-kristal es
yang akhirnya jatuh menjadi hujan. Chow et al. (1988) menjelaskan 2 (dua) tipe
hujan, yaitu: hujan titik dan hujan wilayah. Hujan titik adalah curah hujan yang
didapat dari hasil pencatatan alat pengukur hujan atau data curah hujan yang akan
diolah berupa data kasar atau data mentah yang tidak dapat langsung dipakai.
Satu seri data hujan untuk satu stasiun tertentu dimungkinkan tidak
panggah (incosistent), sehingga data tersebut tidak dapat langsung dianalisis. Dari
hasil penelitian yang telah dilakukan pada kurang lebih 600 stasiun hujan di Pulau
Jawa, ternyata 15% data hujannya tidak panggah. Data yang diketahui tidak
commit to user
panggah harus dikoerksi terlebih dahulu. Cara koreksi yang dilakukan dengan cara
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id
grafis dan analitis. Cara grafis yang biasa digunakan adalah dengan metode
analisis kurva massa ganda (double mass curve analysis) yang dikembangkan oleh
Searcy dan Hardison (Sri Harto, 2000).
Bambang Triatmojo (2008) menjelaskan bahwa metode analisis kurva
massa ganda membandingkan hujan tahunan kumulatif di stasiun y dengan stasiun
referensi x yang merupakan rerata beberapa stasiun di dekatnya. Nilai kumulatif
tersebut digambarkan dalam grafik cartesian x-y, dan kurva yang terbentuk
diperiksa untuk melihat perubahan kemiringannya. Apabila garis yang terbentuk
berupa garis lurus maka stasiun y adalah konsisten, dan sebaliknya. Jika stasiun
tidak konsisten, akan dilakukan koreksi dengan mengalikan data setelah kurva
berubah dengan perbandingan sebelum dan setelah kurva patah.
Cara ini masih diragukan karena pengujian dilakukan atas satu stasiun
terhadap beberapa stasiun disekitarnya. Hal ini berarti apabila semua stasiun diuji,
maka stasiun yang semula diuji yang kemungkinan tidak panggah akan dijadikan
acuan. Untuk itu diperlukan analisis dengan cara statistik, antara lain: Von
Neumann Ratio, Cumulative Deviation, Rescaled Adjusted Partial Sums (RAPS)
dan Weighted Adjusted Partial Sums (WAPS). Penelitian ini menggunakan
metode RAPS karena metode ini lebih baik digunakan apabila terjadi perubahan
diperkirakan berada di tengah-tengah deret yang digunakan.
Sri Harto (1993) menguji kepanggahan (consistensy) data hujan dengan
metode Rescaled Adjusted Partial Sums (RAPS). Uji kepanggahan dilakukan
dengan menggunakan Persamaan sebagai berikut:
k
Sk Yi Y , dengan k = 1, 2, 3,.., n (2.1)
i 1
S0 0
Sk
Sk , dengan k = 1, 2, 3,.., n (2.2)
Sd
n 2
2 Yi Y
Sd (2.3)
i 1 n
dengan:
Sk** = Rescaled Adjusted Partial Sums,
Sk * = Cumulative Deviation,
commit to user
Yi = data hujan ke-i (mm),
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id
atau
RRAPS maksimumS k min imumS k , 0 k n (2.5)
Data dinyatakan panggah jika:
QRAPS / n < nilai kritik (Tabel 2.1) (2.6)
QRAPS RRAPS
n n n
90% 95% 99% 90% 95% 99%
10 1,05 1,14 1,29 1,21 1,28 1,38
20 1,10 1,22 1,42 1,34 1,43 1,60
30 1,12 1,24 1,46 1,40 1,50 1,70
40 1,13 1,26 1,50 1,42 1,53 1,74
50 1,14 1,27 1,52 1,44 1,55 1,78
100 1,17 1,29 1,55 1,50 1,62 1,86
1,22 1,36 1,63 1,62 1,75 2,00
Sumber: Sri Harto (1993)
Suroso, dkk (2007) kebutuhan air untuk tanaman di lahan dipengaruhi oleh
beberapa faktor berikut: (1) pengolahan lahan, (2) penggunaan konsumtif, (3)
perkolasi, (4) penggantian lapis air, dan (5) sumbangan hujan efektif.
Lahan pertanian memerlukan air untuk pengolahan lahan dan juga
penggantian air yang hilang. Tinggi genangan untuk pengolahan lahan yang
digunakan adalah 12.5 mm/hari/ha selama 15 hari (Mamok Soeprapto, 2008).
oleh tanaman dimana pada perhitungan evaporasi dan transpirasi dilakukan secara
bersama-sama.
Sri Harto (1983) menjelaskan bahwa evapotranspirasi didefinisikan
sebagai penguapan dari suatu daerah aliran sungai sebagai akibat pertumbuhan
tanaman didalamnya. Apabila tersedia cukup air maka digunakan istilah
evapotranspirasi potensial (potential evapotranspirations/PET). PET sangat
penting dalam perhitungan kebutuhan air tanaman untuk irigasi. Perhitungan
evapotranspirasi potensial dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya
dengana alat pengukur evapotranspirasi berupa Evapotranspirometer, Atmometer
dan Panci penguapan. Cara ini sulit untuk dilaksanakan karena memerlukan
pengamatan/pengukuran langsung pada alat pengukur. Oleh karena itu, digunakan
rumus empiris untuk mendapatkan evapotranspirasi. Ada beberapa rumus empiris
yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain: rumus Thornthwaite, metode
Blaney-Criddle dan metode Penman.
Telah dilakukan kajian mengenai perhitungan metode Penman secara terus
menerus sejak direkomendasikan oleh Food and Agriculture Organization (FAO)
untuk mendapatkan hasil yang lebih teliti. Pada Mei 1990, FAO mengadakan
pertemuan dengan para konsultan ahli dan peneliti berkolaborasi dengan
International Commission For Irrigation And Drainage (ICID) dan World
Meteorogical Organization untuk meninjau kembali dan merevisi prosedur
perhitungan ETo. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan metode Penman-
Monteith sebagai standar perhitungan ETo yang baru berdasarkan data klimatologi
daerah yang ditinjau.
Prosedur perhitungan dengan menggunakan metode Penman Monteith
adalah sebagai berikut:
900
0,408 Rn G u 2 es ea
Tmean 273
ETo (2.7)
1 0,34u 2
17,27Tmean
4098 0,6108. exp
T 237,3
p 2
(2.8)
Tmean 237,3
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id
dengan:
ETo = evapotranspirasi potensial (mm/hari),
p = kemiringan lengkung tekanan uap air jenuh (kPa/°C),
T = Temperatur udara (°C),
Tmean= Temperatur udara rata-rata (°C),
Rn = radiasi netto (MJ/m²/hari),
G = soil heat flux (MJ/m²/hari),
= konstanta Psychrometric (kPa/°C),
u2 = kecepatan angin pada ketinggian 2 m (m/dt),
es = tekanan uap jenuh (kPa),
ea = tekanan uap nyata (kPa).
n
Rs as bs Ra (2.12)
N
Pada umumnya nilai as = 0,25 dan bs = 0,50, maka:
n
Rs 0,25 0,50 Ra (2.13)
N
dengan:
Rns = radiasi sinar matahari netto (MJ/m²/hari),
Rs = radiasi sinar matahari (MJ/m²/hari),
Rnl = radiasi gelombang panjang (MJ/m²/hari),
n = lama penyinaran matahari (jam),
N = kemungkinan maksimum penyinaran matahari (jam).
Besarnya n dapat diperkirakan dengan menggunakan Persamaan sebagai
commit to user
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id
24
N s (2.14)
2
0,409 sin J 1,39 (2.16)
365
275M
J int 30 D 2 (2.17)
9
Jika M < 3, maka J = J + 2. Jika tahun Kabisat (leap year) dan M > 2,
maka J = J + 1.
2
dr 1 0,033 cos J (2.20)
365
dengan:
Ra = Radiasi exstraterrestrial untuk periode harian
(MJ/m²/hari),
Gsc = 0,082 MJ/m²/hari,
dr = jarak inverse relatif Bumi – Matahari,
Evaporasi ekuivalen (mm/hari) = Ra (MJ/m²/hari) x 0,408.
4 4
Tmaz ,K Tmin, K Rs
Rnl 0,34 0,14 ea 1,35 0,35 (2.21)
2 Rso
K C 273,16 (2.24)
dengan:
Rnl = Radiasi gelombang panjang (MJ/m²/hari),
Rso = Radiasi matahari pada keadaan cuaca cerah (MJ/m²/hari),
Tmax,K = Max absolute temperature selama 24 jam (Kalvin),
Tmin,K, = Min absolute temperature selama 24 jam (Kalvin),
z = stasiun di atas permukaan air laut (m),
K = Satuan suhu dalam Kalvin (Kalvin).
6) Konstanta Psychrometric
Nilai konstanta psychrometric dihitung berdasarkan Persamaan:
0,665 10 3 P (2.26)
5 , 26
293 0,0065ez
P 101,3 (2.27)
293
dengan:
= konstantacommit to user (kPa/°C),
psychrometric
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id
17,27Tmin
e 0 Tmin 0,6108 exp (2.31)
Tmin 237,3
dengan:
es = tekanan uap jenuh (kPa),
e0(Tmax) = tekanan uap jenuh pada temperatur maksimum (kPa),
e0(Tmin) = tekanan uap jenuh pada temperatur minimum (kPa).
dengan:
Lini : tahap awal pertumbuhan (hari),
Ldev : tahap pertumbuhan (hari),
Lmid : tahap pertengahan musim (hari),
Llate : tahap akhir musim (hari),
*) : Ditjen irigasi (1986a).
0, 3
h
K cb K cb (tab ) 0,04 ! u 2 2 0,004 ! RH min 45 ! (2.36)
3
dengan:
h = tinggi tanaman (cm).
dengan:
Kcb-ini : koefisien tanaman basal tahapan masa tumbuh awal,
Kcb-mid : koefisien tanaman basal tahapan masa tumbuh
pertengahan,
Kcb-end : koefisien tanaman basal tahapan masa tumbuh akhir.
TEW De ,i
, untuk De,i 1 $ REW
1
Kr (2.38)
TEW REW
1 0 ,5!h
K cb K c min
fc (2.42)
K c max K c min
dengan:
f ew = bagian tanah yang paling banyak terjadi evaporasi,
f c = bagian tanah yang tertutup tanaman,
f w = bagian tanah yang terbasahi oleh irigasi atau hujan
(0,01-1),
Kcmin = 0,15-0,20.
Tabel 2.6. Nilai f w tiap jenis Sistem Irigasi menurut Allen et al (1998)
Ii
DPe ,i Pi ROi DPe,i 1 - 0 (2.44)
fw
Ei ETo xK e (2.45)
dengan:
De,i = kedalaman evaporasi kumulatif (mm),
Pe,i = kedalaman perkolasi (mm),
P = hujan (mm),
RO = runoff (mm),
Ii = kedalaman irigasi netto (mm),
Ei = evaporasi (mm),
ETo = evapotranspirasi potensial (mm),
Ke = koefisien evaporasi tanah,
Tew,i = transpirasi (mm).
Untuk mengestimasi kekurangan curah hujan yang harus dipenuhi oleh air
commit
irigasi diperlukan analisa statistik yangtomembutuhkan
user data curah hujan yang
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id
panjang (time series) sedangkan tidak semua curah hujan yang jatuh digunakan
oleh tanaman. Hujan efektif digunakan untuk memperhitungkan kehilangan
karena limpasan permukaan (run off) atau karena perkolasi yang jauh di luar
daerah akar tanaman. Hujan efektif dideskripsikan sebagai hujan dengan
probabilitas terlampaui 80% kering (Susi Susilowati, 2004).
dengan:
DR = kebutuhan air irigasi di pintu pengambilan, dalam liter/detik,
IR = kebutuhan air irigasi, dalam liter/detik/ha,
A = luas areal irigasi, dalam luas (ha),
Ef = Efisiensi jaringan irigasi total (%),
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id
Jk
Ik (2.53)
Nk Fa
dengan:
Ia = indeks keandalan,
Ik = indeks kelentingan,
Fa = jumlah kejadian yang dapat diandalkan,
Jk = jumlah kelompok kejadian yang tidak dapat diandalkan,
Nk = total kejadian, dalam hal ini mewakili periode waktu.
Persamaan 2.51 dan Persamaan 2.52 diatas memiliki peubah yang sama yaitu Fa
dan Nk, sehingga:
Fa Ia ! Nk (2.54)
Jk Jk Jk
Ik (2.55)
Nk Fa Nk Ia ! Nk Nk 1 Ia
Jk
Ik (2.56)
Nk 1 Ia
Persamaan tersebut menunjukkan hubungan yang erat dan saling terkait
antara Ia dan Ik, akan tetapi belum tentu akan menghasilkan hasil yang
selaras/sebanding.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB 3
METODE PENELITIAN
27
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id
Data yang dibutuhkan dalam kajian ini berupa data sekunder yang
diperoleh dari instansi yang terkait. Data tersebut meliputi:
Data yang dibutuhkan dalam kajian ini berupa data sekunder yang
diperoleh dari instansi yang terkait yaitu Lanud Adi Soemarmo di Surakarta dan
Sub Dinas Pengairan DPUPK Kabupaten Boyolali.
2.45. Kebutuhan air irigasi di petak sawah dan sumbernya berdasarkan cara
pemberian air dan kondisi jaringan irigasi yang ada. Untuk mendapatkan besarnya
debit pada intake yang dibutuhkan untuk irigasi, maka hasil perhitungan kc dan
ETc, dikalikan dengan luas daerah irigasi dan dibagi dengan koefisien efisiensi
yang telah ditetapkan. Dari hasil perhitungan tersebut, selanjutnya dipilih waktu
tanam yang menghasilkan kebutuhan air irigasi.
2. Perhitungan Faktor k
Perhitungan dilakukan dengan cara membandingkan antara besarnya
kebutuhan air dengan ketersediaan air yang ada disungai pada periode waktu
tinjauan. Ditetapkan nilai faktor k minimal 80%, sehingga akan diketahui
besarnya keandalan dari DI tersebut. Jika faktor k < 80% maka dikatakan tidak
andal dan sebaliknya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id
Kebutuhan air irigasi harus selaras dengan debit air pada saluran. Jika nilai
kedua indeks sesuai dengan nilai yang ditetapkan berarti pola operasi irigasi yang
diterapkan sudah baik. Jika belum, dilakukan perubahan operasi layanan dan
kedua tolok ukur dihitung kembali dengan membuat skenario. Skenario pola
tanam selanjutnya dipilih yaitu yang memberikan nilai probabilitas tertinggi.
Tahapan seluruh analisis penelitian disajikan dalam bentuk bagan alir
dalam Gambar 3.2.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id
Mulai
Uji Konsistensi
Data Hujan
dengan metode
Evapotranspirasi
RAPS
Potensial (ETo)
Ya
Apakah data Crop Evapotranspiration
hujan tsb
panggah? (CWR)
Faktor -k Perhitungan
indeks tolok ukur
resiko
Perbaikan
Kinerja Sistem Tidak
Apakah nilai tolok
Irigasi dengan
scenario ukur kinerja sistem
pengurangan luas irigasi tercapai?
lahan
Ya
Selesai
BAB 4
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Uji kepanggahan data hujan dilakukan pada stasiun hujan di Stasiun Adi
Soemarmo. Data hujan tahunan Stasiun Adi Soemarmo dapat dilihat pada Tabel
4.1. Pengujian dilakukan menggunakan metode Rescaled adjusted Partial Sums
(RAPS).
Tabel 4.1. Hujan Tahunan Stasiun Adi Soemarmo.
Tahun 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Jan 438.5 407.56 369.5 277.2 322.7 541.9 426.1 1067.4 78.9 221
Feb 465.3 301.5 447.2 484.5 399.5 239.4 387.3 595.2 595.2 429.4
Mar 308.4 400.4 335.9 262 258.6 309.4 631.3 407.4 305.4 470.8
Apr 177.9 246.3 281.7 230.3 87.6 114.5 576.2 464 451.7 168
Mei 130.6 85 221.4 51.5 98.6 86.2 84 462 67 42.6
Jun 15.4 29.3 76.4 41.3 40.4 11 149 277 22.1 0
Jul 26.2 20.5 42.8 9.1 0 23.2 292 0 0 0
Agst 5.9 7.6 1.4 1 2.4 0 0 0 0 0
Sep 19.8 71.5 24.8 0 8.9 8.4 235.1 0 25 0
Okt 229.5 114.2 216.3 20.6 112.5 78.8 235 0 113.7 381.7
Nop 187 210.1 193.2 170.6 140 560.4 481.3 116.2 319.2 298
Des 458 96 152.3 345.3 231.1 418 1024.6 273.9 568.7 303.1
Total
Hujan 2462.5 1990 2362.9 1893.4 1702.3 2391.2 4521.9 3663.1 2546.9 2314.6
(mm/thn)
Sumber: Lanud Adi Soemarmo, Surakarta (2009)
33
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id
Dari nilai yang didapatkan dalam Tabel 4.2, tampak bahwa nilai QRAPS hit
(maks) Stasiun Adi Soemarmo pada tahun 2005. Dengan Persamaan 2.4 dan
Persamaan 2.5, maka dapat diperoleh besaran QRAPShit / (n) Stasiun Adi
Soemarmo = 0.71. Kemudian nilai ini dibandingkan dengan nilai kritik yang
terdapat pada Tabel 2.1. Sesuai dengan jumlah data n=10 dan Confidence Interval
90%. Ternyata nilai QRAPShit / (n) < dari pada nilai QRAPS kritik. Hasil ini
menunjukkan bahwa data hujan stasiun Adi Soemarmo yang akan digunakan
dalam analisis adalah panggah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id
17,27 * 28,1
4098 0,6108. exp
28,1 237,3
p 2
= 0,138 kPa/°C.
28,1 237,3
d) Konstanta Psychrometric ( )
3
Berdasarkan Persamaan 2.26, 0,665 10 100,077 = 0,067 kPa/°C.
2,448 3,832
Maka dengan Persamaan 2.29 didapat es = 3,140 kPa.
2
f) Tekanan uap nyata (ea)
RHmin = 73 % (data) dan RHmax = 73 % (data). Berdasarkan
73 73
3,832
2,448 *
100
Persamaan 2.32 didapat eacommit to user 100 = 2,29211 kPa.
2
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.3. Nilai ETo untuk Daerah Irigasi Nepen Periode Evaluasi 1 tahun
terakhir
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.1. Perbandingan ETo DI Nepen Periode 1 tahun terakhir dengan Rerata
ETo DI Nepen
Gambar 4.1 menunjukkan bahwa Rerata ETo masih mewakili ETo pada periode 1
tahun terakhir dengan R2 = 0,727. Gambar 4.1 juga menggambarkan ETo selama
musim kemarau cenderung lebih besar dibandingkan selama musim penghujan.
Dari hasil analisis terlihat bahwa grafik ETo yang naik menggambarkan bahwa
kebutuhan air irigasi juga akan naik. Hal ini memungkinkan bahwa pada musim
kemarau, akan terjadi defisit air. Keadaaan ini dapat diatasi dengan operasi yang
baik untuk keberlanjutan fungsi bangunan, hasil pertanian dan sumbernya.
Berdasarkan nilai ETo dan pola tanam tersebut, maka ETc untuk masing-
masing tanaman dapat dihitung. Prosedur analisis untuk mendapatkan
Evapotranspirasi Tanaman terdiri dari:
1. Mengidentifikasi panjang dari tahapan masa tumbuh tanaman dan memilih
koefisien Kcb yang sesuai
2. Menyesuaikan koefisien Kcb yang dipilih sesuai dengan kondisi iklim selama
tahapan masa tumbuh
3. Membuat kurva koefisien tanaman dasar (basal crop)
commit
4. Menentukan nilai Ke harian untuk to user permukaan
evaporasi
perpustakaan.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id
5. Menghitung ETc sebagai hasil perhitungan dari ETo dan (Kcb dan Ke)
Contoh perhitungan Evapotranspirasi Tanaman periode harian untuk Padi
dengan tanggal mulai tanam 1 Oktober 2003 seperti berikut:
/ Perhitungan evapotranspirasi tanaman dimulai pada tanggal 1 Oktober 2003.
/ Paramater awal yang digunakan dalam perhitungan Evapotranspirasi
Tanaman adalah sebagai berikut (Data Pola Tanam, 2003):
Jenis Tanaman = Padi
Mulai Tanam
Bulan = 10
Tanggal = 16
Tahapan Masa Tumbuh
Lini (tahap awal pertumbuhan) = 45 hari
Ldev (tahap pertumbuhan) = 35 hari
Lmid (tahap pertengahan musim) = 20 hari
Llate (tahap akhir musim) =
Koefisien tanaman dasar (basal) dari Tabel 2.4
Kcb ini = 1
Kcb mid = 0.15
Kcb end = 0.6
Max ht (Tinggi maksimum tanaman) = 1 m
Rerata Kecepatan Angin pada tahap pertengahan musim/Midseas. Av. Wind
Speed (u2) = 0 m/s
Rerata Kelembaban Udara Minimum pada tahap pertengahan
musim/Midseas. Av. Rhmin (RHmin) = 0 %
Setelah disesuaikan:
Kcb ini = Kcb ini (Tabel 2.4) = 1. Berdasarkan Persamaan 2.36 didapatkan
0,3
1
K cb.mid 0,15 0,04 ! 0 2 0,004 ! 0 45 ! = 1,22.
3
Kcb end = Kcb end (Tabel 2.4) apabila nilai Kcb end < 0,45.
Karena Kcb end > 0, 45 dengan Persamaan 2.36 didapat
0,3
1
K cb.end 0,6 0,04 ! 0 2 0,004 ! 0 45 ! = 0,67.
3
Tanggal (Day) = 1
Tahun (Year) = 1
Number of The Day in The Year (J) = 274
Suhu Udara maximum (Tmax) = 32,4 oC
Kecepatan Angin (Wind) @ 2m = 4 m/s
Suhu Udara rerata (Tdew) = 28,1 oC
Evapotranspirasi Potensial (ETo) = 4,6 mm/dt
Jharv = 409
Jika J < Jplant maka maka Kcb = Kcb.ini (yang disesuaikan) = 1.
K cb 1
Maka tinggi tanaman /Height = h Max.ht = 1 =0,82 m.
K cbmid 1,22
Berdasarkan Persamaan 2.40 didapatkan Batas atas Kcmax =
,&,& 0,82
0,3
)& )&
K c max max ++1,2 0,04 4 2 0,004 80 45 ( , "1 0,05# ( = 1,15.
&*&* 3 &' &'
mm.
c) kedalaman evaporasi kumulatif (De,i)
Berdasarkan Persamaan 2.43, didapatkan
0
De ,i 1 17,5 2,3 0 2,3 = 17,5 mm.
0,99
/ Menghitung Evapotranspirasi Tanaman (ETc)
Tahap – tahap untuk mendapatkan Evapotranspirasi Tanaman (ETc) sebagai
berikut :
a) Koefisien Kc
Berdasarkan Persamaan 2.35, didapatkan K c 1 0 = 1.
b) Evapotranspirasi Tanaman (ETc)
Berdasarkan Persamaan 2.34, didapatkan ETc 1 4,6 = 4,6 mm/day.
commit to user
Tabel 4.6. Perhitungan Evapotranspirasi Tanaman Periode 1 tahun terakhir
Example Spreadsheet for Calculating ET c = (K cb + K e )ET o and
For a New Crop, Change Values in the Boxes
Crop: Rice Table 11: Table 17: Following Adjustment:
L ini 20 K cb ini 1.00 1.00 K cmin 1.00
Planting: Month 10 L dev 45 K cb mid 1.15 1.22 Max.Ht.: 1 m
Day 16 L mid 35 K cb end 0.60 0.67
L late 20
Midseas. Av. Wind Speed: 0.00 m/s <----Computed automatically from Looku
"Double" Underlined Columns (below) are User-Entered Midseas. Av. RHmin: 0 % <----Computed automatically from Looku
47
48
<-----------------------------------Evaporation Calculation------------------------------------>
Net
Irrig./fw (<--from irrig. sched., prev. day) De,i De,i
Height (beg. of day) start E DPe end ETc
Kcb m Kc max mm fc fw few mm Kr Ke mm/d mm/d mm Kc mm/d
1.00 0.82 1.15 0.0 0.01 1.00 0.99 17.5 0.00 0.00 0.00 2.30 17.50 1.00 4.56
1.00 0.82 1.18 0.0 0.01 1.00 0.99 15.2 0.24 0.04 0.20 0.00 15.40 1.04 4.97
1.00 0.82 1.19 0.0 0.01 1.00 0.99 13.1 0.46 0.09 0.41 0.00 13.51 1.09 5.18
1.00 0.82 1.15 0.0 0.01 1.00 0.99 11.2 0.66 0.10 0.45 0.00 11.67 1.10 4.85
1.00 0.82 1.19 0.0 0.01 1.00 0.99 9.4 0.86 0.16 0.76 0.00 10.13 1.16 5.43
1.00 0.82 1.14 0.0 0.01 1.00 0.99 7.8 1.00 0.14 0.67 0.00 8.50 1.14 5.37
1.00 0.82 1.17 0.0 0.01 1.00 0.99 6.2 1.00 0.17 0.79 0.00 6.98 1.17 5.38
1.00 0.82 1.16 0.0 0.01 1.00 0.99 4.7 1.00 0.16 0.76 0.00 5.45 1.16 5.50
1.00 0.82 1.13 0.0 0.01 1.00 0.99 3.1 1.00 0.13 0.59 0.00 3.74 1.13 4.98
1.00 0.82 1.14 0.0 0.01 1.00 0.99 1.4 1.00 0.14 0.64 0.00 2.08 1.14 5.27
perpustakaan.uns.ac.id 49
digilib.uns.ac.id
Hasil perhitungan ETc dan Kebutuhan Air Irigasi (Q) disajikan dalam
Lampiran C.
Residu debit dapat dilihat dari debit pemberian air pada waktu yang sesuai
dikurangi dengan kebutuhan air di intake. Bila pengurangan bernilai positif
menandakan bahwa DI Nepen mengalami surplus, jika sebaliknya menandakan
defisit. Adapun debit pemberian air disajikan dalam Tabel 4.7 dan Tabel 4.8.
Tabel 4.7. Debit Pemberian Air Irigasi (m3/dt) untuk Periode 1 tahun terakhir
Periode
Tahun minggu Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
ke-
1 0.46 0.45 0.47 0.50 0.51 0.51 0.51 0.50 0.49 0.49 0.44 0.45
2003
2 0.46 0.45 0.47 0.50 0.50 0.51 0.51 0.49 0.49 0.48 0.45 0.55
1 0.43 0.42 0.44 0.44 0.45 0.43 0.45 0.45 0.45 0.46 0.46 0.46
2004
2 0.43 0.42 0.44 0.45 0.45 0.43 0.45 0.45 0.45 0.46 0.46 0.46
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 50
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 51
digilib.uns.ac.id
Faktor k Faktor k
Dari hasil perhitungan terlihat bahwa nilai faktor k yang dijadikan dasar
pengelolaan irigasi dari pola tanam yang diterapkan dalam kurun waktu satu tahun
menunjukkan nilai faktor k diatas 80%. Hal ini menjelaskan bahwa terpenuhinya
kebutuhan air sepanjang tahun.
Sistem pemberian air untuk seluruh skenario pola tanam harus memiliki
nilai indeks keandalan (Ia) > 0,80commit to user
dan indeks kelentingan (Ik) > 0,50. Bila kedua
perpustakaan.uns.ac.id 52
digilib.uns.ac.id
indeks ini tidak dipenuhi, maka hal ini mengindikasikan bahwa pemberian air
tidak mampu memenuhi kebutuhan air, atau dapat dikatakan bahwa operasi irigasi
tidak memenuhi kaidah keberlanjutan. Perhitungan kejadian dari awal masa tanam
MT-1 pada tanggal 1 Oktober dengan pola tata tanam (Padi/Palawija –
Padi/Palawija – Padi/Palawija) dapat dilihat dalam Lampiran E. Hasil analisis
untuk periode pengamatan satu tahun disajikan dalam Tabel 4.11 sampai dengan
Tabel 4.13.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 53
digilib.uns.ac.id
Indeks Indeks
Salah satu cara untuk memperbaiki operasi irigasi tersebut adalah dengan
mengurangi luas lahan yang ditanami. Skenario ini dipilih berdasarkan hasil
perhitungan tolok ukur resiko dengan perhitungan indeks keandalan dan indeks
kelentingan pada MT-1 yang tidak tercapai. Skenario pola tanam antara lain:
Padi/Palawija – Padi/Palawija – Padi/Palawija dengan luas tanam MT-1 sebesar
272,5 ha, MT-2 sebesar 410 ha, dan MT-3 sebesar 410 ha. Skenario ini dipilih
berdasarkan keinginan petani untuk tidak mengubah pola tanam. Hasil
commit to user
perhitungan residu disajikan dalam Grafik 4.4 dan Grafik 4.5.
perpustakaan.uns.ac.id 54
digilib.uns.ac.id
Hasil perhitungan faktor-k dan indeks resiko disajikan dalam Tabel 4.14
sampai Tabel 4.18.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 55
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.15. Hasil Perhitungan Faktor k Skenario Luas Lahan per 15 harian
Faktor k Faktor k
Tabel 4.16. Hasil Perhitungan Indeks Resiko Skenario Luas Lahan per MT
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 56
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.17. Hasil Perhitungan Indeks Resiko Periode 1 tahun terakhir Skenario
Luas Lahan per 15 harian
Indeks Indeks
Tabel 4.18. Hasil Perhitungan Residu Rerata Debit Skenario Luas Lahan
per 15 harian
Indeks Indeks
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 57
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan hasil analisis faktor k dalam Tabel 4.20 dan Tabel 4.21 terlihat
bahwa pada MT-1, MT-2 dan MT-3 memiliki nilai faktor k > 80%. Hal ini
menggambarkan bahwa kebutuhan air irigasi selama sepanjang tahun dapat
tercapai. Sehingga operasi irigasi dan pola tanam yang diterapkan dapat dikatakan
andal.
Hasil perhitungan indeks resiko sebagai tolok ukur keberlanjutan sistem
irigasi pada Tabel 4.22 sampai dengan 4.24 mempunyai nilai Ia > 0,8 dan Ik > 0,5.
Terlihat bahwa terjadi peningkatan besaran indeks keandalan (Ia) dan indeks
kelentingan (Ik) dengan skenario pengurangan lahan yang ditanami padi pada
MT-1. Hal ini menjelaskan Skenario Pola Tanam lebih baik diterapkan pada
Daerah Irigasi Nepen dibandingkan dengan Pola Tanam yang berlaku. Dengan
nilai perhitungan yang melampaui batasan tolok ukur yang ditetapkan dapat
dikatakan bahwa sistem irigasinya bersifat berkelanjutan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
58
perpustakaan.uns.ac.id 59
digilib.uns.ac.id
MT-1 sebesar 272,5 ha, MT-2 sebesar 410 ha, dan MT-3 sebesar 410 ha.
Hasil analisis untuk skenario tersebut didapatkan nilai faktor k pada tiap mas
tanam hampir mencapai 100%, sedangkan nilai sebagai indeks keandalan (Ia)
dan indeks kelentingan (Ik) hampir mencapai nilai 1. Terlihat bahwa terjadi
peningkatan besaran indeks keandalan (Ia) dan indeks kelentingan (Ik)
dengan skenario pengurangan lahan yang ditanami padi pada MT-1. Hal ini
menjelaskan Skenario Luas Tanam lebih baik diterapkan pada Daerah Irigasi
Nepen dibandingkan dengan Luas Tanam yang berlaku. Dengan nilai
perhitungan yang melampaui batasan tolok ukur yang ditetapkan dapat
dikatakan bahwa sistem irigasinya bersifat berkelanjutan.
5.2 Saran
Beberapa saran yang berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Jenis tanaman pada MT-1 dan MT-2 sebaiknya berupa tanaman yang
memerlukan sedikit air.
2. Perlu dilakukan evaluasi pengamatan dengan memperpendek periode
pengamatan, misalnya dengan periode pengamatan 10 atau 30 harian.
3. Perlu menambah batasan tolok ukur, misalnya indek kerawanan.
4. Perlu dilakukan evaluasi berdasarkan data hasil produksi pertanian.
5. Mengubah pola pemberian air.
commit to user