Anda di halaman 1dari 16

Pada peta tersebut dapat diketahui jenis batuan dan umur batuan yang ada di pulau Kalimantan

1. Cekungan yang mencankup batuan sedimen berumur neogen (22,5 – 3,2 ma) dan terdapat
pada daerah kutai Mahakam, tarakan dan brunei yang di tunjukan dengan warna kuning.
2. Cekungan yang mencankup batuan sedimen berumur paleogen (65 – 33 ma) dan terdapat
pada deerah Barito, Pembuang, Ketungau Malawi dan bagian utara Kalimantan yang di tunjukan
dengan warna merah jambu.
3. Batuan karbonat berumur tertier (65 – 3,2 ma) terdapat bagian timur laut pulau Kalimantan
atau tepat berada pada daerah mangkalihat yang ditunjukan dengan warna biru muda.
4. Bagian utara pulau ini didominasi oleh Kapur dan Eosen. Untuk Miosen Crocker-Rajang-
Embaluh akresi kompleks Ini terutama terdiri dari turbidites yang sedang menumpahkan ke timur
laut.
5. Bagian tenggara pulau Kalimantan daerah meratus dan laut isi terdapat batuan vulkanik dan
ofiolit berumur cretaseus atas (100 ma) yang ditunjukan dengan warna hijau.
6. Batuan vulkanik berumur pliosen, pleistosen dan eosin terdapat dibagian tengah pulau
Kalimantan. Ditunjukan dengan warna merah yang dihasilkan dari erupsi gunung api.
7. Endapan sedimen turbidit, kelompok rijang, zona mélange, dan gabro kompleks terdapat
dibagian tengah pulau Kalimantan yang ditunjukan dengan warna hijau tua.
8. Dibagian barat pulau Kalimantan terdapat batuan metamorf dan batuan vulkanik berumur
triasik – jurasik (230 – 160 ma), batuan sedimen berumur tiriasik bawah – eosin (230 – 44 ma)
serta batuan granit dan metamorf berumur perem – triasik (260 – 215 ma) bagian ini ditunjukan
dengan warna ungu tua.
9. Bagian pegunungan schwaner terdapat batuan granit berumur cretaseous bawa – cretaseous
atas (141 – 100 ma) dan batuan intrusive tonalid berumur paleozoikum (570 – 251 ma), yang
ditunjukan dengan warna ungu muda.
10. Batuan ultrabasa hanya sebagian kecil terdapat di bagian tenggara dan utara pulau Kalimantan
yang ditunjukan dengan kotak hitam.

Kalimantan terdapat empat unit geologi utama, yaitu batuan yang dihubungkan dengan pinggir
lempeng, batuan dasar, batuan muda yang mengeras dan tidak mengeras, dan batuan aluvial serta
endapan muda yang dangkal. Kompleks batuan dasar diKalimantan di bagian barat dan bagian
tengah Kalimantan(termasuk pegunungan Schwaner) mewakili singkapan dasar benua terbesar di
Indonesia. Batuan dasar adalah batuan di dasar lapisan stratigrafi yang umumnya lebih tua dari
batuan di atasnya. Batuan ini biasanya mengalami metamorfosis bela terkena panas. Hasil
metamorfosis batuan ini yang khas adalah batu pualam yang berasal dari batu kapur; bati sekis
hijau yang berasal dari batuan vulkanik, batu gneis yang berasal dari batu pasir atau granit. Daerah
batuan metamorfosis atau batuan dasar adalah jenis kerak benua yang sering dipengaruhi oleh
batuan intrusi muda.
Kompleks batuan dasar Kalimantan terdiri dari atas sekis dan gneis yang tercampur dengan granit
dari Era Palaezoikum dan Periode Terseir membentuk daerah kristal yang sangat luas. Batuan yang
berasosiasi dengan pinggir lempengKalimantanmencakup opiolit (kerak samudera) dan melange.
Potongan lantai samudera (kerak samudera) terdapat beberapa tempat didaratanKalimantan.
Potongan-potongan ini dicirikan oleh susunan batuan beku yang padat gelap tipe basa dan ultra
basa dengan komponen granit. Endapan batu kersik samudera dan karbonat mungkin juga terdapat
deretan batuan ini disebut opiolit. Sebagian pengganti jalur penunjaman, opiolit-opiolit ini
terbentuk oleh tubrukan lempeng ketika kerak samudera terperangkap oleh gerakan tektonik
lempeng dan tertekan ke pinggir lempeng yang berdekatan dan di sini opiolit-opiolit ini tetap
terlindungi. Proses pencuatan ini sering disertai oleh rubuh dan retaknya batuan. Kompleks opiolit
di Pulau Laut dan Pegunungan Meratus terbentuk dengan cara ini.
Batuan melange adalah batuan campuran potongan-potongan batu dari berbagai jenis dan ukuran
yang berbeda dalam matrik berliat yang terpotong, yang menunjukkan adanya tekanan yang sangat
kuat. Potongan-potongan ini ukurannya dapat sangat kecil (cm) dan dapat juga berukuran besar
(ratusan meter atau lebih. Malange sering dikaitkan dengan proses pembentukan jalur
penunjaman.Melange merupakan perpaduan antara bahan-bahan yang terkikis dari lempeng
samudera yang bergerak turun dengan endapan yang berasal dari massa daratan atau lengkung
vulkanik di dekatnya. Seluruh massa ini tergesek dan terpotong karena desakan ke bawah dari
lempeng yang bergerak turun. Batuan yang terbentuk dengan cara ini berasosiasi dengan desakan
keatas lempeng opiolit yang besar di Pegunungan Meratus.
Daerah melangeyang luas di bagian tengah Kalimantan, yaitu yang terbentang di perbatasan antara
Kalimantan dan Malaysia, masih belum diketahui dengan baik. Daerah melange ini merupakan
zona batuan hancur, sering mengandung potongan-potongan opiolit, tetapi luas dan umur
geologinya (akhir mesozoikum sampai periode tersier yang lebih tua) sulit untuk dijelaskan dalam
peristilahan lempeng tektonik sederhana (williams dkk, 1989)
Sebagian besar Kalimantan terdiri dari batuan yang keras dan agak keras, termasuk batuan kuarter
di semenanjung Sangkulirang dan jajaran pegunungan meratus,batuan vulkanik dan endapan
tersier.Kalimantan tidak memiliki gunung api yang aktif seperti yang terdapat di Sumatera dan
Jawa, tetapimemiliki daerah batuan vulkanik tua yang kokoh di bagian barat daya dan bagian timur
Kalimantan. Hal-hal tersebut merupakan peninggalan sejarah geologis Indonesia yang mencakup
berbagai masa kegiatan vulkanik dari 300 juta tahun yang lalu sampai sekarang. Batuan vulkanik
terbentuk sebagai hasil magma dari perut bumi yang mencapai permukaan. Ketika magma menjadi
dingin dan membeku, dibawah permukaan bumi terbentuk sebagai hasil magma dari perut bumi
yang mencapai permukaan. Ketika magma menjadi dingin dan membeku, dibawah permukaan
bumi terbentuk batuan intrusi seperti granodiorit. Ditempat batuan vulkanik tua Kalimantanyang
telah terkikis, intrusi yang mengandung cadangan emas, semula di bawah gunung api merupakan
bagian penting dari proses utama pembentukan mineral seperti emas.
Suatu kawasan yang luas di bagian tengah, timur dan selatan Kalimantan tersusun dari
batuan endapan seperti batu pasir dan batu sabak. Selain formasi yang lebih tua diKalimantan
Barat, kebanyakan formasi sedimen relatif muda dan mencakup batu bara dan batuan yang
mengandung minyak bumi.
Bagian selatan Kalimantan terutama tersusun dari pasir keras yang renggang dan teras kerikil yang
sering dilapisi oleh timbunan gambut muda yang dangkal dan kipas aluvial yang tertimbun karena
luapan sungai Setidaknya diKalimantan terdapat 205 formasi batuan.Formasi batuan di
Kalimantan, terdapat banyak patahan diKalimantan Timur dan Barat, sedikit di Kalimantan
Selatan dan sangat sedikit diKalimantan Barat. Sebaran patahan yang paling sedikit berada di
bagian selatan sampai barat dari PulauKalimantan. Kalimantan Utara membentuk sebagian arah
pokok Kepulauan Filipina. Rangkaian pulau Palawan berakhir pada Pegunungan Kinibalu dan
rangakaian Pulau Sulu berakhir di daerah Teluk Darvel. Pegunungan Kinibalu yang membujur
arah timur lautbarat daya terdiri dari lapisan Pra-tertier yang terlipat tinggi dan lapisan Tertier tang
terlipat lebih rendah, yang terganggu oleh granodiorit dari massa batuan massif Kinibalu.
Pegunungan di sebelah utara Teluk Darvel yang membujur arah timur barat juga tersusun dari
batuan Pretertier dan Tertier bawah. Lapisan Tertier yang lebih muda yang kurang terlipat terdapat
pada sisi rangkaian ini serta pada basin di antaranya yang meluas ke arah barat Palang Sulu.
Kalimantan Utara yang komplek ini mempunyai hubungan geologis dengan Kepulauan Filipina,
yang dipisahkan oleh massa Neogen yang membentang melintasi pulau itu dari Basin Sulawesi di
bagian timur sampai teluk Labuhan di pantai barat laut. Bagian yang bersifat Sunda di Kalimantan
terdiri atas teras kontinen berbentuksegitiga (baji) di Kalimantan barat daya yang dibatasi oleh
Basin Tertier bagian selatan dan timur Kalimantan pada sisi lain. Hanya bagian barat Kalimantan
berupa segitiga yang dibentuk oleh Pegunungan MullerUjung DatukUjung Sambar yang
sebenarnya merupakan massa kontinen. Bagian itu pada sisi timurnya terdiri atas Basin Melawi
dengan fasies air payau Tertier Bawah. Menurut Fen (1933),hanya Kalimantan barat daya yang
boleh disebut daratan tua (Alte Rumpfebene).
Teras kontinen ini membentuk bagian massa daratan Sunda tua. Batas utaranya dibentuk oleh
kelompok pegunungan yang membentang dari Ujung Datuk melalui gunung Niut dan Plato Madi
ke arah Pegunungan Muller. Tepi selatan dibentuk oleh Pegunungan Schwaner dan pegunungan
rendah yang membentang ke pantai selatan. Kedua jalur batuan selanjutnya ditandai dengan intrusi
volkanis dan ekstrusi Tertier.
Jalur volkan Tertier ini bertemu di Pegunungan Muller dan selanjutnya membentang ke arah timur
laut melalui Batuayan (1652 m) ke Kongkemal (2053 m) dan berakhir pada Pegunungan Datong
yang rendah di sebelah barat Tarakan. Di dekat ujung utara massa kontinen Kalimantan Barat,
jalur basalt Kuarter terdapat di sekeliling Gunung Niut yang tua dan sepanjang ujung barat daya
terdapat beberapa volkan Kuarter yang telah padam, seperti Murai, Seluh, dan Bawang Aso. Dari
Kongkemal sebuah pegunungan yang kompleks bercabang ke arah timur menuju Niapa (1275 m)
dan dari tempat tersebut basement kompleks merosot dengan teratur da bawah lapisan Tertier
semenanjung Mangkaliat.
Massa tanah Sunda itu menyusup ke Kalimantan seperti sebuh baji besar yang lebar dasarnya 600
km, sepanjang pantai barat daya antara Ujung Datuk dan Ujung Sambar, membentang ke timur
laut sampai pulau itu, serta berangsur angsur menyempit. Bagian timur laut Pegunungan Schwaner
mulai merosot di bawah lapisan marin Tertier, tetapi kemudian dapat diikuti lebih jauh ke arah
timur laut sampai Kongkemal, kemudian meruncing keluar ke pegunungan Latong di Kalimantan
timur laut. Baji batuan Pre Tertier ini membentuk kerangka struktural Kalimantan Sunda.
Di sebelah barat lautnya terdapat pegunungan besar setinggi 10002000 m yang cekung ke arah
barat laut dan terdiri dari Pegunungan Kapuas Hulu dan Iran. Rangkaian pegunungan ini tersusun
dari batuan marin PreTertier dan Tertier Bawah yang terlipat secara intensif serta menekan ke arah
barat laut.rangkaian tersebut dipisahkan oleh Lembah Rejang, dari sebuah punggungan (Igir
Ularbulu) yang tingginya berangsur angsur berkurang dari 1000 m, yang juga cekung ke arah barat
laut. Pegunungan ini merupakan antiklinorium yang sebagian besar terdiri dari lapisan Tertier,
dipisahkan dari pantai Serawak dan Brunei oleh jalur agak sempit dari tanah pegunungan rendah.
Pegunungan Kapuas Hulu Iran dan Punggungan Ularbulu merupakan rangkaian pegunungan
.Tertier yang termasuk kedalam Sistem Pegunungan Sunda. Di sebelah tenggara dan timur
kerangka struktural Kalimantan, basement kompleks Pretertiermenghilang di bawah basin bagian
selatan dan timur dan di tempat itu terjadi pengendapanribuan meter sidimen Tertier.
Basement kompleks itu muncul lagi ke arah pantai timur, merosot membentuk palung di Selat
Makasar dan muncul lagi sebagai Pulau Laut dan Sebukku di luar sudut tenggara Kalimantan. Pada
bagian tepi ini basin Tertier Kalimantan tenggara dan timur berupa pegunungan membujur barat
dayatimur laut. Pegunungan tersebut berawal di Meratus di bagian selatan, terdiri dari
batuanPretertier dan berhubungan dengan antiklinorium Samarinda. Dari antiklinorium
Samarinda, pada bagian yang terpotong oleh sungai anteseden .Mahakam, sumbu itu muncul lagi
ke arah utara ke ambang melintang yang dibentuk oleh Sistem
KongkemalNiapaMangkaliatRangkaian Pegunungan Meratus Samarinda merupakan hasil
orogenesis Tertier pada sisi tenggara kerangka struktural kalimantan. Orogenesis itu membentuk
bagian yang berlawanan dari rangkaian pegunungan Tertier Serawak pada sisi barat lautnya.

Referensi :
Irawan, Dedi. 2011. Rangkuman geologi pulau kalimantan barat,tengah,timur,dan selatan.
<http://dediirawan66.blogspot.co.id/2012/12/rangkuman-geologi-pulau-kalimantan.html>
(diakses pada tanggal 30 oktober 2015)

Indonesia merupakan Negara Kepulauan. Tetapi apakah kita mengetahui bagaimana terbentuknya
pulau-pulau tersebut? Pada kesempatan kali ini, saya akan mendeskripsikan terbentuknya Pulau
Kalimantan berdasarkan sudut pandang ilmu geologi, dan proses-proses yang terjadi hingga saat
ini. Tujuan dari penulisan artikel ini antara lain untuk memberikan informasi dan gambaran tentang
proses aktivitas tektonik, serta karakteristik masing-masing wilayah sehingga kita mengetahui
proses terbentuknya Pulau Kalimantan dalam kurun waktu umur geologi.

Sebelum "mendongeng" kondisi geologi Pulau Kalimantan yang bersumber dari beberapa pustaka
yang saya ketahui dan artikel-artikel yang berkaitan, terlebih dahulu saya memberikan beberapa
pengertian :

Geologi diartikan sebagai ilmu (sains) yang mempelajari tentang bumi, komposisinya, struktur,
sifat-sifat fisik, sejarah dan proses pembentukannya.
Daratan adalah bagian dari permukaan bumi yang tidak digenangi air. Wilayah yang
termasuk daratan meliputi pegunungan, perbukitan, dataran, dan lembah. Jadi jangan salah lagi
dalam membedakan antara daratan dan dataran.

Pulau adalah sebidang tanah yang lebih kecil dari benua dan lebih besar dari karang, yang
dikelilingi air. Kumpulan beberapa pulau dinamakan pulau-pulau atau kepulauan (Bahasa Inggris:
Archipelago).

Sedangkan Kalimantan merupakan salah satu dari 5 (lima) pulau terbesar di Indonesia, dengan
luas wilayah sebesar 743.330 Km2 (termasuk wilayah Malaysia dan Brunai), puncak tertinggi di
Kinabalu dengan ketinggian 4.095 m di atas permukaan laut.

Selanjutnya mari kita mulai "mendongeng" bagaimana kondisi geologi Pulau Kalimantan (pulau
tempat saya dilahirkan dan dibesarkan)……..

Kerangka Tektonik Wilayah Kepulauan Indonesia (Simandjuntak & Barber, 1996)

Pulau Kalimantan merupakan pulau terbesar yang menjadi bagian dari Lempeng mikro Sunda.
Menurut Tapponnir (1982) Lempeng Asia Tenggara ditafsirkan sebagai fragmen dari lempeng
Eurasia yang melejit ke Tenggara sebagai akibat dari tumbukan kerak Benua India dengan kerak
Benua Asia, yang terjadi kira-kira 40-50 juta tahun yang lalu. Fragmen dari lempeng Eurasia ini
kemudian dikenal sebagai lempeng mikro Sunda yang meliputi Semenanjung Malaya, Sumatera,
Jawa, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Adapun batas-batas tektonik yang paling
penting disebalah timur adalah :
1. Komplek subduksi Kapur Tersier Awal yang berarah Timur laut, dimulai dari Pulau Jawa dan
membentuk pegunungan Meratus sekarang;
2. Sesar mendatar utama di Kalimantan Timur dan Utara;
3. Jalur subduksi di Kalimantan Utara, Serawak, dan Laut Natuna, Jalur ini dikenal dengan Jalur
Lupar.
Bagian utara Kalimantan didominasi oleh komplek akresi Crocker-Rajang-Embaluh berumur
Kapur dan Eosen-Miosen. Di bagian selatan komplek ini terbentuk Cekungan Melawi-Ketungai
dan Cekungan Kutai selama Eosen Akhir, dan dipisahkan oleh zona ofiolit-melange Lupar-Lubok
Antu dan Boyan. Di bagian selatan pulau Kalimantan terdapat Schwanner Mountain berumur
Kapur Awal-Akhir berupa batolit granit dan granodiorit yang menerobos batuan metamorf
regional derajat rendah. Tinggian Meratus di bagian tenggara Kalimantan yang membatasi
Cekungan Barito dengan Cekungan Asem-asem. Tinggian Meratus merupakan sekuen ofiolit dan
busur volkanik Kapur Awal. Cekungan Barito dan Cekungan Kutai dibatasi oleh Adang flexure.

Tatanan Tektonik Basement Pra-Eosen

NW-SE Cross Section Schematic Reconstuction (A) Late Cretaceous, And


(B) Eocene (Pertamina BPPKA, 1997, op cit., Bachtiar, 2006)

Pulau Kalimantan pada bagian barat daya tersusun atas kerak yang stabil (Kapur Awal) sebagai
bagian dari Lempeng Asia Tenggara meliputi barat daya Kalimantan, Laut Jawa bagian barat,
Sumatera, dan Semenanjung Malaya. Kalimantan merupakan pulau yang terletak di bagian ujung
dari Paparan Sunda (Sundaland). Pada bagian barat dan tengah Pulau Kalimantan tersusun oleh
kompleks batuan dasar, merupakan singkapan dasar benua terbesar di Indonesia. Batuan dasar ini
terdiri dari sekis dan gneiss yang keterdapatannya bersama dengan batuan granit. Kompleks batuan
lainnya yang berasosiasi dengan lempeng Pulau Kalimantan yaitu batuan ofiolit dan batuan
bancuh (mélange). Batuan ofiolit merupakan kompleks batuan beku yang terdiri dari anggota
basalt, gabro. Peridotit dan granit. Sedangkan batuan bancuh(mélange), merupakan kompleks
campuran batuan yang berasal dari lingkungan pembentukan yang berbeda, dimana batuan
tersebut terdesak ke atas lempeng ofiolit.

Permulaan Cekungan Eosen


Banyak penulis memperkirakan bahwa keberadaan zona subduksi ke arah tenggara di bawah
baratlaut Kalimantan pada periode Kapur dan Tersier Awal dapat menjelaskan kehadiran ofiolit,
mélanges, broken formations, dan struktur tektonik Kelompok Rajang di Serawak, Formasi
Crocker di bagian barat Sabah, dan Kelompok Embaluh. Batas sebelah timur Sundaland selama
Eosen yaitu wilayah Sulawesi, yang merupakan batas konvergensi pada Tersier dan kebanyakan
sistem akresi terbentuk sejak Eosen.

Paleocene – Middle Eocene SE Asia tectonic reconstruction.


SCS = South China Sea, LS = Lupar Subduction, MS = Meratus Subduction,
WSUL = West Sulawesi, I-AU = India Australia Plate, PA = Pacific plate
(Pertamina BPKKA, 1997, op cit., Bachtiar, 2006)

Mulainya collision antara India dan Asia pada Eosen tengah (50 Ma) dan mempengaruhi
perkembangan dan penyesuaian lempeng Asia. Adanya subsidence pada Eosen dan sedimentasi di
Kalimantan dan wilayah sekitarnya merupakan fenomena regional dan kemungkinan dihasilkan
dari penyesuaian lempeng, sebagai akibat pembukaan bagian back-arc Laut Celebes.
Cross section reconstruction of North Kalimantan that show Lupar subduction in Eocene
(Hutchison, 1989, op cit., Bachtiar 2006)

Tektonisme Oligosen
Tektonisme pada pertengahan Oligosen di sebagian Asia Tenggara, termasuk Kalimantan dan
bagian utara lempeng Benua Australia, diperkirakan sebagaireadjusement dari lempeng pada
Oligosen. Di Pulau New Guinea, pertengahan Oligosen ditandai oleh ketidakselarasan (Piagram
et al., 1990 op cit., Van de Weerd dan Armin, 1992) yang dihubungkan dengan collision bagian
utara lempeng Australia (New Guinea) dengan sejumlah komplek busur. New Guinea diubah dari
batas konvergen pasif menjadi oblique. Sistem sesar strike-slip berarah barat-timur yang
menyebabkan perpindahan fragmen Benua Australia (Banggai Sula) ke bagian timur Indonesia
berpegaruh pada kondisi lempeng pada pertengahan Oligosen.
Late Oligocene – Early Miocene SE Asia tectonic reconstruction.
SCS = South China Sea, LS = Lupar Subduction, MS = Mersing Subduction,
WSUL = West Sulawesi,
E SUL = East Sulawesi I-AU = India Australia plate, PA = Pacific plate,
INC = Indocina, RRF = Red River Fault,
IND = India; AU = Australia, NG = New Guinea, NP = North Palawan,
RB = Reed Bank, H = Hainan,
SU = Sumba (Pertamina BPKKA, 1997, op cit., Bachtiar 2006)
Ketidakselarasan pada pertengahan Oligosen hadir di Laut China selatan (SCS) dan wilayah
sekitarnya (Adams dan Haak, 1961; Holloway, 1982; Hinz dan Schluter, 1985; Ru dan Pigott,
1986; Letouzey dan Sage, 1988; op cit., Van de Weerd dan Armin, 1992). Ketidak selarasan ini
dihubungkan dengan pemekaran lantai samudera di SCS. Subduksi pada baratlaut Kalimantan
terhenti secara progresif dari baratdaya sampai timurlaut. Di bagian baratdaya, berhenti pada
pertengahan Oligosen; di bagian timurlaut, berhenti pada akhir Miosen awal (Holloway, 1982, op
cit., Van de Weerd dan Armin, 1992).
NW – SE cross section schematic reconstruction (A) Oligocene – Middle Miocene, and
(B) Middle Miocene - Recent (Pertamina BPPKA, 1997, op cit., Bachtiar, 2006)

Middle Miocene – Recent SE Asia tectonic reconstruction


(Pertamina BPKKA, 1997, op cit., Bachtiar, 2006)

Tektonisme Miosen
Di wilayah sekitar SCS pada Miosen awal-tengah terjadi perubahan yang Sangat penting.
Pemekaran lantai samudera di SCS berhenti, sebagai subduksi di Sabah dan Palawan; mulai
terjadinya pembukaan Laut Sulu (silver et al., 1989; Nichols, 1990; op cit., Van de Weerd dan
Armin, 1992); dan obduksi ofiolit di Sabah (Clennell, 1990, op cit., Van de Weerd dan Armin,
1992). Membukanya cekungan marginal Laut Andaman terjadi pada sebagian awal Miosen tengah
(Harland et al., 1989. op cit., Van de Weerd dan Armin, 1992).

Elemen Tektonik Pulau Kalimantan pada Miosen tengah (Nuay, 1985, op cit., Oh, 1987)

Pulau Kalimantan saat ini, tidak terdapat gunung api aktif tetapi aktivitas vulkanik pernah terjadi
ratusan juta tahun yang lalu dan batuan vulkanik tua dapat dijumpai dibagian barat daya dan bagian
timur Pulau Kalimantan. Dibeberapa tempat batuan vulkanik tua yang telah terkikis, pada massa
batuan intrusi diduga sebagai batuan yang mengandung emas. Di bagian tengah, timur dan selatan
tersusun oleh batupasir dan batu sabak. Selain batuan vulkanik tua, terdapat batuan sedimen pada
umur formasi yang relatif lebih muda diantaranya tersusun oleh endapan gambut dan kipas aluvial
yang mengandung endapan batubara dan minyak bumi.

Kalimantan terdiri atas teras kontinen berbentuk segitiga (baji) di bagian selatan dan timur yang
dibatasi oleh Basin Tersier. Hanya dibagian barat Kalimantan berupa segitiga yang dibentuk oleh
Pegunungan Muller dari Ujung Tanjung Datuk – Sambas yang sebenarnya merupakan massa
kontinen, selanjutnya pada sisi bagian timur terbentuk Basin Melawi dengan fasies air payau
Tersier Bawah. Menurut Fen (1933), hanya Kalimantan Barat daya yang boleh disebut daratan
tua (alte rumpfebene).

Teras kontinen ini membentuk bagian massa daratan sunda tua. Bagian utaranya dibentuk oleh
kelompok pegunungan yang membentang dari wilayah Ujung Tanjung Datuk melalui Gunung
Niut dan Plato Madi ke arah Pegunungan Muller. Pada tepi selatan dibentuk oleh Pegunungan
Schwaner dan pegunungan rendah yang membentang ke pantai selatan. Pada bagian utara massa
kontinen Kalimantan Barat, jalur basalt kuarter terdapat disekeliling Gunung Niut dan sepanjang
ujung barat daya terdapat beberapa volkanik kuarter yang telah padam.
Disebelah barat lautnya terdapat pegunungan besar setinggi 1000-2000 m yang cekung ke arah
barat laut yang terdiri dari Pegunungan Kapuas Hulu. Rangkaian pegunungan ini tersusun oleh
batuan marin berumur Pra Tersier dan Tersier Bawah. Rangkaian pegunungan tersebut dipisahkan
oleh Lembah Rejang dari sebuah punggungan (igir ularbulu) yang tingginya berangsur-angsur
berkurang. Pegunungan ini merupakan antiklinorium yang sebagian besar terdiri dari lapisan
tersier, dipisahkan dari Pantai Sarawak dan Brunai.

Pegunungan Kapuas Hulu dan Pegunungan Ularbulu merupakan rangkaian pegunungan tersier
yang termasuk ke dalam sistem Pegunungan Sunda. Disebelah tenggara dan timur kerangka
sturktural Pulau Kalimantan, basement kompleks Pra Tersier menghilang di bawah basin bagian
selatan dan timur, selanjutnya ditempat ini terendapkan sedimen tersier. Kemudian basement
kompleks itu muncul kembali ke arah pantai timur menurun membentuk Palung di Selat Makasar,
dan muncul lagi sebagai Pulau Laut dan Sebuku. Pada bagian tepi ini basin tersier Kalimantan
tenggara dan timur berupa pegunungan membujur. Pegunungan tersebut berawal dari Meratus
bagian selatan terdiri dari batuan pra tersier dan berhubungan dengan antiklinorium Samarinda
(Satyana, 1994). Dari antiklinorium Samarinda pada bagian yang terpotong oleh sungai anteseden
Mahakam. Rangkaian Pegunungan Meratus Samarinda merupakan hasil orogenesa tersier,
membentuk bagian yang berlawanan dari rangkaian Pegunungan tersier Sarawak.

Struktur di Pulau Kalimantan dapat dibedakan atas dua struktur geologi yaitu :
1. Inti Benua (continental core)
Inti benua merupakan lanjutan dari Natuna Selatan yang dikenal dengan Chinese district sampai
Pegunungan Schwaner olen Van Bemmelen (1949) dibagi menjadi :
1) Bagian utara terletak di sebelah utara sungai Kapuas;
2) Zona Pegunungan Schwaner yang membujur dari Pontianak sampai ke Kalimantan Tengah;
3) Bagian selatan, Daerah Ketapang yang terletak antara Pegunungan Schwaner dan Laut Jawa.

Perkembangan geologi daerah ini dapat disimpulkan :


1) Zaman devon dan permo-karbon, terjadi penurunan dan memungkinkan pembentukan geosinklinal
yang diikuti oleh intrusi dan ekstrusi ofiolit.
2) Akhir Pleozoik terjadi pembubungan geoantiklinal dan disertai oleh terobosan Batholit.
3) Permo Trias, pengangkatan di wilayah utara dan selatan.
4) Trias Atas, terjadi penurunan dan menyebabkan terbentuknya endapan sedimen.
5) Jaman Jura, gejala perlipatan dan pengangkatan diseluruh wilayah, diikuti oleh intrusi Batholit dan
Granitis.

2. Geosinklin Borneo Utara


Zaman kapur terjadi penurunan dan pembentukan geosinklin di wilayah utara yang berlangsung
hingga zaman paleogen.Singkapan-singkapan dari geosinklin tersebar mulai dari selatan Sungai
Kapuas hingga ke Semenanjung Kudat di Kalimantan Utara.

Daftar Pustaka :
Satyana, A.H., 2000, Kalimantan, An Outline of The Geology of Indonesia, Indonesian Association
of Geologists, p.69-89.
Suwarna, N., dkk., 1993, Peta Geologi Lembar Singkawang, Kalimantan, skala 1 : 250.000, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Van de Weerd, A.A., dan Armin, Richard A., 1992, Origin and Evolution of the Tertiary
Hydrocarbon-Bearing Basins in Kalimantan (Borneo), Indonesia, The American Association of
Petroleum Geologists Bulletin v. 76, No. 11, p. 1778-1803.

Referensi lainnya yang berhubungan :


http://mochhim23.blogspot.co.id/2015/04/geologi-indonesia-kalimantan-sejarah.html.

Zona Fisiografi Pulau Kalimantan


by suhendar triantoNovember 16, 2015
Menurut Van Bemmelen (1949) pulau Kalimantan dibagi menjadi beberapa zona fisiografi,
yaitu :

1. Blok Schwaner yang dianggap sebagai bagian dari dataran Sunda,


2. Blok Paternoster, meliputi pelataran Paternoster sekarang yang terletak dilepas
Pantai Kalimantan Tenggara dan sebagian di dataran Kalimantan yang dikenal
sebagai sub cekungan Pasir,
3. Meratus Graben, terletak diantara blok Schwaner dan Paternoster, daerah ini sebagi
bagian dari cekungan Kutai,
4. Tinggian Kuching, merupakan sumber untuk pengendapan ke arah Barat laut dan
Tenggara cekungan Kalimantan selama Neogen. Cekungan-cekungan tersebut
antara lain:
5. Cekungan Tarakan, yang terletak paling Utara dari Kalimantan Timur. Disebelah
Utara cekungan ini dibatasi oleh “Semporna High”,
6. Cekungan Kutai, yang terletak sebelah Selatan dari Tinggian Kuching yang
merupakan tempat penampungan pengendapan dari Tinggian Kuching selama
Tersier. Cekungan ini dipisahkan oleh suatu unsur Tektoniok yang dikenal
sebagai Paternoster Cross Hight dari cekungan Barito.
Pulau Kalimantan merupakan pulau terbesar yang menjadi bagian dari Lempeng mikro Sunda.
Menurut Tapponnier (1982), lempeng Asia Tenggara ditafsirkan sebagai fragmen dari lempeng
Eurasia yang menunjam ke Tenggara sebagai akibat dari tumbukan kerak Benua India dengan
kerak Benua Asia, yang terjadi kira-kira 40 – 50 juta tahun yang lalu. Fragmen dari lempeng
Eurasia ini kemudian dikenal sebagai lempeng mikro Sunda yang meliputi semenanjung
Malaya, Sumatera, Jawa, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Adapun batas-batas
yang paling penting disebalah Timur adalah :
1. Komplek subduksi Kapur Tersier Awal yang berarah Timurlaut, dimulai dari Pulau Jawa dan
membentuk pegunungan Meratus sekarang.
2. Sesar mendatar utama di Kalimantan Timur dan Utara
3. Jalur subduksi di Kalimantan Utara, Serawak, dan Laut Natuna, Jalur ini dikenal dengan jalur
Lupar.
Pola struktur yang berkembang di pulau Kalimantan berarah Meratus (Timur laut-Barat daya).
Pola ini tidak hanya terjadi pada struktur-struktur sesar tetapi juga pada arah sumbu lipatan.
Perbukitan Tutupan yang berarah timur laut-barat daya dengan panjang sekitar 20 km terbentuk
akibat pergerakan dua patahan anjakan yang searah. Salah satunya dikenal dengan nama
Dahai Thrust Fault yang memanjang pada kaki bagian barat perbukitan Tutupan.
Dalam pulau Kalimantan terdapat spreading centre, strike slip fault dan zona subduksi.
Strike slip fault adalah pergeseran relatif semu sesar dengan jurus bidang sesar, yang terdiri
dari:
a. Strike left slip fault
Jika kita berdiri di suatu blok dari suatu sesar maka akan terletak jejak pergeseran sebenarnya
pada blok yang lain bergeser kearah kiri.
b. Strike right slip fault
Jika kita berdiri di suatu blok dari suatu seasr maka akan terlihat jejak pergeseran sebenarnya
pada blok yang lain bergeser kearah kanan.
zona subduksi adalah area di bumi di mana dua lempeng tektonik bergerak ke arah satu sama
lain dan subduksi terjadi. Zona subduksi terjadi ketika lempeng samudra bertabrakan dengan
lempeng benua, dan menelusup ke bawah lempeng benua tersebut ke dalam astenosfer.
Di provinsi Kalimantan timur terdapat cekungan tarakan tepatnya di pulau tarakan . Cekungan
Tarakan memiliki variasi sesar, elemen struktur dan trend. Sejarah tektonik cekungan Tarakan
diawali denganfase ekstensi sejak Eosen Tengah yang membentuk wrench fault dengan arah
NW – SE serta berpengaruh pada proses perekahan selat Makasar yang berhenti pada Miosen
Awal. Fase tektonik awal ini merupakan fase pembukaan cekungan ke arah timur yang
diindikasikan dengan adanya enechelon block faulting yang memiliki slope ke arah timur.

Gambar Tatanan Tektonik Cekungan Tarakan (Modifikasi BEICIP, 1985)


Dari Miosen Tengah hingga Pliosen merupakan kondisi yang lebih stabil dimana terendapkan
sedimen dengan lingkungan delta yang menyebar dari beberapa sistem pola penyaluran dari
barat ke timur. Contoh sungai yang memiliki hilir di daerah ini yaitu sungai Proto-Kayan, Sesayap,
Sembakung dan beberapa lainnya. Pada fase ini cekungan mengalami subsidence akibat
gravitasi beban dari endapan delta yang semakin banyak, sehingga terbentuk sesar listrik.
Pertumbuhan struktur sesar disini mengindikasikan bahwa terjadi proses penyebaran endapan
delta ke arah barat yang menjadi lebih sedikit dan mulai terendapkan karbonat. Pada bagian
cekungan yang mengarah ke timur tersusun atas endapan delta yang tebal, yang berasosiasi
dengan sesar normal syngenetik (sesar normal yang terbentuk bersamaan dengan
pengendapan).
Fase akhir tektonik pada cekungan ini yaitu proses kompresi yang terjadi pada Plio – Pleistosen
Akhir akibat dari kolisi lempeng Filipina dengan lempeng Borneo / Kalimantan Timur. Hal
ini mengaktifkan kembali struktur yang telah ada dan membalikkan arah beberapa patahan
gravitasional. Akan tetapi gaya yang lebih kuat berada pada bagian utara cekungan dimana
endapan Miosen dan Plosen menjadi terlipat dan terpatahkan dengan arah NW – SE hingga WNE
– ESE. Pada bagian timur cekungan, fase kompresi ini membentuk struktur yang tinggi karena
material endapan bersifat plastis sehingga membentuk antiklin Bunyu dan Tarakan.
Dari fase tektonik tersebut dipercaya bahwa deformasi yang terbentuk sejak awal proses tektonik
merupakan pengontrol utama pembentukan cebakan hidrokarbon di cekungan Tarakan.
Di Kalimantan selatan terdapat dua cekungan besar yaitu cekungan barito dan cekungan asam-
asam dua cekungan ini dibatasi oleh pegunungan meratus yang melintang dari utara ke barat
daya. Cekungan barito dan cekungan kutai dipisahkan oleh sebuah sesar yang berarah timur-
barat di bagian utara dari propinsi Kalimantan selatan sesar ini di kenal dengan nama sesar
adang.
Regim struktur yang terjadi di cekungan barito adalah regim transpression dan transtesion.
Struktur yang didapati adalah lipatan yang berarah utara timur laut – selatan barat daya pada
bagian utara cekungan sedangkan pada pegunungan meratus terdapat sesar yang membawa
basement. Sesar – sesar ini ditandai dengan adanya drag atau fault bend fold dan sesar naik.
Sedangkan lipatan-lipatan yang terdapat di pegunungan meratus yaitu di bagian utara
pegunungan ini berarah utara timur laut – selatan baratdaya dan berada dibagian selatan berarah
utara-selatan. Lipatan yang banyak ditemui berupa antiklin dan beberapa sinklin. Sesar naik
banyak terdapat pada daerah pegunungan meratus dengan arah umum utara timur laut – selatan
baratdaya. Sesar-sesar mendatar juga banyak ditemui di pegunungan meratus ini.

Reference:
1. Rory Hidayat. (April 18 2012). Resistivity Logging. Diperoleh 18 Oktober 2015 dari
http://rorygeobumi.blogspot.co.id/2012_04_15_archive.html
2. Tri Setyobudi. (Desember 24 2010). Sesar (fault) Diperoleh 18 Oktober 2015 dari
https://ptbudie.wordpress.com/2010/12/24/sesar-fault/
3. Cahya Priyanto. (Februari 05 2011). Zona Subduksi Indonesia. Diperoleh 18 Oktober 2015 dari
http://cahyageo.blogspot.co.id/2011/02/dalam-geologi-subduksi-adalah-proses.html
4. Nico Nainggolan. (April 29 2014). Tarakan Basin. Diperoleh 18 Oktober 2015 dari
http://nicosanggeologist.blogspot.co.id/2014/04/tarakan-basin.html

Anda mungkin juga menyukai