Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN OKSIGENASI

OLEH:

Ni Putu Yuniartini mahayanti (189012067)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA
2018
1. KONSEP DASAR GANGGUAN OKSIGENASI
1. Definisi
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling mendasar. Keberadaan
oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme dan
untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh ( Andarmoyo, sulistyo,
2012). Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme
untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Oksigen akan digunakan
dalam metabolisme sel membentuk ATP (Adenosin Trifosfat) yang merupakan sumber
energi bagi sel tubuh agar berfungsi secara optimal. Terapi oksigen merupakan salah satu
terapi pernafasan dalam mempertahankan oksigenasi. Tujuan dari terapi oksigen adalah
untuk memberikan transpor oksigen yang adekuat dalam darah sambil menurunkan upaya
bernafas dan mengurangi stress pada miokardium( Potter & Perry, 2006).

2. Fisiologi Pernafasan
Ada tiga langkah dalam proses oksigenasi, yakni : ventilasi, perfusi dan difusi( Potter &
Perry, 2006).
a. Ventilasi
Ventilasi merupakan proses untuk menggerakan gas kedalam dan keluar paru-paru.
Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan throak yang elastic dan persarafan yang
utuh. Otot pernapasan yang utama adalah diagfragma(Potter & Perry, 2006). Ventilasi
adalah proses keluar masuknya udara dari dan ke paru-paru, jumlahnya sekitar 500 ml.
Udara yang masuk dan keluar terjadi kare.na adanya perbedaan tekanan antara
intrapleural lebih negative (752 mmHg) daripada tekanan atmofer (760 mmHg) sehingga
udara akan masuk ke alveoli.
1) Kerja Pernapasan
Pernafasan adalah upaya yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan membuat paru
berkontraksi. Kerja pernafasan ditentkan oleh tingkat kompliansi paru, tahanan jalan
nafas, keberadaan ekspirasi yang aktif, dan penggunaan otot-otot bantu pernafasan.
Kompliansi menurun pada penyakit, seperti edema pulmonar, interstisial, fibrosis
pleura, dan kelainan struktur traumatic, atau congenital seperti kifosis atau fraktur iga.
Tahanan jalan nafas dapat mengalami peningkatan akibat obstruksi jalan nafas,
penyakit di jalan nafas kecil (seperti asma), dan edema trakeal. Jika tahanan
meningkat, jumlah udara, jumlah udara yang melalui jalan nafas anatomis menurun.
Ekspirasi merupakan proses pasif normal yang bergantung pada property recoil
elastic dan membutuhkan sedikit kerja otot atau tidak sama sekaliVolume Paru
Volume paru normal diukur melalui pemeriksaan fungsi pulmonary. Spirometer
mengukur volume paru yang memasuki atau yang meninggalkan paru-paru. Variasi
volume paru dapat dihubungkan dengan status kesehatan, seperti kehamilan, latihan
fisik, obesitas, atau kondisi paru yang obstruktif. Jumlah surfaktan, tingkat
kompliansi, dan kekuatan otot bantu pernafasan mempengaruhi tekanan dan volume
di dalam paru-paru.
2) Tekanan
Gas bergerak ke dalam dan keluar paru karena ada perubahan tekanan. Tekanan
intrapleura bersifat negative atau kurang dari tekanan atmosfer yakni 760 mmHg pada
permukaan laut. Supaya udara mengalir ke dalam paru-paru, maka tekanan
intrapleura harus lebih negative dengan gradient tekanan antara atmosfer dan alveoli
b. Perfusi
Perfusi paru adalah gerakan darah yang melewati sirkulasi paru untuk dioksigenasi, di
mana pada sirkulasi paru adalah darah dioksigenasi yang mengalir dalam arteri
pulmonaris dri ventrikel kanan jantung. Darah ini memperfusi paru bagian respirasi dan
ikut serta dalam proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida di kapiler dan alveolus.
Sirkulasi paru merupakan 8-9% dari curah jantung. Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan
dapat mengakodasi variasi volume darah yang besar sehingga dapat dipergunakan jika
sewaktu-waktu terjadi penurunan volume atau tekanan darah sistemik.
c. Difusi
Difusi merupakan gerakan molekul dari suatu daerah dengan konsentrasi yang lebih
tinggi kedaerah degan konsentrasi yang lebih rendah. Difusi gas pernafasan terjadi di
membrane kapiler alveolar dan kecepatan difusi dapat dipegaruhi oleh ketebalan
membrane(Potter & Perry, 2006).
3. Epidemiologi
Menurut WHO, setiap tahunnya 120 juta bayi lahir di dunia, 4 juta bayi lahir mati dan 4
juta lainnya meninggal dalam usia 30 hari. Sebanyak 3,6 juta (3%) dari 120 juta bayi lahir
mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini meninggal. Sebanyak 98 % dari kematian bayi
terjadi di negara-negara yang sedang berkembang. Kematian bayi sangat memprihatinkan,
yang dikenal dengan fenomena 2/3. Penyebab kematian neonatal utama asfiksia neonatorum
(27%) setelah (29%) (WHO, 2005). Menurut hasil riset kesehatan dasar tahun 2007, tiga
penyebab utama kematian perinatal di Indonesia adalah gangguan pernapasan/respiratory
disorders (35,9%), prematuritas (32,4%) dan sepsis neonatorum (12.0%) (Departemen
Kesehatan RI, 2008).
Hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi karena gangguan
pertukaran gas serta transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam
persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO 2. Perubahan pertukaran gas dan transport
oksigen selama kehamilan dan persalinan akan mempengaruhi oksigenasi sel–sel tubuh yang
selanjutnya dapat mengakibatkan gangguan fungsi sel. Gangguan ini dapat berlangsung
secara menahun akibat kondisi ibu selama kehamilan, atau secara mendadak karena hal-hal
yang diderita ibu dalam persalinan. Gangguan menahun dalam kehamilan dapat berupa gizi
ibu yang buruk, penyakit menahun seperti anemia, hipertensi, penyakit jantung, dan lain-lain.
Pada gangguan yang terakhir ini pengaruh terhadap janin disebabkan oleh gangguan
oksigenasi serta kekurangan pemberian zat-zat makanan berhubungan dengan gangguan
fungsi plasenta.

4. Faktor Yang Mempengaruhi Oksigenasi


Keadekuatan sirkulasi, ventelasi, perfusi, dan transport gas – gas pernapasan kejaringan
dipengaruhi oleh empat tipe factor :
a. Faktor fisiologis
Tabel 1. Proses Fisiologis yang Mempengaruhi Oksigenasi (Potter & Perry, 2006)
PROSES PENGARUH PADA OKSIGENASI
Anemia Menurunkan kapasitas darah yang membawa
oksigen
Racun inhalasi Menurunkan kapasitas darah yang membawa
oksigen
Obstruksi jalan nafas Membatasi pengiriman oksigen yang diinspirasi ke
alveoli
Dataran tinggi Menurunkan konsentrasi oksigen inspirator karena
konsentasi oksigen atmosfer yang lebih rendah.
Demam Meningkatkan frekuensi metabolism dan kebutuhan
oksigen di jaringan.
Penurunan pergerakan dinding Mencegah penurunan diafragma dan menurunkan
dada (kerusakan muskulo) diameter anteroposterior thoraks pada saat
inspirasi, menurunkan volume udara yang
diinspirasi.
Adapun kondisi yang mempengaruhi gerakan dinding dada :
1) Kehamilan
Ketika fetus mengalami perkembangan selama kehamilan, maka uterus maka uterus
yanb berukuran besar akan mendorong isi abdomen ke atas diagfragma.
2) Obesitas
Klien yang obese mengalami penurunan volume paru. Hal ini dikarenakan thorak dan
abdomen bagian bawah yang berat.
3) Kelainan musculoskeletal
Kerusakan muskulosetal di region thorak menyebabkan penurunan oksigenasi.
4) Konfigurasi structural yang abnormal
5) Trauma
6) Penyakit otot
7) Penyakit system persarafan
8) Perubahan system saraf pusat
9) Pengaruh penyakit kronis.
b. Faktor Perkembangan
1) Bayi Prematur
Bayi premature : berisiko terkena penyakit membrane hialin, yang diduga disebabkan
defisiensi surfaktan.
2) Bayi dan Todler
Bayi dan toddler : berisiko mengalami infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) hasil
pemaparan dari anak-anak lain dan pemaparan asap dari rokok. Selain itu, selama
proses pertumbuhan gigi, beberapa bayi berkembang kongesti nasal yang
memungkinkan pertumbuhan bakteri dan meningkatkan potensi terjadinya ISPA.
ISPA yang sering doalami adalah nasofaringitis, faringitis, influenza, dan tonsillitis.
3) Anak usia sekolah dan remaja
Anak usia sekolah dan remaja terpapar pada infeksi pernapasan dan factor-faktor
resiko pernafasan, misalnya asap rokok dan merokok.
4) Dewasa muda dan dewasa pertengahan
Individu pada usia pertengahan dan dewasa muda terpapar pada banyak factor resiko
kerdiopulmonar seperti diet yang tidak sehat, kurang latihan fisik, obat-obatan.
5) Lansia
Kompliansi dinding dada menurun pada klien lansia yang berhubungan dengan
osteoporosis dan kalsifikasi tulang rawan kosta. Otot – otot pernapasan melemah dan
sirkulsi pemubuluh darah pulmonar menurun.
c. Faktor Perilaku
1) Nutrisi
Nutrisi mempengaruhi fungsi kardiopulmonar dalam beberapa cara. Klien yang
mengalami kekurangan gizi mengalami kelemahan otot pernafasan. Kondisi ini
menyebabkan kekekuatan otot dan kerja pernapasan menurun.
2) Latihan Fisik
Latihan fisik meningkatkan aktivitas metabolism tubuh dan kebutuhan oksigen.
Frekuensi dan kedalaman pernapasan meningkat, memampukan individu untuk
mengatasi lebih banyak oksigen dan mengeluarkan kelebihan karbondoksida.
3) Merokok
Dikaitkan dengan sejumlah penyakit termasuk penyakit jantung, penyakit paru
obstrukti kronis, dan kanker paru.
4) Penyalahgunaan Substansi
Penggunaan alcohol dan obat-obatan secara berlebihan akan menggganggu oksigenasi
jaringan. Kondisi ini sering kali memiliki asupan nutrisi yang buruk.Kondisi ini
menyebabkan penurunan asupan makanan kaya gizi yang kemudian menyebabkan
penurunan prosuksi hemoglobin.
d. Faktor Lingkungan
1) Abestosis merupakan penyakit paru yang memperoleh di tempat kerja dan
berkembang setelah individu terpapar asbestosis.
2) Ansietas
Keadaan yang terus-menerus pada insietas beat akan meningkatkan laju metabolisme
tubuh dan kebutuhan oksigen akan meningkat(Potter & Perry, 2006).

4. Patofisologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses ventilasi
(proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke paru-paru), apabila
pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan baik dan
sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang menimbulkan
pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang
terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses
ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan volume sekuncup,
afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas

5. Patway
Obstruksi dispneu yang disebabkan oleh berbagai etiologi

Fungsi pernafasan terganggu

Perub. Volume sekuncup pre load


dan afterload serta kontraktilitas
Ventilasi pernafasan

Obstruksi jalan nafas /


pengeluaran mucus yang banyak
Hipoventilasi / Terganggu fungsi pertukaran O2
hiperventilasi dan CO2 di alveolus

Bersihan jalan nafas


Takipneu / bradipneu tidak efektif
Gangguan pertukaran gas

Pola nafas tidak efektif


6. Perubahan Fungsi Pernapasan
Perubahan dalam fungsi pernapasan disebabkan penyakit dan kondisi-kondisi yang
mempengaruhi ventelasi dan transport oksigen.
a. Hiperventilasi
Hiperventilasi meerupakan suatu kondisi ventilasi yang berlebihan yang dibutuhkan
untuk mengeleminasi kerbondioksida normal di vena yang diproduksi melalui
metabolism seluler. Hieprventilasi bisa disebabkan oleh ansietas, infeksi, obat-obatan,
ketidakseimbangan asam-basadan hipoksia yang dikaitkan dengan embolus paru atau
syok. Hiperventilasi juag dapat ketika tubuh berusaha mengompensasi asidosis metabolic
dengan memproduksi alkalosis repiratorik. Tanda dan gejala hiperventilasi adlaah
takikardi, nafas pendek, nyeri dada, pusing, disorientasi, tinnitus dan penglihatan yang
kabur.
b. Hipoventilaasi
Tertjai ketika ventilasi alveolar tidak adekuat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh atau
mengeliminasi karbon dioksida secara adekuat. Tanda dan gejala hipoventilasi adalah
pusing, nyeri kepala, letargi, disorientasi, koma dan henti jantung. Terapi umtuk
penanangan hiperventilasi dan hipoventilasi dimulai dengan mengobati penyebab yang
mendasaro gangguan tersebut, kemudian ditingkatkan oksigenasi jaringan, perbaikan
fungsi ventilasi, dan upaya keseimbangan asam basa.
c. Hipoksia
Hipoksia adalah oksigenasi yang tidak adekuat pada tingkat jaringan Kondisi ini terjadi
akibat defesiensi pengahantaran oksigen atau penggunaan oksigen diseluler. Hipoksia
disebabkan oleh penuruanan kadar hemoglobin dan penuruna kapasitas darah yang
membawa oksigen, penuruan konsentrasi oksigen yang diinspirasi, ketidakmampuan
jaringan untuk mengambil oksigen dari darah seperti terjadi pada kasus keracunan
sianida. Penurunan difusi oksigen dari alveoli ke darah, seperti terjadi pada pada kasus
Pegpneumonia, perfusi darah yang mengandung oksigen jaringan yang buruk, sperti pada
syok dan keruskan vemtilasi. Tanda dan gejala hipoksia termsuk rasa cemas, gelisah,
tidak mampu berkonsentrasi, penurunan tingkat kesadaran, pusing perubahan prilaku,
pucat dan sianosis.
7. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Saat melakukan inspeksi perawat melakukan oservasi dari ujung kepala sampai kaki klien
untuk mengkaji kulit dan warna membarn mukosa, penampilan umum, tingkat kesadaran,
keadekuatan sirkulasi sistemik, pola pernapasan dan gerakan dinding dada.
b. Palpasi
Palpasi dilakukan untuk mengkaji beberapa daerah. Dengan palpasi, jenis dan jumlah
kerja thorak, daearah nyeri, tekan dapat diketahui dan perawat dapat mengidentifikasi
taktil fremitis, getaran dada, angkatan dada dan titik impuls maksimal.
c. Perkusi
Perkusi adalah tindakan mengetuk-ngetuk suatu objek untuk menentukan adanya udara,
cairan, atau benda padat di jaringan yang berada di bawah objek tersebut.
d. Auskultasi
Penggunaan auskultasi memampukan perawat mengidentifikasi bunyi paru dan jantung
yang normal maupun yang tidak normal.

8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Elektrokardiogram
Elektrokardiogram ( EKG ) menghasilkan rekaman grfaik aktivitas listrik jantung,
mendeteksi transmisi impuls dan posisi listrik jantung.
b. Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas secara efisien.
c. Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane kapiler alveolar dan
keadekuatan oksigenasi.
d. Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
e. Pemeriksaan sinar x dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses abnormal.
f. Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel sputum/benda asing yang
menghambat jalan nafas.

9. Tindakan Penanganan
a. Penatalaksanaan medis
1) Pemantauan Hemodinamika
2) Pengobatan bronkodilator
3) Melakukan tindakan delegatif dalam pemberian medikasi oleh dokter, misal:
nebulizer, kanula nasal, masker untuk membantu pemberian oksigen jika diperlukan.
4) Penggunaan ventilator mekanik
5) Fisoterapi dada
b. Penatalaksanaan keperawatan
1) Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
a) Pembersihan jalan nafas
b) Latihan batuk efektif
c) Pengisafan lender
d) Jalan nafas buatan
2) Pola Nafas Tidak Efektif
a) Atur posisi pasien ( semi fowler )
b) Pemberian oksigen
c) Teknik bernafas dan relaksasi
3) Gangguan Pertukaran Gas
a) Atur posisi pasien ( posisi fowler )
b) Pemberian oksigen
c) Pengisapan lender

10. Komplikasi
a. Penurunan Kesadaran
b. Hipoksia
c. Cemas dan gelisah
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Data Objektif
1) Dispnea : kesulitan bernapas dan merupakan persepsi subjektif kesulitan bernapas,
yang mencakup komponen fisiologis dan kognitif.
2) Mengi : Mengi dihasilkan ketika udara mengalir melalui jalan napas yang sebagian
tersumbat atau menyempit pada saat inspirasi atau ekspirasi.
3) Nyeri : Menggunakan visual pain
4) Terlihat penggunaan otot bantu pernapasan
5) Klien tanpak gelisah
b. Data Subjektif
1) Klien mengatakan nyeri pada dadanya
2) Klien mengeluhkan sulit bernapas
c. Pemeriksaan Fisik
Kondisi dan warna kulit klien diperhatikan selama pemeriksaan toraks (pucat, biru,
kemerahan). Kaji tingkat kesadaran klien dan orientasikan selama pemeriksaan untuk
menentukan kecukupan pertukaran gas.
1) Inspeksi. Perhatikan manifestasi distres pernapasan saat ini: posisi yang nyaman,
takipnea, mengap-mengap, sianosis, mulut terbuka, cuping hidung mengembang,
dispnea, warna kulit wajah dan bibir, dan penggunaan otot-otot asesori pernapasan.
2) Palpasi dilakukan dengan menggunakan tangan untuk meraba struktur di atas atau di
bawah permukaan tubuh. Dada dipalpasi untuk mengevaluasi kulit dan dinding dada.
Palpasi dada dan medula spinalis adalah teknik skrining umum untuk
mengidentifikasi adanya abnormalitas seperti inflamasi.
3) Perkusi : Perkusi adalah teknik pengkajian yang menghasilkan bunyi dengan
mengetuk dinding dada dengan tangan. Pengetukan dinding dada antara iga
menghasilkan berbagai bunyi yang digambarkan sesuai dengan sifat akustiknya-
resonan, hiperesonan, pekak, datar, atau timpanik.
4) Auskultasi : mendengarkan bunyi dengan menggunakan stetoskop. Dengan
mendengarkan paru-paru ketika klien bernapas melalui mulut, pemeriksa mampu
mengkaji karakter bunyi napas, adanya bunyi napas tambahan, dan karakter suara
yang diucapkan atau dibisikan.

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan utama untuk klien dengan masalah oksigenasi yang mungkin muncul
adalah :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
b. Ketidakefektifan pola nafas
c. Gangguan pertukaran gas

3. Intervensi

Diagnosa Kep. Tujuan Intervensi Rasional


Ketidakefektifan Setelah diberikan asuhan 1. Pantau keadaan umum 1. Mengetahui kesadaran, dan
bersihan jalan keperawatan selama … x 24 pasien dan TTV kondisi tubuh dalam
nafas jam diharapkan bersihan 2. Auskultasi bunyi nafas keadaan normal atau tidak.
jalan nafas efektif dengan 3. Atur posisi yang 2. Mengetahui bunyi nafas,
kriteria : nyaman seperti posisi seperti rochi, wheezing
-Menunjukkan jalan nafas semi fowler yang menunjukkan
bersih 4. Beri latihan pernafasan tertahannya secret obstruksi
-Suara nafas normal tanpa dalam dan batuk efektif jalan nafas
suara tambahan 5. Kolaborasi humidikasi 3. Meningkatkan
-Tidak ada penggunaan otot tambahan (nebulizer) pengembangan diafragma
bantu nafas dan terapi oksigen 4. Memudahkan pernafasan
-Mampu melakukan dan membantu
perbaikan bersihan jalan mengeluarkan secret
nafas 5. Membantu menghangatkan
dan mengencerkan secret
Ketidakefektifan Setelah diberikan asuhan 1. Pantau keadaan umum 1. Mengetahui kesadaran,
pola nafas keperawatan selama … x 24 pasien dan TTV dan kondisi tubuh dalam
jam diharapkan pola nafas 2. Atur posisi sesuai keadaan normal atau tidak
efektif dengan kriteria : 2. Memungkinkan ekpansi
kebutuhan, seperti
 Menunjukkkan pola nafas paru dan memudahkan
semifowler
efektif dengan frekuensi pernafasan
3. Ajarkan teknik nafas
nafas 16-20 kali/menit dan 3. Memperbaiki pola nafas
dalam
irama teratur 4. Memperbaiki pola nafas
4. Kolaborasi dalam
 Mampu menunjukkan dan irama nafas menjadi
perilaku peningkatan
pemberian oksigenasi teratur
fungsi paru

Gangguan Setelah diberikan asuhan 1. Pantau keadan 1. Mengetahui kesadaran,


pertukaran gas keperawatan selama … x 24 umum pasien dan dan kondisi tubuh dalam
jam diharapkan TTV keadaan normal atau tidak
mempertahankan pertukaran 2. Menentukan adekuatnya
2. Observasi warna
gas yang normal dengan sirkulasi yang penting
kulit dan capillary
kriteria : untuk pertukaran gas ke
refill
-Menunjukkan perbaikan jaringan
3. Kurangi aktivitas
ventilasi dan oksigenasi 3. Mengurangi kebutuhan
pasien
jaringan akan oksigen
-Tidak ada gejala distres 4. Beri posisi pasien 4. Memudahkan pernafasan
pernafasan yang nyaman, seperti 5. Memaksimalkan sediaan
semifowler oksigen khususnya
5. Kolaborasi dalam ventilasi menurun
pemberian
oksigenasi

3) Implementasi
(Menyesuaikan dengan intervensi )
4) Evaluasi
Dx 1 Dx 2 Dx 3
1. Menunjukkan jalan 1. Menunjukkkan pola 1. Menunjukkan perbaikan
nafas bersih nafas efektif dengan ventilasi dan oksigenasi
2. Suara nafas normal frekuensi nafas 16-20 jaringan
tanpa suara tambahan kali/menit dan irama 2. Tidak ada gejala distres
3. Tidak ada penggunaan teratur pernafasan
otot bantu nafas 2. Mampu menunjukkan
4. Mampu melakukan perilaku peningkatan
perbaikan bersihan fungsi paru
jalan nafas
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, Sulistyo. 2012. Kebutuhan Dasar Munusia ( Oksigenasi ).Yogyakarta : Graha Ilmu
Syaifuddin.2011. Anatomi Fisiologi. Jakarta : EGC

Moorhead S, Johnson M, Maas M, Swanson, E. 2006. Nursing Outcomes Classification. United


States of America : Mosby

Nanda NIC-NOC. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Edisi
Revisi Jilid 1. Yogyakarta : Mediaction Jogja.

Potter, Perry. 2006. Fundamental Keperawatan Volume 2. Jakarta :EGC.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31055/5/Chapter%20I.pdf di akses pada tgl 20


September 2018

http://id.scribd.com/doc/72205671/LP-Oksigenasi di akses tgl 20 September 2018

Anda mungkin juga menyukai