Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TERNAK POTONG DAN KERJA

“EVALUASI PETERNAKAN SAPI DI LAHAN KERING UNIVERSITAS NUSA CENDANA”

NAMA : ERNI PAREMADJANGGA

NIM : 1609010001

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki iklim dengan dengan musim kemarau

yang lebih mendominasi dibandingkan musim hujan. Hal ini mempengaruhi sistem

peternakan di Provinsi NTT. Sistem peternakan yang mendominasi di Provinsi NTT

sendiri ialah peternakan lahan kering dengan pola pemeliharaan semi intensif

tradisional.

Keberhasilan sebuah peternakan membutuhkan ketiiga faktor berikut yang saling

berintegrasi, yaitu manajemen, feeding, dan breeding. Dalam hal manajemen, salah satu

faktor yang pendukung efisiensi produksi ternak ialah talaksana pemeliharaan melalui

inovasi teknologi perkandangan. Tatalaksana perkandangan merupakan salah satu

faktor produksi yang belum mendapat perhatian dalam usaha peternakan sapi potong

khususnya peternakan rakyat, sedangkan tatalaksana perkandangkan sendiri sangat

mempengaruhi produktivitas ternak, efisiensi dalam penggunaan tenaga kerja dan juga

berdampak terhadap lingkungan sekitarnya. Kondisi kandang harus dapat

mempengaruhi keleluasaan, kenyamanan dan kesehatan ternak. Oleh karena itu,

melalui praktikum kami belajar mengenai manajemen pemeliharaan khususnya

manajemen perkandangan ternak sapi di Lahan Kering Universitas Nusa Cendana.

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum ialah untuk mengevaluasi peternakan sapi di Lahan Kering

Universitas Nusa Cendana khususnya tatalaksana perkandangan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakkan dan membudidayakan hewan


ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut. Adapun salah saru
jenis ternik ialah sapi baik sapi potong maupun sapi perah. Pengertian peternakan tidak
terbatas pada pemeliharaaan saja, memelihara dan peternakan perbedaannya terletak pada
tujuan yang ditetapkan. Tujuan peternakan adalah mencari keuntungan dengan penerapan
prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi yang telah dikombinasikan secara
optimal.

Salah satu faktor yang pendukung efisiensi produksi ternak ialah talaksana
pemeliharaan melalui inovasi teknologi perkandangan. Tatalaksana perkandangan
merupakan salah satu faktor produksi yang belum mendapat perhatian dalam usaha
peternakan sapi potong khususnya peternakan rakyat, sedangkan tatalaksana
perkandangkan sendiri sangat mempengaruhi produktivitas ternak, efisiensi dalam
penggunaan tenaga kerja dan juga berdampak terhadap lingkungan sekitarnya. Kondisi
kandang harus memberikan keleluasaan, kenyamanan dan kesehatan bagi ternak.

Menurut Rasyid, 2007. Beberapa persyaratan yang diperlukan dalam mendirikan


kandang antara lain (1) memenuhi persyaratan kesehatan ternaknya, (2) mempunyai
ventilasi yang baik, (3) efisiensi dalam pengelolaan (4) melindungi ternak dari pengaruh iklim
dan keamanan kecurian (5) serta tidak berdampak terhadap lingkungan sekitarnya.
Konstruksi kandang harus kuat dan tahan lama, penataan dan perlengkapan kandang
kandang hendaknya dapat memberikan kenyamaman kerja bagi petugas dalam dalam
proses produksi seperti memberi pakan, pembersihan, pemeriksaan birahi dan penanganan
kesehatan. Bentuk dan tipe kandang hendaknya disesuaikan dengan lokasi berdasarkan
agroekosistemnya, pola atau tujuan pemeliharaan dan kondisi fisiologis ternak. Petunjuk
teknis perkandangan sapi potong ini memuat beberapa tipe / macam kandang berdasarkan
bentuk dan fungsinya serta berdasarkan tujuan atau pola pemeliharaannya.

a. Fungsi Kandang
1. Melindungi ternak dari perubahan cuaca atau iklim yang ekstrem (panas, hujan
dan angin).
2. Mencegah dan melindungi ternak dari penyakit.
3. Menjaga keamanan ternak dari pencurian.
4. Memudahkan pengelolaan ternak dalam proses produksi seperti pemberian
pakan, minum, pengelolaaan kompos dan perkawinan.
5. Meningkatkan efisiensi penggunaan tenaga kerja.

b. Persyaratan Kandang
Beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan dalam pembuatan kandang
untuk sapi potong antara lain dari segi teknis, ekonomis, kesehatan kandang
(ventilasi kandang, pembuangan kotoran), efisien pengelolaan dan kesehatan
lingkungan sekitarnya.
1. Pemilihan lokasi.
Beberapa pertimbangan dalam pemilihan lokasi kandang antara lain :
a. Tersedianya sumber air, terutama untuk minum, memandikan ternak dan
membersihkan kandang.
b. Dekat dengan sumber pakan.
c. Transportasi mudah, terutama untuk pengadaan pakan dan pemasaran.
d. Areal yang ada dapat diperluas.

2. Letak bangunan
a. Mempunyai permukaan yang lebih tinggi dengan kondisi sekelilingnya, sehingga
tidak terjadi genangan air dan pembuangan kotoran lebih mudah.
b. Tidak berdekatan dengan bangunan umum atau perumahan, minimal 10 meter.
c. Tidak menggangu kesehatan lingkungan
d. Agak jauh dengan jalan umum
e. Air limbah tersalur dengan baik

3. Konstruksi
Konstruksi kandang harus kuat, mudah dibersihkan, mempunyai sirkulasi
udara yang baik, tidak lembab dan mempunyai tempat penampungan kotoran
beserta saluran drainasenya. Kontruksi kandang harus mampu menahan beban
benturan dan dorongan yang kuat dari ternak. serta menjaga keamanan ternak dari
pencurian. Penataan kandang dengan perlengkapannya hendaknya dapat
memberikan kenyamanan pada ternak serta memudahkan kerja bagi petugas dalam
memberi pakan dan minum, pembuangan kotoran dan penanganan kesehatan
ternak.
Dalam mendesain konstruksi kandang sapi potong harus didasarkan
agroekosistem wilayah setempat, tujuan pemeliharaan, dan status fisiologis ternak.
Model kandang sapi potong didataran tinggi, diupayakan lebih tertutup untuk
melindungi ternak dari cuaca yang dingin, sedangkan untuk dataran rendah
kebalikannya yaitu bentuk kandang yang lebih terbuka. Tipe dan bentuk kandang
dibedakan berdasar status fisiologis dan pola pemeliharaan dibedakan yaitu kandang
pembibitan, penggemukan, pembesaran, kandang beranak/menyusui, kandang
pejantan, atau kandang paksa.

4. Bahan
Dalam pemilihan bahan kandang hendaknya disesuaikan dengan
kemampuan ekonomi dan tujuan usaha untuk jangka panjang, menengah atau
pendek. Pemilihaan bahan kandang hendaknya minimal tahan untuk jangka waktu
5–10 tahun, dengan memanfaatkan dari bahan-bahan lokal yang banyak tersedia.
Menurut Rasyid, 2007 Bagian-bagian dan bahan kandang yaitu :

a. Lantai
Lantai kandang harus kuat, tahan lama, tidak licin dan tidak terlalu kasar,
mudah dibersihkan dan mampu menopang beban yang ada diatasnya. Lantai
kandang dapat berupa tanah yang dipadatkan, beton atau pasir cemen (PC) dan
kayu yang kedap air.
Berdasarkan kondisi alas lantai, dibedakan lantai kandang sistem litter dan
non litter. Alas lantai kandang sistem litter merupakan lantai kandang yang diberi
tambahan berupa serbuk gergaji atau sekam, dan bahan lainnya berupa
kapur/dolomite sebagai dasar alas. Pemberian bahan dasar alas dilakukan pada
awal sebelum ternak dimasukan kedalam kandang. Sistem alas litter lebih cocok
untuk kandang koloni atau kelompok, karena tidak ada kegiatan memandikan
ternak dan pembersihan kotoran feces secara rutin. Kondisi kandang dan
ternaknya lebih kotor tetapi lebih efisiensi dalam penggunaan tenaga kerja untuk
pembersihan kandang. Bila kondisi letter kandang becek, dilakukan penambahan
serbuk gergaji yang dicampur dengan kapur/dolomite. Selain membuat alas
kandang tetap kering, penambahan kapur tersebut dapat berfungsi sebagai
bahan untuk produksi kompos dan rasa empuk kepada ternak serta kesehatan
menjaga kesehatan ternak.
Alas lantai kandang sistem non litter merupakan lantai kandang tanpa
mendapat tambahan apapun. Model alas kandang ini lebih tepat untuk ternak
yang dipelihara pada kandang tunggal atau kandang individu. Kandang sistem
non litter beserta ternaknya akan tampak lebih bersih dibanding sistem litter,
karena secara rutin dilakukan kegiatan memandikan sapi dan pembuangan
kotoran feces. Lantai kandang harus selalu terjaga drainasenya, sehingga untuk
lantai kandang non /litter /dibuat miring kebelakang untuk memudahkan
pembuangan kotoran dan menjaga kondisi lantai tetap kering. Kemiringan lantai
berkisar antara 2 – 5 %, artinya setiap panjang lantai 1 meter maka ketinggian
lantai bagian belakang menurun sebesar 2 – 5 cm.

b. Kerangka
Dapat terbuat dari bahan besi, besi beton, kayu dan bambu disesuaikan
dengan tujuan dan kondisi yang ada.

c. Atap
Terbuat dari bahan genteng, seng, rumbia, asbes dan lain-lain. Untuk daerah
panas (dataran rendah) sebaiknya mengunakan bahan genting sebagai atap
kandang. Kemiringan atap untuk bahan genting adalah 30 – 45 % , asbes atau
seng sebesar 15 – 20 % dan rumbia atau alang-alang sebesar 25 – 30 %,
Ketinggian atap untuk dataran rendah 3,5 – 4,5 meter dan dataran tinggi 2,5 –
3,5 meter Bentuk dan model atap kandang hendaknya menghasilkan sirkulasi
udara yang baik di dalam kandang, sehingga kondisi lingkungan dalam kandang
memberikan kenyamanan ternak.

d. Dinding

Dibuat dari tembok, kayu, bambu atau bahan lainnya,dibangun lebih tinggi
dari sapi waktu berdiri. Dinding kandang yang terbuat dari sekat kayu atau
bambu hendaknya mempunyai jarak atar sekat antara 40 – 50 cm. Untuk daerah
dataran tinggi dan udaranya dingin atau daerah pinggir pantai yang anginnya
kencang, dinding kandang harus lebih tertutup atau rapat.
e. Lorong atau gang
Merupakan jalan yang terletak diantara dua kandang individu, untuk
memudahkan pengelolaan seperti pemberian pakan, minum dan pembuangan
kotoran. Lebar lorong disesuaikan dengan kebutuhan dan model kandang,
umumnya bekisar antara 1,2–1,5 meter. Lorong kandang hendaknya dapat
dilewati kereta dorong (gerobak) untuk mengangkut bahan pakan dan bahan
keperluan lainnya.

f. Ukuran kandang
Kandang individu atau kandang tunggal, merupakan model kandang satu
ternak satu kandang. Pada bagian depan ternak merupakan tempat palungan
(tempat pakan dan air minum), sedangkan bagian belakang adalah selokan
pembuangan kotoran. Sekat pemisah pada kandang tipe ini lebih diutamakan
pada bagian depan ternak mulai palungan sampai bagian badan ternak atau
mulai palungan sampai batas pinggul ternak. Tinggi sekat pemisah sekat sekitar
1 m atau setinggi badan sapi. Sapi di kandang individu diikat dengan tali tampar
pada lantai depan guna menghindari perkelahian sesamanya Luas kandang
individu disesuaikan dengan ukuran tubuh sapi yaitu sekitar panjang 2,5 meter
dan lebar 1,5 meter

5. Perlengkapan kandang
Beberapa perlengkapan kandang untuk sapi potong meliiputi :
a. Palungan
Palungan merupakan tempat pakan dan tempat minum yang berada didepan
ternak, terbuat dari kayu atau tembok dinding dengan ukuran mengikuti lebar
kandang. Kandang individu yang mempunyai lebar kadang sebesar 1,5 meter,
maka panjang tempat pakan berkisar antara 90 – 100 cm dan tempat minum
berkisar antara 50 – 60 cm. Sedangkan lebar palungan adalah 50 cm, dan tinggi
bagian luar 60 cm dan bagian dalam sebesar 40 cm. Ukuran palungan untuk
kandang kelompok adalah mengikuti panjang kandang, dengan proporsi tempat
minum yang lebih kecil dari tempat pakan.

b. Selokan
Merupakan saluran pembuangan kotoran dan air kencing yang berada
dibelakang kandang ternak individu. Ukuran selokan kandang disesuaikan
dengan kondisi kandangdan tujuan pemeliharaan. Ukuran selokan digunakan
pada untuk Tempat pakan Tempat minum kandang individu, dengan ukuran lebar
30 – 40 cm dan dalam 5– 10 cm.

c. Tempat penampungan kotoran


Tempat penampungan kotoran bak penampungan yang terletak dibelakang
kandang, ukuran dan bentuknya disesuikan dengan kondisi lahan dan tipe
kandangnya. Pembuangan kotoran dari kandang kelompok dilakukan setiap 3-4
bulan sekali sesuai dengan kebutuhan, berupa bak penampungan dan berfungsi
untuk proses pengeringan dan pembusukan feses menjadi kompos. Tempat
penampungan kotoran feses dari kandang individu adalah produk akhir berupa
biogas atau kompos saja, tergantung tujuan pemanfaatannya. Pengumpulan
kotoran kandang berupa feses dan air kencing setiap hari dilakukan melalui
saluran drainase menuju tempat penampungan, yang letaknya lebihrendah dari
kandang.

d. Peralatan kandang
Beberapa peralatan yang banyak digunakan untuk kandang sapi potong
meliputi : sekop untuk membersihkan kotoran, sapu lidi, sikat, tali sapi dan kereta
dorong (gerobak).

6. Pelaksanaan Tatalaksana Kerja Peternakan


Tatalaksana kerja peternakan merupakan aktifitas, yang meliputi
perencanaan, pengaturan program,dan pelaksanaan kerja peternakan, yang
berkaitan dengan pemeliharaan ternak, guna mendukung proses produksidan
pencapaian tujuan peternakan(prawoto, 2004). Abidin (2002), menyatakan bahwa
pembersihan kandang dan kegiatan memandikan sapi sebaiknya dilakukan dua kali
sehari, pemberian vaksin cukup dilakukan satu kali dalam 3-4 bulan untuk setiap
sapi. Pemberian kosentrat 2 kali dalam seharidilakukan pukul 08.00 dan 12.00 wib
dan pemberian hijauan pada pukul 10.00 dan 14.00 wib(siregar, 1997).
BAB III

MATERI DAN METODE

3.1 Materi
Materi yang digunakan dalam praktikum ialah peternakan sapi di Lahan
Kering Universitas Nusa Cendana.

3.2 Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum ialah pengamatan secara langsung
di lokasi praktikum.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Perkandangan
a. Tipe Kandang
Berdasarkan bentuk dan fungsinya, terdapat 3 tipe kandang yang terdapat di
Lahan Kering Undana, yaitu kandang individu, kandang jepit, dan kandang kolektif.

1. Kandang individu
Pada kandang individu atau kandang tunggal terdapat satu ternak dalam satu
kandang. Pada bagian depan ternak terdapat tempat palungan (tempat pakan
dan air minum). Sekat pemisah pada kandang dimulai dari palungan sampai
batas pinggul ternak. Tinggi sekat pemisah sekitar 1 m atau setinggi badan sapi.
Luas kandang individu juga cukup untuk menampung seekor sapi disesuaikan
dengan ukuran tubuh sapi.
Susunan kandangnya terdiri atas dua baris dengan posisi kepala sapi saling
berhadapan dan memiliki satu atap. Terdapat lorong yang digunakan untuk
memberi pakan dan minum yang terletak di depan deretan kandang. Lorong
kandang sendiri dapat dilewati kereta dorong (gerobak) untuk mengangkut
bahan pakan dan bahan keperluan lainnya.

Gambar 4.1 Kandang Individu

Biaya kandang individu memang lebih tinggi dibandingkan kandang kelompok


dengan menimbang biaya pembuatan kandang, biaya tenaga kerja untuk
memandikan sapi, dan pembersihan kandang. Namun, tipe kandang individu
memiliki beberapa kelebihan, yaitu sapi lebih tenang dan tidak mudah stress,
pemberian pakan dapat terkontrol sesuai dengan kebutuhan ternak, menghindari
persaingan pakan dan keributan dalam kandang.

2. Kandang Jepit
Kandang jepit merupakan kandang yang umumnya digunakan oleh peternak
dan dokter hewan untuk melakukan kegiatan perkawinan IB, perawatan
kesehatan (pemotongan kuku), pengambilan darah, dan lain sebagainya.
Gambar 4.2 Kandang Jepit

Dari segi konstruksi, kandang jepit cukup kuat. Kandang jepit sendiri terbuat
dari kayu. Namun, sebaiknya kandang jepit terbuat dari besi sehingga dapat
dengan kuat menahan gerakan sapi dan tidak membahayakan petugas.
Kandang jepit berbahan kayu tidak tahan lama karena mudah lapuk. Ukuran
kandang jepit yaitu panjang 110 cm, lebar 70 cm, dan tinggi 110 cm. Pada
bagian sisi depan kandang terdapat palang untuk menjepit leher ternak.

3. Kandang Kolektif
Pada kandang kolektif, sapi dikandangkan dalam satu secara bebas tanpa
diikat. Pakan disediakan di palungan yang terdapat di depan kandang.
Sedangkan di pertengahan kandang terdapat bak air minum yang dilengkapi
dengan leding. Volume bak tersebut cukup besar untuk menampung air dan juga
memiliki permukaan yang cukup luas sehingga beberapa ekor ternak dapat
minum secara bersamaan.
Sistem pemberian air demikian kurang efektif karena kebutuhan dan tingkat
konsumsi air setiap hewan berbeda-beda. Ternak dengan konsumsi air yang
tinggi akan mengurangi persediaan air bagi ternak lainnya. Oleh karena itu,
harus diperhatikan agar bak penampung air minum selalu terisi untuk
menghindari ternak lainnya tidak mendapat air minum.

Bak Penampung Air Minum

Gambar 4.3 Kandang Kolektif


Keunggulan model kandang kelompok dibanding kandang individu adalah
efisiensi dalam penggunaan tenaga kerja rutin terutama pembersihan kotoran
kandang, memandikan sapi, deteksi birahi dan perkawinan alam. Dalam hal ini
satu orang tenaga kandang mampu menangani sekitar 50 ekor, bila dibanding
kandang individu sekitar 20 – 25 ekor.

b. Bahan
- Lantai kandang
Berdasarkan gambar 4.1 dan 4.3, lantai kandang berbeda pada
masing-masing tipe kandang. Kandang individu menggunakan lantai semen,
sedangkan, pada kandang kolektif, lantai kandang menggunakan tanah.
Lantai semen pada kandang individu tidak terlalu licin. Hal ini cukup
mendukung syarat lantai kandang yang baik, yaitu kuat, tahan lama, tidak
licin, tidak mudah lembab, tahan injakan, mudah dibersihkan dan mampu
menopang beban yang ada diatasnya. Lantai semen juga menghindarkan
kandang dari kebecekan pada musim hujan atau juga karena urine sapi.
Kebersihan dan kesehatan ternak juga lebih terjamin pada kandang berlantai
semen karena mudah dibersihkan. Selain itu, jika dibandingkan dengan lantai
tanah, lantai tanah lebih mudah untuk menjadi tempat pertumbuhan parasit,
khususnya cacing, sedangkan penggunaan lantai semen cukup efektif dalam
memutus siklus hidup cacing.

- Atap
Atap kandang pada kandang individu terbuat dari seng dan terletak
cukup tinggi dari tubuh ternak. Pemilihan seng sebagai atap kandang sangat
efektif karena selain tahan lama dan tidak mudah rusak, dapat melindungi
ternak dari hujan. Sedangkan pada tipe kolektif, seperti yang terlihat pada
Gambar 4.3, kandang tidak memiliki atap sehingga tidak dapat melindungi
ternak dari panas dan hujan. Kondisi kandang kolektif pada waktu hujan juga
dapat diperparah karena berlantai tanah sehingga menyebabkan becek. Oleh
karena itu, sebaiknya, kandang diberi atap menggunakan seng atau alang-
alang sehingga lebih ekonomis.

Gambar 4.4 Atap Kandang Individu


- Dinding
Dinding kandang terbuat dari besi sehingga mampu menahan beban
benturan dan dorongan yang kuat dari ternak. Peternakan sendiri berada di
dataran rendah yang suhu udaranya panas dan tidak ada angin kencang,
sehingga bentuk dinding kandang lebih terbuka, sehingga cukup
menggunakan besi yang berfungsi sebagai pagar kandang agar sapi tidak
keluar.

- Lorong
Lorong terdapat di depan deretan kandang individu yang menjadi
jalan untuk dilalui gerobak untuk mengangkut bahan pakan dan bahan
keperluan lainnya.

Lorong

Gambar 4.5 Lorong pada Kandang Invididu Tampak Belakang

c. Drainase
Lantai kandang harus selalu terjaga drainasenya, sehingga lantai
kandang dibuat miring kebelakang untuk memudahkan pembuangan kotoran dan
menjaga kondisi lantai tetap kering. Kemiringan lantai berkisar antara 2 – 5 %,
artinya setiap panjang lantai 1 meter maka ketinggian lantai bagian belakang
menurun sebesar 2 – 5 cm. Namun, berdasarkan pengamatan lantai kandang
tidak dibuat miring ke belakang sehingga sistem drainase kurang baik.

d. Perlengkapan kandang
Beberapa perlengkapan kandang meliputi :
- Palungan
Palungan merupakan tempat pakan dan tempat minum yang berada
didepan ternak sehingga mudah dijangkau oleh mulut ternak. Baik pada
kandang individu maupun kolektif, palungan terbuat dari semen yang terletak
memanjang secara horizontal di depan kandang. Namun, pada kandang
individu, palungan dibatasi oleh papan untuk setiap kandang sesuai panjang
kandang. Hal ini meminalisir perebutan pakan dan keributan dalam kandang
karena masing-masing ternak mendapat pakan dan minumnya secara
tersendiri. Namun, tempat pakan dan minum tidak dipisahkan dan diletakkan
dalam satu ruang yang telah dibatasi oleh papan dengan kandang lainnya,
akibatnya wadah air minum bisa saja jatuh sehingga mengurangi jumlah air
yang dikonsumsi ternak. Pada palungan dengan keadaan yang agak terbuka,
tumpahnya air dapat menggenangi kandang. Sebaiknya, setiap ruang
palungan masing-masing kandang yang telah dipisahkan menggunakan
balok dibagi lagi menjadi 2 ruang sebagai tempat pakan dan tempat wadah
air minum, dengan ukuran ruang untuk wadah air minum disesuaikan dengan
ukuran wadah sehingga tidak mudah dijatuhkan.

Lorong

Palungan

Gambar 4.6 Palungan pada Kandang Individu

- Selokan
Selokan merupakan saluran pembuangan kotoran dan air kencing
yang berada dibelakang kandang ternak individu. Selokan digunakan untuk
kandang individu dengan ukuran lebar 30 – 40 cm dan dalam 5 – 10 cm.
Namun, seperti yang terlihat pada Gambar 4.1, kandang di Lahan
Kering Undana tidak memiliki selokan sehingga dapat terjadi penumpukan
kotoran di dalam kandang. Hal ini juga diperparah dengan tidak adanya
drainase, sehingga sekalipun terdapat selokan di belakang kandang, feses
dan urine tidak memungkinkan untuk diarahkan secara otomatis ke selokan.
Oleh karena itu, untuk tetap menjaga kebersihan kandang, maka dibutuhkan
perhatian untuk menjaga kebersihan kandang dengan mengangkut feses
sehingga tidak menumpuk.

- Tempat penampungan kotoran


Tempat penampungan kotoran terletak disamping kandang dan
berfungsi untuk proses pengeringan dan pembusukan feses menjadi kompos.
Gambar 4.7 Tempat Pengumpulan Kototrsn Ternak

Pengumpulan kotoran kandang berupa feses dan air kencing harus


dilakukan setiap hari melalui saluran drainase menuju tempat penampungan.
Namun, karena kandang tidak memiliki sistem drainase dan selokan di
belakang kandang, kotoran tidak dapat langsung disalurkan ke tempat
penampungan, sehingga kandang harus dibersihkan secara manual.

- Peralatan kandang
Dalam kegiatan pemeliharraan ternak, dibutuhkan peralatan untuk
keperluan di dalam kandang. Peralatan hendaknya selalu dalam keadaan
bersih. Adapun peralatan kandang yang ditemukan antara lain :
1. Ember, digunakan untuk mengangkut air, pakan penguat, dan
memandikan ternak. Ember terbuat dari plastik sehingga tidak mudah
berkarat.
2. Sekop, digunakan untuk mengangkut kototran sapi.
3. Sapu lidi, digunakan untuk menyapu sisa-sisa kotoran di dalam kandang.
4. Tali sapi, digunakan untuk mengikat dan menambatkan ternak.
5. Selang, digunakan untuk mengaliri air ke tong-tong penampung air.
6. Gerobak, digunakan untuk mengangkut bahan pakan dan kototran sapi.
7. Mesin pemotong rumput, digunakan untuk mencacah rumput menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil.

8. Tong, digunakan untuk menampung air dan bahan-bahan pakan ternak


atau silase.
4.2 Sistem Pemeliharaan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, sistem pemeliharaan ternak
sapi yaitu semi intensif, dimana sapi digembalakan pada siang hari dan
dikandangkan pada malam hari. Pada sistem ini, ternak memperoleh makanan di
sekitar lahan kering karena area sekitar lahan kering banyak ditumbuhi dan ditanami
rumput-rumput. Selain itu, penyediaan pakan juga dilakukan saat ternak
dikandangkan. Untuk pemberian minum, pada kandang individu terdapat ember yang
diletakkan dalam palungan, sedangkan pada akndang kolektif terdapat bak
penampung air di tengah-tengah kandang. Untuk mengantisipasi kekurangan air
minum pada kandang individu, disediakan tong-tong untuk mengisi persediaan air
dan sebagai tempat pengambilan air minum. Pengisian air di tong-tong tersebut
menggunakan selang yang disambungkan ke leding sehingga dapat menghemat
tenaga kerja.

4.3 Manajemen Pakan


Pemenuhan pakan ternak dilakukan melalui beberapa cara, yaitu :
- Cut and Carry
Pada sistem ini pemenuhan pakan dilakukan dengan memotong
pakan langsung dari padang kemudian diberikan kepada ternak.

- Silase
Secara sederhana, silase merupakan hijauan yang diawetkan. Pada
musim kemarau, peternakan sering dihadapkan pada masalah kekurangan
pakan hijauan, padahal ternak rumianansia membutuhkan pakan hijauan
setiap hari guna memenuhi kebutuhan produktivitas pada ternak. Jika pakan
tidak tersedia secara berkala akan berakibat pada kesehatan ternak, ternak
dapat menjadi kurus, dan jika terus berlanjut dapat mengakibatkan kematian
pada ternak. Oleh karena itu, untuk mengatasi hal tersebut, maka diterapkan
inovasi dalam mengolah pakan hijauan ternak, yaitu silase pakan hijauan dan
limbah pertanian yang melimpah pada musim penghujan sehingga dapat
menjadi pakan yang tahan lama dan pemberian hijauan sebagai pakan ternak
dapat berlangsung secara merata sepanjang tahun.
- Penanaman Hijauan Pakan Ternak
Penanaman pakan ternak dilakukan di sekitar area peternakan. Ada
hijauan yang ditanam secara bebas, namun ada juga yang ditanam pada
padang penggembalaan yang dibagi ke dalam beberapa petak dalam sistem
ronational grazing, sehingga ternak dapat digembalakan sesuai tingkat
pertumbuhan hijauan pakan. Ternak sendiri digembalakn di petak atau
paddock yang tingkat pertumbuhan hijauan pakan lebih tinggi, sehingga
dapat memberi kesempatan bagi hijauan di paddock lain untuk kembali
bertumbuh. Oleh karena itu, antar paddock harus dipagari. Namun,
berdasarkan pengamatan, pagar pembaats sudah tidak lagi baik, sehingga
batas antar paddock sudah tidak lagi jelas.

Gambar 4. Rotational Grazing

- Pembuatan Gudang Pakan Ternak


Adanya gudang pakan ternak dapat membantu agar pakan ternak
tidak tercecer dan tidak mudah rusak.
Gambar 4. Gudang Pakan Ternak
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Berdasarkan pengamatan, manajemen perkandangan ternak sapi di Lahan
Kering Universitas Nusa Cendana belum memenuhi syarat perkandangan yang
baik. Hal tersebut dibuktikan dengan bahan dan perlengkapan kandang yang
tidak merata dan tidak ada di seluruh kandang, yaitu atap kandang yang hanya
dimiliki kandang individu, dan tidak adanya drainase dan selokan.

5.2 Saran
Manajemen perkandnagan harus diperbaiki lagi dan dalam memenuhi
kebutuhan kandang dapat juga menggunakan bahan-bahan lokal yang mudah
didapatkan sehingga dapat lebih ekonomis.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai