Anda di halaman 1dari 3

Angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tinggi.

Mengutip data Badan


Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan, hingga akhir 2015 telah terjadi
kecelakaan kerja sebanyak 105.182 kasus.
Sementara itu, untuk kasus kecelakaan berat yang mengakibatkan kematian tercatat sebanyak
2.375 kasus dari total jumlah kecelakaan kerja.

Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan Keselamatan dan Kesehatan


Kerja (PPK dan K3) Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) Muji Handaya mengatakan,
jumlah kecelakaan kerja dari tahun ke tahun mengalami tren peningkatan.

Muji mencatat, untuk total jumlah kecelakaan kerja siap tahunnya mengalami
peningkatan hingga 5%. "Namun untuk kecelakaan kerja berat tren peningkatannya cukup
lumayan besar yakni sekitar 5%-10% setiap tahunnya," kata Muji, akhir pekan lalu.

Beberapa kecelakaan kerja yang terjadi tahun lalu antara lain kasus peledakan dan
kebakaran di PT Mandom Indonesia, jatuhnya pesawat lift dengan korban pekerja PT Nestle
Indonesia, robohnya crane di gedung Mitra I Malang dan kecelakaan kerja di Alfamart
Pekanbaru.

Meski tidak merinci, Muji bilang pada tahun lalu jumlah kasus kecelakaan kerja yang
sudah masuk dalam ranah penyelidikan dan dinyatakan sudah Lengkap (P-21) jumlahnya
mencapai 81 perusahaan.

Penyebab utama terjadinya kecelakaan kerja adalah masih rendahnya kesadaran akan
pentingnya penerapan K3 di kalangan industri dan masyarakat. Selama ini penerapan K3
seringkali dianggap sebagai cost atau beban biaya, bukan sebagai investasi untuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja.

Sebelumnya, Plt Dirut BPJS Ketenagakerjaan Elvyn Masassya menyebutkan, bagi


pekerja yang ikut dalam program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) maka akan mendapat
tindakan medis sampai sembuh alias tidak ada batasan biaya pengobatan.

Selain itu, bagi pekerja yang meninggal dunia atau cacat tetap atau total, akan
mendapat biaya pemakaman serta pemberian beasiswa pendidikan bagi ahli waris dan benefit
lainnya.
filosofi, K3 adalah segala upaya menjamin kesempurnaaan tenaga kerja agar dalam
menghasilkan karya, pekerja bisa selamat fisik dan mentalnya dalam keadaan sempurna.
Sementara banyak dalam prosesnya ketika menghasilkan karya, misalnya membangun
gedung atau jembatan, mengakibatkan kesempurnaan manusia hilang. K3 tertulis pada Pasal
87 UU Nomor 13 Tahun 2003 yang telah diatur dalam pedoman penerapan Sistem
Manajemen K3 (SMK3) melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 50 Tahun 2012. Apabila
K3 dapat terlaksana dengan baik, maka kasus kecelakaan kerja dapat ditekan dan biaya-biaya
yang tidak perlu dapat dihindari. Dengan demikian, tercapai suasana kerja yang aman,
nyaman, sehat dan terwujud produktivitas yang lebih tinggi. Dibutuhkan peran aktif dari
seluruh pihak untuk menyukseskan K3, kepedulian dari pemerintah, pemerintah daerah,
lembaga serta masyarakat industri itu sendiri. Saat ini SMK3 menjadi salah satu syarat utama
yang diberikan oleh negara maju dalam perdagangan global, baik ekspor maupun impor.
Dalam SMK3 diatur ketentuan bahwa para pelaku industri diwajibkan untuk menyediakan
APD yang memenuhi persyaratan teknis, seperti tersertifikasi SNI atau standar internasional
sesuai Permenaker No. 8 Tahun 2010.
DAFTAR PUSTAKA

https://properti.kompas.com/read/2016/11/09/154736121/kecelakaan.kerja.di.indonesia.tercat
at.105.182.kasus.
www.bpjsketenagakerjaan.go.id/.../Jumlah-kecelakaan-kerja-di-Indonesiamasih-tinggi...

Anda mungkin juga menyukai