TUGAS V
DISUSUN OLEH
ILHAM WAHYUDI
1610003423003
-xm
T k st
st
Tidak O
teregang T k ( st x)
x
Keseimbangan W Keseimbangan P
+xm
W ma mx
(a) (b)
Gambar 191.1
Jika sekarang partikel ditarik sejauh xm dari posisi keseimbangan dan dilepaskan
tanpa kecepatan awal dengan anggapan bahwa xm dipilih lebih kecil dari st, partikel akan
bergerak maju dan mundur melalui titik keseimbangan; getaran dengan amplitudo xm
telah terjadi. Catat bahwa getaran juga dapat dibuat dengan memberikan kecepatan awal
tertentu pada partikel saat berada pada posisi keseimbangan x = 0, atau secara umum
memulai gerak partikel dari sembarang posisi yang ditentukan x = xo dengan kecepatan
awal vo.
Untuk menganalisa getaran, diasumsikan partikel berada pada posisi P di
sembarang waktu t (Gambar 19.1b).Dinyatakan dengan x, pergeseran OP diukur dari
posisi keseimbangan O (arah ke bawah positif), tampak bahwa gaya-gaya yang bekerja
pada partikel adalah berat W dan gaya T yang dihasilkan pegas dimana, pada posisi ini,
memiliki besar T = k . (st + x). Karena W = k . st dapat dilihat bahwa besar gaya resultan
F dari kedua gaya tersebut (ke bawah positif) adalah :
F = W - k . (st + x) = - k x 19-1)
Jadi resultan gaya yang bekerja pada partikel sebanding dengan jarak OP yang diukur
dari posisi keseimbangan. Mengacu pada konvensi tanda, F selalu mengarah pada posisi
keseimbangan O. Substitusikan F ke dalam persamaan fundamental F = m . a dan
mengacu bahwa a merupakan turunan kedua x dari x terhadap waktu t, maka diperoleh :
mx+kx=0 19-2)
PENDULUM SEDERHANA (PENYELESAIAN PENDEKATAN)
Pada umumnya getaran yang terjadi pada aplikasi teknis dapat dinyatakan
sebagai gerak harmonis sederhana. Kasus-kasus yang lain, meskipun berbeda tipe, dapat
didekati sebagai gerak harmonis sederhana selama amplitudo yang terjadi tetap kecil.
Misalnya, sebagai contoh sebuah pendulum sederhana, terdiri atas bola dengan massa m
tergantung pada tali dengan panjang yang dapat berosilasi pada bidang vertikal (gambar
19.4a).
T m a n m at
m
W
(a) (b)
Gambar 19.4.
Ft m . at ; Wsinm.
Karena W = mg dan membagi persamaan dengan m akan diperoleh :
g
sin 0 19-16)
Untuk osilasi amplitudo kecil, sin dan dinyatakan dalam radian maka :
g
0 19-17)
Jika dibandingkan dengan persamaan 19-16) dapat dilihat bahwa persamaan diferensial
19-17) adalah gerak harmonis sederhana dengan frekuensi putar natural n = (g/ )1/2.
Penyelesaian umum dari persamaan 19-17) dapat dinyatakan sebagai :
= m sin (nt + )
Dimana m adalah amplitudo getaran dan adalah sudut fase. Substitusikan nilai n pada
persamaan 19-13) akan diperoleh rumus perioda getaran pendulum dengan panjang :
n 2 2 19-18)
n g
PENDULUM SEDERHANA (PENYELESAIAN EKSAK)
Persamaan 19-18) hanyalah pendekatan. Untuk mendapatkan persamaan eksak
dari perioda osilasi pendulum sederhana, kita harus kembali pada persamaan 19-16).
Kalikan kedua buah suku dengan 2 dan diintegrasi dari posisi awal sesuai dengan
d 2g
cos cosm
2
dt l
Gantilah cos dengan 1 2sin / 2dan cosm dengan suku yang sesuai, selesaikan
2
1 m d
n 2
g 0 sin 2 m / 2 sin 2 / 2
Integral pada suku sebelah kanan dikenal dengan integral eliptik; yang tidak dapat
dinyatakan dalam aljabar atau trigonometri biasa. Namun dengan membuat
n 4
1
/2
2
d
2 19-19)
g 0 1 sin m / 2sin
Dimana integral yang diperoleh, umumnya dinotasikan dengan K, dapat dihitung
menggunakan integrasi metode numerik. Nilainya juga dapat ditemukan pada tabel
integral eliptik untuk berbagai variasi nilai m / 2 . Untuk membandingkan hasil yang baru
saja diperoleh dengan subbab sebelumnya, kita tuliskan persamaan 19-19) dalam bentuk
2K l
n 2 19-20)
g
Persamaan 19-20) menunjukkan bahwa nilai aktual dari perioda pendulum sederhana
dapat diperoleh dengan mengalikan nilai pendekatan yang diberikan oleh persamaan 19 -
18) dengan faktor koreksi 2K/. Nilai faktor koreksi diberikan pada tabel 19.1 untuk
berbagai nilai amplitudo m . Dapat dicatat bahwa untuk perhitungan teknik sehari-hari
x n x 0 atau n 0 19-21)
Getaran yang terjadi adalah gerak harmonis sederhana. Perioda dan frekuensi natural
getaran tersebut dapat diperoleh dengan menentukan n dan mensubstitusikan nilainya
pada persamaan 19-13) dan 19-14).
Secara umum, cara sederhana untuk memperoleh persamaan 19-21) adalah
dengan menyatakan bahwa sistem gaya-gaya eksternal adalah sebanding dengan sistem
gaya-gaya efektif dengan menggambarkan persamaan diagram benda bebas untuk
sembarang nilai variabel dan menuliskan persamaan gerak yang bersesuaian. Proses ini
disebut sebagai Penentuan koefisien variabel x atau , bukan penentuan variabel itu
sendiri atau turunan x atau . Dengan menyamakan koefisien ini dengan n2 akan
vektor-vektor mat dan man juga ekuivalen dengan kopel I (Gb. 19.5b). Selama kecepatan
dan percepatan putar plat sama, yaitu dan , nilai kedua vektor tersebut adalah mb
dan mb 2 , sedangkan momen kopelnya adalah I . Pada penerapan metode ini
sebelumnya (bab 16) telah dicoba kemungkinan untuk mengasumsikan arah yang benar
dari percepatan. Dalam hal ini, bagaimanapun, kita harus mengasumsikan arah positif
yang sama untuk dan agar diperoleh persamaan 19-21). Konsekuensinya, percepatan
putar diasumsikan positif jika berlawanan arah jarum jam meskipun asumsi ini biasanya
tidak realistis.
Contoh soal :
Sebuah silinder dengan berat W dan jari-jari r dipasang pada tali
sebagaimana tampak pada gambar. Salah satu ujung tali dipasang
pada sambungan kaku sementara ujung lainnya dihubungkan
B
dengan pegas yang memiliki konstanta pegas k. Tentukan perioda
r
dan frekuensi natural getaran silinder.
PENYELESAIAN :
Kinematika gerak. Pergeseran linier dan percepatan silinder dinyatakan dalam
pergeseran putar . Dipilih putaran searah jarum jam sebagai arah positif dan pergeseran
diukur dari posisi keseimbangan. Maka didapat
x r 2x2r
a r r (1)
2r
T T
B 1 2
I
G
A
B A ma
x W
a
Persamaan Gerak. Sistem gaya-gaya eksternal yang bekerja pada silinder terdiri atas
gaya berat W, gaya tarik tali T1 dan T2. Sistem ini ekuivalen dengan sistem gaya efektif
yang diwakili oleh vektor ma pada G dan kopel I .
8k
3 m 0 yang merupakan ciri persamaan gerak harmonis sederhana, maka
2 8k 8k 2 2 3m
n
n n n
3m 3m 8k
f n n 1 8k
2 2 3m
PENERAPAN PRINSIP KONSERVASI ENERGI
Tampak pada subbab 19.2 bahwa jika sebuah partikel bermassa m berada dalam
gerak harmonis sederhana, resultant F dari gaya-gaya yang bekerja pada partikel memiliki
nilai yang sebanding dengan perpindahan x diukur dari posisi keseimbangan O dan
mengarah ke O; dituliskan F = - k x. Mengacu pada subbab 13.6, kita tulis F sebagai
dimana V diasumsikan sama dengan nol pada posisi keseimbangan x = 0. Jika kecepatan
partikel adalah x , energi kinetiknya adalah T 1 mx2 dan total energi partikel yang
2
Persamaan dibagi dengan m/2 dan mengacu pada subbab 19.2 bahwa k / m 2 ,
n
Persamaan 19-25) adalah karakteristik dari gerak harmonis sederhana, dapat diperoleh
dari persamaan 19-16) dengan mengalikan kedua sisi dengan 2x dan diintegrasi.
Prinsip konservasi energi menghasilkan cara yang lebih mudah untuk menentukan
perioda getaran benda kaku atau sistem benda kaku dengan satu derajat kebebasan,
pada saat gerak sistem diidentifikasi sebagai gerak harmonis sederhana atau dapat
didekati sebagai gerak harmonis sederhana. Dengan memilih variabel, misalnya jarak x
atau sudut , dapat diambil 2 posisi sesaat sistem :
a. Pergeseran sistem mencapai maksimum : Didapat T1 = 0 dan V1 dapat dinyatakan
dalam xm atau m (dipilih V = 0 pada posisi keseimbangan)
b. Sistem melalui posisi keseimbangan : Didapat V2 = 0 dan T2 dapat dinyatakan dalam
kecepatan maksimum xm atau kecepatan sudut maksimum m
Selanjutnya dapat ditentukan total energi yang dihasilkan dan ditulis T 1 + V1 = T2 + V2.
Mengacu dari persamaan 19-15) bahwa untuk gerak harmonis sederhana, kecepatan
maksimum sama dengan perkalian amplitudo dan frekuensi putar natural n , persamaan
T1 = 0 V1 W (b b cos m ) Wb (1 cos m )
Atau untuk 1 cos 2sin 2 ( / 2) 2 / 2 untuk osilasi amplitudo kecil,
m m m
T1 = 0 V Wb
1 2
19-26)
12 m
Pada saat plat melewati posisi keseimbangan (Gb. 19.6b) kecepatannya maksimum dan
didapat
T 1 mv 2 1 I 2 1
mb2 2
1
I 2 V2 = 0
2 2 m 2 m 2 m 2 m
T 1 (5 mb2 ) 2 V2 = 0 19-27)
2 2 3 m
Substitusi persamaan 19-26) dan 19-27) ke dalam T1 + V1 = T2 + V2, dan mengingat
Yang menghasilkan
2
3g / 5b dan
n
2 2 5b
19-29)
n
n
3g
Sebagaimana telah diperoleh.
0
O
b cosm O
m G1 b m b
G
datum 2 datum
W
W
(a) (b)
Gambar 19.6
GETARAN PAKSA
Satu bentuk getaran yang sangat penting jika dipandang dari sisi penerapan di
bidang teknik adalah Getaran Paksa dari suatu sistem. Getaran ini terjadi jika suatu
sistem dikenai gaya periodik atau jika sistem tersebut dihubungkan secara elastis dengan
penyangga yang memiliki gerakan bolak-balik.
Foto 19.1. Sebuah seismograf yang bekerja dengan cara mengukur besaran energi listrik yang
diperlukan untuk menjaga posisi massa agar tetap di tengah kotak pada saat terjadi
getaran tanah yang kuat.
Perhatikan satu kasus dimana sebuah benda dengan massa m digantung pada
sebuah pegas dan dikenai gaya periodik P yang besarnya P = Pm sin ft, dimana f
adalah frekuensi putar dari P dan disebut dengan frekuensi putar paksa dari gerakan
tersebut (Gambar 19.7). Gaya ini mungkin berupa gaya luar aktual yang diaplikasikan
terhadap benda, atau mungkin berupa gaya sentrifugal yang diakibatkan oleh gerak rotasi
dari bagian benda yang tidak seimbang.
GETARAN TEREDAM
*19.8. GETARAN BEBAS TEREDAM
Sistem getaran yang dipelajari pada bagian pertama bab ini diasumsikan tanpa
redaman. Sebenarnya semua getaran mengalami beberapa derajat redaman akibat gaya-
gaya gesek. Gaya-gaya ini dapat disebabkan oleh gesekan kering, atau gesekan
Coulomb, antara benda-benda kaku; oleh gesekan fluida jika benda kaku bergerak di
dalam fluida, atau oleh gesekan internal antara molekul-molekul benda elastis.
Satu tipe redaman khusus adalah viscous damping yang disebabkan oleh gesekan
fluida pada kecepatan rendah dan medium. Redaman viskos dicirikan oleh kenyataan
bahwa gaya gesek berbanding lurus dan berlawanan arah dengan kecepatan gerak
benda. Sebagai contoh, perhatikan sebuah benda bermassa m tergantung pada pegas
dengan konstanta k, diasumsikan bahwa benda terpasang pada plunyer dashpot (gambar
19.10). Besar gaya gesek yang bekerja pada plunyer akibat fluida yang melingkupinya
sama dengan cx , dimana konstanta c dinyatakan dalam N.s/m atau lb.s/ft dan disebut
koefisien viscous damping, yang nilainya dipengaruhi oleh sifat-sifat fisik fluida dan
konstruksi dashpot.
T k st x
x
Kesetimbangan
ma mx
c
x
Gambar 19.10.
Persamaan geraknya adalah : F ma W kst x cx mx
mx cx kx 0 19-38)
Substitusikan x = e t dalam persamaan 19-38) kemudian bagilah dengan e t maka akan
diperoleh persamaan karakteristik :
m2 + c + k = 0 19-39)
dan diperoleh akar-akar persamaan :
c c 2 k
19-40)
2m 2m m
Didefinisikan koefisien redaman kritis cc sebagai nilai yang menyebabkan suku di bawah
akar pada persamaan 19-40) sama dengan nol, yaitu :
cc 2 k k
0 cc 2m 2mn 19-41)
2m m m
dimana n adalah frekuensi putar natural dari sistem tanpa redaman. Kita dapat memilah
3 jenis kasus redaman berdasarkan nilai koefisien c yaitu :
1. Heavy damping : c > cc; Akar persamaan karakteristik 19-39) 1 dan 2 adalah nyata
dan berbeda. Penyelesaian umum dari persamaan diferensial 19-38) adalah :
x C e t Ce 2 t
1 19-42)
1 2
Penyelesaian ini berhubungan dengan gerakan tanpa getaran. Pada saat 1 dan 2
bernilai negatif kedua-duanya, x mendekati nol pada saat t meningkat tak terhingga.
Bagaimanapun pada kenyataannya sistem akan mencapai posisi keseimbangannya
setelah beberapa waktu tertentu.
2. Critical damping : c = cc; Persamaan karakteristik 19-39) memiliki akar ganda bernilai
= - cc / 2m. Penyelesaian umum untuk persamaan diferensial 19-38) adalah :
n t
x (C1 C2t)e 19-43)
Gerakan yang terjadi juga tanpa getaran. Sistem teredam kritis merupakan satu
bahasan khusus dalam rekayasa teknik untuk mendapatkan kondisi dimana sistem
dapat mencapai posisi keseimbangannya dalam waktu sesingkat mungkin tanpa
mengalami osilasi.
3. Light damping : c < cc; Akar-akar persamaan 19-39) merupakan bilangan kompleks
sekawan (conjugate complex). Penyelesaian umum untuk persamaan diferensial 19-
38) berbentuk :
x e(c / 2m) t (C sin t C cos t) 19-44)
1 d 2 d
d n c 2
1 19-45)
c
c
Dalam hal ini konstanta c/cc dinamakan faktor damping. Meskipun gerakan yang
terjadi pada kenyataannya tidak bolak-balik sendiri, konstanta d umumnya dianggap
sebagai frekuensi putar getaran teredam. Dengan menggunakan metode substitusi
yang sama dengan sub bab 19.2 akan diperoleh penyelesaian umum persamaan 19-
38) dalam bentuk :
Gerakan yang didefinisikan oleh persamaan 19-46) adalah getaran dengan amplitudo
yang melemah (gambar 19.11) dan interval waktu d = 2 / d memisahkan dua titik
yang berurutan dimana kurva yang didefinisikan oleh persamaan 19-46) menyinggung
satu dari kurva pembatas sebagaimana tampak pada gambar 19.11, biasanya disebut
sebagai periode getaran teredam. Mengacu pada persamaan 19-45) terlihat bahwa d
< n sehingga d lebih besar dari periode getaran n dari sistem getaran tanpa
x e c2 m
t
0
x1 x2
x
3 x4
0
t
t1 t2 t3 4 t
-x0
Gambar 19.11.
*19.9. GETARAN PAKSA TEREDAM
Foto 19.2. Suspensi mobil sebagaimana tampak pada gambar secara esensial terdiri atas sebuah
pegas dan sebuah shock absorber yang akan menyebabkan bodi mobil mengalami
getaran paksa teredam saat mobil dijalankan melalui jalanan tidak rata.
Jika sistem yang ditinjau pada sub bab sebelumnya dikenai gaya periodik P
dengan nilai P = Pm sin f t, persamaan gerak menjadi
mx cx kx Pm sin f t 19-47)
Penyelesaian umum persamaan 19-47) diperoleh dengan menambahkan penyelesaian
partikular pada fungsi komplemen (penyelesaian umum) dari persamaan homogen 19-
38). Fungsi komplemen yang diberikan pada persamaan 19-42), 19-43) atau 19-44)
tergantung pada tipe damper yang digunakan. Persamaan tersebut mewakili gerak
transien yang selanjutnya teredam.
Perhatian utama pada sub bab ini adalah getaran steady state yang diwakili oleh
penyelesaian partikular persamaan 19-47) dalam bentuk
x part xm sin( f t ) 19-48)
Substitusi xpart sebagai x pada persamaan 19-47), akan dihasilkan
c f xm Pm sin 19-49)
(k m2 )x P cos 19-50)
f m m
Kuadratkan kedua sisi persamaan 19-49) dan 19-50) kemudian dijumlah, diperoleh
[(k m2 )2 (c )2 ]x 2 P 2 19-51)
f f m m
Dengan menyelesaikan persamaan 19-51) untuk xm dan membagi persamaan 19-49) dan
19-50) persuku akan diperoleh berturut-turut,
P m
c f
xm tan 19-52)
(k m 2f )2 (c f )2 k m 2f
k
Mengacu pada persamaan 19-4) bahwa m n2 , dimana n adalah frekuensi putar
getaran bebas tidak teredam, dan dari persamaan 19-41) bahwa 2mn = cc, dimana cc
adalah koefisien damping kritis dari sistem, diperoleh
xm x m 1 19-53)
Pm k m [1 ( / ) ] [2(c / c )( / )]2
2 2
f n c f n
2(c / c )( / )
tan c f n 19-54)
1 ( f / n ) 2
mendefinisikan sudut beda fase antara gaya paksa atau pergerakan landasan dengan
getaran steady state sistem teredam yang dihasilkan. Faktor pembesaran digambarkan
dalam grafik 19.12 untuk berbagai variasi nilai koefisien damping. Dapat dilihat bahwa
amplitudo getaran paksa dapat dijaga tetap kecil dengan memilih koefisien damper viskos
yang besar atau dengan memberikan perbedaan nilai yang besar untuk frekuensi natural
dan frekuensi getaran paksa.
Gambar 19.12.
*19.10. ANALOGI ELEKTRIK
Gerak bolak-balik sirkuit elektrik dinyatakan dalam persamaan diferensial yang
setipe dengan persamaan yang diperoleh pada sub bab sebelumnya. Karena itu
analisisnya mirip dengan sistem mekanis dan hasil yang diperoleh untuk sistem getaran
dapat digunakan untuk sirkuit yang ekuivalen. Sebaliknya, setiap hasil yang diperoleh
untuk sirkuit elektris juga dapat diaplikasikan untuk sistem mekanis yang bersesuaian.
Bayangkan satu sirkuit elektris yang terdiri atas satu induktor dengan induktansi L,
sebuah resistor dengan resistansi R dan kapasitor dengan kapasitansi C, yang
dihubungkan secara seri dengan sumber tegangan bolak-balik E = Em sin f t (gb. 19.13).
Dari teori sirkuit dasar dinyatakan bahwa jika i adalah arus yang mengalir dalam sirkuit
dan q menyatakan isian elektrik dalam kapasitor, penurunan potensial adalah L(di / dt)
pada induktor, Ri pada resistor dan q/C pada kapasitor. Jika dinyatakan bahwa jumlah
tegangan terpakai dan penurunan potensial pada loop sirkuit sama dengan nol, maka
E sin t L di Ri q 0 19-55)
m f
dt C
Pengaturan ulang suku-suku persamaan dengan mengingat bahwa pada setiap kondisi i
sama dengan laju perubahan