Analisis Dimensi Saluran
Analisis Dimensi Saluran
PENDAHULUAN
Air merupakan sumber daya alam yang paling berharga, karena tanpa air
tidak mungkin terdapat kehidupan. Air tidak hanya dibutuhkan untuk kehidupan
manusia, hewan, dan tanaman, tetapi juga merupakan media pengangkutan,
sumber energi, dan berbagai keperluan lainnya. Pada suatu saat dalam bentuk
hujan lebat dan banjir, air juga dapat menjadi benda perusak, menimbulkan
kerugian harta dan jiwa, serta menghanyutkan berjuta-juta ton tanah subur.
Distribusi air baik yang diatur oleh alam atau hasil rekayasa manusia,
dapat terdistribusi dengan tidak merata seperti jumlah air yang terdistribusi terlalu
banyak atau sedikit. Ketersediaan air yang berlebih atau terlalu banyak
membutuhkan penanganan tersendiri dalam suatu sistem perencanaan
komprehensif yang disebut sistem drainase.
Drainase berasal dari kata drain (mengeringkan) adalah prasarana yang
berfungsi mengalirkan air permukaan akibat hujan ke badan penerima air dan atau
ke bangunan resapan buatan. Drainase perkotaan adalah drainase di wilayah kota
yang berfungsi mengendalikan air permukaan akibat hujan, sehingga tidak
mengganggu baik aktifitas serta harta benda milik Negara maupun masyarakat
dan dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia.
Adapun pada makalah ini penulis hanya akan membahas salah satu bagian
dari perencanaan system drainase yakni “Analisis Dimensi Saluran”
Kelompok IV 1
1.3. Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat menjadi rujukan sederhana dalam
merencanakan dimensi suatu saluran drainase.
Kelompok IV 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kelompok IV 3
dijadikan dasar perencanaan, yaitu debit maksimum rencana di sungai atau
saluran alamiah dengan periode ulang tertentu (Qth) yang dapat dialirkan
tanpa membahayakan lingkungan sekitar dan stabilitas sungai. Jadi, debit
banjir rencana adalah debit banjir yang rata – rata terjadi satu kali dalam
periode ulang yang ditinjau. Untuk mendapatkan debit banjir rencana dapat
dilakukan melalui dua cara yaitu melalui pengolahan data debit dan melalui
pengolahan data hujan. Data curah hujan yang tercatat dari empat stasiun
hujan dengan tersebar di daerah pengaliran sungai dapat dijadikan sebagai
data curah hujan harian, yang kemudian akan dianalisis kembali menjadi data
curah hujan tertinggi dalam satu periode/satu tahun. Setelah didapatkan data
tersebut, maka dialih ragamkan menjadi debit banjir rencana periode
ulang/dengan skala waktu tertentu. Data curah hujan yang telah dianalisis ini
akan lebih lengkap apabila dibandingkan
dengan data debit banjir yang telah ada. Dalam menganalisis data debit
harus tersedia rating curve yang dapat mencakup debit banjir saat muka air
banjir rendah sampai dengan maksimum. Pengukuran tinggi muka air banjir
dan kecepatan air banjirnya dilakukan per segmen dalam suatu penampang
melintang sungai (cross section). Hal ini sangat sulit dilakukan dalam
prakteknya dan membutuhkan waktu yang lama serta biaya yang tidak
sedikit, antara lain : petugas pencatat seringkali mengalami kesulitan
pembacaan peilschale dalam pengukuran ketinggian muka air banjir pada saat
banjir terlalu tinggi/terlalu deras, perlu adanya konstruksi jembatan, dan
terkadang sukar memprediksi kapan waktu terjadi banjir sehingga terkadang
timing pengukuran tidak tepat. Selain itu untuk daerah yang belum
berkembang di mana peralatan minimal, serta sangat sulit untuk melakukan
pengukuran elevasi muka air dan kecepatan saat banjir. Data debit banjir
yang dipergunakan agar akurat/teliti dalam perhitungan minimal harus
tersedia data 30 tahun, namun kendalanya adalah data debit tersebut
seringkali tidak lengkap, mahal biayanya dan sulit dilaksanakan seperti pada
bagian tempat pengamatan yang memiliki tekanan air yang tinggi atau bagian
kecepatan aliran yang tinggi, sehingga dapat menyebabkan terjadinya
Kelompok IV 4
kesalahan pengukuran pada permukaan air yang tinggi serta dapat
mengakibatkan kerusakan alat oleh aliran.
2.2. Hidrologi
Secara khusus menurut SNI No. 1724-1989-F, hidrologi didefinisikan
sebagai ilmu yang mempelajari sistem sirkulasi/siklus air yang ada pada
bumi. Definisi tersebut terbatas pada hidrologi rekayasa. Secara luas
hidrologi meliputi pula berbagai bentuk air termasuk transformasi antara
keadaan cair, padat, dan gas dalam atmosfir, di atas dan di bawah
permukaan tanah. Di dalamnya tercakup pula air laut yang merupakan
sumber dan penyimpan air yang mengaktifkan kehidupan di planet bumi ini
(CD.Soemarto, 1999).
Kelompok IV 5
hujan yang turun di wilayah tersebut memberi kontribusi aliran ke titik
kontrol (outlet). Menurut kamus Webster, DAS adalah suatu daerah yang
dibatasi oleh pemisah topografi yang menerima hujan, menampung,
menyimpan dan mengalirkan ke sungai dan seterusnya ke danau atau ke
laut. Komponen masukan dalam DAS adalah curah hujan, sedangkan
keluarannya terdiri dari debit air dan muatan sedimen (Suripin, 2004).
Beberapa karakteristik DAS yang berpengaruh besar pada aliran permukaan
yang katakana bapak Suripin, 2004. Hal tersebut meliputi :
2.2.2. Curah Hujan Rencana
2.2.2.1 Curah Hujan Area
Data curah hujan dan debit merupakan data yang paling fundamental
dalam perencanaan pembuatan embung. Ketetapan dalam memilih lokasi
dan peralatan baik curah hujan maupun debit merupakan faktor yang
menentukan kualitas data yang diperoleh. Analisis data hujan
dimaksudkan untuk mendapatkan besaran curah hujan dan analisis statistik
yang diperhitungkan dalam perhitungan debit banjir rencana. Data curah
hujan yang dipakai untuk perhitungan debit banjir adalah hujan yang
terjadi pada daerah aliran sungai pada waktu yang sama. Curah hujan yang
diperlukan untuk penyusunan suatu rancangan pemanfaatan air dan
rancangan pengendalian banjir adalah curah hujan rata-rata di seluruh
daerah yang bersangkutan, bukan curah hujan pada suatu titik tertentu.
Curah hujan ini disebut curah hujan area dan dinyatakan dalam mm
(Sosrodarsono, 2003).
Cara perhitungan curah hujan area dari pengamatan curah hujan di
beberapa titik adalah sebagai berikut :
2.2.2.1 Metode Poligon Thiessen
C = Koefisien Thiessen
Kelompok IV 6
Ai = Luas daerah pengaruh dari stasiun pengamatan i (Km2)
Atotal = Luas total dari DAS (Km2)
Kelompok IV 7
m = angka eksponen yang dipengaruhi oleh interaksi antara panjang lereng
dan kemiringan lereng dan dapat juga oleh karakteristik tanah, tipe
vegetasi. Angka eksponen tersebut bervariasi dari 0,3 untuk lereng
yang panjang dengan kemiringan lereng kurang dari 0,5 % sampai 0,6
untuk lereng lebihpendek dengan kemiringan lereng lebih dari 10 %.
Angka eksponen rata-rata yang umumnya dipakai adalah 0,5 Faktor
kemiringan lereng S didefinisikan secara matematis sebagai berikut:
Kelompok IV 8
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Kriteria Teknis
Kelompok IV 9
geometris Penampang Hidrolis Terbaik diperlihatkan pada Tabel 5.1berikut
ini:
𝜋 1
4 Setengah lingkaran .Y 2 𝜋.Y .Y 2.Y
2 2
4 8 1
5 Parabola . √2 𝑌 2
. √2 . Y .Y 2. √2 . Y
3 3 2
1,3959 .
6 Lengkung hidrolis 2,9836 . Y 0,46784 . Y 1,91753 . Y
Y2
Y Y
6
.Y
√3
3
B = 2Y .𝑌
√3
Kelompok IV 10
Untuk mencegah gelombang atau kenaikan muka air yang melimpah
ke tepi, maka perlu tinggi jagaan pada saluran, yaitu jarak vertikal dari
puncak saluran ke permukaan air pada kondisi debit rencana. Tinggi jagaan
ini (F) berkisar 5% sampai 30% kedalaman aliran.
Kelompok IV 11
Waktu konsentrasi adalah waktu yang dibutuhkan oleh air hujan untuk
mengalir pada satu titik tinjauan. Waktu konsentrasi terdiri dari 2 bagian
yakni:
a. Inlet time (t0), adalah waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir di
atas permukaan tanah menuju saluran drainase. Persamaan yang
digunakan untuk menghitung nilai Inlet time ada beberapa yakni:
to = 56,7 x L(t0)1,156 x D0,385 (menit)
Dimana:
L(t0) : jarak titik terjauh dari daerah hulu sampai titik yang ditinjau
D: beda tinggititik elevasi terjauhdengan elevasi titik yang ditinjau
Untuk daerah pengaliran <300 m menggunakan rumus
[(3,26(1,1 − 𝐶)𝑥𝐿𝑜1/2 ]
𝑆𝑜1/3
Untuk daerah pengaliran 300 < L < 1000 menggunakan rumus
1
(108𝑛𝐿𝑜 3 )
𝑡𝑜 =
𝑆𝑜1/3
Dimana
C: Koefisien Pengaliran
Lo: Panjang Limpasan
So: Kemiringan Jalan
Kelompok IV 12
b. Conduit time (td), adalah waktu yang diperlukanoleh air untuk mengalir
disepanjang saluran sampai titik control yang ditentukan dibagian hilir.
Conduit time dirumuskan dengan persamaan:
L
td =
60 x V
Dimana:
td: conduit time
L: Panjang sungai
V: Kecepatan minimum aliran sungai
Dimana:
I: Intensitas Hujan (mm/jam)
R24: tinggi hujan maksimum dalam 24 jam (mm)
t: waktu hujan (jam)
Kelompok IV 13
𝐴1 𝑥 𝛼1 𝐴2 𝑥 𝛼2 𝐴𝑛 𝑥 𝛼𝑛
𝐶= + + ⋯+
𝐴 𝐴 𝐴
Dimana:
C: koefisien run off
A1: luas area ke satu
A2: luas area ke dua
An: luas area ke n
α1: koefisien run off area ke satu
α2: koefisien run off area ke dua
α3: koefisien run off area ke n
A: luas area keseluruhan
Adapun nilai koefisien run off untuk beberapa kondisi area dapat
dilihat pada rabel berikut:
Tipe Area Koefisien run off
Pegunungan yang curam 0.75-0.90
Tanah yang bergelombang dan hutan 0.50-0.75
Dataran yang ditanami / perkebunan 0.45-0.60
Atap yang tidak tembus air 0.75-0.90
Perkerasan aspal, beton 0.80-0.90
Tanah padat sulit diresapi 0.40-0.55
Tanah agak mudah diresapi 0.05-0.35
Taman / lapangan terbuka 0.05-0.25
Kebun 0.20
Perumahan tidak begitu rapat (20 0.25-0.40
rumah / ha)
Perumahan kerapatan sedang (21-60 0.40-0.70
rumah / ha)
Perumahan rapat (61-160 rumah / ha) 0.70-0.80
Daerah rekreasi 0.20-0.30
Daerah industri 0.80-0.90
Kelompok IV 14
Daerah perniagaan 0.90-0.95
Kelompok IV 15
Adapun nilai kecepatan aliran air yang diizinkan berdasarkan jenis
material adalah:
Jenis Bahan Kecepatan aliran yang diizinkan (m/s)
Pasir Halus 0.45
Lempung Kepasiran 0.50
Lanau Aluvial 0.60
Kerikil Halus 0.75
Lempung kokoh 0.75
Lempung padat 1.10
Kerkil kasar 1.20
Batu-batu besar 1.50
Pasangan Batu 1.50
Beton 1.50
Beton bertulang 1.50
Dinding
No Kondisi N
Saluran
Kelompok IV 16
Pasangan batu keadaan jelek 0,0120
0,0130
0,0150
0,0200
*T = b
Dimana:
A: Luas penampang saluran (m2)
b: Lebar dasar saluran
h:tinggi saluran
P: Keliling penampamng basah (m)
R: Jari-jari hidrolis (m)
T: Lebar atas saluran (m)
Kelompok IV 17
b. Dimensi saluran berpenampang trapezium
Untuk saluran berpenampang trapezium, dimensinya dapat
direncanakan dengan persamaan dibawah ini:
* A = (b + (m.h))h
* P = b + 2h√m2+1
𝐴
*𝑅 = 𝑃
* T = b + 2mh
Nilai b dan h pada persamaan diatas di ambil berdasark asumsi dari
kebutuhan perencanaan. Apa bila bentuk dimensinya telah kita peroleh
maka kita menghitung nilai debit yang berada di saluran dengan
menggunakan persamaan:
1
𝑄= 𝑥 𝐴 𝑥 𝑅2/3 𝑥 𝑆 1/2
𝑛
Jika nilai debit disaluran lebih besar dari nilai debit yang
direncanakan maka dimensi yang kita rencanakan sudah benar, akan tetapi
jika nilai debit disaluran lebih kecil dari debit yang direncanakan, maka
kita harus menghulang perhitungan dimensi saluran dengan asumsi nilai b
dan h yang baru.
8. Contoh Soal
Rencanakan saluran drainase daerah dengan luas masing-masing
100m2,400m2,200m2. Koefisien run off 0.988 dan intensitas 190mm/jam.
Saluran direncanakan akan dibuat dari beton.
Jawab:
Hitung besarnya debit
A = (1000 + 400 + 2000) = 3400 m2 = 0,0034 km2
C = 0,988
I = 190 mm/jam
Q = 1/3,6 x C.I.A
= 1/3,6 x 0,988 x 190 x 0,0034
Kelompok IV 18
= 0,177 m3/detik
Kelompok IV 19
Kelompok IV 20
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari pembahasan makalah ini yaitu dalam mendesain
saluran drainase diperlukan data-data yang mendukung, seperti perencanaan dan
pelaksanaan pembuataan saluran drainase, criteria teknis saluran drainase, kriteria
teknis saluran drainase untuk air hujan dan air limbah perlu diperhatikan agar
saluran drainase tersebut dapat bekerja sesuai dengan fungsinya, yang semua
terlampir dalam makalah kami.
4.2. Saran
Adapun saran kami untuk para pembaca kiranya dapat memberikan saran
balik yang membangun dalam penyusunan makalah yang lebih baik.
Kemudian dalam diskusi agar materi dipahami secara baik.
Kelompok IV 21
DAFTAR PUSTAKA
http://www.getbookee.org/search.php?q=laporan+lengkap%2Bkajian+pustaka%2
Bdesain+saluran+drainase
Dr.Ir.Suripin, M.Eng. 2003. Sistem Drainase Perkotaan yang berkelanjutan.
Penerbit Andi, Semarang
Wesli. 2008. Drainase Perkotaan. Graha Ilmu. Yogyakarta
Kelompok IV 22