Melalui UU BPJS ini dibentuk 2 (dua) BPJS, yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan menyelenggarakan program jaminan kesehatan
dan BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja,
jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian.1[1]
Istilah pekerja yang dimaksud adalah setiap orang yang bekerja menerima gaji,
upah atau imbalan dalam bentuk lain.2[2] Sedangkan pemberi kerja yang
dimaksud di sini adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau
badan-badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja atau penyelenggara
negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan membayar gaji, upah, atau
imbalan dalam bentuk lainnya.3[3]
Sementara, yang dimaksud dengan Pengusaha kita dapat mengacu pada Pasal 1
angka 5 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
(“UU Ketenagakerjaan”) sebagai berikut:
Pengusaha adalah:
a. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang
menjalankan suatu perusahaan milik sendiri;
b. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara
berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya;
c. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di
Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dan b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
Penjelasan lebih lanjut dapat Anda simak dalam artikel Sanksi Jika Tidak
Mengikutsertakan Karyawan dalam BPJS.
Dasar hukum:
1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional;
3. Undang-Undang Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial.
Dengan UU BPJS ini dibentuk 2 (dua) BPJS, yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan menyelenggarakan program jaminan kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua,
jaminan pensiun, dan jaminan kematian.
“Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6
(enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran.”
Mengenai kepesertaan karyawan dalam BPJS Ketenagakerjaan, Pasal 15 ayat (1) UU BPJS
telah mengatur:
“Pemberi Kerja secara bertahap wajib mendaftarkan dirinya dan Pekerjanya sebagai
Peserta kepada BPJS sesuai dengan program Jaminan Sosial yang diikuti.”
Jadi, menjawab pertanyaan Anda, ketentuan di atas mempertegas kedudukan Anda sebagai
karyawan yang wajib diikutsertakan dalam BPJS oleh perusahaan selaku pemberi kerja.
Ketentuan ini dipertegas kembali dalam Pasal 3 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 86 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif
Kepada Pemberi Kerja Selain Penyelenggara Negara dan Setiap Orang, Selain Pemberi
Kerja, Pekerja, dan Penerima Bantuan Iuran Dalam Penyelenggaraan Jaminan Sosial
(“PP 86/2013”):
Sanksi tidak mendapat pelayanan publik tertentu yang dikenai kepada Pemberi Kerja Selain
Penyelenggara Negara meliputi:[3]
a. perizinan terkait usaha;
b. izin yang diperlukan dalam mengikuti tender proyek;
c. izin memperkerjakan tenaga kerja asing;
d. izin perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh; atau
e. Izin Mendirikan Bangunan (IMB).
Sebagaimana yang pernah dijelaskan dalam artikel Belum Daftar BPJS Ketenagakerjaan,
Kejaksaan Panggil 300 Perusahaan, Kepala Kantor BPJS Ketenagakerjaan Cabang
Gambir Harry Samsudin Susatio mengatakan aturan tentang kewajiban mendaftarkan
pekerjanya ke BPJS Ketenagakerjaan ini sudah disosialisasikan sejak lama tepatnya 2013 yang
lalu kepada para perusahaan. Ia menjelaskan hal ini juga demi kebaikan para tenaga kerja
yang bekerja di perusahaan swasta, agar lebih terjamin kesejahteraannya. Ia mengancam akan
memberi hukuman pidana bagi perusahaan yang tidak menaati aturan terkait wajib mendaftar
sebagai anggota BPJS-TK.
Dasar Hukum:
1. Undang-Undang Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 2013 tentang Tata Cara
Pengenaan Sanksi Administratif Kepada Pemberi Kerja Selain Penyelenggara Negara dan
Setiap Orang, Selain Pemberi Kerja, Pekerja, dan Penerima Bantuan Iuran Dalam
Penyelenggaraan Jaminan Sosial.
[1] Pasal 17 ayat (1) UU BPJS dan Pasal 5 ayat (1) PP 86/2013
[2] Pasal 17 ayat (2), (3), (4), dan (5) UU BPJS dan Pasal 5 ayat (2) PP 86/2013