Anda di halaman 1dari 15

TUGAS INDIVIDU

HUKUM KEUANGAN NEGARA

MAKALAH
“PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA”

OLEH:

NAMA : ADNAN HUSAIN LAPI


NIM : B121 16 323

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
“PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA”

A. PENGERTIAN PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA

Pemeriksaan dalam bahasa Inggris disebut Audit. Istilah ini digunakan untuk

menghindari sulitnya mencari batasan dari kata pemeriksaan. Kata pemeriksaan

seringkali digunakan secara bersama dengan kata pengawasan (controlling).

Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang

dilakukan secara independen, objektif, dan professional berdasarkan standar

pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan

informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara1.

Pemeriksaan keuangan Negara adalah pemeriksaan atas laporan keuangan Negara.

Pemeriksaan keuangan Negara bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai,

mengenai laporan keuangan Negara yang telah dilaporkan secara benar.

B. RUANG LINGKUP PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA

Pemeriksaan keuangan negara meliputi pemeriksaan atas pengelolaan keuangan

negara dan pemeriksaan atas tanggung jawab keuangan negara. Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK) melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab

keuangan negara.

Pemeriksaan itu meliputi seluruh unsur keuangan Negara sebagaimana diatur

dalam Pasal 2 Undang-Undang tentang Keuangan Negara. Ketika terjadi pemeriksaan

pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara dilakukan oleh akuntan publik, maka

hasil pemeriksaannya wajib disampaikan kepada Badan Pemeriksa Keuangan dan

1
Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara, Bab 1, Pasal 1 angka 1.
dipublikasikan. Hal ini dimaksudkan untuk memperlihatkan kepastian hukum dan

kejujuran atas kebenaran hasil pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan

Negara yang dilakukan oleh akuntan public tersebut.

Ruang lingkup pemeriksaan dan pengelolaan keuangan Negara yang dilakukan

oleh Badan Pemeriksa Keuangan meliputi pemeriksaan yang bersifat preventif dan

pemeriksaan yang bersifat refresif. Kedua bentuk pemeriksaan tersebut bertujuan untuk

mengamankan keuangan Negara yang berada pada pemerintah pusat/pemerintah daerah,

Bank Indoneisa, lembaga Negara lainnya, Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha

Milik Daerah, badan layanan umum, badan atau lembaga lain yang menyelenggarakan

pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara. 2

Adapun yang dimaksud dengan pemeriksaan yang bersifat preventif yaitu

pemeriksaan yang diperuntukkan bagi pengelolaan dan tanggung jawab keuangan

Negara sebelum terjadi kerugian keuangan Negara. Badan pemeriksa keuangan

melakukan pemeriksaaan dengan berpatokan pada ketentuan hukum keuangan Negara.

Sedangan pemeriksaan bersifat refresif yaitu pemeriksaan yang dilakukan oleh Badan

Pemeriksa Keuangan setelah adanya laporan mengenai dugaan terjadinya kerugian

keuangan Negara.

Ruang lingkup pemeriksaan yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan

berdasarkan Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 01 Tahun 2007 tentang

Standar Pemeriksaan Keuangan meliputi pemeriksaan keuangan Negara, pemeriksaan

kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu.

2
Muhammad Djafar Saidi, Eka Merdekawati Djafar, Hukum Keuangan Negara: Teori dan Praktek-Ed.3,
Depok, Rajawali Pers, 2018, hlm. 106.
Penjelasan mengenai Standar Pemeriksaan Keuangan sebagai berikut:3

1. Pemeriksaan keuangan Negara adalah pemeriksaan atas laporan keuangan

Negara yang bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai,

mengenai laporan keuangan Negara telah disajikan secara benar.

2. Pemeriksaan kinerja adalah pemeriksaan atas pengelolaan keuangan Negara

yang terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomis. Pemeriksaan kinerja

dilakukan secar objektif dan sistematik terhadap berbagai jenis bukti, untuk

dapat melakukan penilaian secara independen atas kinerja entitas atau

program/kegiatan yang diperiksa.

3. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu, bertujuan untuk memberikan simpulan

atas suatu hal yang diperiksa. Pemeriksaan tersebut dapat bersifat

eksaminasi, review, atau prosedur yang disepakati. Pemeriksaan ini meliputi

pemeriksaan atas hal-hal lain di bidang keuangan, pemeriksaan investigative,

dan pemeriksaan atas system pengendalian intern.

Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dilaksanakan berdasarkan standar

pemeriksaan. Standar pemeriksaan yang dimaksud disusun oleh BPK dengan

mempertimbangkan standar di lingkungan profesi audit secara internasional. Standar

pemeriksaan sebagaimana dimaksud disusun oleh BPK, setelah berkonsultasi dengan

Pemerintah. Dalam penyusunan standar pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat

ini, BPK menetapkan proses penyiapan standar dan berkonsultasi mengenai substansi

standar kepada Pemerintah. Proses penyiapan standar pemeriksaan mencakup langkah-

langkah yang perlu ditempuh secara cermat (due process) dengan melibatkan organisasi

3
Muhammad Djafar Saidi, Eka Merdekawati Djafar, Hukum Keuangan Negara: Teori dan Praktek-Ed.3,
Depok, Rajawali Pers, 2018, hlm. 108-109.
terkait dan mempertimbangkan standar pemeriksaan internasional agar dihasilkan

standar yang diterima secara umum.

C. SUMBER HUKUM

Pemeriksaan keuangan Negara memiliki sumber hukum sebagaimana terdapat

dalam pasal 23E, Pasal 23F, dan Pasal 23G Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945. Dari sumber hukum pemeriksaan keuangan Negara tersebut

yang kemudian melahirkan dasar hukum bagi pemeriksaan pengelolaan dan tanggung

jawab tentang keuangan Negara.

Dasar hukum bagi pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab tentang

keuangan Negara, diamanatkan secara tersirat oleh Pasal 23E ayat (1) Undang-Undang

Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang mengatur untuk memeriksa pengelolaan

dan tanggung jawab tentang keuangan Negara diadakan satu Badan Pemeriksa

Keuangan yang bebas dan mandiri. Kemudian dasar hukum bagi Badan Pemeriksa

Keuangan yang melakukan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara,

diamanatkan secara tersurat oleh Pasal 23G ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 yang menetapkan bahwa ketentuan lebih lanjut

mengenai Badan Pemeriksa Keuangan diatur dengan Undang-Undang. Penjabaran

ketentuan Pasal 23E ayat (1) dan Pasal 23G ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, ditetapkan Undang-Undang Badan Pemeriksa Keuangan4.

4
Muhammad Djafar Saidi, Eka Merdekawati Djafar, Hukum Keuangan Negara: Teori dan Praktek-Ed.3,
Depok, Rajawali Pers, 2018, hlm. 94-95.
D. PEMERIKSA KEUANGAN NEGARA

Pemeriksa adalah orang yang melaksanakan tugas pemeriksaan pengelolaan dan

tanggung jawab keuangan negara untuk dan atas nama BPK5.

Secara konstitusional, pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan

Negara dilakukan oleh suatu lembaga Negara yaitu Badan Pemeriksa Keuangan

disingkat BPK. Pengaturan mengenai Badan Pemeriksa Keuangan terdapat pada Pasal

23E ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

kemudian penjabarannya terdapat dalam Undang-Undang tentang Badan Pemeriksa

Keuangan.

Selaku lembaga Negara, Badan Pemeriksa Keuangan memiliki kedudukan

melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara sebagai

bentuk pelaksanaan kedaulatan rakyat sebagaimana yang tersirat dalam Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Wujud pemeriksaan pengelolaan dan

tanggung jawab keuangan Negara dalam pelaksanaan kedaulatan rakyat yaitu

melakukan pertanggungjawaban kepada Dewan Perwakilan Rakyat namun bukan

berarti bahwa Badan Pemeriksa Keuangan berada di bawah Dewan Perwakilan Rakyat.

Adapun tugas Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)6:

1. BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang

dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya,

Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan

5
Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara, Bab 1, Pasal 1 angka 3.
6
Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan,
Bab III Bagian Pertama.
Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan

Negara.

2. Pelaksanaan pemeriksaan BPK tersebut dilakukan atas dasar Undang-Undang

tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara.

3. Pemeriksaan yang dilakukan BPK mencakup pemeriksaan kinerja, keuangan, dan

pemeriksaan dengan adanya maksud tertentu.

4. Dalam melaksanakan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan

Negara, BPK melakukan pembahasan atas temuan pemeriksaan dengan objek

yang diperiksa sesuai dengan standar pemeriksaan keuangan Negara.

5. Dalam hal pemeriksaan dilaksanakan oleh akuntan publik berdasarkan ketentuan

undang-undang, laporan hasil pemeriksaan tersebut wajib disampaikan kepada

BPK dan dipublikasikan.

6. Hasil pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara diserahkan

kepada DPD, DPR, dan DPRD. Dan juga menyerahkan hasil pemeriksaan secara

tertulis kepada Presiden, Gubernur, dan Bupati/Walikota.

7. Untuk keperluan tindak lanjut hasil pemeriksaan, BPK menyerahkan pula hasil

pemeriksaan secara tertulis kepada Presiden, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai

dengan kewenangannya.

8. Apabila dalam pemeriksaan ditemukan unsur pidana, BPK melaporkan hal

tersebut kepada instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang – undangan paling lama 1 (satu) bulan sejak diketahui adanya unsur

pidana tersebut.
Kemudian wewenang Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) 7:

1. Dalam menjalankan tugasnya, BPK memiliki wewenang untuk menentukan objek

pemeriksaan, merencanakan serta melaksanakan pemeriksaan. Penentuan waktu

dan metode pemeriksaan serta menyusun maupun menyajikan laporan juga

menjadi wewenang dari BPK tersebut.

2. Meminta keterangan dan/atau dokumen yang wajib diberikan oleh setiap orang,

unit organisasi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya,

Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan

Usaha Milik Daerah dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan

Negara.

3. Melakukan pemeriksaan di tempat penyimpanan uang dan barang milik negara, di

tempat pelaksanaan kegiatan, pembukuan dan tata usaha keuangan negara, serta

pemeriksaan terhadap perhitungan-perhitungan, surat-surat, bukti-bukti, rekening

koran, pertanggungjawaban, dan daftar lainnya yang berkaitan dengan

pengelolaan keuangan Negara.

4. Menetapkan jenis dokumen, data, serta informasi mengenai pengelolaan dan

tanggung jawab keuangan negara yang wajib disampaikan kepada BPK.

5. Menetapkan standar pemeriksaan keuangan negara setelah konsultasi dengan

Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah yang wajib digunakan dalam pemeriksaan

pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara.

6. Menetapkan kode etik pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan

Negara.

7. Menggunakan tenaga ahli dan/atau tenaga pemeriksa di luar BPK yang bekerja

untuk dan atas nama BPK.

7
Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan,
Bab III Bagian Kedua.
8. Membina jabatan fungsional pemeriksa.

9. Memberi pertimbangan atas standar akuntansi pemerintahan; dan

10. Memberi pertimbangan atas rancangan sistem pengendalian intern Pemerintah

Pusat/Pemerintah Daerah sebelum ditetapkan oleh Pemerintah Pusat/Pemerintah

Daerah.

E. PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA

Tahapan pemeriksaan berdasarkan Undang-Undang No.15 tahun 2004 yang

dijabarkan dalam juklak pemeriksaan keuangan, tahapan proses pemeriksaan di bagi

dalam tiga tahapan yaitu:

1. Perencanaan Pemeriksaan;

2. Pelaksanaan Pemeriksaan; dan

3. Pelaporan Hasil Pemeriksaan.

Perencanaan merupakan usaha yang dilakukan secara sadar dan dalam

pengambilan keputusan yang telah diperhitungkan secara matang mengenai hal-hal apa

yang akan terjadi di masa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah

ditentukan sebelumnya. Sesuai dengan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN),

pemeriksaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya. Perencanaan pemeriksaan

dilakukan untuk mempersiapkan program pemeriksaan yang akan digunakan sebagai

dasar bagi pelaksanaan pemeriksaan, sehingga pemeriksaan dapat berjalan secara efisien

dan efektif.

Dalam suatu tahapan perencanaan pemeriksaan yaitu mencakup dalam

menentukan obyek yang akan diperiksa termasuk penentuan waktu pelaksanaan dan

metode pemeriksaan, termasuk metode pemeriksaan yang bersifat investigatif. Untuk


mewujudkan perencanaan yang komprehensif, BPK dapat memanfaatkan hasil

pemeriksaan aparat pengawasan intern pemerintah, memperhatikan masukan dari pihak

lembaga perwakilan, serta informasi dari berbagai pihak. Proses perencanaan ini harus

sangat penting untuk dilakukan karena dengan adanya perencanaan yang terarah dan

matang maka akan memberikan dampak pada kejelasan tindakan-tindakan apa yang

akan dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Tahapan pelaksanaan pemeriksaan menjadi salah satu tahapan yang penting harus

mendapat perhatian, yang mana pelaksanaan pemeriksaan merupakan realisasi atas

perencanaan pemeriksaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Sebab tanpa adanya tindak

lanjut tahapan pelaksanaan maka, hal-hal yang telah dirumuskan sebelumnya pada

tahapan perencanaan hanyalah sebatas konsep yang ideal di atas kertas. Bahkan ada

kalanya meskipun perencanaan telah dilakukan secara matang dan mendetil tetapi masih

terjadi kegagalan pencapaian tujuan, umumnya terjadi kesalahan pada tahapan

pelaksanaan yang disebabkan oleh berbagai faktor.

Dalam melaksanakan tugas pemeriksaan, BPK dapat menggunakan pemeriksa

dan/atau tenaga ahli dari luar BPK yang bekerja untuk dan atas nama BPK. Penggunaan

pemeriksa dan/atau tenaga ahli dari luar BPK dilakukan apabila BPK tidak

memiliki/tidak cukup memiliki pemeriksa dan/atau tenaga ahli yang diperlukan dalam

suatu pemeriksaan. Pemeriksa dan/atau tenaga ahli dalam bidang tertentu dari luar BPK

dimaksud adalah pemeriksa di lingkungan aparat pengawasan intern pemerintah,

pemeriksa, dan/atau tenaga ahli lain yang memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh

BPK. Penggunaan pemeriksa yang berasal dari aparat pengawasan intern pemerintah

merupakan penugasan pimpinan instansi yang bersangkutan.


Ketika pemeriksaan berlangsung bagi pengelolaan keuangan dan tanggung jawab

keuangan Negara, pemeriksa menurut Pasal 10 Undang-Undang tentang Pemeriksaan

Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dapat8:

a. Meminta dokumen yang wajib disampaikan oleh pejabat atau pihak lain yang

berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan keuangan Negara dan tanggung jawab

keuangan Negara;

b. Mengakses semua data yang disimpan di berbagai media, asset, lokasi, dan segala

jenis barang atau dokumen dalam penguasaan atau kendali dari entitas yang

menjadi objek pemeriksaan atau entitas lain yang dipandang perlu dalam

pelaksanaan tugas pemeriksaannya;

c. Melakukan penyegelan tempat penyimpanan uang, barang, dan dokumen

pengelolaan keuangan Negara;

d. Meminta keterangan kepada seseorang; dan

e. Memotret, merekam dan/atau mengambil sampel sebagai alat bantu pemeriksaan.

Pemeriksa dapat melaksanakan pemeriksaan investigatif guna mengungkap

adanya indikasi kerugian negara/daerah dan/atau unsur pidana.

F. TINDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA

Tindak lanjut hasil pemeriksaan keuangan Negara adalah melakukan pelaporan

hasil pemeriksaan. Hasil pelaksanaan pemeriksaan yang dilakukan oleh pemeriksa

dituangkan secara tertulis ke dalam suatu bentuk laporan yang disebut dengan Laporan

Hasil Pemeriksaan (LHP). LHP merupakan bukti penyelesaian penugasan bagi

pemeriksa atau bentuk pertanggungjawaban atas pemeriksaan yang telah dilaksanakan.

8
Muhammad Djafar Saidi, Eka Merdekawati Djafar, Hukum Keuangan Negara: Teori dan Praktek-Ed.3,
Depok, Rajawali Pers, 2018, hlm. 115.
Laporan tertulis berfungsi untuk: (a) Mengkomunikasikan hasil pemeriksaan

kepada pejabat pemerintah, yang berwenang berdasarkan peraturan perundang

undangan yang berlaku; (b) Membuat hasil pemeriksaan terhindar kesalah pahaman; (c)

Membuat hasil pemeriksaan sebagai bahan untuk tindakan perbaikan oleh instansi

terkait; dan (d) Memudahkan tindak lanjut untuk menentukan apakah tindakan

perbaikan yang semestinya telah dilakukan.

Laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah memuat opini.

Dimana opini merupakan pernyataan professional pemeriksa mengenai kewajaran

informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan yang didasarkan pada

kriteria, sebagai berikut9:

1. Kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan;

2. Kecukupan pengungkapan;

3. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan

4. Efektivitas system pengendalian intern.

Terdapat 4 jenis opini yang boleh diberikan oleh pemeriksa atas nama Badan

Pemeriksa Keuangan. Keempat opini tersebut setelah pemeriksa melakukan

pemeriksaan pengelolaan keuangan Negara. Adapun keempat opini yang yang diberikan

oleh pemeriksa, sebagai berikut10:

1. Opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion);

2. Opini wajar dengan pengecualian (qualified opinion);

3. Opini tidak wajar (adversed opinion); dan

4. Pernyataan menolak memberikan opini (disclaimer of opinion).

9
Muhammad Djafar Saidi, Eka Merdekawati Djafar, Hukum Keuangan Negara: Teori dan Praktek-Ed.3,
Depok, Rajawali Pers, 2018, hlm. 116.
10
Ibid., hlm. 117.
Laporan hasil pemeriksaan (LHP) atas kinerja memuat temuan, kesimpulan, dan

rekomendasi, lain halnya dengan laporan hasil pemerikaan (LHP) dengan tujuan

tertentu yang hanya memuat kesimpulan.

Badan Pemeriksa Kuangan (BPK) selaku lembaga yang diberikan tugas dan

wewenang untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab terhadap

keuangan Negara melaporkan hasil pemeriksaannya dari pemerintah kepada Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR) dalam jangka waktu selambat-lambatnya dua bulan setelah

menerima LHP yang dilakukan oleh pemerintah.

Adapun tata cara penyampaian laporan hasil pemeriksaan baik itu mengenai

laporan hasil pemeriksaan atas kinerja, laporan hasil pemeriksaan atas keuangan, dan

laporan hasil pemeriksaan dengan tujuan tertentu, diatur bersama oleh lembaga atau

badan yang telah ditentukan yakni Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), atau Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah (DPRD) berdasarkan kewenangannya masing-masing.

Laporan hasil pemeriksaan dengan tujuan tertentu selain disampaikan kepada

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), juga disampaikan kepada Dewan Perwakilan Daerah

(DPD), dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) serta disampaikan kepada

presiden sesuai dengan kewenangannya masing-masing, dalam hal ini presiden

berkedudukan sebagai Chief Financial Officer. Laporan hasil Pemeriksaan (LHP) yang

telah disampaikan kepada lembaga baik itu kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),

Dewan Perwakilan Daerah (DPD), atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD),

dinyatakan terbuka untuk umum dalam artian bahwa dapat diperoleh ataupun diakses

oleh masyarakat.
Dengan demikian, tujuan adanya pemeriksaan menyangkut apa yang ingin dicapai

dari pemeriksaan tersebut dengan mengidentifikasikan obyek pemeriksaan dan aspek

kinerja yang harus dipertimbangkan. Termasuk temuan pemeriksaan yang potensial dan

unsur pelaporan yang diharapkan bisa dikembangkan oleh pemeriksa.

G. NILAI-NILAI DASAR BPK

1. Independensi, BPK adalah lembaga negara yang independen di bidang organisasi,

legislasi, dan anggaran serta bebas dari pengaruh lembaga negara lainnya.

2. Integritas, BPK menjunjung tinggi integritas dengan mewajibkan setiap pemeriksa

dalam melaksanakan tugasnya, menjunjung tinggi Kode Etik Pemeriksa dan

Standar Perilaku Profesional

3. Profesionalisme, BPK melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesionalisme

pemeriksaan keuangan negara, kode etik, dan nilai-nilai kelembagaan organisasi.

Sehingga dapat disimpulkan mengenai lembaga Badan Pemeriksa Keuangan

berdasarkan UUD 1945 memberikan posisi yang sangat tinggi pada BPK sebagai suatu

lembaga tinggi negara sejajar dengan lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Tugas

BPK adalah untuk memelihara transparansi dan akuntabilitas seluruh aspek keuangan

Negara
DAFTAR PUSTAKA

Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang RI Nomor 15 Tahun 2004 tentang

Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Sekretariat

Negara: Jakarta.

Republik Indonesia. 2006. Undang-Undang RI Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan

Pemeriksa Keuangan. Sekretariat Negara: Jakarta

Saidi, Djafar. Merdekawati, Eka. 2018. Hukum Keuangan Negara: Teori dan Praktek.

Edisi ke-3. Cetakan keenam. Depok: Rajawali Pers.

Wikiapbn. 2014. Pemeriksaan Keuangan Negara.

http://www.wikiapbn.org/pemeriksaan-keuangan-negara/. Diakses pada tanggal

01 November 2018.

http://digilib.unila.ac.id/19931/3/BAB%201%20%26%202.pdf. Diakses pada tanggal

01 November 2018.

Anda mungkin juga menyukai