Anda di halaman 1dari 18

Laporan pendahuluan

System imunologi
Anemia

DEFENISI
Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (HB), hematokrit atau hitung eritrosit (red cell count)
berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah. Tetapi harus diingat pada
keadaan tertentu dimana ketiga parameter tersebut tidak sejalan dengan massa eritrosit, seperti pada
dahidrasi, perdarahan ajut , dan kehamilan. Oleh karena itu dalam diagnosis anemia tidak cukup hanya
sampai kepada label anemia tetapi harus dapat ditetapkan penyakit dasar yang menyebabkan anemia
tersebut.

Anemia defisiensi besi adalah keadaan dengan kadar hemoglobin, hematokrit dan sel darah merah
yang lebih rendah dari nilai normal, sebagai akibat dari defisiensi atau salah satu atau beberapa unsure
makanan esensial yang dapat mempengaruhi timbulnya defesiensi tersebut (Arisman, 2010) Anemia
adalah penurunan kualitas sel-sel darah dalam sirkulasi, adnormalitas kandungan hemoglobin sel darah
merah,atau keduanya. (corwin, 2009)

Etiologi
penyebab umum anemia yaitu:
1. Asupan diet zat besi yang tidak adekuat
2. Malabsorpsi zat besi
3. Penyimpanan zat besi yang rendah
4. Kehilangan darah yang menetap
Kehilangan dapat disebabkan oleh:
a. Pendarahan: menstruasi, persalinan
b. Penyakit: malaria, cacingan, kanker
Penyebab lain menurut Poltekkes Depkes Jakarta 1 (2010) yang menyebabkan wanita mudah terserang
anemia defisiensi besi adalah:
1. Pada umumnya masyarakat Indonesia (remaja putri) lebih banyak mengonsumsi makanan nabati
yang kandungan zat besi sedikit,dibandikan dengan makanan hewani, sehingga kebutuhan tubuh akan
zat besi tidak terpenuhi.
2. Remaja putri biasanya ingin tampil langsing dengan cara diet sehingga membatasi asupan makanan
3. Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg yang diekskresi khususnya melalui fases.
4. Wanita mengalami menstruasi tiap bulan, dimana kehilangan zat besi 1,3 mg/hari sehingga
kebutuhan zat besi lebih banyak dari pria
Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah
merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat
kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang
tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis
(destruksi), hal ini 6 dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan
sel darah merah yang menyababkan destruksi sel darah merah.

Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system
retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limfa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin
yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis)
segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal, ≤ 1 mg/dl,
kadar diatas 1.5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera). Apabila sel darah merah
mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin
akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi
kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat
semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal kedalam urin
(hemoglobinuria).

Kesimpulan menganai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran
sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat
diperoleh dengan dasar hitung retikulosit dalam sirkulasi darah, derajat proliferasi sel darah
merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam
biopsy, dan ada tidaknya hiperbilirubinemia.

Anemia defisiensi zat besi adalah anemia yang paling sering menyerang anak – anak.
Bayi cukup bulan yang lahir dan ibu nonanemik dan bergizi baik, memiliki cukup
persediaan zat besi sampai berat badan lahirnya menjadi dua kali lipat umumnya saat
berusia 4 – 6 bulan. Sesudah itu zat besi harus tersedia dalam makanan untuk memenuhi
kebutuhan anak. Jika asupan zat besi beri makanan tidak mencukupi terjadi anemia
defisiensi zat besi. Hal ini paling sering terjadi pengenalan makanan padat yang terlalu dini
(sebelum usia 4 – 6 bulan) dihentikannya susu formula bayi yang mengandung zat besi
atau ASI sebelum usia 1 tahun dab minum susu sapi berlebihan tanpa tambahan makanan
padat kaya besi. Bayi yang tidak cukup bulan, bayi dengan perdarahan perinatal berlebihan
atau bayi dari ibu yang kurang gizi dan kurang zat besi juga tidak memiliki cadangan zat
besi yang adekuat. Bayi ini berisiko lebih tinggi menderita anemia defisiensi besi sebelum
berusia 6 bulan.

Anemia defisiensi zat besi dapat juga terjadi karena kehilangan banyak darah yang
kronik. Pada bayi hal ini terjadi karena perdarahan usus kronik yang disebabkan oleh
protein dalam susu sapi yang tidak tahan panas. Pada anak sembarang umur kehilangan
darah sebanyak 1 – 7 ml dari saluran cerna setiap hari dapat menyebabkan anemia
defisiensi zat besi. Pada remaja puteri anemia defisiensi zat besi juga dapat terjadi karena
menstruasi.

Anemia aplastik diakibatkan oleh karena rusaknya sumsum tulang. Gangguan berupa
berkurangnya sel darah dalam darah tepi sebagai akibat terhentinya pembentukan sel
hemotopoetik dalam sumsum tulang. Aplasia dapat terjadi hanya pada satu, dua atau ketiga
system hemotopoetik (eritropoetik, granulopoetik, dan trombopoetik).

Aplasia yang hanya mengenai system eritropoetik disebut eritroblastopenia (anemia


hipoplastik) yang mengenai system trombopoetik disebut agranulositosis (penyakit
Schultz), dan yang mengenai system trombopoetik disebut amegakariositik
trombositopenik purpura (ATP). Bila mengenai ketiga system disebut panmieloptisis atau
lazimnya disebut anemia aplastik.

Kekurangan asam folat akan mengakibatkan anemia megaloblastik. Asam folat


merupakan bahan esensial untuk sintesis DNA dan RNA, yang paling penting sekali untuk
metabolisme inti sel dan pematangan sel.
. Pathway

Defisiensi B12, Destruksi SDM


asam folat, besi berlebih Perdarahan/hemofilia

Penurunan SDM

Hb berkurang

Anemia PK Anemia

Suplai O2 dan nutrisi ke Pola nafas


jaringan berkurang sesak
tidak efektif

Gg.
SSP perfusi
Hipoksia
Gastro intestinal
jaringan
INintestinal
Reaksi antar serebral
Penurunan Mekanisme an aerob
saraf berkurang
kerja GI

Asam laktat Pusing


Peristaltik Kerja
menurun lambung
menurun ATP berkurang
Makanan
Nyeri
susah As. Lambung
meningkat Kelelahan
dicerna Energy untuk
membentuk
Intoleransi antibodi berkurang
Anoreksia
Konstipasi aktivitas
mual
Resiko infeksi

Perubahan
nutrisi kurang
dari
kebutuhan
Komplikasi
1. Gagal jantung kongesif
2. Parestesia (kesemutan)
3. Gondok
4. Menginitis
5. Gangguan system imun
(Poltekkes Depkes Jakarta 1, 2010)

Pencegahan

1. Meningkatkan asupan zat besi ( daging, ikan, kacang-kacangan, sayuran berhijau)


2. Mengatur pola istirahat yang cukup
3. Melakukan senam sesuai dengan usia dan jenis penyakit
4. Pemeriksaan kesehatan yang teratur
5. Mengatur pola makan yang sehat
6. Menurut Poltekkes Depkes Jakarta 1 (2010) upaya pencegahan anemia defisiensi zat besi
antara lain sebagai berikut:
7. 1. Makan-makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan hewan (daging, ikan,
ayam, hati, telur) dan dari bahan nabati (sayur yang berwarna hijau tua, kacang-kacangan,
dan tempe)
8. 2. Banyak makan-makanan sumber fitamin C yang bermanfaat untuk meningkatkan
penyerapan zat besi (jambu, jeruk, tomat, dan nanas)
9. 3. Biasakan makan pagi atau sarapan karena akan memenuhi kebutuhan gizi untuk
mempertahankan kesegaran tubuh dan meningkatkan aktifitas
10. 4. Minum 1 tabet penambah darah (Fe) setiap hari khususnya pada saat menstruasi.
11. 5. Penyuluhan gizi dalam rangka peningkatan konsumsi makan kaya zat besi.
12. 6. Bila merasakan adanya tanda gejala anemia defisisensi zat besi segera konsultasikan
ke dokter untuk dicarikan penyebab dan diberikan pengobatan.
13.

Pemeriksaan penunjang

. Pemeriksaan laboratorium
a. Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus anemia. Dengan pemeriksaan
ini, dapat dipastikan adanya anemia dan bentuk morfologi anemia tersebut. Pemeriksaan ini
meliputi pengkajian pada komponen-komponen berikut ini: kadar hemoglobin, indek eritrosit,
(MCV, MCV, dan MCHC), apusan darah tepi.
b. Pemeriksaan darah seri anemia: hitung leokosit, trombosit, laju endap darah (LED), dan hitung
retikulosit
c. Pemeriksaan sumsum tulang: pemeriksaan ini member informasi mengenai keadaan system
hematopoesis.
d. Pemeriksaan atas indkasi khusus: pemeriksaan ini untuk mengonfirmasi dugaan diagnosis awal
yang memiliki komponen berikut ini:
 Anemia defisiensi besi: serum iron, TIBC, saturasi transferin, dan feritin serum
 Anemia megaloblastik: asam folat darah/eritrosit, vitaminB12
 Anemia hemolotik: hitung retikulosit, tes coombs, dan elektroforesis HB.
 Anemia pada leukeumia akut biasanya dilakukan pemeriksaan sitokimia.
2. Pemeriksaan labolatorium nonhematologis: faal ginjal, faal endokrin, asam urat, faal hati, biakan
kuman.
3. Radiologi: torak, bone survey, USG, atau linfangiografi
4. Pemeriksaan sitogenetik
5. Pemeriksaan biologi molekuler (PCR= polymerase chain rection, FISH= fluorescence in situ
hybridization)

Penatalaksanaan
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan.

1. Pengkajian a. Aktivitas/istirahat Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan


produtivitas, penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk
tidur dan istirahat lebih banyak. Tanda : takikardia/takipnea; dispnea pada bekerja atau istirahat.
Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot dan penurunan
kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda
lain yang menunjukkan keletihan.

b. Sirkulasi Gejala : riwayat kehilangan darah kronis, mis; perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB);
angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia
kompensasi). Tanda : TD ; peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar;
hipotensi postural. Distrimia; Abnormalis EKG, mis; depresi segmen ST dan pendataran atau depresi
gelombang T; takikardia. Bunyi jantung ; murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna): pucat pada kulit dan
menbran mukosa (konjungtiva, mulut, faring, bibir)dan dasar kuku. (Catatan; pada pasien kulit hitam,
pucat tampak sebagai keabu abuan); kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang
(PA). Sklera: Biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah
ke perifer dan vasokontriksi kompensasi). Kuku; mudah patah, berbentuk seperti sendok (koikologikia)
(DB). Rambut; kering, udah putus, menipis; tumbuh uban secara premature (AP).

c. Integritas ego Tanda : keyakinan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, mis; penolakan
transfuse darah. Gejala : depresi.

d. Eleminasi Gejala : riwayat piclonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemasis,
feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine Tanda ; distensi
abdomen.

e. Makanan/cairan Penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukkan produk
sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah,
dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan.

f. Neurosensori Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan
berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan
buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin. Tanda : peka
rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons, lambat dan dangkal.
Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubanglubang (aplastik). Gangguan
koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).

g. Nyeri/kenyamanan Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)

h. Pernapasan Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas. Tanda :
takipnea, ortopnea, dan dispnea.

i. Seksualitas Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang
libido (pria dan wanit
diagnose yang mungkin muncul

1. Perfusi jaringan tidak efektif b.d perubahan ikatan O2 dengan Hb, penurunan konsentrasi
Hb dalam darah.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d inadekuat intake makanan.
3. Defisit perawatan diri b.d kelemahan
4. Resiko infeksi b.d pertahanan sekunder tidak adekuat (penurunan Hb)
5. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
6. Gangguan pertukaran gas b.d ventilasi perfusi
7. Ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan Keletihan b.d anemia

Intervensi keperawatan

NO DIANGOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI


KEPERAWATAN DAN HASIL
KOLABORASI

1 Perfusi jaringan tidak Setelah dilakukan tindakan Peripheral Sensation


efektif b/d penurunan keperawatan Management (Manajemen
konsentrasi Hb dan selama ……… jam perfusi sensasi perifer)
darah, suplai oksigen jaringan klien adekuat dengan1. Monitor adanya daerah
berkurang kriteria : tertentu yang hanya peka
1. Membran mukosa merah terhadap
2. Konjungtiva tidak anemis panas/dingin/tajam/tumpul
3. Akral hangat 2. Monitor adanya paretese
4. Tanda-tanda vital dalam 3. Instruksikan keluarga untuk
rentang normal mengobservasi kulit jika ada
lesi atau laserasi
4. Gunakan sarun tangan untuk
proteksi
5. Batasi gerakan pada kepala,
leher dan punggung
6. Monitor kemampuan BAB
7. Kolaborasi pemberian
analgetik
8. Monitor adanya
tromboplebitis
9. Diskusikan menganai
penyebab perubahan sensasi
2 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan NIC :
nutrisi kurang dari keperawatan Nutrition Management
kebutuhan tubuh b/d selama ……….status  Kaji adanya alergi makanan
intake yang kurang, nutrisi klien adekuat dengan  Kolaborasi dengan ahli gizi
anoreksia kriteria untuk menentukan jumlah
1.  Adanya peningkatan berat kalori dan nutrisi yang
Definisi : Intake nutrisi badan sesuai dengan tujuan dibutuhkan pasien.
tidak cukup untuk 2.  Beratbadan ideal sesuai  Anjurkan pasien untuk
keperluan metabolisme dengan tinggi badan
meningkatkan intake Fe
tubuh.
3.  Mampumengidentifikasi  Anjurkan pasien untuk
kebutuhan nutrisi meningkatkan protein dan
Batasan karakteristik :
4.  Tidk ada tanda tanda vitamin C
- Berat badan 20 % atau
malnutrisi  Berikan substansi gula
lebih di bawah ideal
5.  Menunjukkan peningkatan Yakinkan diet yang dimakan
- Dilaporkan adanya
fungsi pengecapan dari mengandung tinggi serat
intake makanan yang
menelan untuk mencegah konstipasi
kurang dari RDA
6.  Tidak terjadi penurunan  Berikan makanan yang terpilih
(Recomended Daily
berat badan yang berarti ( sudah dikonsultasikan
Allowance)
7.  Pemasukan yang adekuat dengan ahli gizi)
- Membran mukosa dan
konjungtiva pucat 8.  Tanda-tanda malnutri si  Ajarkan pasien bagaimana

- Kelemahan otot yang9.  Membran konjungtiva dan membuat catatan makanan

digunakan untuk mukos tidk pucat harian.

menelan/mengunyah 10.  Nilai Lab.:  Monitor jumlah nutrisi dan

- Luka, inflamasi pada Protein total: 6-8 gr% kandungan kalori

rongga mulut Albumin: 3.5-5,3 gr %  Berikan informasi tentang


Globulin 1,8-3,6 gr % kebutuhan nutrisi
- Mudah merasa HB tidak kurang dari 10 gr %  Kaji kemampuan pasien untuk
kenyang, sesaat setelah mendapatkan nutrisi yang
mengunyah makanan dibutuhkan
- Dilaporkan atau fakta
adanya kekurangan Nutrition Monitoring
makanan  BB pasien dalam batas normal
- Dilaporkan adanya  Monitor adanya penurunan
perubahan sensasi rasa berat badan
- Perasaan  Monitor tipe dan jumlah
ketidakmampuan untuk aktivitas yang biasa dilakukan
mengunyah makanan  Monitor interaksi anak atau
- Miskonsepsi orangtua selama makan
- Kehilangan BB  Monitor lingkungan selama
dengan makanan cukup makan
- Keengganan untuk
 Jadwalkan pengobatan dan
makan
tindakan tidak selama jam
- Kram pada abdomen
makan
- Tonus otot jelek
 Monitor kulit kering dan
- Nyeri abdominal
perubahan pigmentasi
dengan atau tanpa
 Monitor turgor kulit
patologi
 Monitor kekeringan, rambut
- Kurang berminat
kusam, dan mudah patah
terhadap makanan
 Monitor mual dan muntah
- Pembuluh darah
 Monitor kadar albumin, total
kapiler mulai rapuh
protein, Hb, dan kadar Ht
- Diare dan atau
 Monitor makanan kesukaan
steatorrhea
- Kehilangan rambut  Monitor pertumbuhan dan

yang cukup banyak perkembangan

(rontok)
- Suara usus hiperaktif
- Kurangnya informasi,  Monitor pucat, kemerahan,
misinformasi dan kekeringan jaringan
konjungtiva
Faktor-faktor yang  Monitor kalori dan intake
berhubungan : nuntrisi
Ketidakmampuan
 Catat adanya edema,
pemasukan atau
hiperemik, hipertonik papila
mencerna makanan atau
lidah dan cavitas oral.
mengabsorpsi zat-zat
 Catat jika lidah berwarna
gizi berhubungan
magenta, scarlet
dengan faktor biologis,
psikologis atau
ekonomi.
3 Defisit perawatan diri Setelah dilakukan tindakan NIC :
b/d kelemahan fisik keperawatan Self Care assistane : ADLs
 Monitor
selama ………. jamkebutuhan kemempuan klien
Definisi : mandiri klien untuk perawatan diri yang
Gangguan kemampuan terpenuhidengan kriteria mandiri.
untuk melakukan ADL Klien terbebas dari bau badan Monitor kebutuhan klien
pada diri  Menyatakan kenyamanan untuk alat-alat bantu untuk
terhadap kemampuan untuk kebersihan diri, berpakaian,
Batasan karakteristik :
melakukan ADLs berhias, toileting dan makan.
ketidakmampuan untuk
 Dapat melakukan ADLS  Sediakan bantuan sampai
mandi,
dengan bantuan klien mampu secara utuh
ketidakmampuan untuk
untuk melakukan self-care.
berpakaian,
 Dorong klien untuk
ketidakmampuan untuk
melakukan aktivitas sehari-
makan,
hari yang normal sesuai
ketidakmampuan untuk
kemampuan yang dimiliki.
toileting
 Dorong untuk melakukan
secara mandiri, tapi beri
Faktor yang bantuan ketika klien tidak
berhubungan : mampu melakukannya.
kelemahan, kerusakan  Ajarkan klien/ keluarga untuk
kognitif atau mendorong kemandirian,
perceptual, kerusakan untuk memberikan bantuan
neuromuskular/ otot- hanya jika pasien tidak
otot saraf mampu untuk melakukannya.
 Berikan aktivitas rutin sehari-
hari sesuai kemampuan.
 Pertimbangkan usia klien jika
mendorong pelaksanaan
aktivitas sehari-hari.
4 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan NIC :
keperawatan Infection Control (Kontrol
Definisi : Peningkatan selama ………. jam status infeksi)
resiko masuknya imun klien meningkat dengan Bersihkan lingkungan
organisme patogen kriteria setelah dipakai pasien lain
 Klien bebas dari tanda dan
 Pertahankan teknik isolasi
Faktor-faktor resiko :
gejala infeksi  Batasi pengunjung bila
- Prosedur Infasif
 Menunjukkan kemampuan perlu
- Ketidakcukupan

untuk mencegah timbulnya Instruksikan pada
pengetahuan untuk
infeksi pengunjung untuk mencuci
menghindari paparan
 Jumlah leukosit dalam batas tangan saat berkunjung dan
patogen
normal setelah berkunjung
- Trauma
 Menunjukkan perilaku hidup meninggalkan pasien
- Kerusakan jaringan
sehat  Gunakan sabun
dan peningkatan
antimikrobia untuk cuci
paparan lingkungan
tangan
- Ruptur membran
amnion
- Agen farmasi  Cuci tangan setiap
(imunosupresan) sebelum dan sesudah tindakan
- Malnutrisi kperawtan
- Peningkatan paparan  Gunakan baju, sarung
lingkungan patogen tangan sebagai alat pelindung
- Imonusupresi  Pertahankan lingkungan
- Ketidakadekuatan aseptik selama pemasangan
imum buatan alat
- Tidak adekuat  Ganti letak IV perifer dan
pertahanan sekunder line central dan dressing
(penurunan Hb, sesuai dengan petunjuk umum
Leukopenia, penekanan
 Gunakan kateter
respon inflamasi)
intermiten untuk menurunkan
- Tidak adekuat
infeksi kandung kencing
pertahanan tubuh
 Tingktkan intake nutrisi
primer (kulit tidak utuh,
 Berikan terapi antibiotik
trauma jaringan,
bila perlu
penurunan kerja silia,
cairan tubuh statis,
Infection Protection
perubahan sekresi pH,
(proteksi terhadap infeksi)
perubahan peristaltik)
 Monitor tanda dan gejala
- Penyakit kronik
infeksi sistemik dan lokal
 Monitor hitung granulosit,
WBC
 Monitor kerentanan
terhadap infeksi
 Batasi pengunjung
 Saring pengunjung
terhadap penyakit menular
 Partahankan teknik aspesis
pada pasien yang beresiko
 Pertahankan teknik isolasi
k/p
 Berikan perawatan kuliat
pada area epidema
 Inspeksi kulit dan
membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
 Ispeksi kondisi luka / insisi
bedah
 Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
 Dorong masukan cairan
 Dorong istirahat
 Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai resep
 Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
 Ajarkan cara menghindari
infeksi
 Laporkan kecurigaan
infeksi
 Laporkan kultur positif
5 Intoleransi aktifitas b.d Setelah dilakukan tindakan Toleransi aktivitasi
ketidakseimbangan keperawatan 1. Menentukan penyebab
suplai dan kebutuhan selama …….. klien dapat intoleransi
oksigen beraktivitas dengan kriteria aktivitas&menentukan
- Berpartisipasi dalam apakah penyebab dari fisik,
aktivitas fisik dgn TD, HR, RR psikis/motivasi
yang sesuai 2. Observasi adanya
-Menyatakan gejala pembatasan klien dalam
memburuknya efek dari beraktifitas.
OR&menyatakan onsetnya3. Kaji kesesuaian
segera aktivitas&istirahat klien
-Warna kulit sehari-hari
normal,hangat&kering 4. ↑ aktivitas secara bertahap,
Memverbalisa-sikan biarkan klien berpartisipasi
pentingnya aktivitasseca-ra dapat perubahan posisi,
bertahap berpindah & perawatan diri
Mengekspresikan pengertian5. Pastikan klien mengubah
pentingnya keseimbangan posisi secara bertahap.
latihan&istira Monitor gejala intoleransi
Hat aktivitas
- Peningkatan toleransi 6. Ketika membantu klien
aktivitas berdiri, observasi gejala
intoleransi spt mual, pucat,
pusing, gangguan
kesadaran&tanda vital
7. Lakukan latihan ROM jika
klien tidak dapat menoleransi
aktivitas
8. Bantu klien memilih aktifitas
yang mampu untuk dilakukan
6 Gangguan pertukaran Setelah dilakukan tindakan Terapi Oksigen
gas b.d ventilasi-perfusi keperawatan  Bersihkan mulut, hidung dan
selama ……..status respirasi : secret trakea
pertukaran  Pertahankan jalan nafas yang
gas
membaik dengan kriteria : paten
 Mendemonstrasikan  Atur peralatan oksigenasi
peningkatan ventilasi  Monitor aliran oksigen
dan
oksigenasi yang adekuat  Pertahankan posisi pasien
 Memelihara kebersihan paru
 Onservasi adanya tanda tanda
paru dan bebas dari tanda hipoventilasi
tanda distress pernafasan  Monitor adanya kecemasan
 Mendemonstrasikan batuk pasien terhadap oksigenasi
efektif dan suara nafas yang
bersih, tidak ada sianosis dan Vital sign Monitoring
dyspneu (mampu  Monitor TD, nadi, suhu, dan
mengeluarkan sputum, RR
mampu bernafas dengan  Catat adanya fluktuasi
mudah, tidak ada pursed lips) tekanan darah
Tanda tanda vital dalam  Monitor VS saat pasien
rentang normal berbaring, duduk, atau berdiri
 Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan setelah
aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernapasan
abnormal
 Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
7 Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan Airway Management
nafas b.d keperawatan  Buka jalan nafas,
selama …….…status respirasi guanakan teknik chin lift atau
klien membaik dengan kriteria jaw thrust bila perlu
 Mendemonstrasikan 
batuk Posisikan pasien untuk
efektif dan suara nafas yang memaksimalkan ventilasi

bersih, tidak ada sianosis dan Identifikasi pasien
dyspneu (mampu perlunya pemasangan alat
mengeluarkan sputum, jalan nafas buatan
mampu bernafas dengan  Pasang mayo bila perlu
mudah, tidak ada pursed lips) Lakukan fisioterapi dada
 Menunjukkan jalan nafas yang jika perlu
paten (klien tidak merasa  Keluarkan sekret dengan
tercekik, irama nafas, batuk atau suction
frekuensi pernafasan dalam
 Auskultasi suara nafas,
rentang normal, tidak ada
catat adanya suara tambahan
suara nafas abnormal)
 Lakukan suction pada
Tanda Tanda vital dalam
mayo
rentang normal (tekanan
 Berikan bronkodilator bila
darah, nadi, pernafasan)
perlu
 Berikan pelembab udara
Kassa basah NaCl Lembab
 Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
8 Keletihan b.d anemia Setelah dilakukan tindakan Energi manajemen
keperawatan  Monitor respon klien terhadap
selama ……..
.keletihan klien teratasi aktivitas takikardi, disritmia,
dengan kriteria : dispneu, pucat, dan jumlah
- Kemampuan aktivitas respirasi
adekuat  Monitor dan catat jumlah tidur
- Mempertahankan nutrisi klien
adekuat  Monitor ketidaknyamanan
- Keseimbangan aktivitas atauu nyeri selama bergerak
dan istirahat dan aktivitas
- Menggunakan teknik
 Monitor intake nutrisi
energi konservasi
 Instruksikan klien untuk
- Mempertahankan interaksi
mencatat tanda-tanda dan
sosial
gejala kelelahan
- Mengidentifikasi faktor-
 Jelakan kepada klien
faktor fisik dan psikologis
hubungan kelelahan dengan
yang menyebabkan kelelahan
proses penyakit
- Mempertahankan
 Catat aktivitas yang dapat
kemampuan untuk konsentrasi
meningkatkan kelelahan
 Anjurkan klien melakukan
yang meningkatkan relaksasi
 Tingkatkan pembatasan
bedrest dan aktivitas

Daftar pustaka

 Amin Huda Nurarif, Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan NANDA Nic-Noc, Jogja: Mediaction
 Arisman, MB, 2010. Gizi dalam Kehidupan, Jakarta: EGC
 Tim Poltekkes Depkes Jakarta 1. 2010. Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya, Jakarta:
Salemba medika.

Anda mungkin juga menyukai