Anda di halaman 1dari 7

ISOLASI METABOLIT SEKUNDER DAN UJI TOKSISITAS EKSTRAK

n-HEKSANA RIMPANG TANAMAN Alpinia malaccensis Roxb.


(ZINGIBERACEAE)

Ahmad Arvint1, Yuharmen2, Jasril2

1
Mahasiswa Program S1 Kimia FMIPA Universitas Riau
2
Dosen Jurusan Kimia FMIPA Universitas Riau
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau
Kampus Binawidya, Pekanbaru, 28293, Indonesia
arvient.chem@gmail.com

ABSTRACT

The secondary metabolites of Alpinia malaccensis rhizomes was isolated and their
toxicity activity was assayed using Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) method.
Isolation the secondary metabolites of this rhizomes was done using maceration
method with n-hexane. Separation was carried out by vacuum liquid chromatography
(VLC). VLC results obtained there were 5 fractions with code F-1 to F-5. F-3 fraction
obtained was yellow pure compound (AR3) with a melting point of 133 – 135 0C.
Characterization of compound AR3 using UV, FTIR, MS and NMR spectroscopy
showed that compounds was desmethoxyyangonin. The toxicity test showed n-hexane
extracts, F-2 fraction and AR3 compound were toxic with LC50 11.18; 17.39 and 0.85
ppm respectively. The F-1 fractions was not toxic with LC50 1174.89 ppm.

Keyword : Alpinia malaccensis, BSLT, desmethoxyyangonin, toxicity test

ABSTRAK

Senyawa metabolit sekunder dari rimpang tanaman Alpinia malaccensis telah diisolasi
dan aktivitas toksisitasnya diuji dengan menggunakan metode Brine Shrimp Lethality
Test (BSLT). Isolasi metabolit sekunder dari rimpang tanaman ini menggunakan metode
maserasi dengan pelarut n-heksana. Pemisahannya dilakukan dengan Kromatografi
Vakum Cair (KVC). Hasil KVC diperoleh 5 fraksi dengan kode F-1 sampai F-5. Fraksi
F-3 diperoleh senyawa murni berwarna kuning dengan titik leleh 133-135 0C.
Karakterisasi senyawa AR3 menggunakan spektrofotometri UV-Vis, FT-IR dan NMR
diketahui senyawa tersebut adalah desmetoksiyangonin. Uji toksisitas menunjukkan
ekstrak n-heksana serta fraksi F-2 dan senyawa AR3 bersifat toksik dengan LC50
berturut-turut 11,18; 17,39 dan 0,85 ppm. . Fraksi F-1 tidak bersifat toksik dangan LC50
1174,89 ppm.
Kata kunci : Alpinia malaccensis, desmetoksiyangonin, BSLT, uji toksisitas

REPOSITORY FMIPA 1
PENDAHULUAN (Loo, 2006) dan juga terpenoid (Joshi et
al., 2008).
Sejak dahulu hingga sekarang, Salah satu genus dari famili
kehidupan manusia sangat bergantung Zingiberaceae yang telah dimanfaatkan
pada tumbuh-tumbuhan. Perannya sebagai obat tradisional adalah genus
sangat besar tidak dapat disangkal lagi, Alpinia. Spesies-spesies dari genus
selain sebagai sumber bahan makanan Alpinia yang terdapat di Indonesia dan
bagi manusia dan hewan, tumbuhan diketahui berguna sebagai obat antara
juga sangat penting di dalam lain Alpinia galanga, rimpang dari
penyediaan sebagai obat-obatan, tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai
perumahan, hasil kerajinan dan industri. obat penyakit kulit seperti panu, kurap,
Bahkan beberapa senyawa bahan alam koreng, jerawat, bisul dan luka
yang ditemukan telah memperoleh (Wijayakusuma et al., 1998). Famili
banyak perhatian dari para ahli karena Zingiberaceae yang ada di Indonesia
potensinya dalam meningkatkan taraf disamping digunakan sebagai obat, juga
hidup dan kesejahteraan hidup manusia digunakan untuk keperluan lain seperti
(Achmad, 1986). sebagai bahan tambahan makanan dan
Pada tumbuhan obat-obatan rempah-rempah.
terdapat kandungan senyawa-senyawa Beberapa spesies dari genus
kimia yang dapat dibagi dalam dua Alpinia berpotensi dalam pengobatan.
kelompok, yaitu metabolit primer dan Hal ini dikarenakan adanya kandungan
sekunder. Kandungan kimia ini dapat senyawa metabolit sekunder pada
ditemukan pada berbagai bagian dari spesies-spesies tersebut. Senyawa
tumbuhan yang dapat diketahui melalui metabolit sekunder tersebut antara lain
uji pendahuluan (Ohta, 1989). terpenoid, stilben, labdan,
Alam tropis Indonesia dengan diarilheptanoid, atau senyawa metabolit
kekayaan sumber daya hayati yang sekunder yang lain. Beberapa tahun
beraneka ragam merupakan gudang terakhir ini, penelitian tentang beberapa
bahan kimia alami yang tidak ternilai spesies dari genus Alpinia telah
harganya. Di Indonesia bahan kimia dilakukan. Penelitian-penelitian tersebut
alami ini dihasilkan oleh 99% tumbuhan antara lain dilakukan oleh (Yang et al.,
tropis. Tumbuhan tropis merupakan 1999), yang telah berhasil mengisolasi
kelompok tumbuhan terbesar di muka senyawa diarilheptanoid katsumadain A
bumi dan hidup di berbagai kondisi baik dan B yang bersifat antibiotik dari biji
dari faktor iklim maupun gangguan dari Alpinia katsumadai, sedangkan dari
herbivora, serangga dan hama penyakit daunnya telah berhasil diisolasi turunan
(Mahmiah, 2006). senyawa diarilheptanoid 5-hidroksi-1-
Famili Zingiberaceae adalah salah (4”-hidroksiphenil)-7-phenil-hepta-6-
satu tumbuhan yang banyak tersebar en-3-on (Ngo et al., 1998). Senyawa-
pada kawasan hutan tropis, terutama senyawa ini diketahui bersifat sitotoksik
Indo-Malaya. Zingiberaceae ini belum dan antifungal.
diketahui secara pasti berapa jumlah Terdapat sekitar 12 spesies
jenisnya, menurut Pandey (2003), Alpinia di Indonesia tetapi baru
sekitar 50 persen famili Zingiberaceae beberapa diantaranya yang telah diteliti.
ditemukan di Hutan Tropis. Famili ini Penelitian tersebut sebagian besar
memiliki beberapa metabolit sekunder seputar kandungan minyak atsirinya dan
antara lain adalah flavonoid, fenolik uji aktivitas antimikroba (Yuharmen et
al., 2002). Oleh karena itu, mengingat

REPOSITORY FMIPA 2
potensi Alpinia yang besar dan terkena sinar matahari secara langsung
kelimpahannya yang tinggi di sampai kering, setelah kering
Indonesia, penulis tertarik melakukan dihaluskan hingga diperoleh serbuk.
penelitian tentang aktivitas toksisitas Rimpang tanaman Alpinia malaccensis
dan kandungan senyawa dari Alpinia ditimbang, kemudian siap untuk
khususnya pada Alpinia malaccensis. diekstraksi

METODE PENLITIAN c. Ekstraksi

a. Alat dan Bahan Sampel serbuk kering rimpang A.


malaccensis sebanyak 2.300 g
peralatan yang digunakan dalam dimaserasi dengan pelarut n-heksana
penelitian ini adalah satu set alat selama 3x24 jam sebanyak tiga kali
destilasi biasa, rotary evaporator, pengulangan,lalu diultrasonikasi selama
ultrasonicator (Kery Pulsatron), 30 menit dan disaring. Maserat yang
kromatografi vakum cair, bejana KLT, didapat diuapkan pelarutnya
lampu ultraviolet (254 dan 366 nm), menggunakan rotary evaporator,
spektrofotometer UV-Vis (Genesys 10S hingga diperoleh ekstrak kental n-
UV-Vis v4.002 2L9N175013), HPLC heksana.
(Shimaddzu Lesolution jenis kolom Proses pemisahan senyawa-
Shim-Pack dengan panjang diameternya senyawa ekstrak n-heksana dilakukan
150x4,6 mm), spektrofotometer fraksinasi dengan menggunakan
Inframerah (Shimadzu, IR Prestige-21), kromatografi vakum cair. Sebanyak 7
spektroskopi NMR (Agilent 500 MHz), gram ekstrak n-heksana dilakukan
LC-MS ESI (Hitachi L 6200) alat preadsorbsi dan dimasukkan kedalam
pengukur titik leleh Fisher John, pipet kolom kromatografi vakum cair dengan
mikro dan peralatan gelas yang biasa perbandingan dampel dengan silika
dipakai di Laboratorium kimia. 1:8. Selanjutnya dielusi secara
Bahan yang digunakan dalam bergradien yang dimulai dari kepolaran
penelitian ini adalah rimpang tanaman yang rendah sampai kepolaran yang
Alpinia malaccensis, n-heksana, tinggi yaitu dimulai dari n-heksana
metanol, etil asetat, kloroform, 100% sampai n-heksana : etil asetat 1:1
diklorometan, FeCl3 0.02 M, H2SO4 2N, dengan volume pelarut 100 mL. Hasil
reagen penampak noda Dragendorff, pemisahan ditampung dalam
preaksi meyer, pereaksi Libermann- Erlenmeyer yang telah diberi nomor,
Burchard, logam Mg, dimetilsulfoksida, kemudian diuji dengan KLT.
silika gel 60 GF254, plat KLT Setelah didapat kompenen berupa
GF254,benur Artemia salina Leach, air padatan yang masih kotor maka
laut, alumunium foil dan akuades. dilakukan rekristalisasi untuk
menghilangkan pengotor sehingga
b. Penanganan sampel didapat senyawa murni. Untuk
menentukan kemurnian kristal dapat
Bahan yang digunakan adalah
ditentukan dengan menggunakan alat
rimpang Alpinia malaccensis yang
penentu titik leleh Fisher John dan uji
diambil di daerah Kualu, Kecamatan
KLT, yaitu apabila titik leleh yang
Tampan, Panam, Kota Pekanbaru,
diperoleh memberikan jarak yang tidak
Provinsi Riau. Rimpang tanaman
begitu besar ( kecil atau sama dengan
Alpinia malaccensis terlebih dahulu
2 0C) dan noda yang dihasilkan dari uji
dikering anginkan dan dijaga agar tidak

REPOSITORY FMIPA 3
KLT sudah satu noda, berarti kristal HASIL DAN PEMBAHASAN
telah murni.
Tanaman Alpinia malaccensis
d. Karakterisasi diperoleh dari daerah Kualu, Kecamatan
Tampan, Panam, Kota Pekanbaru,
Senyawa murni yang diperoleh Provinsi Riau dan bagian tanaman yang
dilakukan dengan spektrofotometer UV, digunakan adalah rimpang. Serbuk
IR, MS dan NMR yaitu spektrum 1H- kering rimpang tanaman tersebut
NMR dan spektrum 13C-NMR. kemudian dimaserasi dengan pelarut n-
e. Uji Toksisitas heksana, maserasi ini dilakukan selama
24 jam sebanyak 3 kali, sebelum
Uji toksisitas tahap awal dilakukan dilakukan penyaringan dilakukan proses
pada ekstrak n-heksana rimpang A. ultrasonikasi selama ± 30 menit.
malaccensis dengan metode Brine Ekstrak n-heksana yang diperoleh
Shrimp Lethality Test (BSLT). berwarna kuning pekat sebanyak 12,9
Sebanyak 20 mg ekstrak n-heksana gram. Hasil pengujian fitokimia
dilarutkan dalam 2 mL metanol (larutan menunjukkan bahwa ekstrak n-heksana
induk, konsentrasi 10000 µg/mL), memiliki kandungan metabolit sekunder
kemudian dari larutan induk dibuat golongan terpenoid, flavonoid dan
konsentrasi berbeda yaitu 1000 µg/mL, fenolik.
100 µg/mL dan 10 µg/mL dengan cara Pemisahan menggunakan
pengenceran bertingkat. Kemudian kromatografi vakum cair menggunakan
disiapkan vial 5 mL yang sudah ekstrak n-heksana sebanyak 7 gram dan
dikalibrasi untuk masing-masing diperoleh 5 fraksi. Fraksi 3 hasil
konsentrasi. Sampel dipipet kedalam pemisahan tersebut menghasilkan
masing-masing vial sebanyak 0,5 mL, kristal berwarna kuning sebanyak
lalu pelarut diuapkan hingga mengering. 1,0823 gram. Karena kristal yang
Selanjutnya, kedalam masing-masing didapat belum murni, maka selanjutnya
vial ditambahkan 50 µL DMSO. dilakukan rekristalisasi dengan pelarut
Sebanyak 10 ekor larva udang etilasetat. Hasil rekristalisasi tersebut
dimasukkan kedalam vial tersebut dan menghasilkan kristal jarum murni
ditambah air laut hingga batas kalibrasi berwarna kuning sebanyak 855,2 mg
5 mL. Tingkat toksisitas diukur dengan dengan titik leleh 133 – 135 0C. Kristal
cara menghitung jumlah larva udang ini selanjutnya diberi nama AR3.
yang masih hidup dalam selang waktu Karakterisasi senyawa AR3
24 jam. Pengujian dilakukan sebanyak menggunakan spektroskopi UV pada
tiga kali pengulangan dengan perlakuan hakikatnya menunjukkan ada tidaknya
yang sama untuk masing-masing gugus kromofor yang terkandung pada
konsentrasi. Data yang diperoleh senyawa uji. Hasil analisis spektrum
dianalisis untuk menentukan nilai LC50 UV dengan pelarut metanol
dengan metode kurva menggunakan memberikan serapan maksimum pada
tabel analisis probit. panjang gelombang 251, 335 dan 346
Uji toksisitas juga dilakukan pada nm.
fraksi 1 (F-1), fraksi 2 (F-2) dan Hasil analisis HPLC
senyawa AR3 dengan metode Brine menunjukkan bahwa senyawa AR3
Shrimp Lethality Test (BSLT), tersebut merupakan senyawa murni
menggunakan larva udang Artemia karena memiliki satu puncak dengan
salina Leach. waktu retensi 12,271 menit dengan

REPOSITORY FMIPA 4
sistem pelarut bertingkat (10% hingga tanaman Piper methysticum terlihat
95% asetonitril). pada Tabel 1.
Karakterisasi dilanjutkan dengan Berdasarkan perbandingan data
menggunakan spektroskopi FT-IR pergeseran kimia 1H-NMR dan 13C-
untuk melihat gugus fungsi apa saja NMR (Tabel 1), senyawa AR3
yang terkandung pada senyawa AR3. merupakan senyawa golongan stiril
Hasil spektroskopi FT-IR dapat lakton yaitu desmetoksiyangonin denga
diprediksi bahwa senyawa ini memiliki rumus molekul C14H12O3.
gugus-gugus fungsi antara lain gugus
C=C aromatik pada bilangan
gelombang 1456 cm-1, gugus C=C 15
O
alkena pada bilangan gelombang 1641 4
5 3
cm-1, gugus C=O pada bilangan 10 8
2
gelombang 1722 cm-1 dan C-H pada 11
9 6 O O
bilangan gelombang 2954 cm-1. 7
1 12
Analisis spektrum H-NMR 14
13
dalam CDCl3 dengan frekuensi 500
MHz menunjukkan adanya 12 atom Gambar 1. Desmetoksiyangonin
proton, sedangkan analisis spektrum
13
C-NMR dalam CDCl3 dengan Untuk mendukung data analisis
frekuensi 125 MHz menunjukkan spektrum ataupun karakterisasi struktur
adanya 14 atom karbon. yang telah dilakukan melalui
Selanjutnya untuk mendukung spektroskopi NMR, selanjutnya
analisis spektroskopi terhadap senyawa dilakukan analisis struktur melalui
AR3, maka dilakukan perbandingan spektroskopi massa (MS) untuk
1
spektrum H-NMR dan13C-NMR mengkonfirmasi berat molekul dan
senyawa AR3 dengan senyawa rumus molekul senyawa AR3
desmetoksiyangonin yang dilaporkan menggunakan LC-MS ESI. Berat
oleh Dharmaratneet al., (2002) dari molekul AR3 ditunjukkan oleh spektrum
Tabel 1. Perbandingan data pergeseran kimia1H-NMR (CDCl3, 500 MHz) dan
13
C-NMR (CDCl3, 125 MHz) senyawa AR3 dengan senyawa
desmetoksiyangonin ( CDCl3)

1 1 13 13
No. H-NMR AR3 H-NMR C-NMR AR3 C-NMR
Desmetoksiyangonin Desmetoksiyangonin
2 - - 164,2 164,2
3 5,49 (d) 5,44 ( d) 89,0 89,2
4 - - 171,3 171,4
5 5,94 (d) 5,90 (d) 101,5 101,8
6 - - 158,8 158,9
7 6,59(d) J=16 Hz 6,54 (d) 118,8 119,1
8 7,50 (d) J=16 Hz 7,44 (d) 135,9 135,8
9 - - 135,4 135,6
10 7,49(d) 7,48 (d) 127,6 127,8
11 7,37(t) 7,35 (t) 129,1 129,2
12 7,36(t) 7,31 (t) 129,6 129,8
13 7,37( t) 7,35 (t) 129,1 129,2
14 7,49 (d) 7,48 (d) 129,6 129,8
15-OCH3 3,82(s) 3,76 (s) 56,1 56,3

REPOSITORY FMIPA 5
massa yang terekam sebagai C14H12O3 dengan spektroskopi UV, FT-IR, MS
[M+H]+ dengan puncak ion molekul dan NMR dapat dinyatakan bahwa
229,2433 m/z sedangkan puncak ion senyawa AR3 adalah
molekul yang dihitung secara teoritis desmetoksiyangonin.
adalah m/z 229,2429, selisih massa Hasil uji toksisitas menunjukkan
molekul tersebut 0,0004. Selisih massa bahwa ekstrak n-hesana rimpang
berdasarkan spektrum massa yang tanaman A. malaccensis, ekstrak n-
terekam dengan massa perhitungan
heksana, fraksi F-2 dan senyawa AR3
menunjukkan perbedaan yang sangat
kecil sehingga senyawa AR3 dinyatakan bersifat sangat toksik sedangkan fraksi
memiliki rumus kimia C14H12O3. F-1 bersifat tidak toksik.
Hasil uji aktivitas toksisitas
UCAPAN TERIMA KASIH
ekstrak n-heksana, fraksi 1, faksi 2 dan
senyawa AR3 dilakukan dengan metode Penulis mengucapkan terima kasih
Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). kepada pembimbing penelitian Bapak
Hasil uji toksisitas dari ekstrak total n- Prof. Dr. Jasril, MS dan Bapak Drs.
heksana fraksi 1, faksi 2 dan senyawa Yuharmen, M.Si yang telah
AR3 pada konsentrasi 1000, 100, 10 membimbing serta membantu penelitian
µg/mL terhadap larva Artemia salina dan memotivasi penulisan karya ilmiah
yang dianalisis dengan metode analisis ini.
probit tingkat potensi toksisitas ekstrak
n-heksana fraksi 1, faksi 2 dan senyawa DAFTAR PUSTAKA
AR3 dengan nilai LC50 sebesar 11,18;
Achmad, S.A. 1986. Buku Materi Pokok
1174,89; 17,39 dan 0,85 µg/mL. Pada
Kimia Organik Bahan Alam.
metode Brine Shrimp Lethality Test
Universitas Terbuka, Jakarta.
(BSLT), suatu tanaman atau hasil
isolasi dianggap menunjukkan aktivitas Joshi, S., Chanotiya, C. S., Agarwal, G.,
bersifat toksik bila mempunyai nilai Prakash, O., Pant, A. K and
LC50 kecil dari 1000 µg/mL, sedangkan Mathela, C. S. 2008. Terpenoid
untuk senyawa murni dianggap compositions, antioxidant and
menunjukkan toksik bila mempunyai antimicrobial properties of the
nilai LC50 kecil dari 200 µg/mL (Meyer, rhizome essential oils of
1982). Berdasarkan hasil uji aktivitas different Hedychium species.
toksisitas,senyawa AR3 berpotensi Chemistry & biodiversity, 5(2):
sebagai senyawa antikanker karena 299 – 309.
memiliki nilaiLC50< 200 µg/mL.
Mahmiah. 2006. Isolasi dan Identifikasi
KESIMPULAN Senyawa Flavonoid dari Kulit
Fraksi 3 hasil fraksinasi KVC Batang Tumbuhan
dengan ekstrak n-heksana dari rimpang Saccopetalum horsfieldii Benn.
tanaman A. malaccensis menghasilkan Indo. J. Chem, 3: 312-315.
senyawa AR3 berupa kristal berwarna
kuning sebanyak 855,2 mg dengan titik Ngo, K. S and Brown, G. D 1998.
leleh 133-135 0C. Hasil karakterisasi Stilbenes, monoterpenes,

REPOSITORY FMIPA 6
diarylheptanoids, labdanes and Wijayakusuma. H.M. 1997. Hidup
chalcones from Alpinia Sehat Cara Hembing, buku 8,
katsumadai. Phytochemistry, penerbit PT Elexmedia
47(6): 1117-1123. Komputindo, Jakarta.

Ohta, Y. 1992. Complex Aliphatic and Yang, Ye., Kinoshita, K., Koyama, K.,
Alicyclic Extractive. Natural Takahashi, K., Tai, T., Nunoura,
Product of Wood Plants I. Berlin Y and Watanabe, K.1999. two
Hiedelberg, Germany. novel antiemetic principles of
Alpinia katsumadai. J Nat. Prod.
Pandey, B. P. 2003. Angiosperms: 62: 1672-1674.
Taxonomy, Anatomy,
Embryologi. Ram Nagar S. Yuharmen, Eryanti, Y and Nurbalatif.
Chand and Company Ltd. pp. 5- 2002. Uji Aktivitas Antimikroba
15. Minyak Atsiri dan Ekstrak
Methanol Lengkuas (Lenguas
galanga). Jurusan Kimia,
FMIPA. Universitas Riau:
Pekanbaru.

REPOSITORY FMIPA 7

Anda mungkin juga menyukai