Anda di halaman 1dari 16

TUTORIAL KLINIK

EFUSI PLEURA

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti


Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh :
M. Rediansyah .P
20174011112

Diajukan Kepada :
dr. Hj Ana Majdawati, Sp. Rad., M.Kes

BAGIAN ILMU RADIOLOGI


RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2018
BAB I

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. B
Umur : 52 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam

B. ANAMNESIS

a. Keluhan utama :

Sesak nafas

b. Riwayat Penyakit Sekarang :

Perempuan usia 52 tahun dibawa ke PKU Muhammadiyah Yogyakarta


oleh keluarganya karena sesak nafas. Sesak nafas tersebut dirasakan sejak 1 tahun
yang lalu dan semakin memberat sejak 2 hari terakhir. Keluhan batuk dan demam
disangkal. Pasien lebih nyaman dengan posisi setengah duduk. Hasil rontgen
thorax didapatkan gambaran efusi pleura,kemudian dilakukan tindakan WSD.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat sesak nafas (+)
Riwayat asma (-)
Riwayat Hipertensi (-)
Riwayat DM (-)
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit serupa : disangkal

Riwayat hipertensi : disangkal

Riwayat DM : disangkal

C. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Tampak lemas


Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Denyut Nadi : 120 kali/menit
Respirasi : 28 kali/menit
Temperatur : 36,6 oC

Status General
a. Kepala : Tidak ada kelainan
b. Mata : Anemia (-/-), ikterus (-/-), isokor (-/-)
c. Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-), massa (-)
d. Thorak : Cor : S1S2 tunggal, Reguler,
Po : Ves ↓/+, Rh-/-, Wh-/-
e. Abdoment : Timpani (+); NT (-), Bising usus ( +)
f. Ekstremitas : Edema (-/-), akral hangat (+/+)

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Tabel 1. Laboratorium darah rutin pasien, sumber RS PKU Muhammadiyah YK
Laboratorium 20/6/2018 Nilai Rujukan
Darah Rutin
Leukosit 12000 4.000-11.000 mm3
Hemoglobin 10.8 10,8-15,6 g/dl
Trombosit 457 150-400 ribu/mm3
Albumin 3.5 3.8-4.4g/dL
2. CT-Scan

Hasil :
Masih tampak lesi isodens di pulmo dextra
Tampak lesi hipodens di cavum pleura dextra
Trachea tampak di tengah, tak tampak deviasi
Tak tampak struktur pembesaran lymphonodi hili, para tracheal dan mediastinum
Struktur dan trabekulasi tulang baik

Kesan:
masih tampak massa pulmo dextra
Efusi pleura dextra
3. Radiologi
RO Thorax :
Hasil :
Efusi pleura dextra berkurang dalam kompresi WSD (tampak perbaikan)
Tak tampak hidropneumothoraks
Ujung distal WSD terpasang di proyeksi paravertebra dextra setinggi costa 7
dextra aspek posterior
Besar cor normal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dari
dalam kavum pleura diantara pleura parietalis dan pleura viseralis dapat berupa
cairan transudat atau cairan eksudat. Pada keadaan normal rongga pleura hanya
mengandung cairan sebanyak 10 ml, cairan pleura komposisinya sama dengan
cairan plasma, kecuali pada cairan pleura mempunyai kadar protein lebih rendah
yaitu < 1,5 gr/dl.

B. Etiologi
A. Berdasarkan Jenis Cairan
- Efusi pleura transudatif terjadi kalau faktor sistemik yang mempengaruhi
pembentukan dan penyerapan cairan pleura mengalami perubahan.
- Efusi pleura eksudatif terjadi jika faktor lokal yang mempengaruhi
pembentukan dan penyerapan cairan pleura mengalami perubahan.
Efusi pleura tipe transudatif dibedakan dengan eksudatif melalui pengukuran
kadar Laktat Dehidrogenase (LDH) dan protein di dalam cairan, pleura. Efusi
pleura eksudatif memenuhi paling tidak salah satu dari tiga kriteria berikut ini,
sementara efusi pleura transudatif tidak memenuhi satu pun dari tiga criteria
ini:
 Protein cairan pleura / protein serum > 0,5
 LDH cairan pleura / cairan serum > 0,6
 LDH cairan pleura melebihi dua per tiga dari batas atas nilai LDH yang
normal didalam serum.
C. Patofisiologis
Dalam keadaan normal hanya terdapat 10-20 ml cairan dalam rongga pleura
berfungsi untuk melicinkan kedua pleura viseralis dan pleura parietalis yang
saling bergerak karena pernapasan. Dalam keadaan normal juga selalu terjadi
filtrasi cairan ke dalam rongga pleura melalui kapiler pleura parietalis dan
diabsorpsi oleh kapiler dan saluran limfe pleura viseralis dengan kecepatan yang
seimbang dengan kecepatan pembentukannya.
Gangguan yang menyangkut proses penyerapan dan bertambahnya kecepatan
proses pembentukan cairan pleura akan menimbulkan penimbunan cairan secara
patologik di dalam rongga pleura. Mekanisme yang berhubungan dengan
terjadinya efusi pleura yaitu;
1). Kenaikan tekanan hidrostatik dan penurunan tekan onkotik pada sirkulasi
kapiler
2). Penurunan tekanan kavum pleura
3). Kenaikan permeabilitas kapiler dan penurunan aliran limfe dari rongga
pleura.

Gambar 1. Patofisiologi efusi pleura

Proses penumpukan cairan dalam rongga pleura dapat disebabkan oleh


peradangan. Bila proses radang oleh kuman piogenik akan terbentuk pus/nanah,
sehingga empiema/piotoraks. Bila proses ini mengenai pembuluh darah sekitar
pleura dapat menyebabkan hemothoraks. Proses terjadinya pneumothoraks karena
pecahnya alveoli dekat parietalis sehingga udara akan masuk ke dalam rongga
pleura. Proses ini sering disebabkan oleh trauma dada atau alveoli pada daerah
tersebut yang kurang elastik lagi seperti pada pasien emfisema paru (Halim et al.,
2007).

Efusi cairan dapat berbentuk transudat, terjadinya karena penyakit lain


bukan primer paru seperti gagal jantung kongestif, sirosis hati, sindrom nefrotik,
dialisis peritoneum. Hipoalbuminemia oleh berbagai keadaan. Perikarditis
konstriktiva, keganasan, atelektasis paru dan pneumothoraks (Halim et al., 2006).

Efusi eksudat terjadi bila ada proses peradangan yang menyebabkan


permeabilitas kapiler pembuluh darah pleura meningkat sehingga sel mesotelial
berubah menjadi bulat atau kuboidal dan terjadi pengeluaran cairan ke dalam
rongga pleura. Penyebab pleuritis eksudativa yang paling sering adalah karena
mikobakterium tuberculosis dan dikenal sebagai pleuritis eksudativa tuberkulosa
(Halim et al., 2006). Penting untuk menggolongkan efusi pleura sebagai
transudatif atau eksudatif.

D. Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis baik dan pemeriksaan fisik
yang teliti, diagnosis pasti ditegakkan melalui pungsi percobaan, biopsi dan
analisa cairan pleura.
E. Manifestasi Klinis
a. Gejala Utama.
Gejala-gejala timbul jika cairan bersifat inflamatoris atau jika mekanika paru
terganggu. Gejala yang paling sering timbul adalah sesak (Davey., 2003),
berupa rasa penuh dalam dada atau dispneu (Ward et al., 2007). Nyeri bisa
timbul akibat efusi yang banyak (Davey., 2003), berupa nyeri dada pleuritik
atau nyeri tumpul (Ward et al., 2007). Adanya gejala-gejala penyakit penyebab
seperti demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi
(kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak keringat, batuk, banyak riak.

Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi
penumpukan cairan pleural yang signifikan

b. Pemeriksaan Fisik.
 Inspeksi. Pengembangan paru menurun, tampak sakit, tampak lebih
cembung
 Palpasi. Penurunan fremitus vocal
 Perkusi. Pekak pada perkusi,
 Auskultasi. Penurunan bunyi napas
Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan,
karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang
bergerak dalam pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada
perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan
membentuk garis melengkung (garis Ellis Damoiseu).

Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup


timpani dibagian atas garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz,
yaitu daerah pekak karena cairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada
auskultasi daerah ini didapati vesikuler melemah dengan ronki.

c. Pemeriksaan Penunjang.
Foto thoraks

Pada foto dada permukaan cairan yang terdapat dalam rongga pleura akan
membentuk bayangan seperti kurva, dengan permukaan daerah lateral lebih
tinggi dari pada bagian medial, tampak sudut kostrofrenikus menumpul
(Davey., 2003).

Torakosentesis.

Aspirasi cairan pleura (torakosentesis) sebagai sarana diagnostik maupun


terapeutik. Pelaksanaannya sebaiknya dengan posisi duduk. Aspirasi dilakukan
pada bagian bawah paru sela iga garis aksilaris posterior dengan jarum
abbocath nomor 14 atau 16. Pengeluaran cairan pleura sebaiknya tidak
melebihi 1000-1500 cc pada setiap aspirasi. Untuk diagnosis cairan pleura
dilakukan pemeriksaan:

a. Warna cairan.
Cairan pleura bewarna agak kekuning-kuningan (serous-santrokom).
b. Biokimia.
Terbagi atas efusi pleura transudat dan eksudat. Perbedaannya dapat dilihat
pada tabel dibawah:
c. Sitologi.
Digunakan untuk diagnostik penyakit pleura, terutama bila ditemukan sel-sel
patologis atau dominasi sel-sel tertentu.
 Sel neutrofil: pada infeksi akut
 Sel limfosit: pada infeksi kronik (pleuritis tuberkulosa atau limfoma
maligna).
 Sel mesotel: bila meningkat pada infark paru
 Sel mesotel maligna: pada mesotelioma
 Sel giant: pada arthritis rheumatoid
 Sel L.E: pada lupus eritematous sistemik
 Sel maligna: pada paru/metastase.
d. Bakteriologi.
Cairan pleura umumnya steril, bila cairan purulen dapat mengandung
mikroorganisme berupa kuman aerob atau anaerob. Paling sering pneumokokus,
E.coli, klebsiela, pseudomonas, enterobacter (Halim et al., 2006).
Biopsi Pleura.
Dapat menunjukkan 50%-75% diagnosis kasus pleuritis tuberkulosis dan tumor
pleura. Komplikasi biopsi adalah pneumotoraks, hemotoraks, penyebaran infeksi
atau tumor pada dinding dada (Halim et al., 2006).
DAFTAR PUSTAKA

1. Jeremy, et al. Efusi Pleura. At a Glance Medicine Edisi kedua. EMS. Jakarta :
2008.
2. Jeremy, et al. Penyakit Pleura. At a Glance Sistem respirasi Edisi kedua. EMS.
Jakarta : 2008.
3. Halim, Hadi. Penyakit Penyakit Pleura. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II.
2007. Balai Penerbit FK UI Jakarta.
4. Maryani. 2008. Efusi Pleura. Diakses dari
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/pleura.pdf pada tanggal 26 juni 2018
5. Ewingsa. 2009. Efusi Pleura. Diakses dari
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/efusipleura.pdf pada tanggal 26 Juni
2018

Anda mungkin juga menyukai