PELARUT AIR
Disusun oleh :
Dosen Pembimbing
Co - Pembimbing
BANDUNG
2014
LEMBAR PENGESAHAN
Salafudin, ST.,
M.Sc.
Co-Pembimbing
ABSTRAK
i
Institut Teknologi Nasionnl Bandung
Penelitian
ABSTRACT
Variations of the extraction process used is the ratio of tea seed meal on
the solvent used. The optimum time of dissolution of saponins on the first run is 12
minutes, the second run was 18 minutes and the third run was 12 minutes. The
more intense the older the levels of saponin extract color and the higher the ratio
the smaller the concentration of saponins contained in the extract. The extraction
process uses field obtained yield values obtained in each run has a value below that
number is for the first run was 20.073%, 23.419% is the second run and the third
run was 16.093%.
2
Institut Teknologi Nasionnl Bandung
Penelitian
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Penelitian berjudul “Isolasi Saponin Dari Bungkil Biji Teh Dengan Pelarut Air”,
dilaksanakan sebagai salah satu syarat guna menempuh Tugas Akhir di Jurusan
Teknik Kimia Institut Teknologi Nasional Bandung.
1. Bapak Salafudin, ST., M.Sc. dan Ibu Netty Kamal, Dra., M.S. selaku dosen
pembimbing dan Co-pembimbing yang telah banyak memberikan
wawasan, pengarahan, dan dukungan kepada penulis
2. Kedua Orang Tua kami yang senantiasa memberikan kasih sayang, doa,
dan bimbingan kepada penulis
3. Bapak Teddy selaku laboran Laboratorium Teknik Kimia dan Penelitian
yang telah memberikan pengarahan kepada penulis
4. Rekan-rekan penulis mahasiswa Jurusan Teknik Kimia Itenas Bandung
yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis
Penulis
iii
Institut Teknologi Nasionnl Bandung
Penelitian
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................. i
BAB IPENDAHULUAN
4
Institut Teknologi Nasionnl Bandung
Penelitian
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 29
LAMPIRAN A
LAMPIRAN B
LAMPIRAN C
5
Institut Teknologi Nasionnl Bandung
Penelitian
DAFTAR TABEL
6
Institut Teknologi Nasionnl Bandung
Penelitian
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.7 Ekstrak Saponin 1 Setiap 3 Menit Pada Run Pertama ........... 24
Gambar 4.8 Ekstrak Saponin 2 Setiap 3 Menit Pada Run Pertama ........... 24
Gambar 4.9 Ekstrak Saponin 1 Setiap 3 Menit Pada Run Kedua .................... 25
Gambar 4.10 Ekstrak Saponin 2 Setiap 3 Menit Pada Run Kedua ........... 25
Gambar 4.11 Ekstrak Saponin 1 Setiap 3 Menit Pada Run Ketiga ........... 25
Gambar 4.12 Ekstrak Saponin 2 Setiap 3 Menit Pada Run Ketiga ........... 25
7
Institut Teknologi Nasionnl Bandung
Penelitian
27
Gambar 4.14 Hasil Pencucian Masing - Masing Produk
8
► lnstitut Teknologi Nasional Bandung
Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
1
► lnstitut Teknologi Nasional Bandung
Penelitian
dapat meningkatkan nilai tambah biji teh itu sendiri, yaitu mendapatkan
saponin cair (biodetergent).
2. Tujuan khusus
Beberapa tujuan khusus yang ingin dicapai pada penelitian ini antara lain :
• Menentukan metode ekstraksi saponin dari bungkil biji teh
• Menentukan waktu ekstraksi untuk proses ekstraksi saponin
• Menentuka persen yield saponin
2
► lnstitut Teknologi Nasional Bandung
Penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
► lnstitut Teknologi Nasional Bandung
Penelitian
2.2 Saponin
Saponin berasal dari bahasa Latin, “sapo” yang berarti sabun, merupakan
senyawa aktif permukaan yang kuat dan menimbulkan busa jika dikocok dalam
air. Saponin larut dalam air dan alcohol tapi tidak dalam eter (Robinson 1991).
Saponin merupakan glikosida steroid atau steroid alkaloid (steroid dengan
fungsi nitrogen) yang sering terbentuk pada tanaman golongan Spermatophyta dan
ditemukan pada lebih dari 400 tanaman. Diberi nama saponin karena
kemampuannya membentuk senyawa stabil yaitu busa seperti sabun dalam air.
Sifat ini juga ditemukan pada saponin yang beasal dari sumber lain, antara lain :
soap Berries, soap Weeds, soap Bushes, akar sapnaria officinalis dari keluarga
Caryophyllaceae yang biasa digunakan di Eropa. Tanaman tersebut telah sejak
lama digunakan orang sebagai detergen.
4
► lnstitut Teknologi Nasional Bandung
Penelitian
5
► lnstitut Teknologi Nasional Bandung
Penelitian
6
► lnstitut Teknologi Nasional Bandung
Penelitian
7
► lnstitut Teknologi Nasional Bandung
Penelitian
8
► lnstitut Teknologi Nasional Bandung
Penelitian
dan diekstrak 4-5 jam dengan butanol dalam perbandingan (v/v) 5:1. Campuran
ekstrak butanol di evaporasi di bawah tekanan yang rendah dan dikeringkan
didapatkan ekstrak saponin kasar. [Sunaryadi,1995]
2.3 Ekstraksi
Ekstraksi adalah operasi pemisahan suatu komponen dari campuran zat
(cair atau padat) dengan menggunakan suatu pelarut. Secara garis besar, ekstraksi
dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu ekstraksi cair cair dan ekstraksi padat cair.
Pada ekstraksi cair cair dilakukan pemisahan dua zat cair yang saling
bercampur dengan menggunakan suatu pelarut yang melarutkan salah satu zat
dalam campuran. Sedangkan pada ekstraksi padat cair dilakukan pemisahan
komponen dari bahan padat dengan bantuan pelarut. Proses ini banyak digunakan
pada ekstraksi minyak yang terkandung dalam akar-akaran, bunga atau daun
tumbuhan tertentu.
9
► lnstitut Teknologi Nasional Bandung
Penelitian
10
► lnstitut Teknologi Nasional Bandung
Penelitian
kedalam pelarut akan terhenti yang berarti telah terjadi kesetimbangan dalam
sistem.
Proses pengontakan antara pelarut dan solut yang akan di ekstraksi dapat
dilakukan dengan berbagai macam cara salah satunya dengan ekstraktor batch dan
ekstraktor soxlet, namun alternatif lain untuk proses ekstraksi yang dapat
dilakukan adalah dengan menggunakn kolom secara fix bed dimana umpan
terdapat dalam kolom dan pelarut mengalir untuk melarutkan solut.
Keunggulannya proses ini dapat berlangsung secara kontinyu dan kapasitas dapat
diperbesar dengan menggunakan kolom secara seri atau paralel.
11
► lnstitut Teknologi Nasional Bandung
Penelitian
Pelarut yang bersifat racun dan korosif berakibat buruk terhadap hasil saponin
biji teh, sehingga tidak baik untuk dikonsumsi.
i) Murah.
j) Memiliki viskositas yang rendah agar mudah untuk dialirkan.
Saponin merukapan senyawa yang hanya larut pada pelarut yang bersifat
polar sehingga banyak pelarut yang dapat menjadi alternatif, oleh sebab itu pelarut
yang paling aman dan relatif murah adalah air karena air bersifat polar sehingga
diharapkan senyawa - senyawa yang bersifat nonpolar tidak dapat larut dan hanya
saponin yang larut pada air. Beberapa alternatif pelarut untuk saponin antara lain
adalah :
a) Pelarut yang diyakini paling cocok untuk ekstaksi saponin biji teh adalah air.
b) Isopropanol merupakan pelarut yang baik dan tidak menghasilkan busa akan
tetapi produk yang diinginkan adalah saponin cair sebagai biodetergent.
c) Trikloroetilen dapat melarutkan akan tetapi bersifat korosif dan hanya
digunakan untuk produk yang tidak mudah terbakar.
d) Etil eter merupakan pelarut yang lebih baik dibandingkan dengan petroleum
eter, tetapi lebih mahal, lebih mudah terbakar, mudah meledak dan dapat
melarutkan material lemak sehingga jarang digunakan.
e) Pelarut lain dapat digunakan, tetapi hanya pada kondisi tertentu. Misalnya
petroleum eter untuk menghilangkan minyak esensial dan aseton merupakan
pelarut pilihan untuk menghasilkan gossypol dari biji kapas, serta
trikloroetilen untuk ekstraksi minyak coklat.
12
► lnstitut Teknologi Nasional Bandung
Penelitian
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
13
► lnstitut Teknologi Nasional Bandung
Penelitian
2. Penelitian Utama
Pada penelitian utama ini, ekstraksi dilakukan untuk mendapatkan saponin
cair (biodetergent) dari bungkil biji teh. Pelarut yang digunakan adalah air dengan
pertimbangan bahwa air merupakan pelarut yang paling aman dan murah namun
memiliki kemampuan yang paling tinggi untuk melarutkan saponin.
Hasil ekstraksi berupa fasa padat (rafinat) dan fasa cair (ekstrak) yang
mengandung saponin. Rafinat disaring untuk memisahkan ekstrak dan rafinat
sehingga didapatkan produk berupa saponin cair (ekstrak).
14
► lnstitut Teknologi Nasional Bandung
Penelitian
15
► lnstitut Teknologi Nasional Bandung
Penelitian
16
► lnstitut Teknologi Nasional Bandung
Penelitian
Ekstraksi saponin dari biji teh secara garis besar mengikuti tahapan sebagai
berikut:
1. Bungkil biji teh diumpankan sebanyak 300 gram ke dalam kolomfix bed.
2. Waterbath diisi dengan pelarut air sampai rasio yang diinginkan.
3. Air disirkulasikan dengan bantuan pompa kedalam kolom.
4. Proses ini dilangsungkan selama 30 menit dan setiap 3 menit indeks bias diukur
menggunakan refraktometer.
5. Rafinat kembali di ekstraksi dengan air yang baru.
6. Air disirkulasikan dengan bantuan pompa kedalam kolom.
7. Proses ini dilangsungkan selama 30 menit dan setiap 3 menit indeks bias diukur
menggunakan refraktometer.
8. Ekstraksi selesai.
17
► lnstitut Teknologi Nasional Bandung
Penelitian
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
18
► lnstitut Teknologi Nasional Bandung
Penelitian
19
► lnstitut Teknologi Nasional Bandung
Penelitian
tersebut di plot pada grafik kemudian di dapat persamaan garisnya yang dapat
digunakan untuk mencari konsentrasi saponin cair hasil ekstrak dengan
menggunakan kolom fix bed. Kurva kalibrasi dari indeks bias terhadap konsentrasi
dapat dilihat pada Gambar 4.3 berikut :
20
► lnstitut Teknologi Nasional Bandung
Penelitian
Waktu Ekstraksi
Hasil run pertama dapat dilihat pada Gambar 4.4 berikut ini :
E1
E2
21
Hasil run kedua dapat dilihat pada Gambar 4.5 berikut :
E1
E2
waktu
22
Hasil run ketiga dapat dilihat pada Gambar 4.6 berikut :
E1
E2
waktu
23
► lnstitut Teknologi Nasional Bandung
Penelitian
24
► lnstitut Teknologi Nasional Bandung
Penelitian
Perubahan warna pada run kedua dapat dilihat pada Gambar berikut :
Perubahan warna pada run ketiga dapat dilihat pada Gambar berikut :
25
► lnstitut Teknologi Nasional Bandung
Penelitian
Hal yang dapat dicermati adalah warna dengan konsentrasi saponin berbanding
lurus. Untuk proses ekstraksi pada set kedua di setiap run nya tidak memiliki
pengaruh warna yang signifikan karena saponin telah berpindah pada pelarut di set
pertama dan di set kedua konsentrasi saponin sangat kecil sehingga tidak dapat
terbaca dengan indeks bias
4.3.4 Yield
Yield yang didapatkan dari setiap run menghasilkan data yang fluktuatif,
untuk run pertama persen yield adalah 20,073% sedangkan untuk yield run kedua
adalah 23,419% dan yield untuk run ketiga adalah 16,093%. Secara teori semakin
besar rasio pelarut maka yield yang didapat semakin besar, untuk run kedua
memang didapatkan yield yang besar karena konsentrasi saponin di ekstrak sama
dengan konsentrasi di run pertama sehingga yield hasil perhitungan dari setiap run
cenderung naik karena semakin besar pelarut yang digunakan semakin banyak
saponin yang dapat di isolasi. Untuk run ketiga kelarutan saponin telah maksimal
pada rasio 1:14 sehingga dengan banyaknya pelarut yang digunakan membuat yield
saponin kecil
26
► lnstitut Teknologi Nasional Bandung
Penelitian
Hasil Pencucian seluruh lap yang dilumuri oli dapat dilihat pada Gambar 4.14
berikut :
27
► lnstitut Teknologi Nasional Bandung
Penelitian
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa
kesimpulan, antara lain :
1. Waktu maksimum untuk mengekstrak saponin pada rasio yang semakin
tinggi adalah fluktuatif yaitu pada run 1 adalah 12 menit, run 2 adalah 18
menit, dan run 3 adalah 12 menit.
2. Semakin tinggi rasionya, konsentrasi saponin yang dihasilkan berkurang
yaitu run 1 adalah 1,509%, run 2 adalah 1,509 %, dan run 3 adalah
0,906%.
3. Ekstraksi saponin dapat dilakukan dengan satu tahap saja.
4. Semakin pekat konsentrasi saponin semakin tua warna ekstrak.
5. Semakin tinggi rasio semakin besar persen yield yang dihasilkan
5.2 Saran
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan saran yang dapat diutarakan
adalah :
1. Untuk proses produksi harus digunakan zat antioksidan dan stabilitas
3. Metode analisis untuk kadar saponin yang rendah
4. Membuat konsentrasi yang tidak terbaca menjadi terbaca pada alat unyuk
analisis.
5. Melakukan ekstraksi secara kontinyu
28
► lnstitut Teknologi Nasional Bandung
Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
29
► lnstitut Teknologi Nasional Bandung
Penelitian
30
Institut Teknologi Nasionnl Bandung
Penelitian
LAMPIRAN A
METODE ANALISIS
1. Refaktrometer
Cara kerja untuk analisis refaktrometer, antara lain adalah:
1. Sampel diencerkan dari mulai 0x pengenceran sampai 30x pengenceran.
2. Dicek indeks bias dari tiap-tiap sampel.
3. Hasil indeks bias dibuat menjadi kurva antara indeks bias terhadap
pengenceran.
2. Uji Kualitatif
Cara kerja untuk uji kualitatif adalah :
1. Siapkan 3 produk yang ada di pasaran kemudian dilarutkan dalam air
sesuai takaran yang tertera pada masing-masing produk.
2. Larutkan 100 gram bungkil biji teh menggunkan air hingga 100 ml
kemudian diaduk dan di filtrasi.
3. Siapkan 4 lap yang telah dilumuri dengan oli kemudian masing-masing lap
di rendam kedalam 3 produk yang ada di pasaran dan 1 lap direndam oleh
filtrate bungkil.
4. Lakukan perendaman selama 30 menit.
5. Masing-masing lap di kucek selama 1 menit.
Institut Teknologi Nasionnl Bandung
Penelitian
LAMPIRAN B
DATA PENGAMATAN
1. Kadar Air
Cawan kosong = 38,378 gram
Cawan + bungkil biji teh (awal) = 52,102 gram
Cawan + bungkil biji teh (akhir) = 50,970
gram
Cawan + bungkil biji teh 52,067 gram
Cawan + bungkil biji teh 51,783 gram
Cawan + bungkil biji teh 51,601 gram
Cawan + bungkil biji teh 51,491 gram
Cawan + bungkil biji teh 51,358 gram
Cawan + bungkil biji teh 51,008 gram
Cawan + bungkil biji teh 50,97 gram
Cawan + bungkil biji teh 50,97 gram
Cawan + bungkil biji teh 50,97 gram
Cawan + bungkil biji teh 50,97 gram
3. Efektivitas
50,06 gram
Cawan kosong Cawan +
103,74 gram
ekstrak saponin Cawan +
52,123 gram
saponin crude
Cawan + Saponin crude 88,754 gram
Cawan + Saponin crude 66,529 gram
Cawan + Saponin crude 54,831 gram
Cawan + Saponin crude 53,713 gram
Cawan + Saponin crude 52,416 gram
Cawan + Saponin crude 52,123 gram
Cawan + Saponin crude 52,123 gram
Cawan + Saponin crude 52,123 gram
Cawan + Saponin crude 52,123gram
21,218 gram
Piknometer kosong 46,085 gram
Piknometer + Aquadest 46,423 gram
Piknometer + Saponin crude 0,997 gr/ml
Densitas aquadest pada 25°C 1,33407
Indeks bias saponin crude
Institut Teknologi Nasionnl Bandung
Penelitian
4. Standarisasi Saponin •
Refraktrometer
Pengenceran Indeks Bias
0 1,34625
2 1,33945
4 1,33625
6 1,33515
8 1,33513
10 1,3341
12 1,3341
14 1,33309
16 1,33307
18 1,33307
20 1,33305
22 1,33305
24 1,33304
26 1,33304
28 1,33302
30 1,333
Institut Teknologi Nasionnl Bandung
Penelitian
5. Hasil Run •
Run pertama
Indeks Bias
Waktu Simplo Duplo
E1 E2 E1 E2
0 1,333 1,333 1,333 1,333
3 1,333 1,333 1,333 1,333
6 1,33305 1,333 1,333 1,333
9 1,3341 1,333 1,3341 1,333
12 1,33515 1,333 1,33515 1,333
15 1,33515 1,333 1,33515 1,333
18 1,33515 1,333 1,33515 1,333
21 1,33515 1,333 1,33515 1,333
24 1,33515 1,333 1,33515 1,333
27 1,33515 1,333 1,33515 1,333
30 1,33515 1,333 1,33515 1,333
• Run kedua
Indeks Bias
Waktu Simplo Duplo
E1 E2 E1 E2
0 1,333 1,333 1,333 1,333
3 1,333 1,333 1,333 1,333
6 1,333 1,333 1,333 1,333
9 1,3341 1,333 1,33305 1,333
12 1,3341 1,333 1,3341 1,333
15 1,3341 1,333 1,3341 1,333
18 1,33515 1,333 1,33515 1,333
21 1,33515 1,333 1,33515 1,333
24 1,33515 1,333 1,33515 1,333
27 1,33515 1,333 1,33515 1,333
30 1,33515 1,333 1,33515 1,333
Institut Teknologi Nasionnl Bandung
Penelitian
• Run ketiga
Indeks Bias
Waktu Sim plo Duplo
E1 E2 E1 E2
0 1,333 1,333 1,333 1,333
3 1,333 1,333 1,333 1,333
6 1,333 1,333 1,333 1,333
9 1,333 1,333 1,333 1,333
12 1,3341 1,333 1,3341 1,333
15 1,3341 1,333 1,3341 1,333
18 1,3341 1,333 1,3341 1,333
21 1,3341 1,333 1,3341 1,333
24 1,3341 1,333 1,3341 1,333
27 1,3341 1,333 1,3341 1,333
30 1,3341 1,333 1,3341 1,333
Penelitian 4 > Institut Teknologi Nasional Bandung
LAMPIRAN C
CONTOH PERHITUNGAN
Massa bungkil basah = Massa cawan dengan bungkil basah - Massa cawan
Massa bungkil kering = Massa cawan dengan bungkil kering - Massa cawan