Anda di halaman 1dari 4

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/319277022

Program Pemagangan itu apa ?

Article · August 2017

CITATIONS READS
0 1,216

1 author:

Rahmat Fauzi Saleh


University of Indonesia
5 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Influence Corporate Social Responsibility (CSR) and Social Movement at Madura Island View project

artikel View project

All content following this page was uploaded by Rahmat Fauzi Saleh on 25 August 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Program Pemagangan itu apa ?

by Fauzi

Kemunculan Peraturan Menteri Tenaga Kerja (permenaker) no 36 tahun 2016 tentang


pemagangan di dalam negeri telah membuat heboh berbagai pihak. Aturan tersebut membuat
Karawang menjadi sebuah proyek percontohan nasional penerapan sistem program pemagangan,
ujar Wakil Bupati Karawang.1 Alasan yang melandasi, karena jumlah industri di Karawang
cukup banyak untuk menampung pekerja magang. Program tersebut akan diterapkan pula di
daerah lain dengan mempertimbangkan potensi yang serupa.

Tujuan program pemagangan adalah bentuk persiapan berupa sistem pelatihan kerja bagi calon
pekerja baru sebelum diangkat menjadi pekerja tetap, status tersebut tetap mewajibkan
memberikan gaji yang nilainya 75% dari upah minimum. Nantinya calon pekerja akan diberikan
pelatihan terlebih dahulu oleh Lembaga Pelatihan Kerja guna diberikan bekal pelatihan kerja,
selanjutnya perusahaan akan menerima mereka dan memperoleh bimbingan. Esensi yang
diperoleh calon pekerja adalah teori dan praktik, setelah 6 bulan atau satu tahun, perusahaan
tempat magang akan memiliki penilaian dan siap menerima calon pekerja tersebut sebagai
pekerja tetap.

Kebijakan pemagangan ini mendapatkan tindakan penolakan reaktif dari serikat pekerja. Secara
massif mereka menuduh program tersebut adalah kedok upah murah bagi buruh.2 Penulis akan
memaparkan apa itu program pemagangan dan perspektif pemagangan dari bermacam pihak
yang berkepentingan.

Isi Kebijakan Program Pemagangan dalam bentuk Peraturan Menteri

Dalam menerapkan program pemagangan, para pemangku kepentingan dan para aktor tidak
dapat mengimplementasikan secara spontanitas. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi.
Merujuk pada Permenaker no 36 tahun 2016, ada dua syarat utama yang harus dipenuhi calon
peserta mangang, yaitu

- Peserta pemagang harus pencari kerja di dalam negeri


- Usia paling rendah bagi calon pemagang 17 tahun dan harus mendapatkan persetujuan
dari orang tua yang bersangkutan.

1
http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/2016/12/22/jokowi-akan-luncurkan-sistem-tenaga-kerja-magang-di-
karawang-388553
2
https://www.koranperdjoeangan.com/ini-bukti-pemagangan-hanya-kedok-untuk-membayar-upah-murah-pada-
buruh/
Bagi perusahaan penerima peserta pemagangan harus memiliki infrastruktur yang menunjang,
memiliki program pemagangan dalam perusahaan, dan wajib menyediakan pembimbing magang
yang bertujuan mendampingi peserta.

Kebijakan pemagangan yang tertuang dalam aturan, mewajibkan pemberi kerja untuk
memberikan hak pemangang yang menyeruapai pekerja tetap. Perusahaan wajib menyediakan
fasilitas Keselamatan dan kesehatan kerja (K3), mendapatkan jaminan sosial, mendapatkan uang
saku dan sertifikat. Dengan status magang sudah pasti hanya mendapatkan uang saku.
Komponennya terdiri dari uang transport, uang makan, dan insentif. Selain itu, sebuah
perusahaan dibatasi hanya boleh menerima peserta magang 30% dari total jumlah karyawan.

Kegaduhan Implementasi Magang

Sudah bukan menjadi rahasia jika program pemagangan memunculkan polemik, beberapa
pemberitaan media. Penulis menemukan berita yang dimuat oleh tirto.id pada tanggal 1 Mei
2017, bahwa progam ini memunculkan peluang usaha baru di Bekasi. Peluang tersebut
memunculkan aktor baru yang beroperasi dalam wujud calo dan lembaga penyalur tenaga
magang. Belum tuntasnya problematika perusahaan penyedia jasa outsourcing yang di legalkan
oleh undang-undang no 13 tahun 2003, kebijakan magang menambah pelik tumpukan masalah
ketenagakerjaan. Dalam pemberitaan serupa, program magang merupakan sebuah betuk strategi
pukulan peringatan bagi gerakan buruh. Buruh magang merupakan ihwal pemerasan dan praktik
upah murah.3

Penolakan massif juga dilakukan oleh serikat pekerja melalui perayaan mayday tahun 2017.
Penolakan dari serikat buruh massif dilakukan dengan melakukan propaganda, magang adalah
bentuk baru pembayaran upah murah kepada buruh. Permenaker ini tidak menyebutkan bahwa
peserta magang secara spontan akan beralih menjadi pekerja tetap setelah mengikuti program
magang rentan waktu 6 bulan sampai 1 tahun.

Sintesis dari serikat pekerja kontra dengan argumentasi pihak pemerintah. Pemerintah Kabupaten
Karawang melalui Dinas Tenaga Kerja menuturkan, magang merupakan program untuk melatih
kompetensi calon pekerja. 4Menurut rilis Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan dalam lamaan
website resmi, program magang merupakan wujud komitmen pemerintah dalam meningkatkan
daya saing tenaga kerja .5 Alasan tersebut tidak salah karena jembatan antara pendidikan dan

3
https://tirto.id/praktik-bisnis-percaloan-buruh-magang-di-bekasi-cnNr
https://tirto.id/melanggengkan-pemerasan-dan-upah-murah-lewat-buruh-magang-cnNn
4
https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-3436698/disnaker-karawang-program-magang-melatih-kompetensi-
calon-tenaga-kerja
5
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2016/12/pemagangan-cara-pemerintah-kebut-peningkatan-daya-
saing-tenaga-kerja
kebutuhan industri lokal belum menemui titik temu. Akar masalah tersebut terletak pada susunan
silabus pendidikan Indonesia.

Argumentasi pemerintah merupakan langkah yang patut pula dicermati. Kritik penulis, program
ini yang telah legal secara kacamata hukum, “memaksa” pihak perusahaan agar menerima
peserta magang. Kebijakan tersebut rawan memaksa pula pemberi kerja untuk melakukan
efisiensi dengan alasan menjaga postur sirkulasi keuangan internal.

Keinginan pemerintah guna memutus ruang kosong antara pendidikan dan kebutuhan industri
melalui program pemagangan perlu memperoleh apresiasi. Sebaliknya, kebijakan tersebut
menurut serikat pekerja merupakan bentuk pemaksaan terhadap buruh untuk menerima upah
murah. Lebih dalam, penulis juga belum menemukan bahwa peserta magang dapat menjadi
pekerja tetap setelah melewati proses pemagangan. Jika adanya jaring pengaman berupa
perjanjian pemagangan yang dibuat oleh penyelenggara pemagangan dan peserta pemagangan,
isi yang diperjanjikan hanya meliputi hak, kewajiban, besaran uang saku dan bentuk program
pemagangan.6

Kesimpulan penulis, kegaduhan program tersebut harus segera diselesaikan dengan cara
menyamakan persepsi melalui dialog sosial antara pemerintah, unsur pengusaha atau pemberi
kerja dan serikat pekerja. Merujuk pada kasus ketenagakerjaan, penafsiran dan pemahaman suatu
aturan antar pihak selalu menemui titik perbedaan cukup tinggi. Sehingga berujung pada
kemunculan eskalasi konflik antara serikat pekerja dan perusahaan yang diselesaikan pada ruang
Pengadilan Hubungan Industrial (PHI).

6
Permenaker No 36 tahun 2016.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai