Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dermatitis atau Eksema adalah suatu peradangan menahun pada lapisan

atas kulit yang menyebabkan rasa gatal. Pada umumnya Dermatitis juga

disertai dengan tanda-tanda seperti terbentuknya bintik yang berisi cairan

(bening atau nanah) dan bersisik.

Dermatitis atau Eksema adalah suatu kondisi umum yang biasanya tidak

mengancam jiwa atau menular. Tapi kondisi ini dapat membuat seseorang

merasa tidak nyaman dan percaya diri. Langkah perawatan diri dan obat-

obatan dapat membantu mengobati penyakit dermatitis.

Dermatitis atau Eksema adalah istilah umum yang menggambarkan suatu

peradangan pada kulit. Ada berbagai jenis dermatitis, termasuk dermatitis

seboroik dan dermatitis atopik (eksim). Meskipun gangguan tersebut dapat

memiliki banyak penyebab dan terjadi dalam berbagai bentuk, gambaran

klinis yang ditimbulkan antara lain bengkak, memerah dan kulit gatal.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu eksim?
2. Apa saja gejala penyakit eksim?
3. Bagimana etiologi penyakit eksim?
4. Bagaimana patofisiologi penyakit eksim?
5. Bagaimana manifestasi klinis penyakit eksim?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui definisi eksim
2. Mengetahui gejala penyakit eksim?
3. Mengetahui etiologi penyakit eksim?

1
4. Mengetahui patofisiologi penyakit eksim
5. Mengetahui manifestasi klinis penyakit eksim

2
BAB II

TINJAUAN KONSEP

2.1 Definisi Eksema

Dermatitis atau Eksema adalah istilah yang luas yang mencakup berbagai

gangguan yang semua mengakibatkan ruam, merah gatal. Beberapa jenis

dermatitis hanya mempengaruhi bagian tertentu dari tubuh, sedangkan yang lain

dapat terjadi di mana saja. Beberapa jenis dermatitis memiliki penyebab yang

diketahui, sedangkan yang lainnya tidak. Namun, penyakit dermatitis atau

Eksema selalu berhubungan dengan kulit yang bereaksi terhadap kekeringan

berat, menggaruk, zat iritasi, atau alergen. Biasanya, substansi yang datang

dalam kontak langsung dengan kulit, tetapi kadang-kadang substansi juga

datang karena ditelan (seperti alergi makanan). Dalam semua kasus, menggaruk

terus menerus atau menggosok akhirnya dapat menyebabkan penebalan dan

pengerasan kulit.

2.2 Gejala atau tanda-tanda penyakit eksim

1. Rasa panas dan dingin yang berlebihan pada bagian kulit yang

terkena eksim.
2. Rasa gatal terutama terasa pada malam hari.
3. Akan tampak lepuhan-lepuhan kecil dan kulit bersisik yang keras

pada permukaan kulit yang akan disertai dengan pembengkakan.


4. Eksim akan sangat cepat sekali penularannya pada kulit yang lain
5. Eksim dapat dibedakan menjadi 2 yaitu eksim kering dan eksim

basah. Eksim kering akan tampak pada kulitnya kering, bersisik,

3
kemerah-merahan, kadang-kadang bengkak, dan terasa gatal.

Sedangkan pada eksim basah kulitnya akan tampak merah, bengkak,

melepuh, dan basah, timbul bintil-bintil yang mengandung air atau nanah

yang menimbulkan rasa gatal.


6. Daerah-daerah yang sering terjangkit penyakit eksim adalah :

pada sela-sela jari tangan atau kaki, dan daerah-daerah lipatan tubuh,

seperti sela paha, belakang lutut, pergelangan tangan, dan daerah sekitar

leher. Penyakit eksim sering terjadi secara berulang-ulang atau kambuh,

oleh karena itu harus diperhatikan untuk menghindari hal-hal atau bahan-

bahan yang dapat menimbulkan alegi (alergen).


2.3 Etiologi

Penyebab dari eksim sebenarnya belum diketahui dengan pasti,

namun beberapa ahli mencurigai eksim berhubungan dengan aktifitas

daya pertahanan tubuh (imun) yang berlebihan. Hal ini menyebabkan

tubuh mengalami reaksi berlebihan terhadap bakteri atau iritan yang

sebenarnya tidak berbahaya pada kulit. Oleh karena itu, eksim banyak

ditemukan pada keluarga dengan riwayat penyakit alergi atau asma.

Tiap – tiap orang mempunyai pencetus eksim yang berbeda beda.

Ada orang yang setelah memegang sabun atau deterjen akan merasakan

gatal yang luar biasa, ada pula yang disebabkan oleh bahan atau alat

rumah tangga yang lain. Gejala yang timbul pun bervariasi, ada yang

gatalnya ringan tetapi rasa panas yang dominan, ada pula yang

sebaliknya. Infeksi saluran nafas bagian atas atau flu juga bisa menjadi

pencetus timbulnya eksim. Stress yang dialami penderita akan membuat

gejala menjadi lebih buruk.

4
Meskipun penyembuhan eksim sangat sulit dilakukan, namun

pada banyak kasus, pasien dapat mengurangi terjadinya kekambuhan

dengan melakukan pengobatan yang tepat dan menghindari iritan/alergen

yang menyebabkan eksim. Perlu diingat, penyakit ini tidak menular dan

tidak akan menyebar dari satu orang ke orang yang lain.

Penyebab dermatitis kadang–kadang tidak diketahui sebagian besar

merupakan respon kulit terhadap agen-agen yang beraneka ragam,

misalnya

1. Zat kimia, protein, bakteri, dan fungus

2. Alergi terhadap debu, serbuk sari tanaman / bulu hewan

3. Alergi / toleransi terhadap makanan tertentu

4. Pemakaian kosmetik dan perhiasan imitasi

5. Virus dan infeksi lain

Penyebab tidak diketahui. Biasanya merupakan manifestasi sekunder

dari adanya pruritus atau garukan pada kulit yang sensitif. Keadaan yang

dapat mengawali timbulnya eksema adalah sebagai berikut:

1. Kulit yang kering akibat cuaca dingin

2. Berkeringat akibat panas atau udara yang lembab

3. Kontak kulit dengan makanan/bahan makanan tertentu,

4. Bahan pakaian yang iritatif

5. Sabun tertentu

6. Stress.

5
Penyebab dyshidrotic eczema belum diketahui dengan pasti. Dyshidrotic

eczema sering timbul bersamaan dengan penyakit kulit lain misalnya dermatitis

atopik, dermatitis kontak, alergi terhadap bahan metal, infeksi dermatofita, infeksi

bakteri, lingkungan dan stres. Menurut Burdick (2004), ada beberapa faktor yang

mungkin berperan dalam menyebabkan dyshidrotic eczema dan pompholyx,

yaitu:

1. Faktor genetik : Kembar monozigot dapat secara serentak

dipengaruhi oleh dyshidrotic eczema.


2. Atopy : Sebanyak 50% pasien dengan dyshidrotic eczema

dilaporkan baik secara personal maupun keluarga mempunyai atopy

diatesis (eksema, asma, hay fever, rinitis alergika)


3. Serum IgE akan meningkat, sekalipun pasien dan keluarga tidak

mempunyai riwayat atopy.


4. Dyshidrotic eczema bisa merupakan manifestasi awal dari diatesis

atopy.
5. Sensitif terhadap nikel : Ini mungkin faktor yang signifikan dalam

dyshidrotic eczema namun mempunyai jumlah yang rendah, sedangkan

dalam beberapa studi lain dilaporkan adanya peningkatan terhadap

sensitifitas terhadap nikel.


6. Diet rendah nikel : Hal ini dilaporkan dapat menurunkan frekuensi

dan keparahan dari dyshidrotic eczema.


7. Reaksi id : Timbulnya dyshidrotic eczema tidak selalu

berhubungan dengan paparan bahan kimia yang peka atau metal

(misalnya kromium, kobalt, karbomix, fragande mix,

diaminodiphenylmethana, parfum, fragrances dan balsem dari Peru).


8. Infeksi jamur.
9. Stres emosi : Merupakan faktor yang paling memungkinkan

menyebabkan dyshidrotic eczema. Banyak pasien melaporkan adanya

6
pompholyx berulang selama periode stres. Perbaikan dyshidrotic eczema

menggunakan biofeedback untuk mengurangi stres.

10. Faktor lain : Faktor yang dilaporkan bisa menyebabkan dyshidrotic

eczema antara lain rokok, kontrasepsi oral, aspirin dan implan metal.

2.4 Patofisiologi

Dermatitis atau Eksema merupakan reaksi alergi tipe 4 yakni respon

lambat tipe tuberculin yang bersifat cell mediated reaksi spesifik memerlukan

beberapa jam mencapai maksimum. Klinis biasanya baru tampak respon

sesudah 24 – 48 jam. Pada reaksi antara antigen dan antibody terjadi

pembebasan berbagai mediator farmakologik. Misalnya histamine, serotonin,

bradikinin, asetikoline, heparin, dan anafilaktosin.

1. Dermatitis Kontak
Terdapat 2 tipe dermatitis kontak yang disebabkan oleh zat yang

berkontak dengan kulit yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis

kontak alergik.Dermaitis Kontak Iritan :Kulit berkontak dengan zat iritan

dalam waktu dan konsentrasi cukup, umumnya berbatas relatif tegas.

Paparan ulang akan menyebabkan proses menjadi kronik dan kulit

menebal disebut skin hardering.Dermatitis Kontak Alergik :Batas tak

tegas. Proses yang mendasarinya ialah reaksi hipersensitivitas.

Lokalisasi daerah terpapar, tapi tidak tertutup kemungkinan di daerah

lain.

2. Dermatitis Atopik
Bersifat kronis dengan eksaserbasi akut, dapat terjadi infeksi sekunder.

Riwayat stigmata atopik pada penderita atau keluarganya.


3. Dermatitis Numularis

7
Kelainan terdiri dari eritema, edema, papel, vesikel, bentuk numuler,

dengan diameter bervariasi 5 – 40 mm. Bersifat membasah (oozing),

batas relatif jelas, bila kering membentuk krusta. bagian tubuh.


4. Dermatitis Statis
Akibat bendungan, tekanan vena makin meningkat sehingga

memanjang dan melebar. Terlihat berkelok-kelok seperti cacing

(varises). Cairan intravaskuler masuk ke jaringan dan terjadilah edema.

Timbul keluhan rasa berat bila lama berdiri dan rasa kesemutan atau

seperti ditusuk-tusuk. Terjadi ekstravasasi eritrosit dan timbul purpura.

Bercak-bercak semula tampak merah berubah menjadi hemosiderin.

Akibat garukan menimbulkan erosi, skuama. Bila berlangsung lama,

edema diganti jaringan ikat sehingga kulit teraba kaku, warna kulit lebih

hitam
5. Dermatitis Seiboroika
Merupakan penyakit kronik, residif, dan gatal. Kelainan berupa skuama

kering, basah atau kasar; krusta kekuningan dengan bentuk dan besar

bervariasi.Tempat kulit kepala, alis, daerah nasolabial belakang telinga,

lipatan mammae, presternal, ketiak, umbilikus, lipat bokong, lipat paha

dan skrotum.Pada kulit kepala terdapat skuama kering dikenal sebagai

dandruff dan bila basah disebutpytiriasis steatoides ; disertai kerontokan

rambut. Lesi dapat menjalar ke dahi, belakang telinga, tengkuk, serta

oozing (membasah), da menjadi nkeadaan eksfoliatif generalisata. Pada

bayi dapat terjadi eritroderma deskuamativa atau disebut penyakit

Leiner.

2.5 Manifestasi Klinis

8
Dimanapun lokasi timbulnya dermatitis, gejala utama yang dirasakan

pasien adalah gatal. Terkadang rasa gatal sudah muncul sebelum ada tanda

kemerahan pada kulit. Gejala kemerahan biasanya akan muncul pada wajah,

lutut, tangan dan kaki. Namun tidak menutup kemungkinan kemerahan muncul

didaerah lain. Daerah yang terkena akan terasa sangat kering, menebal atau

keropeng. Pada orang kulit putih daerah ini pada mulanya akan berwarna merah

muda lalu berubah menjadi coklat. Sementara itu pada orang dengan kulit lebih

gelap, dermatitis akan mempengaruhi pigmen kulit, sehingga daerah dermatitis

akan tampak lebih terang atau lebih gelap.

Subjektif pada tanda-tanda radang akut, terutama pruritus ( sebagai pengganti

dolor ). Selain itu juga terdapat kenaikan suhu ( kalor ), kemerahan ( rubor ),

edema atau pembengkakan dan gangguan fungsi kulit ( fungsiolesa )

Eksim adalah kelainan kulit dengan ciri peradangan atau bengkak, kemerahan,

dan rasa gatal. Walaupun tidak menular, kelainan ini menyebabkan rasa tidak

nyaman pada bagian kulit yang terkena.

Eksim umumnya terjadi pada masa kanak – kanak, misalnya pada bayi dan anak

usia muda serta tidak menutup kemungkinan terjadi pada orang dewasa.

Penyebab eksim adalah ketidakmampuan kulit dalam melakukan perbaikan

terhadap kerusakan sehingga kulit menjadi rawan terhadap kuman dan

bakteri. Ketidakmampuan ini disebabkan oleh mutasi pada sebuah gen

bernama filaggrin. Untuk melakukan perbaikan terhadap kerusakan, kulit

membutuhkan sepasang filaggrin sementara orang-orang dengan eksim

hanya memiliki satu filaggrin.

9
Dermatitis juga dikaitkan dengan respon imun yang terlalu aktif terhadap

suatu iritan. Gejala pada eksim merupakan respon tubuh terhadap suatu

iritasi sehingga menimbulkan kekambuhan dan ruam. Eksim juga umumnya

terjadi pada keluarga dengan riwayat asma dan alergi.

Walaupun penyebabnya belum dapat dipastikan, ada beberapa faktor risiko

yang dapat memicu eksim, yaitu:

 Stress

 Rasa panas dan keringat berlebih

 Rasa dingin dan iklim kering

 Kulit kering

 Kontak dengan bahan-bahan kasar dan iritan seperti sabun

dan kain sintetis

 Wajah dan kulit kepala

 Tangan (terutama jari tangan)

 Bagian dalam siku

 Bagian belakang lutut

 Kaki

 Menggaruk kulit sehingga kulit mengalami luka atau iritasi.

 Kulit yang kering.

 Infeksi bakteri dan virus.

 Cuaca panas dan perubahan tingkat kelembapan.

10
 Keringat tubuh.

 Cairan pelarut, pembersih, sabun, dan deterjen.

 Makanan seperti telur, susu, kacang, kedelai, dan ikan. Terutama

dampaknya kepada bayi dan anak kecil.

 Debu dan serbuk sari.

 Asap rokok dan polusi udara.

 Pakaian, selimut atau karpet dari bahan wol.

 Mencoba sebisa mungkin untuk tidak menggaruk area yang gatal.

Apabila sudah tidak tertahankan, gosok daerah yang gatal dengan lembut

tanpa menggunakan kuku.

 Hindari paparan udara atau air yang terlalu panas ataupun terlalu

dingin, karena kondisi yang ekstrem dapat memicu iritasi.

 Gantilah sabun mandi Anda dengan sabun mandi yang

mengandung pelembap (emolien).

 Gunakanlah pakaian berbahan katun, karena lebih lembut untuk

kulit.

 Bilas baju setelah dicuci dengan deterjen hingga bersih, karena

kandungan dalam deterjen diduga dapat mengiritasi kulit.

BAB III

PEMBAHASAN

11
3.1 Kasus Ekzeima (eksim)

Anda merawat pasien dengan ekzima, anda menggunakan lidi kapas untuk

mengoles obat tersebut ke pasien, namun pasien menunjukkan muka yang tidak

bersahabat, setelah anda kaji ternyata pasien merasa terhina karena seolah –

olah anda jijik dengan penyakitnya.

Kaitkan dengan dilema dan prinsip etis serta metode pemecahan masalah.

3.2 Pembahasan Kasus

Dilema etik keperawatan merupakan suatu masalah yang melibatkan dua atau

lebih landasan moral suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini

merupakan kondisi dimana setiap alternatif memiliki landasan moral atau prinsip.

Pada dilema etik ini, sukar untuk menentukan mana yang benar atau salah serta

dapat menimbulkan stres pada perawat karena perawat tahu apa yang harus

dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk melakukannya. Dilema etik bisa timbul

akibat nilai – nilai perawat, klien, atau lingkungan tidak lagi menjadi kohesif

sehingga timbul pertentangan dalam mengambil keputusan. Pada saat

berhadapan dengan dilema etik terdapat juga dampak emosional seperti rasa

marah, frustasi, dan takut saat proses pengambilan keputusan rasional yang

harus dihadapi , ini membutuhkan kemampuan interaksi dan komunikasi yang

baik dari seorang perawat.

Dalam kasus ini perawat mengalami dilema keperawatan karena yang kita

ketahui penyakit ekzima bukan penyakit menular, walaupun penyakit ekzima

tidak menular namun kita sebagai perawat harus mempunyai perlindungan diri

terhadap diri sendiri karena bisa saja penyakit tersebut jika terkena kulit perawat

yang terinfeksi bakteri seperti MRSA, Staph, atau virus herpes maka

12
kemungkinan perawat akan tertular penyakit tersebut jika mengoleskan krim

langsung dengan menggunakan tangan, namun jika perawat tetap menggunakan

alat bantu untuk mengoleskan krim tersebut ke kulit maka pasien akan merasa

bahwa perawat jijik dengan keadaannya dan pasti merasa tidak dihormati. Disini

perawat merasa dilema dan sebagai seorang perawat harus mengambil

keputusan yang tepat bagi pengobatan pasien tersebut yaitu dengan prinsip etika

keperawatan. Prinsip etika keperawatan ada 8, yaitu :

1. Otonomi (Autonomi) prinsi otonomi didasarkan pada keyakinan

bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan

sendiri. Orang dewasa mampu memutuskan sesuatu dan orang lain harus

menghargainya. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan

individu yang menuntut pembedaan diri. Salah satu contoh yang tidak

memperhatikan otonomi adalah Memberitahukan klien bahwa keadaanya

baik,padahal terdapat gangguanatau penyimpangan

2. Beneficence (Berbuat Baik) prinsip ini menentut perawat untuk

melakukan hal yan baik dengan begitu dapat mencegah kesalahan atau

kejahatan. Contoh perawat menasehati klien tentang program latihan untuk

memperbaiki kesehatan secara umum, tetapi perawat menasehati untuk

tidak dilakukan karena alasan resiko serangan jantung.

3. Justice (Keadilan) nilai ini direfleksikan dalam praktek professional

ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar

praktik dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan

kesehatan. Contoh ketika perawat dinas sendirian dan ketika itu ada klien

baru masuk serta ada juga klien rawat yang memerlukan bantuan perawat

13
maka perawat harus mempertimbangkan faktor-faktor dalam faktor

tersebut kemudian bertindak sesuai dengan asas keadilan.

4. Non-maleficence (tidak merugikan) prinsi ini berarti tidak

menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien. Contoh ketika

ada klien yang menyatakan kepada dokter secara tertulis menolak

pemberian transfuse darah dan ketika itu penyakit perdarahan (melena)

membuat keadaan klien semakin memburuk dan dokter harus

mengistrusikan pemberian transfuse darah. akhirnya transfuse darah ridak

diberikan karena prinsi beneficence walaupun pada situasi ini juga terjadi

penyalahgunaan prinsi nonmaleficince.

5. Veracity (Kejujuran) nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat

namun harus dimiliki oleh seluruh pemberi layanan kesehatan untuk

menyampaikan kebenaran pada setia klien untuk meyakinkan agar klien

mengerti. Informasi yang diberikan harus akurat, komprehensif, dan

objektif. Kebenaran merupakan dasar membina hubungan saling percaya.

Klie memiliki otonomi sehingga mereka berhak mendapatkan informasi

yang ia ingin tahu. Contoh Ny. S masuk rumah sakit dengan berbagai

macam fraktur karena kecelakaan mobil, suaminya juga ada dalam

kecelakaan tersebut dan meninggal dunia. Ny. S selalu bertanya-tanya

tentang keadaan suaminya. Dokter ahli bedah berpesan kepada perawat

untuk belum memberitahukan kematian suaminya kepada klien perawat

tidak mengetahui alasan tersebut dari dokter dan kepala ruangan

menyampaikan intruksi dokter harus diikuti. Perawat dalam hal ini

dihadapkan oleh konflik kejujuran.

14
6. Fidelity (Menepati janji) tanggung jawab besar seorang perawat

adalah meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan

kesehatan, dan meminimalkan penderitaan. Untuk mencapai itu perawat

harus memiliki komitmen menepati janji dan menghargai komitmennya

kepada orang lain.

7. Confidentiality (Kerahasiaan) kerahasiaan adalah informasi

tentang klien harus dijaga privasi klien. Dokumentasi tentang keadaan

kesehatan klien hanya bisa dibaca guna keperluan pengobatan dan

peningkatan kesehatan klien. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan

harus dihindari.

8. Accountability (Akuntabilitasi) akuntabilitas adalah standar yang

pasti bahwa tindakan seorang professional dapat dinilai dalam situasi yang

tidak jelas atau tanda tekecuali. Contoh perawat bertanggung jawab pada

diri sendiri, profesi, klien, sesame teman sejawat, karyawan, dan

masyarakat. Jika perawat salah memberi dosis obat kepada klien perawat

dapat digugat oleh klien yang menerima obat, dokter yang memberi tugas

delegatif, dan masyarakat yang menuntut kemampuan professional.

Prinsip kode etik yang diambil adalah justice (keadilan) disini sebagai seorang

perawat tidak boleh membedakan antara pasien yang kaya ataupun miskin,

pasien dengan penyakit parah atau tidak, kita sebagai tenaga medis harus

memberikan pelayanan keperawatan yang profesional dan berkualitas sesuai

dengan kebutuhan pasien.

15
Metode pemecahan masalah yang dapat diambil adalah dengan perawat

memberikan penjelasan tentang penyakit pasien dan metode cara pengobatan

yang dilakukan oleh perawat agar pasien paham atas pelayanan apa yang

diberikan oleh perawat kepada dirinya sehingga tidak timbul salah paham antar

kedua belah pihak.

16
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dermatitis atau Eksema adalah istilah yang luas yang mencakup berbagai

gangguan yang semua mengakibatkan ruam, merah gatal. Beberapa jenis

dermatitis hanya mempengaruhi bagian tertentu dari tubuh, sedangkan yang lain

dapat terjadi di mana saja. Beberapa jenis dermatitis memiliki penyebab yang

diketahui, sedangkan yang lainnya tidak. Namun, penyakit dermatitis atau

Eksema selalu berhubungan dengan kulit yang bereaksi terhadap kekeringan

berat, menggaruk, zat iritasi, atau alergen. Biasanya, substansi yang datang

dalam kontak langsung dengan kulit, tetapi kadang-kadang substansi juga

datang karena ditelan (seperti alergi makanan). Dalam semua kasus, menggaruk

terus menerus atau menggosok akhirnya dapat menyebabkan penebalan dan

pengerasan kulit.

4.2 Saran

Sebaiknya dalam mengambil keputusan dalam memberikan asuhan

keperawatan kepada pasien, seorang perawat harus dapat memahami prinsip

etika keperawatan agar dalam mengambil keputusan yang bijak dan sesuai.

17
DAFTAR PUSTAKA

Siregar. 2013. Penyakit Jamur Kulit. Jakarta. EGC

Marwali Harahap. 2010. Penyakit Kulit. Jakarta. PT Gramedia

Petrus Andrianto. 2013. Steroid Topikal Untuk Penyakit Kulit. Jakarta. EGC

18

Anda mungkin juga menyukai