Anda di halaman 1dari 13

Peranan Hormon – hormon dalam Mengatur

Pertumbuhan Manusia

Ezra Pandapotan Butar Butar

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat.

Telepon: (021) 56942061, Faxmile: (021) 5631731

e-mail: ezra.2016fk041@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak
Karbohidrat, Protein, dan Lemak. 3 komponen inilah yang menjadi dasar manusia
untuk memiliki energi. Selain untuk membuat energi ketiga unsur ini juga mendukung
tumbuh kembang seorang manusia, dari bayi hingga dia meninggal atau mengalami kematian
sel. Tentu dalam setiap komponen dari 3 bahan tersebut memliki ketentuan kepemilikan yang
harus ada dalam tubuh, tidak boleh berlebih ataupun berkurang.Perkembang tubuh manusia
terpesat dialami pada saat pubertas. Dan dalam perkembangan tubuh Manusia tidak
semuanya sempurna, pasti ada yang memiliki kelainan, kelainan terjadi tentu bisa dari
berbagai faktor.

Kata Kunci : Karbohidrat, Lemak, Protein, dan Tumbuh Kembang Manusia

Abstract
Carbohydrates, Proteins, and Fats. These 3 components are the basis of humans to have
energy. In addition to making energy these three elements also support the growth of a human
being, from the baby until he died or experienced cell death. Of course, in every component
of the three materials have provisions of ownership that must exist in the body, should not be
excessive or diminished.Perkembang human body experienced the fastest at the time of
puberty. And in the development of the human body is not all perfect, there must have a
disorder, abnormalities occur of course can be of various factors.
Keywords : Carbohydrates, Fats, Proteins, and Growing Human Development

1
Pendahuluan

Selama masa pertumbuhan tubuh kita akan mengalami beberapa perubahan, salah

satunya adalah perubahan tinggi badan. Tinggi badan kita akan terus naik sampai tahap

remaja selesai. Peristiwa ini dipengaruhi atau diatur juga oleh hormon dalam tubuh kita.

Hormon merangsang pertumbuhan dalam tubuh kita untuk terus berjalan. Hormon ini harus

memiliki batasan yang pas, agar pertumbuhan tidak berlebihan maupun kekurangan. Karena

jika berlebihan atau kekurangan maka akan terjadi kelainan dalam masa pertumbuhan kita.

Hormon yang berperan dalam pertumbuhan kita terdiri dari beberapa hormon, namun hormon

yang paling berperan adalah Growth Hormone (GH). Hormon ini diproduksi di dalam tubuh

kita. Berikut ini adalah penjelasan lebi dalam mengenai hormon – hormon yang berperan

dalam mempengaruhi pertumbuhan tubuh kita.

Sistem Endokrin

Sistem endokrin terdiri dari kelenjar endokrin tanpa duktus atau saluran yang tersebar

diseluruh tubuh. Meskipun kelenjar endokrin secara anatomis tidak berhubungan namun

secara fungsional kelenjar-kelenjar tersebut membentuk suatu sistem. Semua kelenjar

endokrin melaksanakan fungsinya dengan mengeluarkan hormon ke dalam darah. Setelah

dikeluarkan, hormon mengalir ke dalam darah ke sel sasaran di tempat yang jauh, tempat

bahan ini mengatur atau mengarahkan fungsi tertentu.1

Fungsi keseluruhan sistem endokrin, yaitu:

1. Mengatur metabolisme organik serta keseimbangan H2O dan elektrolit, yang secara

kolektif penting dalam mempertahankan lingkungan internal yang konstan.

2. Menginduksi perubahan adaptif untuk membantu tubuh menghadapi situasi stres.

3. Mendorong tumbuh kembang yang lancar dan berurutan.

4. Mengontrol reproduksi.

5. Mengatur produksi sel darah merah.

2
6. Bersama sistem saraf otonom , mengontrol dan mengintegrasikan sirkulasi dan

pencernaan serta penyerapan makanan.

Hipofisis

Hipofisis atau kelenjar pituitari, adalah sebuah kelenjar endokrin yang menghasilkan

sejumlah hormon yang penting untuk mengatur metabolisme, pertumbuhan, dan reproduksi.

Hipofisis terletak pada dasar hipotalamus otak (batang: infidibulum) dan panjangnya sekitar

1cm, lebar 1-1.5cm, dan tebal 0.5cm, dengan berat sekitar 0.5g. Terdapat dua lobus yaitu

lobis anterior dan posterior.2

Gambar 1. Kelenjar Hipofisis3

Hipofisis Anterior

Asal hipofisis anterior ini adalah pertumbuhan, envaginasi (kantong Rathke),

epithelium pada bagian dasar rongga mulut premitif. Lobus anterior (adeno-hipofisis)

kelenjar, terdiri dari pars distalis, merupakan tonjolan lobus anterior; pars tuberalis, pada

manusia akan tereduksi menjadi lempeng tipis sel-sel epithelial pada bagian superior pars

distalis dan bagian ini merupakan bagian yang paling vascular; serta pars intermedia, yang

bersebelahan dengan pars distalis. 2

3
Lobus anterior tidak memiliki hubungan saraf langsung dengan hipotalamus. Hanya

rangsangan dari hipotalamus-lah yang akan menyebabkan sekresi hormon berlangsung. Pusat

saraf pada hipotalamus menyebabkan pelepasan hormon. Pelepasan ini mengalir melalui vena

porta dengan darah dan menyebabkan sel-sel hipofisis melepaskan hormon-hormonnya. 2,3

Sel-sel dari hipofisis anterior dikelompokan sesuai dengan pewarnaan granula.

Granula merupakan bukti yang dapat dilihat dari pembentukan hormon. Sel-sel itu adalah

kromofob yang memiliki granula halus dan sel-sel di dalamnya dalam keadaan istirahat;

basofil (dengan pewarnaan dasar zat) berfungsi untuk mensekresi hormone trofik, yang

mempengaruhi kelenjar lain seperti tiroid; serta asidofil (dengan pewarnaan asam) berfungsi

untuk menghasilkan hormon pertumbuhan dan prolaktin. 2-4

Suplai darah ke lobus anterior hipofisis adalah tidak langsung. Arteri hipofisis

superior (cabang a.carotis interna) memasuki bagian tengah tonjolan hipotalamus dan batang

infidibulum sehingga membentuk jaring-jaring kapilar pertama. Jaring ini dialiri vena portal

hipofisis yang menjadi awal dari jaring kapilar kedua di bagian bawah lobus anterior.

Disinilah terjadi sistem portal hipotalamus-hipofisis. 3,4

Kelenjar Tiroid

Kelenjar tiroid terdiri dari 2 lobus jaringan endokrin yang dihubungkan di tengah oleh

suatu bagian sempit kelenjar sehingga organ ini tampak seperti dasi kupu-kupu yang terletak

diatas trakea dan tepat dibawah laring. Sel-sel sekretorik utama tiroid, yang dikenal sebagai

sel folikel, tersusun membentuk bola-bola berongga yang masing-masing membentuk 1 unit

fungsional yang dinamai folikel. Pada potongan mikroskopik folikel tampak sebagai cincin

sel-sel folikel mengelilingi suatu lumen dibagian dalam yang terisi oleh koloid, bahan yang

berfungsi sebagai tempat penyimpanan ekstrasel untuk hormon tiroid.1

4
Konstituen utama koloid adalah suatu molekul protein besar yang dikenal sebagai

tiroglobulin, yang berikatan dengan hormon-hormon tiroid dalam berbagasi stadium sintesis.

Sel folikel menghasilkan 2 hormon yang mengandung iodium yang berasal dari asam amino

tirosin, yaitu tetraiodotironin (T4 atau tiroksin) dan triiodotironin(T3). Kedua hormon tersebut

merupakan hormon tiroid yang berfungsi sebagai regulator penting laju metabolik

basal(BMR) keseluruhan.1

Gambar 2. Kelenjar Tiroid3

Diruang intersisium di antara folikel-folikel terselip sel C yang mengeluarkan hormon

peptida kalsitonin. Kalsitonin berperan dalam metabolisme kalsium serta sama sekali tidak

berkaitan dengan 2 hormon tiroid lainnya.1

Hormon – hormon yang Berperan

Hormon adalah zat yang dihasilkan oleh suatu kelenjar endokrin, disekresikan ke

dalam darah, dan sampai ke sel sasaran jaringan lain dalam tubuh tempat hormon

menimbulkan efek fisiologis.5 Secara umum, hormon di dalam tubuh berfungsi dalam

mengkoordinasikan proses – proses fisiologis dalam tubuh kita. Setidaknya ada beberapa

fungsi utama dari sistem hormon, yaitu mempertahankan keseimbangan tubuh, merespos

5
stress pada tubuh secara cepat, dan mengatur pertumbuhan serta perkembangan tubuh. Dalam

proses pertumbuhan, hormon yang berperan adalah Growth Hormone (GH).

Growth Hormone (GH)

Growth Hormone atau hormon pertumbuhan ini diproduksi oleh kelenjar

hipofisis anterior. Hormon ini mengendalikan pertumbuhan seluruh sel tubuh yang

mampu memperbesar ukuran dan jumlah, disertai efek utama pada pertumbuhan

tulang dan massa otot rangka.6 Hormon GH bertanggung jawab atas pertumbuhan

manusia sejak dari kecil sampai dia tumbuh besar. Setelah manusia sudah bertumbuh

besar, bukan berarti hormon ini tidak berguna, akan tetapi hormon ini bertugas untuk

menjaga agar organ tubuh tetap pada kondisi yang prima.

Fungsi dari hormon ini yang pertama adalah untuk mensintesis protein. GH

mempercepat laju sintesis protein pada seluruh sel tubuh dengan cara meningkatkan

pemasukan asam amino melalui membran sel. Kedua, untuk konservasi karbohidrat.

GH menurunkan laju penggunaan karbohidrat oleh sel – sel tubuh, dengan demikian

menambah kadar glukosa darah. Ketiga, untuk mobilisasi simpanan lemak. GH

menyebabkan peningkatan mobilisasi lemak dan pemakaian lemak untuk energi.

Keempat, untuk stimulasi pertumbuhan rangka. GH menyebabkan hati memproduksi

somato medin, sekelompok faktor pertumbuhan dependen hipofisis yang sangat

penting untuk pertumbuhan tulang dan kartilago.

6
Gambar 3. Kontrol Sekresi Hormon Pertumbuhan1

Pengaturan sekresi GH terjadi melalui sekresi dua hormon antagonis, yaitu:

1. Stimulus untuk pelepasan

a.) Hormon pelepas hormon pertumbuhan (Growth Hormone Releasing

Hormone / GHRH) dari hipotalamus dibawa melalui saluran portal

7
hipotalamus – hipofisis menuju hipofisis anterior, tempatnya

menstimulasi sintesis dan pelepasan GH.

b.) Stimulus tambahan untuk pelepasan GH meliputi stress, malnutrisi, dan

aktivitas yang merendahkan kadar gula darah, seperti puasa dan olah

raga.

2. Inhibisi pelepasan

a.) Sekresi GHRH dihambat oleh peningkatan kadar GH dalam darah

melalui mekanisme umpan balik negatif.

b.) Somatostatin, hormon penghambat hormon pertumbuhan (Growth

Hormone Inhibiting Hormone / GHIH) dari hipotalamus dibawa

menuju hipofisis anterior melalui sistem portal. Hormon ini

menghambat sintesis dan pelepasan GH.

c.) Stimulus tambahan untuk inhibisi GH meliputi obesitas dan

peningkatan kadar asam lemak.

Hormon GH juga dapat mempengaruhi metabolisme lain dalam tubuh,

diantaranya metabolisme karbohidrat, metabolisme protein, dan metabolisme lemak.

Dalam metabolisme karbohidrat, hormon GH membuat berkurangnya pemakaian

glukosa untuk mendapatkan energi, menbaikkan pengendapan glukosa di dalam sel,

mengurangi ambilan glukosa oleh sel, menaikkan sekresi insulin, serta menurunkan

sensitivitas terhadap insulin. Dalam metabolisme protein, hormon GH menaikkan

hampir semua ambilan asam amino dan sintesis protein oleh sel, dan pada saat yang

sama GH mengurangi pemecahan protein. Dan pada metabolisme lemak, hormon GH

menyebakan pelepasan asam lemak dari jaringan adiposa.

8
Hormon tiroid

Terdapat dua hormon tiroid, yaitu tiroksin (T3) dan triyodotironin (T4) yang

memiliki efek nyata pada kecepatan metabolisme tubuh, mempertahankan tingkat

metabolisme di berbagai jaringan agar optimal sehingga berfungsi secara normal.

Terdapat dua cara, yaitu merangsang hampir setiap jaringan tubuh untuk

menghasilkan protein, dan meningkatkan jumlah oksigen yang dipakai sel. Selain itu,

kedua hormon tiroid ini memiliki fungsi untuk merangsang pertumbuhan pada anak-

anak.

Pada anak-anak yang sedang tumbuh, hormon tiroid memiliki pengaruh yang

besar terhadap pertumbuhan tulang. Jika anak tersebut menderita hipotiroid

(kekurangan hormone tiroid), maka pertumbuhannya akan terhambat. Sebaliknya, jika

anak tersebut menderita hipertiroid maka anak tersebut akan menjadi lebih tinggi

dibandingkan normalnya. Akan tetapi, bila epifisis menutup pada usia yang lebih

awal, akan memungkinkan anak tersebut memiliki tubuh yang lebih pendek pada saat

dewasa.

Hormon tiroid meningkatkan pertumbuhan tulang dengan cara yang sama

seperti meningkatkan pertumbuhan pada semua jaringan pembentukan tubuh lain. Hal

ini mungkin merupakan akibat dari efek hormon tiroid dalam pembentukan protein.

Pada sisi lain, hormon tiroid berfungsi mempercepat penutupan epifisis. Oleh karena

itu, anak-anak yang berada di bawah pengaruh hormon tiroid mula-mula akan

bertumbuh dengan cepat, namun kemudian akan berhenti pertumbuhannya pada usia

yang jauh lebih muda dibanding teman seusianya. Akhirnya, tinggi badannya kurang

dari normal. Namun, apabila tidak ada hormon tiroid pada masa kanak-kanak, akan

memperlambat pertumbuhan dan perkembangan normal.7 Apabila konsentrasi hormon

9
tiroid ini tinggi, maka aktifitas osteoklas menyebabkan tulang menjadi keropos

(osteoporosis).

Gambar 4. Regulasi Sekresi Hormon Tiroid1

Fungsi tiroid ini diatur oleh hormon perangsang tiroid (TSH) hipofisis, di bawah

kendali hormone pelepas tirotropin (TRH) hipotalamus, melalui sistem umpan balik

hipofisis-hipotalamus. Sistem ini mengacu pada kedua jaring kapilar di atas (satu hipotalamus

dan satu lagi dalam adeno-hipofisis) dan vena yang terletak diantara keduanya. Melalui

sistem ini, hormon yang di produksi di hipotalamus akan langsung dibawa ke adeno-hipofisis

tanpa masuk ke sirkulasi darah besar. 2

10
Kelainan yang Terkait

Hormon Pertumbuhan (Growth Hormone)

 Kekurangan Hormon Pertumbuhan

Kekurangan hormon pertumbuhan dapat disebabkan oleh defek pada hipofisis

anterior (hiposekresi) atau pun sekunder yaitu disfungsi hipotalamus (defisiensi

GHRH). Akibat dari kekurangan hormon ini pada masa anak-anak yaitu cebol

(dwarfism). Gambaran utamanya yaitu perawakan yang pendek karena retardasi

pertumbuhan tulang. Gambaran penunjang antara lain: gangguan pertumbuhan otot

akibat penurunan sintesis protein otot, mobilisasi lemak sub kutis yang minim.

Pertumbuhan anak tidak sesuai dengan rentang umur yang tepat, contohnya: ketika

berumur 10 tahun, mempunyai tinggi badan yang seharusnya dimiliki oleh anak

berumur 5 tahun.

Selain itu dikenal tipe kelainan lain yaitu cebol laron (laron dwarfism).Pada

kelainan ini, gambaran yang tampak pada penderita sama dengan penderita dengan

defisiensi hormon pertumbuhan. Tetapi, pada penderita cebol laron ini, kadar hormon

pertumbuhan dalam darahnya adekuat seperti orang normal. Cebol laron seperti yang

telah dibahas diatas disebabkan karena sensitivitas reseptor hormon pertumbuhan

menurun sehingga efek dari hormon tersebut tidak tercapai secara optimal. Selain itu,

cebol laron ini memiliki jenis lain dimana disebabkan oleh defisiensi somatomedin.

Dwarfism berkaitan dengan pubertas dimana mempengaruhi sekresi hormon

gonadotropin. Apabila defisiensi hormon pertumbuhan sangat parah, penderita bisa

mengalami kegagalan untuk pubertas. Akan tetapi, konsentrasi hormon pertumbuhan

berada di bawah kadar fisiologis mengalami keterlambatan pubertas. Kekurangan

hormon pertumbuhan pada dewasa (setelah lempeng epifisis menutup) mengalami

11
beberapa gangguan seperti: penurunan kekuatan otot serta penurunan kepadatan

tulang.

 Kelebihan Hormon Pertumbuhan

Hipersekresi hormon pertumbuhan paling sering disebabkan oleh tumor pada

somatotrof. Jika terjadi pada masa anak-anak, gejala utama adalah tinggi yang sangat

mencolok (gigantisme). Tinggi yang bertambah sangat signifikan ini tanpa

mengganggu proporsi tubuh. Kelebihan hormon ini juga mengakibatkan otot yang

membesar dan jaringan-jaringan lain ikut tumbuh besar melebihi kapasitas saat

normal. Oleh karena itu terapi yang diberikan pada penderita gigantisme ini adalah

pengangkatan tumor pada somatotrof (utama) dan pemberian somatostatin

(tambahan).

Jika terjadi pada dewasa, kelainan yang diakibatkan berupa akromegali.

Akromegali ditandai dengan pembesaran ukuran tulang selain tulang pipa. Gejala

yang tampak antara lain: penonjolan tulang rahang dan pipi, jari-jari tangan dan kaki

menebal.8 Komplikasi dari kelainan ini adalah gangguan pada saraf perifer dimana

terjepitnya saraf-saraft tertentu saat pertumbuhan tulang yang berlebihan. Komplikasi

lainnya berupa: gangguan penglihatan dan hipopituitarisme. Gangguan penglihatan

disebabkan posisi kelenjar hipofisis berdekatan dengan kiasma optikus; pertumbuhan

berlebihan menekan daeerah kiasma ini. Tumor dapat berkembang merusak

jaringannya sendiri. Jika dibiarkan dalam waktu yang relatif lama, kelenjar hipofisis

akan rusak sendiri (sangat mengancam hidup manusia).

12
Daftar Pustaka

1. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Jakarta: EGC, 2011. Hal. 725-808.

2. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2004,h.203-5.

3. Broom B. Anatomi dan fisiologi kelenjar endokrin dan sistem persarafan. Ed2.

Jakarta: EGC; 2007,h.7-8.

4. Bloom, Fawcett. Buku ajar histologi. Ed12. Jakarta: EGC; 2002,h.421-3.

5. Marks AD, Smith EC. Biokimia kedokteran dasar. Jakarta: EGC; 2003, h.651.

6. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta : Buku Kedokteran EGC;

2003, h.206.

7. Wong DL, Eaton MH, Wilson D, et all. Buku ajar keperawatan pediatrik wong. Ed6.

Vol1. Jakarta: EGC; 2009,h.127.

8. Sudiono J. Gangguan tumbuh kembang. Jakarta : Buku Kedokteran EGC; 2009, h. 57.

13

Anda mungkin juga menyukai