Perawat adalah salah satu anggota tim discharge planner dan sebagai discharge planner
perawat mengkaji setiap pasien dengan mengumpulkan dan menggunakan data yang berhubungan
untuk mengidentifikasi masalah actual dan potensial, menentukan tujuan dengan atau bersama
pasien dan keluarga, memberikan tindakan khusus untuk mengajarkan dan mengkaji secara individu
dalam mempertahankan atau memulihkan kembali kondisi pasien secara optimal dan mengevaluasi
kesinambungan Asuhan Keperawatan.
Program discharge palnning yang diberikan sejak pasien masuk rumah sakit dapat
meningkatkan perkembangan kondisi kesehatan dan membantu pasien mencapai kualitas hidup
optimum sebelum dipulangkan. Ketidaktahuan atau ketidakmampuan pasien dan keluarga mengenai
cara perawatan di rumah berdampak pada masalah kesehatan atau ketidaksiapan pasien
menghadapi pemulangan setelah pasien dirawat dirumah sakit. Hal tersebut menyebabkan risiko
peningkatan komplikasi dan berakibat kepada hospitalisasi ulang (Potter & Perry,2006).
Perawat menjalankan fungsi dengan berbagai peran antara lain sebagai pemberi perawatan,
pembuat keputusan klinik dan etika, pelindung dan advokat bagi klien, manajer kasus,
rehabilitator,councelor,komunikator dan pendidik (Rumanti,2009). Menurut Orem (2001) dalam
Rondhianto (2012) peran perawat sebagai educator dan councellor selama pasien dilakukan dengan
memberikan discharge planning.
Perencanaan pasien pulang (discharge planning) yang berisi tentang nasehat-nasehat waktu
keluar Rumah Sakit (KRS) terdapat pada lembar resume keperawatan. Dokumnetasi proses asuhan
keperawatan merupakan tampilan perilaku atau kinerja perawat pelaksanas dalam meberikan proses
asuhan keperawatan kepada pasien selama pasien dirawat dirumah sakit. Dokumentasi proses
asuhan keperawatan yang baik dan berkualitas haruslah akurat, lengkap dan sesuai dengan standar.
Apabila kegiatan keperawatan tidak didokumentasikan dengan akurat dan lengkap maka sulit untuk
membuktikan bahwa tindakan keperawatan telah dilakukan dengan benar. (Hidayat,2004).
Pasien yang tidak mendapatkan pelayanan sebelum pemulangan, terutama pasien yang
memerlukan perawatan kesehatan dirumah, konseling kesehatan atau penyuluhan dan pelaayanan
komunitas, biasanya akan kembali keruang kedaruratan dalam 24-48 jam dan kemudian pulang
kembali. Kondisi kekambuhan pasien ini tentunya sangat merugikan pasien, keluarga dan juga rumah
sakit. Rumah sakit yang mengalami kondisi ini lambat laun akan ditinggalkan oleh pelanggan.
Tujuannya juga untuk menyiapkan pasien dan keluarga baik secara fisik,psikologis dan social,
meningkatkan keperawatan yang berkenjutan pada pasien,meningkatkan kemandirian pasien serat
keluarganya, dapat membantu rujukan pasien pada system pelayan yang lain, membantu pasien dan
keluraga memiliki pengetahuan dan keterampilan serta dapat melaksanakan rentang keperawatan
antara Rumah Sakit dn masyarakat.
Discharge Teaching juga bertujuan untuk dapat memahami suatu kondisi penyakit yang dialmai
oleh pasien,melakukan terapi obat secara efektif, mengikuti aturan diet secara hatii-hati, mengatur
level aktivitasnya, mengetahui perawatan yang dilakukan, mengenali kebutuhan istirahatnya,
komplikasi yang mungkin akan dialami serta mengetahui kapan mencari follow up care. Menurut
Moorhouse & Mur (2007) manfaatnya antara lain untuk menurunkan jumlah kekambuhan, penurunan
perawatan ke rumah sakit dan kunjungan keruangan dan membantu pasien untuk memahami
kebutuhan setelah perawatan dan biaya pengobatan.
Adapula prinsip dari Discharge Planning yaitu, mempunyai pengetahuan yang spesifik terhadap
sesuatu proses penyakit dan kondisinya dapat memperkirakan berapa lama recovery pasien,
melibatkan serta selalu berkomunikasi dengan pasien, turut serta dalam menangani masalah
kesulitan, melibatkan suatu proses dalam tim multidisiplin, selalu dapat mengkomunikasikan rencana
yang akan dilakukan dengan tim multidisiplin untuk dapat menghindari adanya suatu kesalahan,
membuat suatu arahan yang tepat, memiliki suatu organisasi, disiplin dan tegas meninjau dan selalu
memperbarui rencana serta selalu memberikan informasi yang akurat terhadap semua yang terlibat.
1. Conditioning Discharge :Pasien pulang sementara atau cuti, keadaan pulang ini dilakukan
apabila kondisi klien baik dan tidak terdapat komplikasi. Klien untuk sementara dirawat di rumah
namun harus ada pengawasan dari pihak rumah sakit atau puskesmas terdekat.
2. Absolute Discharge : Pulang mutlak atau selamanya, cara ini merupakan akhir dadri hubungan
klien dengan rumah sakit. Namun apabila klien perlu dirawat kembali, maka prosedur perawatan
dapat dilakukan kembali.
3. Judicial Discharge : Kondisi pasien pulang paksa, dalam kondisi ini klien diperbolehkan pulang
walaupun kondisi kesehatan tidak memungkinkan untuk pulang, tetapi klien harus dipantau
dengan melakukan suatue kerjasama dengan perawata puskemas terdekat.
Proses Discharge Planning mencakup kebutuhan fisik pasien, psikologis , social, budaya dan
ekonomi. Yang terbagi atas tiga fase, yaitu akut, transisional dan pelayanan berkelanjutan. Pada fase
akut, perhatian utama medis berfokus pada usaha Discharge Planning sedangkan pada pase
transisional, kebutuhan pelayanan akut selalu terlihat, tetapi tingkat urgensinya semakin berkurang
dan pasien mulai dipersiapkan untuk pulang dan merencanakan kebutuhan perawatan masa depan.
Pada fase perencanaan dan pelaksanaan aktivitas perawatan berkelanjutan yang dibutuhkan setelah
pemulangan.
Penatalaksanaan dapat dibedakan dalam dua bagian, yaitu pelaksasnaan yang dilakukan
sebelum hari pemulangan dan penatalaksanaan yang dilakukan pada hari pemulangan.
Persiapan yang dilakukan sebelum hari pemulangan pasien yaitu:
1. Menganjurkan cara untuk merubah keadaan rumah demu memenuhi kebutuhan pasien.
2. Mempersiapkan pasien dan keluarga dengan memberikan informasi tentang sumber-sumer
pelayanan kesehatan komunitas, rujukan dapat dilakukan sekalipun pasien masih dirumah.
3. Setelah menentukan sefala hambatan untuk belajar serta kemauan untuk belajar mengadakan
sesi pengajaran dengan pasien dan keluarga secepat mungkin selama dirawat dirumah sakit
(seperti tnda dan gejala terjadinya komplikasi, kepatuhan terhadap pengobatan, kegunaan alat
medis, perawatan lanjutan, diet, latihan, pembatasan yang disebabkan oleh penyakit atau
pembedahan). Pamflet, buku-buku atau rekaman video dapat diberikan kepada pasien, pasien
juga dapat diberitahu tentang sumber informasi yang ada di internet.
4. Komunikasikan respon pasien dan keluarga terhadap penyuluhan dan usulan perencanaan
pulang kepada anggota tim kesehatan lain yang terlibat dalam perawatan pasien.
5. Penatalaksanaan pada hari pemulangan jika beberapa aktivitas berikut ini dapat dilakukan dengan
efektif. Adapun altivitas yang dilakukan pada hari pemulangan antara lain:
1) Biarkan pasien dan keluarga bertanya dan diskusikan isu-isu yang berhubungan dengan
perawatan dirumah. Kesempatan terakhir untuk mendemonstrasikan kemampuan yang
bermanfaat.
2) Periksa intruksi pemulangan dari dokter, masukan dalam terapi atau kebutuhan alat medis
yang khusus (instruksi harus dituliskan sedini mungkin) mempersiapkan kebutuhan dalam
perjalanan dan sediakan alat yang dibutuhkan sebelum pasien sampai dirumah (seperti
tempat tidur rumah sakit, oksigen, feeding pump).
3) Tentukan apakah pasien dan keluarga telah dipersiapkan dalam kebutuhan transportasi
menuju kerumah.
4) Tawarkan bantuan untuk memakaikan baju pasien dan mengepak semua barang milik
psien, serta jaga privasi pasien sesuai dengan kebutuhan.
5) Periksa seluruh ruangan dan laci untuk memastikan barang-barang pasien. Dapatkan
daftar petinggal barang eberharga yang telah ditandatangani oleh pasien, dan
instruksikan penjaga atau administrator yang tersedia untuk menyampaikan barang
berharga kepada pasien.
6) Persiapkan pasien dengan resep pengobatan psien sesuai yang di instruksikan oleh
dokter dan lakukan pemeriksaan terakhir untuk kebutuhan informasi atau fasilitas
pengobatan untuk administrasi diri.
7) Berikan informasi tentang petunjuk untuk janji follow up ke kantor dokter.
8) Dapatkan kotak untuk memindahkan barang pasien.
9) Bantu pasien menuju kursi roda dan gunakan sikap tubuh dan teknik pemindahan yang
sopan.
10) Pelaporan waktu pemulanan pasien ke departemen pendaftaran.
Pasien akan dijamin tentang:intruksi yang adekuat mengenai keterampilan penting yang
diperlukan dirumah, investigasi dan koreksi berbagai bahaya dillingkungan rumah, support emosional
yang adekuat, investigasi sumber sumber dukungan ekonomi, investigasi transportasi yang akan
digunakan klien. Pasien dan keluarga dapat mengetahui tujuan perawatan yang akan dilakukan
dirumah, serta mampu mendemonstrasikan cara perawatan secara benar. Pasien pun akan dapat
mendeskripsikan bagaimana penyakitnya atau kondisinya yang terkait dengan fungsi tubuh,
mendeskripsikan makna penting untuk memelihara derajar kesehatan atau mencapaai derajat
kesehatan yang lebih tinggi. Pasien dapat mengetahui waktu dan tempat untuk control kesehatan,
mengetahui dimana dan siapa yang dapat dihubungi untuk membantu perawatan dan
pengobatannya, serta pasien diharapkan mampu mendeskripsikan tujuan pemberian diet,
mercenakan jenis jenis menu yang sesuai dengan dietnya.
DAFTAR PUSTAKA
HarperE.A.(1998). Discharge Planning: An interdisciplinary method.
Silverbergpress:Cichago,IL.
Potter, P.A. & Perry,A.G (2006). Fundamental of Nursing; Konsep proses dan praktik, 4th
ed.USA: Elsevier Mosby.
Zwicker, D., & Picariello, G., (2003) Discharge Planning for the older adult. Dikutip tanggal
14 februari 2010 dari http://www.guideline.gov
Marquis, Bessie L, dkkLeadership Roles and Management Functions in They and Application
Kozier, B., el al. 2004. Fundamentals of Nursing Concepts Process and Practice. 1 st volume,
6 th edition. New Jersey : Pearson/pretice Hall.