Anda di halaman 1dari 19

1.

Analisa Mengenai Perekonomian Dunia


Kata “Globalisasi” diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal atau
internasional. Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama
dengan internasionalisasi sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan, tetapi tidak
dengan istilah universalisasi. Namun istilah globalisasi mungkin lebih mantap untuk
menunjukkan berkurangnya peran negara atau batas-batas negara. Dari arti katanya sendiri
dapat dikatakan bahwa globalisasi adalah satu proses peningkatan keterkaitan dan
ketergantungan antarmanusia dan antarbangsa di seluruh dunia melalui aliran modal
(investasi), tenaga kerja, perdagangan,dan interaksi lainnya seperti perjalanan, budaya
populer danlain-lainsehingga batas-batas satu negara menjadi bias. Untuk melihat kaitan
globalisasi dengan perekonomian Indonesia, kita harus memperhatikan bagaimana aliran-
aliran tersebut terjadi baik di dalam negeri Indonesia maupun dengan negara lain.
1.1. Aliran Modal
Aliran modal dari luar negeri sudah terjadi sejak jaman penjajahan Belanda
melalui penanaman modal oleh perusahaan asing Belanda di Indonesia termasuk di
bidang transportasi, perdagangan, perkebunan, perbankan dan sebagainya. Pada masa
pemerintahan Sukarno diadakan nasionalisasi terhadap perusahaan asing (terutama
milik swasta asing Belanda) dan tidak diperkenankan modal asing masuk ke
Indonesia. Nasionalisasi perusahaan swasta asing ini dilaksanakan sekitar 1957/58,
namun tidak lama kemudian pemerintahan Sukarno jatuh digantikan oleh Suharto.
Presiden Suharto malah mengundangkan UUPMA (Undang-undang Penanaman
Modal Asing) pada tahun 1971 yang berarti mengundang pengusaha asing untuk
beroperasi di Indonesia. Tidak cuma pengusaha swasta asing yang berdatangan ke
Indonesia seperti misalnya McDonald, KFC, perusahaan-perusahaan Eropa, Freeport
dan Exxon dari Amerika Serikat, Unilever dari Belanda, British Petroleum dari
Inggris dan banyak lagi tetapi juga bank asing diperkenankan beroperasi di Indonesia.
Investasi asing langsung dan porto folio diperlancar dengan adanya pasar modal dan
pasar uang. Perusahaan swasta diperkenankan langsung mencari dana dari sumber
dana luar negeri. Dana dari Bank Dunia dan IMF mengalir ke sektor pemerintah.
Sehingga dengan demikian aliran dana investasi boleh dikatakan sudah bebas
bergerak di Indonesia, malah berlebihan dan kurang pengawasan sehingga
mengakibatkan krisis moneter pada tahun 1997/98. Setelah krisis sampai sekarang,

1
investasi asing bukan dilarang melainkan diatur dengan lebih ketat dari sebelumnya.
Jadi aliran modal boleh dikatakan bebas bergerak di Indonesia; semua daerah
(pemerintah daerah) mengundang investor dalam/luar negeri.
1.2. Aliran Tenaga Kerja
Yang dimaksud di sini adalah aliran manusia untuk mencari kerja baik di
dalam negeri maupun masuk dan ke luar negeri. Dalam hal aliran di dalam negeri,
tenaga kerja umumnya bebas bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya. Namun
karena kepadatan penduduk dan pembangunan ekonomi daerah yang berbeda
beberapa provinsi/kabupaten seperti misalnya DKI Jakarta dan Bali mengawasi
pendatang baru dengan ketat. Bahwa seorang harus menjadi penduduk daerah untuk
dapat mencari kerja di tempat tersebut. Keadaan yang demikian ini sama dengan
aliran tenaga kerja ke dalam dan ke luar negeri yang penuh Indonesia dengan
hambatan. Memang akhir-akhir ini makin banyak warga Indonesia yang bekerja di
luar negeri sebagai tenaga kerja wanita, di kapal pesiar, namun karena ketatnya aturan
masih lebih banyak lagi yang terpaksa harus menjadi tenaga kerja gelap di luar negeri
seperti misalnya di Malaysia. Demikian juga halnya pekerja asing di Indonesia, tidak
sedikit jumlah orang asing yang secara resmi mendapat izin bekerja di Indonesia,
namun lebih banyak lagi yang tidak resmi. Ini adalah keadaan umum hampir di semua
negara di dunia bahwa aliran masuk tenaga kerja menghadapi berbagai-bagai kendala.
1.3. Aliran Dagang (Perdagangan)
Keadaan yang normal di masa lalu mengenai aliranbarangkeluar
masuksatunegaraadalah adanya berbagai hambatan tarif dan nontarif. Hal ini tidak
terkecuali untuk perekonomian Indonesia, meskipun hambatan tersebut tampaknya
sudah makin berkurangkarena berbagai negosiasi dagang yang diikuti oleh Indonesia.
Aliran barang antardaerah di dalam negeri untuk produksi nasional sering menghadapi
berbagai pungutan, entah pungutan itu dilaksanakan oleh pemerintah daerahnya atau
oleh oknum tertentu. Hal ini berkaitan dengan masalah korupsi, sehingga muncul
istilah ekonomi biaya tinggi. Bayangkan saja, misalnya, satu barang yang dihasilkan
di Bali akan dikirim ke Jakarta, berapa pos setoran yang resmi dari pemerintah daerah
dan yang tidak resmi yang harus dilalui, sehingga harga barang tersebut menjadi
sangat mahal. Pungutan liar ini juga terjadi untuk barang impor/ekspor, sehingga
duane dikatakan sebagai sarang korupsi. Pemerintah telah berkali-kali berusaha
menghilangkan praktek korupsi dan pungutan liar yang mengakibatkan ekonomi
biaya tinggi.
2
1.4. Interaksi Lainnya
Yang dimaksudkan di sini adalah aliran informasi karena kemajuan teknologi
seperti televisi, radio, media cetak, internet, telepon genggam, literatur, pariwisata dan
sebagainya sehingga masyarakat satu negara dapat mengonsumsi dan mengalami
gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam
budaya, dan dunia menjadi satuunityang utuh. Interaksi internasional yang demikian
ini rupanya tidak bisa dibendung meskipun bukan tanpa hambatan/pengawasan
pemerintah.
Jadi perekonomian Indonesia sejak semula telah berinteraksi dengan
perekonomian dunia dengan berbagai hambatan, ada yang lebih ringan seperti
misalnya pada interaksi lainnya dan investasi asing, ada juga yang hambatannya lebih
berat seperti tenaga kerja dan perdagangan barang. Namun dengan perkembangan
ekonomi dan perdagangan dunia, Indonesia telah masuk dalam beberapa negosiasi
ekonomi dan perdagangan baik yang bersifat bilateral maupun multilateral yang
bertujuan untuk mengurangi hambatan perdagangan, dan malah menjadi tuan rumah
pertemuan Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) pada tahun 1994. Pada sidang
APEC di Bogor tersebut Presiden Suharto menyatakan dalam pidatonya “….suka
tidak suka, siap tidak siap,….. kita harus menerima globalisasi
perdagangan/ekonomi……” Dari pidato itu sendiri sesungguhnya telah tersirat bahwa
globalisasi mengandung kebaikan dan keburukan.
1.5. Kebaikan Globalisasi
Dari literatur dapat dikatakan bahwa globalisasi ekonomi/perdagangan
mempunyai setidaknya 5 butir kebaikan, yakni:
1.5.1. Meningkatkan produksi global. Pandangan ini sesuai dengan teori
‘Keuntungan Komparatif’ dari David Ricardo. Melalui dan perdagangan
faktor-faktor produksi dunia dapat digunakan dengan lebih efisien, output
dunia bertambah dan masyarakat akan memperoleh keuntungan dari
spesialisasi dan perdagangan dalam bentuk pendapatan yang meningkat, yang
selanjutnya dapat meningkatkan pembelanjaan dan tabungan.
1.5.2. Meningkatkan kemakmuran masyarakat dalam satu negara. Perdagangan
yang lebih bebas memungkinkan masyarakat dari berbagai negara mengimpor
lebih banyak barang dari luar negeri. Hal ini menyebabkan konsumen
mempunyai pilihan barang yang lebih banyak. Selain itu, konsumen juga dapat
menikmati barang yang lebih baik dengan harga yang lebih rendah.
3
1.5.3. Meluaskan pasar untuk produk dalam negeri. Perdagangan luar negeri yang
lebih bebas memungkinkan setiap negara memperoleh pasar yang jauh lebih
luas dari pasar dalam negeri.
1.5.4. Meningkatkan akses akan modal dan teknologi yang lebih baik. Modal dapat
diperoleh dari investasi asing dan terutama dinkmati oleh negara-negara
berkembang karena masalah kekurangan modal dan tenaga ahli serta tenaga
terdidik yang berpengalaman kebanyakan dihadapi oleh negara-negara
berkembang.
1.5.5. Menyediakan dana tambahan untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan
sektor industri dan berbagai sektor lainnya bukan saja dikembangkan oleh
perusahaan asing, tetapi terutamanya melalui investasi yang dilakukan oleh
perusahaan swasta domestik. Perusahaan domestik ini sering kali memerlukan
modal dari bank atau pasar saham. Dana dari luar negeri terutama dari negara-
negara maju yang memasuki pasar uang dan pasar modal di dalam negeri
dapat membantu menyediakan modal yang dibutuhkan tersebut.
1.6. Keburukan Globalisasi
Globalisasi perdagangan/ekonomi sering membawa keburukan sebagai
berikut:
1.6.1. Menghambat Pertumbuhan sektor industri. Salah satu efek dari globalisasi
adalah perkembangan sistem perdaganganluarnegeriyanglebih bebas.
Perkembang ini menyebabkan negara-negara berkembang tidak dapat lagi
menggunakan tarif yang tinggi untuk memberikan proteksi kepada industri
yang baru berkembang (infant industry). Dengan demikian, perdaganganluar
negeri yang lebih bebas menimbulkan hambatan kepada negara berkembang
untuk memajukan sektor industri domestik yang lebih cepat. Selain itu,
ketergantungan kepada industri-industri yang dimiliki perusahaan
multinasional semakin meningkat.
1.6.2. Memperburuk neraca pembayaran. Globalisasi cenderung menaikkan barang-
barang impor. Sebaliknya, apabila satu negara tidak mampu bersaing, maka
ekspor tidak berekembang. Keadaan ini dapat memperburuk kondisi neraca
pembayaran. Efek buruk lain dari globalisasi terhadap neraca pembayaran
adalah pembayaran neto pendapatan faktor produksi dari luar negeri
cenderung mengalami defisit. Investasi asing yang bertambah banyak
menyebabkan aliran pembayaran keuntungan (pendapatan)
4
investasikeluarnegeri semakin meningkat. Tidak berkembangnya ekspor dapat
berakibat buruk terhadap neraca pembayaran.
1.6.3. Sektor keuangan semakin tidak stabil. Salah satu efek penting dari globalisasi
adalah pengaliran investasi (modal) portofolio yang semakin besar. Investasi
ini terutama meliputi partisipasi dana luar negeri ke pasar saham. Ketika pasar
saham sedang meningkat, dana ini akan mengalir masuk, neraca pembayaran
bertambah baik dan nilai uang akan bertambah baik. Sebaliknya, ketika harga-
harga saham di pasar saham menurun, dana dalam negeri akan mengalir ke
luar negeri neraca pembayaran cenderung menjadi bertambah buruk dan nilai
mata uang domestik merosot. Ketidakstabilan di sektor keuangan ini dapat
menimbulkan efek buruk kepada kestabilan kegiatan ekonomi secara
keseluruhan.
1.6.4. Memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Apabila hal-hal
yang dinyatakan di atas berlaku dalam satu negara, maka dalam jangka pendek
pertumbuhan ekonominya menjadi tidak stabil. Dalam jangka panjang
pertumbuhan yang seperti ini akan mengurangi lajunya pertumbuhan ekonomi.
Pendapatan nasional dan kesempatan kerja akan bertumbuh dengan lambat
dan masalah pengangguran tidak dapat diatasi atau malah semakin memburuk.
Pada akhirnya, apabila globalisasi menimbulkan efek buruk kepada prospek
pertumbuhan ekonomi jangka panjang satu negara, distribusi pendapatan
menjadi semakin tidak adil dan masalah sosial-ekonomi masyarakat semakin
bertambah buruk.
Banyak orang yang lebih menekankan pada kebaikan dan banyak juga orang
yang lebih menekankankeburukan dari globalisasi ekonomi/perdagangan. Tidak
sedikit orang yang menganggap globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh
negara-negara adikuasa sehingga mereka memiliki pandangan negatif atau curiga
terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam
bentuknya yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan
mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena
tidak mampu bersaing. Untuk Indonesia pandangan yang negatif ini sesungguhnya
telah sejak kemerdekaan. Ketika itu Presiden Sukarno selalu mengumandangkan
bahwa Indonesia adalah anti penjajahan, anti kolonialisme, anti liberalisme, dan anti
neoliberalisme yang dalam bentuk modernnya tidak lain dari pada penjajahan gaya
baru yakni penjajahan lewat penguasaan ekonomi, yang dalam bentuknya sekarang
5
disebut sebagai globalisasi ekonomi/perdagangan dan liberalisasi di bidang lain.
Kenyataan bahwa pada tahun 1957/58 nasionalisasi perusahaan swasta asing
(terutama telah dilaksanakan perusahaan milik swasta asing Belanda) di Indonesia
mungkin sebagian karena pandangan anti kapitalisme tersebut sehingga mendapat
dukungan dari masyarakat, dan, sudah tentu, juga karena alasan lain. Namun tidak
lama setelah itu, Sukarno jatuh di oleh Suharto.
Presiden Suharto malah mengundangkan UUPMA (Undang undang
Penanaman Modal Asing) pada tahun 1971, yang berarti mengundang pengusaha
asing untuk di Indonesia. Tidak cuma pengusaha swasta asing yang berdatangan
seperti McDonald, KFC, perusahaan-perusahaan Eropa, Freeport dan Exxon dari
Amerika Serikat, Unilever dari Belanda, British Petroleum dari Inggris dan banyak
lagi, tetapi juga bank-bank asing diperkenankan beroperasi di Indonesia. Perusahaan
besar domestik diperkenankan langsung meminjam dari dana luar negeri. Disamping
itu, dana dari Bank Dunia dan IMF dan lembaga donor lainnya mengalir ke sektor
Pemerintah. Keadaan yang demikian ini, sampai batas tertentu, masih berlaku sampai
sekarang dan barangkali masih terus berjalan untuk masa mendatang.

2. Analisa Mengenai GATT dan Tindakan Antisipasi


Pada tahun 1944 sekitar 24 negara bertemu di Bretton Woods New Hampshire
dalam satu konferensi yang diprakarsai oleh UN Conferencee on Trade and Employment
untuk memetakan strategi pasca perang dalam membangun kembali perekonomian dunia.
Dari konferensi ini pada tahun 1947 dibentuk tiga organisasi interasional, yakni the
General Agreementon Tarriffs and Trade (GATT), the International Bank for
Reconstruction and Development (IBRD sekarang Bank Dunia), dan the International
Monetary Fund (IMF). Sesungguhnya salah satu gagasan yang muncul dalam konferensi
tersebut adalah membentuk satu organisasi (di samping Bank Dunia dan IMF) yang
mengatur perdagangan sebagai bagian yang lebih luas dalam rencana membangun kembali
perekonomian dunia. Organisasi yang dimaksud adalah the International Trade
Organisation (ITO). Sementara diadakan negosiasi mengenai pembentukan ITO, 15
negara mulai mengadakan negosiasi paralel untuk GATT sebagai cara awal dalam
pengurangan tarif. Negosiasi pendirian ITO mengalami kegagalan pada tahun 1950,
sehingga yang masih tertinggal hanyalah kesepakatan GATT. Perlu diingat bahwa GATT
itu bukanlah organisasi, melainkan hanya berupa kesepakatan walaupun dia menempati

6
kantor sekretariat di the Centre William Rappard, Geneva, Switzerland. Menurut
Anggaran Dasarnya, tujuan utama dari GATT adalah pengurangan tarif dan segala jenis
hambatan lain dalam perdagangan internasional, dan menghilangkan preferensi dagang
atas dasar timbal balik dan keuntungan bersama. Dengan berpegang pada prinsip-prinsip
tertentu tujuan tersebut dicapai melalui serangkaian kesepakatan sekitar 150 negara
anggota.
Prinsip-prinsip yang mendasari kesepakatan pada GATT adalah bahwa
perdagangan seharusnya:
2.1. Tanpa diskriminasi. Satu negara seharusnya tidak melakukan diskriminasi di antara
partner dagangnya. Kalau satu negara mengenakan tarif tertentu (paling murah)
kepada satu negara partner dagangnya, maka perlakuan yang demikian itu juga harus
diberikan kepada partner dagang lainnya. Prinsip ini dikenal dengan Most favoured
Nation (MFN). Di samping itu negara tidak diperkenankan mendiskriminasikan
barang-barang buatan negara partner dagangnya terhadap produk dalam negeri. Harus
dilakukan perlakuan yang sama, yang dikenal dengan istilah National Treatment.
2.2. Perdagangan yang lebih bebas (freeer), yakni pengurangan hambatan dagang melalui
negosiasi.
2.3. Perdagangan terprediksi, yang artinya bahwa pengusaha asing, investor dan
pemerintah harus mempunyai keyakinan bahwa hambatan perdagangan (termasuk
tarif dan nontarif) tidak diubah seenaknya saja; tarif dan pembukaan pasar dalam
negeri terhadap partner dagang bersifat mengikat.
2.4. Lebih kompetitif, yang berarti satu negara seharusnya tidak melaksanakan praktek
dagang yang tidak jujur seperti misalnya subsidi ekspor dan melaksanakan dumping
pada harga lebih rendah dari biaya untuk merebut pasar.
Lebih menguntungkannegara terbelakang (least developed Countries) yakni dengan
memberikan kelonggaran-kelonggaran tertentu perlakuan khusus dan memberikan
waktu yang lebih lama untuk menyesuaikan diri.
GATT secara berkala melakukan negosiasi untuk merumuskan kesepakatan
dagang baru yang harus dipatuhi oleh semua negara anggota. Rangkaian kesepakatan
tersebut dikenal dengan istilah putaran (round). Umumnya, setiap kesepakatan mengikat
negara anggota untuk mengurangi tarif tertentu. Biasanya kesepakatan baru tersebut juga
menyangkut kasus-kasus tertentu untuk produk tertentu dengan pengecualian dan
modifikasinya. GATT telah melaksanakan 8 putaran, yakni:

7
1. Putaran Geneva, dilaksanakan selama 7 bulan pada April 1947, diikuti oleh 23 negara.
Topik yang disepakati adalah pengurangan tarif dan menghasilkan 45.000 konsesi tarif
yang mencakup perdagangan dengan nilai sekitar $10 miliar.
2. Putaran Annecy, dilaksanakan selama7bulan pada tahun 1949 di Annecy, Prancis yang
diikuti oleh 26 negara. Topik utama yang disepakati adalah pengurangan tarif yang
menghasilkan sekitar 5000 konsesi tariff.
3. Putaran Torquay, dilaksanakan selama 5 bulan pada tahun 1950 di Torquay, Inggris
Raya, diikuti oleh 38 negara. Hasilnya adalah 8.700 konsesi tarif sehingga menjadi
sekitar tiga perempat dari semua tarif yang berlaku pada tahun 1948. Penolakan
Amerika Serikat atas Piagam Havana menandakan bahwa pendirian GATT sebagai
badan pengatur perdagangan dunia.
4. Putaran Geneva II, dilaksanakan di Geneva selama 5 bulan dari Januari-Juni 1956,
diikuti oleh 26 negara. Hasil kesepakatan adalah penurunan tarif senilai $2,5 miliar dan
penerimaan Jepang masuk anggota.
5. Putaran Dillon, kembali dilaksanakan di Geneva dari 1960 sampai 1962. Putaran ini
diberi nama sesuai dengan nama Sekretaris Departemen Keuangan Amerika Serikat,
sebelumnya di bawah Sekretaris Negara, Douglas Dillon, yakni yang mengusulkan
putaran ini, diikuti oleh 26 negara. Sejalan dengan pembahasan mengenai pengurangan
tarif dengan nilai lebih dari $4,9 miliar, putaran ini juga membahas pendirian European
Economic Community (EEC).
6. Putaran Tokyo, dilaksanakan di Tokyo, Jepang selama 74 bulan dari September 1973
sampai 1979. Agenda utama adalah penurunan tarif dan mengeluarkan aturan baru
yang ditujukan untuk mengawasi pelaksanaan hambatan nontarif dan pembatasan
ekspor sukarela. Putaran ini diikuti oleh 102 negara dan menghasilkan konsesi tarif
seharga $190 miliar.
7. Putaran Uruguay, dilaksanakan di Uruguay selama 87 bulan dari 1986 sampai 1993,
diikuti oleh 123 negara. Pada putaran disetujui World Trade organization (WTO) yang
mulai operasi pada tahun 1995 menggantikan GATT. Semua aturan-aturan GATT
sejak itu dijalankan oleh WTO dan Putaran Doha (Putaran uruguay dan the World
Trade organization dibicarakan lebih rinci dalam seksi selanjutnya).
8. Putaran Doha, dilaksanakan di Doha dari November 2001 sampai sekarang (belum
selesai), diikuti oleh 141 negara dan berada dibawah WTO,bukan lagi dibawah GATT.
Agendanya meliputi pengurangan hambatan tarif dan nontarif masalah perdagangan

8
hasil-hasil pertanian, penentuan standar tenaga kerja (buruh), masalah lingkungan,
persaingan, investasi, transparansi dan sebagainya.

Dari pemaparan aktivitas pencapai kesepakatan dagang dalam GATT seperti di


atas dapat dikatakan bahwa sejarah GATT dapat dibagi menjadi tiga fase, yakni pertama,
dari tahun berdirinya, 1947, sampai Putaran Torquay, yang pada dasarnya mengagendakan
barang-barang mana saja yang dimasukkan dalam kesepakatan dan memberlakukan tarif
yang ada. Fase ke dua mencakup tiga putaran, dari tahun 1959 sampai 1979, yang
memfokuskan perhatiannya pada kesepakatan penurunan tarif. Fase ke tiga, yang hanya
meliputi Putaran Uruguay dari 1986 sampai 1994, memperluas cakupan kesepakatan untuk
meliputi masalah yang baru seperti perdagangan jasa, pergerakan modal investasi hak atas
kekayaan intelektual (intelectual property right) dan masalah perdagangan hasil-hasil
pertanian. WTO lahir dalam putaran ini, 1995.

3. Analisa Mengenai Putaran Uruguay


Putaran Uruguay dalam GATT dimulai September 1986 sampai 1993 (selama 87
bulan. Putaran ini adalah yang paling ambisius dari semua putaran GATT dan diharapkan
untuk memperluas kompetensinya sehingga tidak hanya meliputi perdagangan barang saja
melainkan juga mencakup masalah penting seperti perdagangan jasa, modal atau investasi,
kekayaan intelektual, tekstil, penyelesaian sengketa dagang dan perdagangan hasil
pertanian. Pada tahun 1993 GATT telah disesuaikan (updated) untuk mencakup tugas
barunya di samping tugas lama. Putaran ini diikuti oleh 123 negara.

Salah satu perubahan yang mendasar pada GATT adalah berdirinya WTO (the
World Trade Organization). 75 negara anggota GATT yang lama ditambah dengan
anggota Uni Eropa menjadi anggota pendiri WTO pada 1 Januari 1995. 52 negara anggota
GATT lainnya masuk menjadi anggota WTO dua tahun kemudian (yang terakhir adalah
Kongo pada tahun 1997). Sejak berdirinya WTO negara bukan anggota GATT masuk
menjadi anggota dan 29 negara sedang bernegosiasi akan menjadi anggota. Sampai saat ini
tercatat 153 negara anggota WTO.

Pertanian umumnya dikeluarkan dari kesepakatan sebelumnya karena diberikan


perlakuan khusus mengenai kuota impor dan subsidi ekspor. Namun, ketika Putaran
Uruguay, banyak negara berpendapat bahwa pengecualian sektor pertanian dari
kesepakatan agaknya kurang dapat diterima dan mereka menolak untuk menandatangani

9
kesepakatan baru tanpa adanya sedikit kemajuan dalam bidanghasil-hasil pertanian.
Empatbelas negaraini kemudian dikenal sebagai "kelompok Cairns", dan pada umumnya
termasuk negara kecil dan menengah dalam ekspor produk pertanian seperti Australia,
Brazilia, Kanada, Indonesia dan New Zealand.

Kesepakatan di bidang pertanian dalam Putaran Uruguay terus merupakan


kesepakatan liberalisasi perdagangan yang paling menonjol sepanjang sejarah negosiasi
dagang. Tujuan dari kesepakatan ini adalah untuk meningkatkan akses terhadap produk
pertanian, mengurangi bantuan dalam negeri terhadap sektor pertanian dalam bentuk
subsidi harga dan kuota, mengurangi secara bertahap subsidi ekspor terhadap produk
pertanian dan menyelaraskan sejauh mungkin kebijaksanaan sanitasi di antara negara
anggota.

Secara de facto GATT berfungsi sebagai satu organisasi yang telah melaksanakan
delapan putaran pembicaraan mengenai berbagai masalah perdagangan dan penyelesaian
sengketa perdagangan internasional. Putaran Uruguay yang telah selesai pada tanggal 15
Desember 1993, setelah mengadakan negosiasi selama tujuh tahun, menghasilkan
kesepakatan di antara 117 negara anggota (termasuk Amerika Serikat untuk menurunkan
(mengurangi) hambatan perdagangan dan untuk menciptakan aturan perdagangan
internasional yang lebih komprehensif dan dapat dilaksanakan. Kesepakatan yang muncul
dari putaran ini, the Final Act Embodying the Results of the uruguay Round of Multilateral
Trade Negotiations, ditandatangani pada April 1994. Kesepakatan tersebut disetujui dan
dilaksanakan oleh Kongres Amerika Serikat pada bulan Desember 1994, dan mulai
diberlakukan pada Januari 1995. Sementara GATT hanyalah serangkaian aturan
kesepakatan yang dipatuhi oleh negara anggota, WTO adalah sebuah organisasi. WTO
memperluas cakupan masalahnya dari perdagangan barang ke perdagangan di sektor jasa
dan hak atas kekayaan intelektual. Kesepakatan di WTO pada umumnya bersifat
multilateral seperti mekanisme pada GATT.

4. Analisa Mengenai Sengketa Dagang Antarnegara


Masalah atau isu mengenai penyelesaian sengketa di dalam GATT hanya dibahas
pada pertemuan-pertemuan regular atau tetap dan bukan secara langsung mengatur
penyelesaian sengketa. Namun demikian ada dua pasal, yakni pasal XXII dan XXIII
GATT yang dapat dirujuk dalam hal adanya sengketa dagang. Jadi dalam GATT pada

10
prinsipnya ada dua cara penyelesaian sengketa dagang internasional, yakni melalui jalur
diplomatic dan melalui jalur “contracting party” GATT.
4.1. Penyelesaian Sengketa Melalui Jalur Diplomatik
Negara anggota peserta kesepakatan dagang pada GATT diharapkan
menyelesaikan sendiri masalah sengketa yang di alami melalui konsultasi secara
bilateral. Hal ini sesuai dengan bunyi pasal XXII GATT. Mereka disyaratkan untuk
memberikan pertimbangan simpatik terhadap setiap sengketa mengenai segala sesuatu
hal yang menyangkut pelaksanaan GATT.
4.2. Penyelesaian Sengketa Melalui Jalur GATT
Untuk jalur GATT salah satu pihak atau keduanya harus mengajukan
keberatan/complain dengan memberikan dasar pembenaran yang lengkap kepada
GATT yang dalam hal ini kepada badan dalam GATT yang disebut contracting party,
selanjutnya sesuai dengan sifat dan beratnya sengketa dapat membentuk satuan tugas
dari beberapa Negara yang dibentuk khusus untuk satu sengketa. Anggota dari satuan
tugas berasal dari Negara yang mengalami sengketa dari GATT, sedangkan anggota
dari satu panel tidak hanya dari Negara yang bersengketa tetapi juga dari Negara
ketiga. Tugas mereka adalah mempertimbangkan tuduhan-tuduhan yang dialamatkan
oleh Negara yang bersengketa dan memberi rekomendasi dan putusan kepada
contracting party.
Dengan atau tanpa pembentukan satuan tugas atau panel, contracting party GATT
dapat:
1. Mengeluarkan rekomendasi kepada Negara yang sedang bersengketa.
2. Memberikan putusan pada satu sengketa.
3. Memberi wewenang kepada satu Negara peserta untuk menangguhkan penerapan
konsesi atau kewajibannya kepada pihak lain berdasarkan perjanjian GATT.
4.3. Para Pihak Dalam Sengketa
Memuat beberapa stake-holders atau subyek hukum dalam hukum
perdagangan internasional, yaitu negara, perusahaan atau individu. Dalam urian
berikut, para pihak yang menjadi pembahasan dibatasi pada pihak pedagang (badan
hukum atau individu) dan Negara. Karena sifat dari hukum perdagangan internasional
adalah lintas batas, pembahasan pun dibatasi hanya antara:
1. Pedagang dan pedagang
Sengketa antara dua pedagang adalah sengketa yang sering dan paling
banyak terjadi. Sengketa seperti ini terjadi hampir setiap hari. Sengketanya
11
diselesaikan melalui berbagai cara. Kesepakatan dan kebebasan akan pula
menentukan forum pengadilan apa yang akan menyelesaikan sengketa mereka.
Kesepakatan dan kebebasan pula yang akan menyelesaian sengketa mereka.
Kesepakatan dan kebebasan pula yang akan menentukan hukum apa yang akan
diberlakukan dan diterapkan oleh badan pengadilan yang mengadili sengketanya.
2. Pedagang dan Negara asing
Kontrak-kontrak dagang antara pedagang dan Negara sudah lazim di tanda
tangani. Kontrak-kontrak seperti ini biasanya dalam jumlah/nilai yang relatif
besar. Termasuk didalamnya adalah kontrak-kontrak pembangunan, misalnya
kontrak dibidang pertambangan. Yang menjadi masalah adalah adanya konsep
imunitas Negara yang diakui hukum internasional. Dengan adanya konsep
imunitas inilah yang sedikit banyak berpengaruh terhadap keputusan pedagang
untuk menentukan penyelesaian sengketanya. Masalah adanya adalah dengan
adanya konsep imunitas ini, suatu Negara dalam situasi apapun, tidak akan pernah
dapat diadili di hadapan badan-badan peradilan asing.

5. Kerja Sama Perdagangan dan ekonomi Antarwilayah dan Regional


Kerjasama perdagangan antar negara bisa dilaksanakan oleh dua negara (bilateral),
seperti misalnya Amerika Serikat – Kanada, Australia - New Zealand, Indonesia – Cina,
atau oleh banyak negara (multilateral), yang bersifat regional seperti Uni Eropa, South
Asian Association for regional Cooperation ataupunyang bersifat internasional seperti
misalnya World Trade Organization (WTO). Kerjasama perdagangan (ekonomi) yang
paling erat mempunyai sifat sama seperti satu hal nya satu negara seperti European Union
(EU) dan Australia New Zealand Closer Economic Agreement (ANZCERTA). Yang
terakhir ini sering dikenal sebagai integrasi ekonomi.
5.1. Kerja Sama Perdagangan
5.1.1. ASEAN Free Trade Area (AFTA). Adalah satu perjanjian dagang untuk
mendorong manufaktur di seluruh negara-negara anggota ASEAN. Perjanjian
ini ditandatangani tanggal 28 Januari 1992 di Singapura. Ketika AFTA pada
awalnya ditandatangani, ASEAN hanya terdiri dari 6 negara, yakni Brunei,
Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Vietnam masuk pada
tahun 1995, Laos dan Myanmar pada tahun 1997 dan Kamboja pada tahun
1999. Dewasa ini AFTA terdiri dari sepuluh negara negara anggota ASEAN.

12
Keempat negara pendatang baru diminta menandatangani kesepakatan
sehingga menjadi anggota ASEAN, tetapi diberikan kelonggaran waktu untuk
memenuhi kewajiban pengurangan tarif AFTA.
Tujuan utama dari AFTA adalah untuk meningkatkan daya saing
ASEAN di pasar dunia melalui penurunan hambatan perdagangan, tarif dan
non tariff, dan menarik lebih banyak investasi asing melalui Apa yang disebut
dengan Common Effective Preferential Tariff (CEPT), yakni tarif impor 0-5
persen berlaku untuk perdagangan antar negara anggota ASEAN. Masing-
masing negara ASEAN bebas menentukan tarif untuk barang dari luar
anggota. Negara anggota diberikan tiga jenis perkecualian, yakni pengecualian
sementara (untuk barang yang sementara harus dilindungi, tetapi kemudian
akan memenuhi ketentuan tarif yang berlaku), untuk barang hasil pertanian
yang sensitif seperti beras, dan pengecualian umum (yang dianggap perlu
dengan alasan keamanan moral publik perlindungan atas kehidupan umat
manusia binatang atau tanaman perlindungan barang antik bersejarah dan
bernilai arkeologi).
Setelah beberapa tahun berjalan, program utama penurunan tarif
dipercepat dan diperluas dan aktivitas baru pun diperkenalkan. Aktivitas baru
ini meliputi penghapusan hambatan perdagangan yang non tariff,
penyeragaman dan harmonisasi sistem pabean, sistem penilaian, dan prosedur
dan pengembangan sertifikasi standar produk. Semua anggota ASEAN telah
sepakat untuk menerapkan tarif impor 0% untuk perdagangan antar anggota
pada tahun 2010 kecuali untuk Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam yang
diberikan waktu sampai 2015 untuk mematuhinya.
5.1.2. Asia Pacific Economic Cooperation (APEC). APEC adalah forum utama
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, kerja sama, perdagangan dan
investasi di wilayah Asia dan Pasifik dan satu-satunya blog antar pemerintah
di dunia yang berdasarkan atas janji yang tidak mengikat, dialog terbuka dan
kesamaan derajat dari semua peserta. Berbeda dengan WTO atau badan
perdagangan multilateral lainnya, APEC tidak mempunyai fakta kewajiban
bagi setiap anggota. Keputusan dan janji dalam APEC dicapai lewat
konsensus dan atas dasar sukarela. APEC mempunyai 21 anggota yang disebut
"Member Economic" yang mencakup sekitar 40,5% dari penduduk dunia
sekitar 54,2% dari GDP dunia dan sekitar 43,7% dari jumlah perdagangan
13
dunia. Ke-21 member economies tersebut adalah Australia, Amerika Serikat,
Brunei Darussalam, Chili, RRC (dulu), Hongkong, Cina, Indonesia, Jepang,
Kanada, Republik Korea Selatan, Malaysia, Meksiko, New Zealand, Papua
Nugini, Peru, Filipina, Federasi Rusia (dulu) Singapura, Taipei, Thailand, dan
Vietnam.
5.1.3. Shout Asian Association for Regional Cooperation. Disingkat dengan
SAARC, adalah saatu organisasi di bidang ekonomi dan politik dari delapan
negara-negara di Asia Selatan. Jumlah penduduk dari semua negara yang
termasuk dalam organisasi ini adalah sekitar 1,5 miliar orang, terbesar
dibandingkan organissasi sejenis lainnya. Kerja sama regional ini didirikan
pada 8 Desember 1985 di Sri Lanka. Pada April 2007 Afganistan masuk
menjadi anggota nomor delapan dari organisasi ini. Australia, Cina, Uni
Eropa, Jepang, Mauritius, Myanmar (Burma), Indonesia, Korea Selatan,
Amerika Serikat telah menyatakan keinginan mereka untuk menjadi anggota
peninjau, sedangkan Afrika Selatan ingin berpartisipasi dalam rapat.
Tujuan dari organisasi ini, antara lain, meliputi usaha bersama untuk
meningkatkan kesejahteraan penduduk di Asia Selatan, percepatan
pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan budaya, meningkatkan percaya
diri kolektif dari negara-negara di Asia Selatan di forum internasional, dan
mendorong kerja sama aktif dan solidaritas di bidang ekonomi, sosial, budaya,
dan di bidang teknoologi ilmu pengetahuan. Namun belum baanyak yang
dikerjakan oleh asosiasi ini dalam integrasi ekonomi.
Anggota dalam asosiasi ini pada awalnya menyatakan keengganannya
untuk untuk menandatangani persetujuanmengenai perdagangan bebas. Pada
tahun 1993, mereka menandatangani persetujuan yang secara bertahap
menurunkan tariff impor dalam negara ini. lebih dari sepuluh tahun kemudian,
pada rapat puncak yang ke-12, para negara anggota asosiasi ini telah
menetapkan kesepakatan pasarbebas yang sehingga mengarah ke berdirinya
area perdagangan bebas yang meliputi 1,5 miliar orang penduduk.
Kesepakatan sebagai wilayah pasar bebas ini berlaku efektif mulai 1 Januari
2006. Dengan kesepakatan ini, anggota asosiasi negara-negara Asia Selatan ini
berjanji akan menurunkan tariff menjadi 20 persen pada tahun 2007.
5.1.4. Australia New Zealand Closer Economic Agreement (ANZCERTA). Adalah
perjanjian dagang bilateral antaran Australia dan New Zealand, yang efektif
14
berlaku sejak 1983, dan mencakup hampir semua masalah perdagangan barang
(termasuk hasil-hasil pertanian) dan jasa ( termasuk investasi, penerbangan
dan jasa lainnya).
Semua barang (dengan beberapa pengecualian) yang dapat
diperdagangkan di suatu negara dapat juga diperdagangkan secara legal di
negara lainnya. Aturan kepabeanan juga diadakan penyesuaian untuk kedua
negara, misalnya mengenai kebijaksanaan, prosedur administrasi, investigasi
dan pencegahan dan penyelesaian pelanggaran system pabean, termasuk
masalah karantina, dan peraturan standar perdagangan. Pemerintah telah
menghilangkan hampir semua hambatan perdagangan tariff dan nontarif di
antara kedua negara.
Prinsip dasar dari ANZCERTA adalah perlakuan nasional, akses ke
pasar, hak untuk masuk pasar tanpa hambatan, dan perlakuan yang aling
menguntungkan. Dalam waktu seperempat abad jumlah perdagangan dua arah
Australia – New Zealand telah berkembang dengan kecepatan sembilan
persen.
5.1.5. The North American Free Trade Agreement (NAFTA). Adalah satu pepjanjian
dagang yang ditandatangani oleh Amerika Serikat, Kanada dan Meksiko yang
menimbulkan blok dagang tiga negara di Amerika Utara. Perjanjian tersebut
mulai efektif sejak 1 Januari 1994. Perjanjian ini menggantikan perjanjian
perdagangan bebas asntara Amerika Serikat dan Kanada. Kalau diukur dari
paritas daya beli PDB dari anggotanya pada tahun 2007, blok dagang ini
adalah terbesar di dunia dan merupakan terbesar kedua dalam nilai nominal
PDB-nya. NAFTA ini mempunyai dua perjanjian tamban the North American
Agreement on Enviromental Cooperation (NAAEC – perjanjian kerja sama
lingkungan Amerika Utara) dan the North American Agreement on Labour
Cooperation (MAALC – perjanjian kerja sama perburuhan Amerika Utara).
NAFTA bertujuan untuk menghilangkan hambatan perdagangan dan
investasi di antara Amerika Serikat, Kanada dan Meksiko. Penerapan
perjanjian pada 1 Januari 1994 berakibat langsung terhadap penghapusan tariff
terhadap lebih dari setengah dari impor Amerika Serikat dari Meksiko dan
lebih dari sepertiga ekspor Amerika Serikat ke Meksiko. Dalam kurun sepuluh
tahun dari pelaksanaan perjanjian tersebut semua tariff Amerika Serikat –
Meksiko akan terhapus kecuali beberapa ekspor hasil pertanian Amerika
15
Serikat ke Meksiko yang diharapkan habis secara bertahap dalam waktu 15
tahun. Sebagian besar perdagangan Amerika Serikat dan Kanada memang
sudah bebas. NAFTA juga bertujuan untuk menghilangkan hambatan
perdagangan non tariff di antara anggota.
5.1.6. Uni Eropa (UE atau European Union yang disingkat EU). Adalah sebuah
organisasi antarpemerintahan dan supranasional, yang terdiri dari negara-
negara Eropa, yang sejak 1 Januari 2007 telah memiliki 27 negara anggota.
Persatuan ini didirikan di bawah Perjanjian Uni Eropa ( Perjanjian Maastricht)
pada 1992. Namun, banyak aspek dari EU timbul sebelum tanggal tersebut
melalui organisasi sebelumnya, yakni yang telah dimulai tiga ribu tahun lalu,
mengalami perubahan berkali-kali, antara lain, pada 1800-an menjadi customs
union di bawah Napoleon I Perancis dan penaklukan pada 1940-an oleh Nazi
Jerman. Kemudian setelah Perang Dunia II dibentuk European Coal and Steel
Community oleh Jerman, Prancis, Italia dan negara-negara Benelux, yang
kemudian menjadi European Economic Community (1958), terus menjadi
Masyarakat Eropa. Sampai sekarang ini Uni Eropa telah berevolusi dari
sebuah badan perdagangan menjadi sebuah kerja sama ekonomi dan politik
penting di dalam UE yang telah dibentuk adalah Komisi Eropa, Dewan Uni
Eropa, Dewan Eropa, Mahkamah Eropa, dan Bank Sentral Eropa. Terdapat
pula Parlemen Eropa yang anggota-anggotanya dipilih langsung oleh warga
negara anggota.
Bila dianggap sebagai satu kesatuan, Uni Eropa memiliki ekonomi
terbesar di dunia. Ekonomi UE diharapkan tumbuh lebih jauh dalam dekade
berikutnya sejalan dengan lebih banyak negara bergabung dalam persatuan ini
dan terlebih lagi negara-negara baru ini biasanya lebih miskin dari rata-rata
UE, dan oleh karena itu diharapkan pertumbuhan GDP yang cepat dapat
membantu dinamika Uni Eropa. Meskipun begitu UE diperkirakan hanya akan
tumbuh sekitar 0,3%, sedangkan negara industri lainnya seperti Amerika
Serikat diperkirakan akan tumbuh sekitar 3,2 per tahun.

5.1. Integrasi Ekonomi

Menurut integrasi ekonomi (economic integration) dari Bela Balasa 1961


(seperti pada internet) ada enam tahapan kerja sama peerdagangan untuk menuju

16
integrasi ekonomi. Masing-masing tahapan diuraikan secara singkat sebagai
berikut.

Tahap pertama adalah Preferential Trading Area (PTA). Sering juga disebut
sebagai Preferential Trade Agreetment (PTA) yang merupakan kelompok (blok)
perdagangan yang memberikan preferensi (keringanan) terhadap jenis produk
tertentu kepada negara anggota, dilaksanakan dengan cara mengurangi tariff
(tidak menghaouskan tariff menjadi nol). PTA dapat muncul melalui perjanjian
(kesepakatan) dagang dan kadang-kadang dicampuradukkan saja dengan FTA di
mana pada umumnya PTA mengarah ke FTA sesuai dengan General Agreetment
on Traffs and Trade (GATT). Sesungguhnya keringanan tariff impor ini tidak
sesuai dengan prinsip hubungan dagang yang normal di bawah WTO di mana
anggota WTO dapat minta perlakuan tariff yang sama.

Tahap kedua adalah Free Trade Area (FTA). Beberapa negara sepakat untuk
menghilangkan tariff, kuota dan preferensi kepada sebagian besar barang dan jasa
yang diperdagangkan di antara mereka. Negara tersebut memilih bentuk integrasi
ekonomi jenis ini jika struktur ekonomi mereka bersifat komplementer. Namun
kalau struktur ekonomi mereka bersifat kompetitif, maka bentuk yang lebih
sesuai adalah custom union (uni daerah pebean). Berbeda halnya dengan uni
pabean, FTA tidak mempunyai tariff eksternal bersama (kebijakan yang sama
untuk negara bukan anggota), yang berarti kuota dan pabean yang berbeda.
Untuk menghindari kecurangan melalui ekspor kembali blok dagang ini biasanya
memerlukan sertifikat asal (disebut rule of origin), di mana ditentukan
persyaratan minimum kandungan material lokal dan transportasi lokal dalam
nilai tambah dari barang yang diberikan kebebasan tarif tersebut. Dalam AFTA,
ketentuan ini dalah sebesar 40 persen kandungan local. Semua barang yang tidak
memenuhi ketentuan kandungan local ini tidak berhak mendapatkan kebebasan
tariff masuk. Tujuan dari FTA adalah untuk menurunkan hambatan perdagangan
sehingga volume perdagangan meningkat karena spesialisasi, pembagian kerja,
dan yang terpenting melalui teori keuntungan komparatif. Menurut teori ini
dalam pasar bebas yang ekuilibrium, setiap sumber produksi cenderung untuk
berspesialisasi dalam aktivitas di mana terjadi keunggulan komparatif (bukan
keunggulan absolut). Selanjutnya dikatakan bahwa akan terjadi kenaikan
pendapat yang akhirnya merupakan kenaikan kesejahteraan setiap orang yang

17
berada pada FTA dimaksud. Namun teori tersebut hanya mengatakan akibatnya
terhadap kesejahteraan total dan tidak membicarakan pembagian pendapatan.
Bisa saja terjadi bahwa sebagian masyarakat diuntungkan dan sebagian lagi
dirugikan dengan FTA. Namun jumlah keuntungan lebih besar dibandingkan dari
jumlah kerugian.

Tahap ketiga adalah Custom Union. Adalah satu perjanjian dagang di mana
sejumlah negara memberlakukan perdagangan bebas di antara mereka dan
menerapkan serangkaian tarif bersama terhadap barang dari negara lain. Negara
anggota menerapkan kebijaksanaan perdagangan luar negeri bersama, tetapi
dalam kasus tertentu mereka menerapkan kuota impor yang berbeda. Custom
union ini adalah bentuk antara dari integrasi ekonomi, yakni bentuk dari
perdagangan bebas di antara anggota, tetapi tidak ada system tariff bersama,
dengan bentuk pasar bersama (Common Merket), yang menerapkan tarif bersama
dan memperkenankan pergerakan bebas dari pada sumber daya termasuk modal
dan tenaga kerja di antara negara anggota.Tujuan penndirian custom union
biasanya adalah untuk meningkatkan efisiensi dan mendekatkan hubungan
diplomatik (politik dan budaya) di antara negara anggota. Contoh custom union
yang terkenal adalah Zollverein, satu organisasi pada abad 19 yang dibangun
oleh beberapa negara bagian Jerman.

Tahap keempat adalah Single Integrated Market (Common Market). Satu


pasar tunggal bersama adalah sejenis blok dagang yang merupakan gabungan
dari custom union dengan kebijaksanaan bersama terhadap produk dan
pergerakan yang bebas atas faktor produksi (modal dan tenaga kerja) dan
wirausaha. Tujuan agar terjadi pergerakan bebas dari modal, tenaga kerja,
barang, dan jasa di antara negara anggota adalah agar memudahkan bagi mereka
untuk mencapai efisiensi ekonomi yang lebih tinggi. Kadang-kadang pasar
tunggal dianggap sebagai bentuk selangkah lebih maju dari Common Market
(pasar bersama). Dibandingkan dengan pasar bersama, satu pasar tunggal
membutuhkan lebih banyak usaha untuk menghilangkan hambatan fisik (di
perbatasan), teknis (standar), dan fiskal (perpajakan) di antara negara anggota.
Hambatan-hambatan ini mempersulit kebebasan gerak dari pada faktor produksi.
Untuk menghilangkan hambatan-hambatan ini negara anggota memerlukan
kemauan politik dan mereka harus merancang kebijaksanaan ekonomi bersama.

18
Tahap kelima adalah Economic and Monetary Union (kesatuan ekonomi
dan moneter). Merupakan satu blok dagang seperti pasar tunggal dengan
kesatuan moneter untuk semua negara anggota. Bentuk ini harus dibedakan dari
hanya menerapkan mata uang bersama seperti yang dilakukan oleh Latin
Monetary Union pada tahun 1980-an yang tidak diikuti oleh adanya pasar
tunggal. Kesatuan ekonomi dan moneter dilaksanakan melalui pakta dagang dari
semua sistem moneter yang berlaku di negara anggota. Contoh yang baik adalah
Uni Eropa, ada pasar tunggalnya dan memakai satu kesatuan moneter (Euro).

Tahap keenam adalah Complete Economic Itegration. Ini adalah tahap akhir
dari integrasi ekonomi. Pada tahap ini, tidak lagi diperlukan kebijaksanaan
pengawasan ekonomi kepada unit-unit yang bergabung. Mereka telah menjadi
satu kesatuan moneter dan fiskal secara penuh dan mendekati penuh. Uni Eropa
adalah salah satu contoh yang baik mengenai integrasi ekonomi penuh.

19

Anda mungkin juga menyukai