Anda di halaman 1dari 16

MEMPREDIKSI PEMBENTUKAN ADHESI SETELAH

BEDAH GINEKOLOGI : PENGEMBANGAN SKOR RISIKO

Per Lundorff, Hans Brolmann, Philippe Robert Koninckx, Michal Mara, Arnaud Wattiez,
Markus Wallwiener, Geoffrey Trew, Alison M. Crowe, Rudy Leon De Wilde. Untuk Anti –
Adhesi pada Panel Ahli Ginekologi (‘ANGEL’)

Abstrak
Tujuan Faktor risiko untuk perlengketan paska bedah setelah suatu prosedur bedah
ginekologi saat ini telah teridentifikasi, tetapi kepentingan relatifnya sampai saat ini masih
belum ditetapkan secara pasti. Tidak ada alat praktis yang ada saat ini untuk membantu para
dokter ahli bedah ginekologi dalam mengevaluasi risiko perlengketan pada pasien mereka.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan suatu Skor Risiko Perlengketan
untuk memberikan suatu alat yang sederhana agar dapat memungkinkan para dokter ahli
bedah ginekologi agar dapat secara rutin mengkuatifikasi risiko terjadinya perlengketan
setelah pembedahan pada pasien individu.
Metode Sekelompok dokter ahli bedah ginekologi Eropa akan melakukan pencarian
literatur untuk mengidentifikasi faktor risiko dan operasi pembedahan yang dilaporkan
memiliki risiko untuk menyebabkan teerjadinya perlengketan setelah pembedahhan. Melalui
proses konsensus dari pertemuan dan komunikasi, maka skala empat poin kemudian
digunakan oleh setiap dokter ahli bedah untuk menghubungkan bobot tertentu pada setiap
poin dan kesepakatan kolektif akan dicapai pada faktor risiko yang telah di identifikasi dan
kepentingan relatifnya untuk dapat memungkinkan kita dalam membentuk suatu skor risiko
yang dapat digunakan.
Hasil Sepuluh faktor risiko praoperatif dan 10 faktor risiko intraoperatif telah
teridentifikasi dan diberikan pembobotan, sehingga membawa kita pada pembentukan dua
sub – skor untuk mengidentifikasi wanita yang berisiko sebelum dan selama pembedahan.
Skor Risiko Praoperatif berkisar mulai dari 0 sampai 36, dan Skor Risiko Intraoperatif
berkisar mulai dari 3 hingga 31. Beberapa ambang batas, antara batasan – batasan tersebut
mungkin dapat digunakan untuk mengidentifikasi wanita dengan risiko rendah, sedang dan
tinggi untuk mengalami perlengketan setelah pembedahan.
Kesimpulan Dokter ahli bedah ginekologi didorong untuk menggunaan Skor Risiko
Perlengketan ini untuk mengidentifikasi risiko perlengketan pada pasien mereka. Hal ini akan
memungkinkan pemberian informasi yang lebih baik dari sumber daya yang ada untuk
menargetkan tindakan – tindakan pencegahan pada wanita dengan risiko tinggi mengalami
perlengketan setelah pembedahan.

Kata kunci Perlengketan – Risiko – Pembedahan – Komplikasi – Laparoskopi

PENDAHULUAN

Perlengketan setelah pembedahan sanggat sering menjadi suatu komplikasi dari


prosedur bedah abdominopelvis [1, 2]. Perlengketan akan mempersulit prosedur bedah
dimasa depan, memperpanjang waktu pembedahhan dan dapat menjadi risiko yang serius
bagi pasien, secara khusus mereka dengan kerusakan pada usus; dan kondisi ini juga akan
dapat menyebabkan penyakit terkait perlengketan [3, 4]. Kondisi ini merupakan penyebab
yang penting dari nyeri abdomen kronik dan dispareuni [1], yang mana merupakan penyebab
infertilitas kedua terbanyak pada wanita, yaitu berkisar antara 20 – 40% dari semua penyebab
infertilitas pada wanita [5, 6], dan risiko seumur hidup untuk menderita obstruksi usus kecil
[1]. Dampak dari perlengketan terhadap kualitas hidup pasien juga sangat bermakna, tetapi
biasanya tidak diperhatikan [4].
Meskipun telah terdapat banyak kemajuan dalam teknik pembedahan saat ini, tetapi
beban pelayanan kesehatan untuk komplikasi terkait perlengketan sampai saat ini masih
belum mengalami perubahan dalam beberapa tahun terakhir [1, 7 – 10]. Sementara jumlah
dari pembentukan perlengketan saat ini mungkin dapat mengalami penurunan setelah
munculnya prosedur bedah laparoskopi [11], dimana komplikasi terkait perlengketan sampai
saat ini masih tetap ada, dan untuk sebagian besar prosedur laparoskopi ginekologi
terapeutik, risiko kompratif dari komplikasi terkait perlengketan juga ditemukan
serupa dengan prosedur laparotomi ginekologi [7, 12]. Penelitian epidemiologi
berbasis populasi juga telah memperlihatkan bahwa beberapa tipe pembedahan
ginekologi dapat menempatkan pasien pada risiko komplikasi terkait perlengketan yang
jauh lebih tinggi [12 – 14].
Penatalaksanaan utama untuk perlengketan adalah prosedur adhesiolisis. Meskipun
demikian, pembentukan adhesi kembali dapat terjadi pada sebagian besar pasien (rata – rata
85%) tanpa melihat metode adhesiolisis yang digunakan atau jenis dari perlengketan yang
dilisiskan [7].
Penggunaan agen reduksi adhesi intraoperatif yang didasarkan pada alasan bahwa
kontak antara dua daerah yang mengalami trauma akan dibutuhkan untuk membentuk suatu
perlengketan. Agen – agen tersebut akan bertindak sebagai pelindung antara daerah – daerah
yang mengalami trauma, dimana dapat sangat menurunkan perkembangan perlengketan [15 –
20]. Meskipun demikian, oleh karena biaya tambahan yang terkait, dimana biaya yang
digunakan akan sangat tinggi untuk beberapa agen tersebut, maka mungkin akan lebih
ekonomis untuk ditargetkan pada wanita dengan risiko tinggi mengalami perlengketan dan
komplikasi terkait [15, 24, 28].
Terlepas dari penelitian epidemiologis berbasis populasi [12 – 14, 21 – 23], beberapa
literatur yang telah dipublikasikan saat ini hanya memberikan panduan yang terbatas untuk
secara spesifik mengidentifikasi siapa yang memiliki risiko tertinggi, dan sebagian besar
penelitian juga telah mencari pada tingkatan global dari pembentukan adhesi setelah prosedur
abdomen, dan tidak secara spesifik, dilakukan untuk prosedur bedah ginekologi. Tingkat
perlengkeetan setelah bedah ginekologi yang diterima juga tidak pasti, beragam mulai dari
55 hingga sekitar 90% [1].
Metode yang konsisten untuk mengidentfikasi wanita dengan risiko tinggi untuk
mengalami perlengketan setelah suatu prosedur ginekologi saat ini masih sangat kurang. Hal
ini mendorong kami untuk mengembangkan proyek konsensus para ahli ini untuk secara
kolektif melakukan tinjauan literatur dengan menggunakan pengalaman kami sebagai
seorang dokter ahli bedah ginekologi, untuk mengembangkan suatu Skor Risiko Perlengketan
Berbasis Konsensus. Anggota – anggota dari panel konsensus para ahli dirancang dan
disetujui pada proses yang akan dijelaskan setelah ini.
Sebagai langkah pertama, tinjauan sistematik, percobaan acak terkontrol / percobaan
klinis terkontrol, penelitian kohort dan meta – analisis yang dipublikasikan dalam bahasa
Inggris yang secara spesifik menganggkat tema perlengketan setelah pembedahan,
pencegahan perlengketan, dan agen reduksi perlengketan dicari menggunakan Medline
dengan kata kunci – perlengketan setelah pembedahan, perlengketan abdomen, perlengketan
peritoneum, dan perlengketan pembedahan ginekologi. Tidak ada batasan waktu untuk
publikasi yang akan dicari.
Selama pertemuan pertama, panel para ahli secara kolektif akan mengidentifikasi dan
menyetujui faktor risiko untuk perlengketan setelah pembedahan yang dilaporkan didalam
literatur, dan akan membagi – bagi faktor risiko tersebut menjadi faktor risiko praoperatif,
intraoperatif, dan postoperatif.
Pertemuan kedua akan menentukan penentuan kata yang tepat dari faktor risiko dan,
ketika memungkinkan, nilai dan ambang batas dari variabel numerik juga akan ditentukan.
Keputusan pertemuan kemudian akan disebarkan didalan panel dan setiap anggota akan
diminta untuk memberikan tingkatan nilai pada setiap faktor risiko dengan
menggunakan skala dari 1 (risiko perlengketan rendah) hingga 4 (risiko perlengketan sangat
tinggi).
Selama proses konsensus ketiga dan yang terakhir, perbedaan – perbedaan mengenai
pembobotan relatif dari setiap faktor risiko akan diselesaikan melalui pertemuan tatap wajah
atau melalui pembahasan dengan menggunakan telefon / e – mail. Setelah dilakukan
pengujian lapangan dari sistem skor dalam praktik secara rutin pada ~ 40 pasien di 4 pusat
kesehatan, maka kemudian ambang batas untuk risiko perlengketan setelah pembedahan
rendah, sedang dan tinggi ditentukan pada pertemuan terakhir untuk meratifikasi proyek
yang dikerjakan tersebut.

HASIL

Pemilihan data literatur

Dari tinjauan literatur – literatur yang bermunculan saat ini, sangat jelas bahwa
diantara penelitian – penelitian epidemiologis dan klinis yang dipublikasikan, sangat banyak
yang berhadapan dengan perlengketan setelah prosedur bedah abdomen baik secara umum
atau pada intervensi non – ginekologi seperti prosedur bedah kolorektal; dimana penelitian
lain memfokuskan penelitian pada komplikasi dari perlengketan seperti obstruksi usus kecil.
Penelitian – penelitian tersebut tidak dianggap relevan untuk tujuan kami. Oleh karena itu
kami secara khusus menganggkat topik perlengketan setelah dilakukannya prosedur bedah
ginekologi yang secara kompratif sangatlah sedikit.
Selama pertemuan pertama, kami menyepakati bahwa sumber informasis yang paling
bermanfaat mengenai faktor risiko adalah beberapa artikel posisi konsensus [15, 24 – 27],
penelitian epidemiologis skala luas SCAR 2 [12] dan tinjauan sistematik yang dipublikasikan
oleh Society of Obstetricians and Gynaecologists of Canada [28].
Penelitian SCAR – 2 merupakan suatu penilaian retrospektif dari perawatan dirumah
sakit kembali terkait perlengketan pada 24.046 orang pasien yang menjalani prosedur bedah
laparoskopi ataupun laparotomi. Penelitian ini memperlihatkan bahwa risiko terbentuknya
perlengketan, dan komplikasi – komplikasi yang dapat muncul setelahnya, dimana hasil yang
didapatkan sangatlah beragam dan tergantung dari daerah anatomis tempat intervensi
dilakukan, paling tidak jika metode laparatomi telah dipilih sebagai prosedur yang akan
dilakukan.
Kami secara kolektif menyetujui faktor risiko untuk perlengketan setelah pembedahan
yang dilaporkan didalam literatur tersebut, dengan memperhitungkan risiko – risiko dari
riwayat pasien, teknik pembedahan yang digunakan, efek samping dari pembedahan dan
daerah anatomis dari prosedur bedah ginekologi – dan kemudian membagi – baginya
kedalam faktor risiko praoperatif, intraoperatif, dan postoperatif.
Analisis dari beberapa publikasi yang telah dipilih memperlihatkan konsensus umum
terhadap beberapa faktor risiko lainnya, termasuk jumlah keseluruhan dari
prosedur bedah abdomen dan pelvis yang dijalani oleh pasien, perdarahan,
trauma pada jaringan, dan penggunaan bahan – bahan asing. Meskipun
demikian, tidak ditemukan adanya indikasi dalam literatur mengenai tingkat risiko yang
melekat dari faktor risiko tersebut.

Skor Risiko Perlengketan

Kami melakukan peninjauan pada data literatur dengan menggunakan pengalaman


klinis kami, mengikuti langkah – langkah dari proses yang dijelaskan didalam bagian
“Metode”.
Pertemuan kedua menentukan penetapan kata yang tepat dari faktor risiko dan,
mengingat sangat sedikitnya bukti yang telah dipublikasikan hingga saat ini, kami
menetapkan nilai risiko dan ambang batas numerik pada variabel. Kami menyepakati suatu
daftar faktor risiko yang dianggap sederhana untuk menilai praktik klinis secara rutin dan
kepentingan relatifnya yang kami tentukan penilaiannya mulai dari satu hingga empat.
Tujuh faktor risiko praoperatif, sepuluh intraoperatif, dan tiga postoperatif yang
dipertahankan. Setelah dilakukan pembahasan, kami memutuskan bahwa untuk pemanfaatan
secara klinis, maka Skor Risiko Perlengketan ini sebaiknya secara sederhana dibagi menjaddi
dua sub – skor, yang disebut sebagai Skor Risiko Perlengketan Praoperatif; yang
menggunakan Faktor Risiko Praoperatif yang di identifikasi dan ‘faktor risiko yang terkait
dengan riwayat pembedahan sebelumnya’; dan Skor Risiko Perlengketan Perioperatif. Kedua
sub – skor tersebut disusun menjadi Skor Risiko Perlengketan / Adhesion Risk Score (ARS)
yang diperlihatkan dalam Tabel 1.
Dua klasifikasi yang diterima secara luas dan dipublikasikan dalam literatur ini
digunakan untuk memfasilitasi penentuan skor dari dua faktor risiko ini. Untuk Skor Risiko
Perlengketan Praoperatif, kami menggunakan revisi klasifikasi dari American Society for
Reproductive Medicine untuk endometriosis untuk menentukan apakah derajat keparahan
endometriosis, jika memang ada, masuk kedalam kategori minimal (satu), ringan (dua),
sedang (tiga) atau berat (empat) [29]. Untuk Skor Risiko Perlengketan Perioperatif, maka
empat skor ini dikhususkan untuk menentukan derajat keparahan dari perlengketan
yang akan muncul – perlengketan tunggal, dua atau tiga perlengketan,
perlengketan > 3, dan perlengketan dengan melibatkan usus – yang mana kategori
ini sama dengan yang digunakan dan diijelaskan oleh Knightly et al. [30], dan saat ini
telah kami gunakan sebagai standar.
Keputusan pertemuan kemudian dibagikan didalam panel dan setiap anggota akan
memberikan skor pada setiap faktor risiko menggunakan skala dari satu (risiko perlengketan
terendah) hingga empat (risiko perlengketan tertinggi).

Ambang batas untuk risiko rendah, sedang dan tinggi untuk perlengketan setelah
pembedahan

Tabel 2 dan 3 menggambarkan bahwa Skor Risiko Perlengketan Praoperatif dapat


berkisar mulai dari nol hingga 36 dan Skor Risiko Perlengketan Intraoperatif dari tiga hingga
31 pada wanita yang akan menjalani prosedur pembedahan ginekologi. Kami menggunakakn
tertil dari kisaran tersebut untuk memberikan suatu pendekatan awal dengan menggunakan
ambang batas rendah, sedang dan tinggi untuk terbentuknya perlengketan. Setelah dilakukan
evaluasi nilai prediktif dari ambang batas tersebut dalam pengujian lapangan kami pada
sejumlah wanita, kami mengajukan bahwa tingkat risiko perlengketan yang digambarkan
didalam Tabel 4.
Tabel 1 Skor Risiko Perlengketan untuk memperkirakan risiko perlengketan setelah pembedahan pada wanita yang menjalani prosedur bedah
ginekologi
Faktor risiko Penetapan
Skor
a) Skor Risiko Perlengketan Praoperatif
Faktor risiko praoperatif Riwayat bedah abdomen / pelvis sebelumnya 1 3
>1 4
Riwayat perlengketan setelah pembedahan 4
Inflamasi dan/atau infeksi abdomen atau ginekologi yang terjadi bersamaan 4
Endometriosis Minimal 1
Ringan 2
Sedang 3
Berat 4
Kanker Kanker ginekologi 2
Karsinomatosis peritoneum 2
Kanker lokal non – ginekologi 3
Kanker metastasis asal ekstrapelvis 2
Terapi radiasi pada kanker intra-abdomen Lokal 4
Tempat yang jauh 1
Jaringan parut keloid 3
Faktor risiko terkait dengan pembedahan Perdarahan intraperitoneum Penurunan HB 2g% yang tidak diduga 2
sebelumnya
Komplikasi setelah pembedahan seperti fistel, abses 4
Infeksi setelah pembedahan (≥38oC selama ≥2 hari) 4
Total
b) Skor Risiko Perioperatif
Faktor risiko perioperatif Kualitas perlengketan yang ditemukan Tidak ada 0
Tipis 2
Vaskuler 3
Padats 4
Derajat keparahan perlengketan yang ada Tanpa perlengketan 0
Perlengketan tunggal 1
2 atau 3 perlengketan 2
Perlengketan > 3 3
Perlengketan dengan melibatkan usus 4
Perdarahan > 500 ml 4
Durasi prosedur < 90 menit 2
9 menit sampai 2 jam 3
> 2jam 4
Kompleksitas prosedur atau luasnya pembedahan seperti enterotomi, bedah onkologi 3
Kuadran multipel seperti adhesiolisis, bedah karsinoma ovarium
Koagulasi berlebih > 2 cm2 2
Jenis dan tempat pembedahan Laparotomi / tuba falopi 1
Bedah terbuka / uterus 3
Bedah terbuka / tuba falopi 2
Laparoskopi / adhesiolisis, uterus 3
Laparoskopi / semua prosedur lain 2
Bedah terbuka / ovarium 4
Penempatan benda asing intra-abdomen seperti mesh 3
Penggunaan skalpel listrik 2
Penutupan peritoneum 1
Total

Tabel 2 Nilai minimal dan maksimal yang mungkin untuk Skor Risiko Perlengketan Praoperatif pada wanita yang menjalani prosedur bedah
ginekologi
Faktor risiko Penetapan
Skor
a) Skor Risiko Praoperatif Minimal
Faktor risiko praoperatif Riwayat bedah abdomen / pelvis sebelumnya 0 0
Riwayat perlengketan setelah pembedahan Tidak ada 0
Inflamasi dan/atau infeksi abdomen atau ginekologi Tidak ada 0
yang terjadi bersamaan
Endometriosis Tidak ada 0
Kanker Tidak ada 0
Terapi radiasi pada kanker intra-abdomen Tidak ada 0
Jaringan parut keloid Tidak ada 0
Faktor risiko terkait dengan Perdarahan intraperitoneum Tidak ada 0
pembedahan sebelumnya
Komplikasi setelah pembedahan seperti fistel, abses Tidak ada 0
Infeksi setelah pembedahan (≥38oC selama ≥2 hari) Tidak ada 0
Total
b) Skor Risiko Praoperatif Maksimal
Faktor risiko praoperatif Riwayat bedah abdomen / pelvis sebelumnya >1 4
Riwayat perlengketan setelah pembedahan Ya 4
Inflamasi dan/atau infeksi abdomen atau ginekologi Ya 4
yang terjadi bersamaan
Endometriosis Berat 4
Kanker Kanker lokal non-ginekologi 3
Terapi radiasi pada kanker intra-abdomen Lokal 4
Jaringan parut keloid Ya 3
Faktor risiko terkait dengan Perdarahan intraperitoneum Penurunan HB 2g% yang 2
pembedahan sebelumnya tidak diduga
Komplikasi setelah pembedahan seperti fistel, abses Ya 4
Infeksi setelah pembedahan (≥38oC selama ≥2 hari) Ya 4
Total 36

Tabel 3 Nilai minimal dan maksimal yang mungkin untuk Skor Risiko Perlengketan Perioperatif pada wanita yang menjalani prosedur bedah
ginekologi
Faktor risiko Penetapan Skor
a) Skor Risiko Perioperatif Minimal
Faktor risiko Intraoperatif Kualitas perlengketan yang ditemukan Tidak ada 0
Derajat keparahan perlengketan yang ada Tidak ada 0
Durasi prosedur < 90 menit 2
Jenis dan tempat pembedahan Laparoskopi / tuba falopi 1
Total 3
b) Skor Risiko Perioperatif Maksimal
Faktor risiko Intraoperatif Kualitas perlengketan yang ditemukan Padat 4
Derajat keparahan perlengketan yang ada Perlengketan yang melibatkan usus 4
Perdararhan > 500 ml 4
Durasi prosedur > 2 jam 4
Kompleksitas prosedur atau luasnya pembedahan seperti enterotomi, bedah onkologi 3
Kuadran multipel seperti adhesiolisis, bedah karsinoma ovarium
Koagulasi berlebih > 2 cm2 2
Jenis dan tempat pembedahan Bedah terbuka / ovarium 4
Penempatan benda asing intra-abdomen seperti mesh 3
Penggunaan skalpel listrik 2
Penutupan peritoneum 1
Total 31
Tabel 4 Kisaran dan ambang batas risiko rendah, sedang, dan tinggi dari pembentuan
perlengketan setelah pembedahan
Skor Risiko Praoperatif Skor Risiko Perioperatif
Risiko rendah 0 – 12 Risiko rendah 3 – 17
Risiko sedang 13 – 24 Risiko sedang 18 – 28
Risiko tinggi 25 - 36 Risiko tinggi 29 - 31

PEMBAHASAN

Skor Risiko Perlengketan yang disajikan dalam penelitian kami dikembangkan dari
pencarian komprehensif pada literatur – literatur dan tinjauan dari publikasi yang relevan,
dan menjalani proses konsensus para ahli. Artikel ini merupakan yang pertama mengajukan
suatu alat praktik untuk para dokter ahli bedah ginekologi untuk digunakan secara rutin
dalam praktik bedah untuk mengevaluasi risiko terjadinya perlengketan setelah pembbedahan
pada individu pasien.
Dua sub – skor (Praoperatif dan Perioperatif)s memiliki tujuan yang sama – untuk
membantu para dokter ahli bedah untuk dapat mengidentifikasi wanita dengan risiko tertentu
untuk mengalami perlengketan setelah pembedahan pada pola yang konsisten, dan dari hal
tersebut untuk membuat suatu keputusan yang lebih baik dalam menargetkan penggunaan
agen penurun adhesi dimana sumber daya yang ada membatasi kemampuan mereka untuk
digunakan secara luas.
Skor Risiko Perlengketan Praoperatif mungkin dapat dihitung untuk mengevaluasi
tingkat risiko perlengketan individu secara khusus pada setiap wanita sebelum menjalani
prosedur pembedahan ginekologi apapun. Hal ini seharusnya dapat membantu para dokter
bedah untuk dapat mengadaptasikan teknik pembedahan yang dibutuhkan, dan memutuskan
apakah wanita sebaiknya mendapatkan agen penurun adhesi, dan yang manakah sebaiknya
dipilih – dengan mempertimbangkan jenis patologi dan prosedur pembedahan yang harus
dilakukan. Juga tidak kalah penting, akan dapat mengingatkan para dokter bedah perlunya
untuk dapat memastikan bahwa pasien telah mendapatkan informasi mengenai potensi risiko
terjadinya perlengketan sebelum prosedur pembedahan mereka dilakukan, oleh karena bukan
hanya untuk memenuhi tugas pelayanan mereka, tetapi juga mencegah terjadinya potensi
pendakwaan medikolegal [15, 26]. Skor Risiko Perlengketan Praoperatif dapat secara
sederhana diterapkan untuk digunakan sebagai bagian dari penilaian praoperatif secara rutin
dan proses pemberian informasi dan persetujuan pasien.
Begitu juga dengan potensi dalam mengidentifikasi meningkatnya risiko dimasa
depan, maka Skor Risiko Perlengketan Perioperatif mungkin juga dapat membantu kita
mengidentifikasi wanita – wanita yang mungkin tampaknya memiliki Skor Risiko
Perlengketan Praoperatif yang rendah, tetapi memiliki risiko yang cukup besar untuk
mengalami pembentukan adhesi oleh karena faktor risiko spesifik yang dapat dihubungkan
dengan proses pembedahan dan/atau dengan karakteristik perlengketan yang sudah ada dan
tidak diketahui pada saat penilaian praoperatif. Pada wanita – wanita tersebut yang kemudian
di identifikasi sebagai risiko tinggi, maka penggunaan dari agen anti adhesi bukan saja
kemungkinan dapat memiliki manfaat klinis tetapi juga jauh lebih mudah secara ekonomis di
benarkan penggunaannya dimana sumber daya terbatas.
Meskipun menghitung Skor Risiko Perlengketan Perioperatif selama pembedahan
mungkin tidaklah mudah untuk dilakukan, tetapi hal ini dapat secara mudah diangkat dengan
membuat Skor Risiko Perlengketan Perioperatif ini sebagai suatu poster atau dipasang pada
suatu monitor didalam ruang operasi untuk membantu kita mengingatnya. Skor ini kemudian
secara sederhana dapat dihitung tanpa menganggu durasi dari proses pembedahan yang
dilakukan – hanya sekitar 10 nomor yang berkisar antara nol sampai empat yang perlu
ditambahkan.
Sebelum dikembangkannya Skor Risiko Perlengketan, kami sangat mengetahui
heterogenisitas dari data mengenai faktor risiko untuk perlengketan yang dilaporkan dalam
literatur. Memang benar, terdapat sangat banyak variasi dalam klasifikasi perlengketan dan
pendekatna bedah, membuat perbandingan antara bukti yang dipublikasikan menjadi cukup
sulit. Hal tersebut menghalangi kita menentukan tujuan dari tingkatan risiko yang terkait
dengan faktor risiko perlengketan dan pengembangan suatu skor risiko berbasis bukti yang
tepat. Bersama – sama dengan tinjauan komprehensif dari literatur, proses konsensus panel
para ahli menjadi metode yang sangat tepat untuk dapat mengembangkan Skor Risiko
Perlengketan yang disajikan disini.
Oleh karena heterogenisitas dan kurangnya data mengenai faktor risiko yang relatif
penting untuk perlengketan setelah prosedur pembedahan ginekologi, baik dengan konsensus,
kami menerapkan suatu proses penentuan skor yang disederhanakan dengan memberikan
pembobotan pada setiap faktor risiko yang dihitung dari satu sampai empat dari pada
menggunakan kisaran satu sampai sembilan yang saat ini digunakan secara umum dalam
sistem penentuan skor [31].
Dalam konteks ini, pengajuan suatu evaluasi berbasis bukti yang akurat untuk risiko
perlengketan setelah pembedahan pada individu wanita mungkin merupakan suatu hal yang
sangat ambisius. Meskipun demikian, kami meyakini bbahwa tiga kategori besar, risiko
rendah, sedang dan tinggi dapat menjadi suatu bantuan bagi dokter ahli bedah dalam
mengidentifikasi dengan lebih baik wanita – wanita yang mungkin bisa mendapatkan manfaat
terbesar dari tindakan – tindakan pencegahan untuk meminimalisir perlengketan setelah
pembedahan, memberikan suatu pembenaran yang lebih baik dalam penggunaan agen reduksi
adhesi dan penggunaan bertarget dari agen tersebut dalam sistem pelayanan kesehatan
dimana sumber daya dan pendanaannya terbatas.
Pertimbangan biaya juga harus diperhitungkan ketika kita memutuskan apakah agen
reduksi adhesi sebaiknya digunakan atau tidak. Para penyedia layanan kesehatan tidak secara
umum memberikan pembiayaan terhadap biaya agen reduksi adhesi. Para dokter ahli bedah
ginekologi yang turut berpartisipasi dalam dua survei kesadaran akan perlengketan yang
dilakukan di Jerman [32] dan dibeberapa negara di Eropa [33] menyatakan bahwa saat ini,
produk tersebut sangatlah mahal untuk dapat digunakan secara luas. Faktor ekonomi tersebut
menghalangi penggunaan agen reduksi adhesi secara luas dalam bidang pembedahan
ginekologi.
Sebagai serang dokter yang melakukan operasi, kami sebaiknya menargetkan semua
sumber daya yang ada saat ini dan sementara mengenali secara penuh keseriusan dan ukuran
dari masalah perlengketan, dimana masalah utama yang dihadapi saat ini adalah
membenarkan pennggunaan dari agen reduksi adhesi. Kami mendorong para dokter ahli
bedah ginekologi untuk menggunakan Skor Risiko Perlengketan untuk mengevaluasi risiko
perlengketan pada pasien mereka dengan pola yang konsisten dan oleh karena itu dapat
membantu dalam membuat suatu pengambilan keputusan yang lebih baik dan membenarkan
penggunaan tindakan pencegahan secara tepat pada pasien risiko tinggi, secara khusus pada
wanita usia muda yang di identifikasi memiliki risiko tinggi untuk mengalami perlengketan
dan berharap untuk dapat hamil.
Kami menyadari bahwa Skor Risiko Perlengketan kami merupakan percobaan
pertama yang mungkin membutuhkan perbaikan lebih lanjut setelah dilakukan pengujian
pada praktik bedah rutin yang lebih luas. Sementara kami mengumpulkan suatu skor risiko
berbasis bukti enggunakan metode statistik yang tepat [34] dan memang jelas merupakan
tujuan kami, akan dibutuhkan lebih banyak data dan bukti yang kuat dimana saat ini masih
belum tersedia. Meskipun demikian, sementara waktu ini, yang kami sajikan disini
merupakan suatu metode sederhana yang dapat digunakan secara mudah untuk dapat
diterapkan kedalam praktik rutin untuk melakukan evaluasi risiko perlengketan dengan pola
sistematis, dan oleh karena itu dapat membantu dalam mengidentifikasi dan pembenaran
klinis dari penggunaan sumber daya yang terbatas dengan menargetkan wanita – wanita yang
memang memiliki risiko tinggi.

Anda mungkin juga menyukai