Anda di halaman 1dari 6

Asep Haerudin

1016002
Teknik Geologi
1. Hybrid Joint
KEKAR HIBRID (HYBRID J OINT), YAITU MERUPAKAN CAMPURAN DARI KEKAR GERUS DAN
KEKAR TARIKAN DAN PADA UMUMNYA REKAHANNYA TERISI OLEH MINERAL SEKUNDER .
A. KEKAR GERUS .
CIRI -CIRI DILAPANGAN :
 BIASANYA BIDANGNYA LICIN .
 MEMOTONG SELURUH BATUAN.
 MEMOTONG KOMPONEN BATUAN.
 BIDANG REKAHNYA RELATIF KECIL.
 ADANYA JOINT SET BERPOLA BELAH KETUPAT
B. KEKAR T ARIKAN
CIRI -CIRI DILAPANGAN :
 BIDANG KEKAR TIDAK RATA.
 BIDANG REKAHNYA RELATIF LEBIH BESAR .
 POLANYA SERING TIDAK TERATUR , KALAUPUN TERATUR BIASANYA AKAN
BERPOLA KOTAK -KOTAK.
 KARENA TERBUKA , MAKA DAPAT TERISI MINERAL YANG KEMUDIAN DISEBUT
VEIN.

2. Struktur sekunder
Adalah struktur yang terbentuk setelah proses pembentukkan batuan, terutama akibat adanya
tegasan eksternal yang bekerja selama atau sesudah pembentukkan batuan. Bagian terbesar dari geologi
struktur adalah contoh – contoh sekunder adalah kekar, sesar, dan lipatan.
Kekar (fracture) adalah struktur retakan/rekahan terbentuk pada batuan akibat suatu gaya yang
bekerja pada batuan tersebut dan belum mengalami pergeseran. Secara umum dicirikan oleh: a).
Pemotongan bidang perlapisan batuan; b). Biasanya terisi mineral lain (mineralisasi) seperti kalsit,
kuarsa dsb; c) kenampakan breksiasi. Struktur kekar dapat dikelompokkan berdasarkan sifat dan
karakter retakan/rekahan serta arah gaya yang bekerja pada batuan tersebut. Kekar yang umumnya
dijumpai pada batuan adalah sebagai berikut:

1. Shear Joint (Kekar Gerus) adalah retakan / rekahan yang membentuk pola saling berpotongan
membentuk sudut lancip dengan arah gaya utama. Kekar jenis shear joint umumnya bersifat
tertutup.
2. Tension Joint adalah retakan/rekahan yang berpola sejajar dengan arah gaya utama, Umumnya
bentuk rekahan bersifat terbuka.
3. Extension Joint (Release Joint) adalah retakan/rekahan yang berpola tegak lurus dengan arah gaya
utama dan bentuk rekahan umumnya terbuka.

Sesar adalah struktur rekahan yang telah mengalami pergeseran. Umumnya disertai oleh struktur
yang lain seperti lipatan, rekahan dsb. Adapun di lapangan indikasi suatu sesar / patahan dapat dikenal
melalui : a) Gawir sesar atau bidang sesar; b). Breksiasi, gouge, milonit, ; c). Deretan mata air; d).
Sumber air panas; e). Penyimpangan / pergeseran kedudukan lapisan; f) Gejala-gejala struktur minor
seperti: cermin sesar, gores garis, lipatan dsb.
Berdasarkan pergeserannya, struktur sesar dalam geologi dikenal ada 3 jenis (gambar 7.6), yaitu: 1).
Sesar Mendatar (Strike slip faults) ; 2). Sesar Naik (Thrust faults) ; 3). Sesar Turun (Normal faults).

1. Sesar Mendatar (Strike Slip Fault) adalah sesar yang pergerakannya sejajar, blok bagian kiri
relatif bergeser kearah yang berlawanan dengan blok bagian kanannya. Berdasarkan arah
pergerakan sesarnya, sesar mendatar dapat dibagi menjadi 2 (dua) jenis sesar, yaitu: (1). Sesar
Mendatar Dextral (sesar mendatar menganan) dan (2). Sesar Mendatar Sinistral (sesar mendatar
mengiri). Sesar Mendatar Dextral adalah sesar yang arah pergerakannya searah dengan arah
perputaran jarum jam sedangkan Sesar Mendatar Sinistral adalah sesar yang arah pergeserannya
berlawanan arah dengan arah perputaran jarum jam. Pergeseran pada sesar mendatar dapat sejajar
dengan permukaan sesar atau pergeseran sesarnya dapat membentuk sudut (dip-slip / oblique).
Sedangkan bidang sesarnya sendiri dapat tegak lurus maupun menyudut dengan bidang horisontal.
2. Sesar Naik (Thrust Fault) adalah sesar dimana salah satu blok batuan bergeser ke arah atas dan
blok bagian lainnya bergeser ke arah bawah disepanjang bidang sesarnya. Pada umumnya bidang
sesar naik mempunyai kemiringan lebih kecil dari 450.
3. Sesar Turun (Normal fault) adalah sesar yang terjadi karena pergeseran blok batuan akibat
pengaruh gaya gravitasi. Secara umum, sesar normal terjadi sebagai akibat dari hilangnya pengaruh
gaya sehingga batuan menuju ke posisi seimbang (isostasi). Sesar normal dapat terjadi dari kekar
tension, release maupun kekar gerus

Lipatan adalah deformasi lapisan batuan yang terjadi akibat dari gaya tegasan sehingga batuan
bergerak dari kedudukan semula membentuk lengkungan. Berdasarkan bentuk lengkungannya lipatan
dapat dibagi dua, yaitu a). Lipatan Sinklin adalah bentuk lipatan yang cekung ke arah atas, sedangkan
lipatan antiklin adalah lipatan yang cembung ke arah atas.
Berdasarkan kedudukan garis sumbu dan bentuknya, lipatan dapat dikelompokkan menjadi :
1). Lipatan Paralel adalah lipatan dengan ketebalan lapisan yang tetap.
2). Lipatan Similar adalah lipatan dengan jarak lapisan sejajar dengan sumbu utama.
3). Lipatan harmonik atau disharmonik adalah lipatan berdasarkan menerus atau tidaknya sumbu
utama.
4). Lipatan Ptigmatik adalah lipatan terbalik terhadap sumbunya
5). Lipatan chevron adalah lipatan bersudut dengan bidang planar
6). Lipatan isoklin adalah lipatan dengan sayap sejajar
7). Lipatan Klin Bands adalah lipatan bersudut tajam yang dibatasi oleh permukaan planar.

Disamping lipatan tersebut diatas, dijumpai juga berbagai jenis lipatan, seperti Lipatan Seretan
(Drag folds) adalah lipatan yang terbentuk sebagai akibat seretan suatu sesar.

Endapan Turbidit dan Bouma Sekuen


Turbidit didefinisikan oleh Keunen dan Migliorini (1950) sebagai suatu sedimen yang diendapkan
oleh mekanisme arus turbidit, sedangkan arus turbidit itu sendiri adalah suatu arus yang memiliki
suspensi sedimen dan mengalir pada dasar tubuh fluida, karena mempunyai kerapatan yang lebih
besar daripada cairan tersebut.
Litologi dan Struktur
Karakteristik endapan turbidit pada dasarnya dapat dikelompokan ke dalam dua bagian besar
berdassarkan litologi dan struktur sedimen, yaitu :
 Karakteristik Litologi
1. Terdapat perselingan tipis yang bersifat ritmis antar batuan berbutir relatif kasar dengan
batuan yang berbutir relatif halus.
2. Pada lapisan batuan berbutir kasar memiliki pemilahan buruk dan mengandung mineral-
mineral kuarsa, feldspar, mika, glaukonit, juga banyak didapatkan matrik lempung. Kadang-kadang
dijumpai adanya fosil rework, yang menunjukan lingkungan laut dangkal.
3. Pada beberapa lapisan batupoasir dan batulanau didapatkan adanya fragmen tumbuhan.
4. Kontak perlapisan yang tajam, kadang berangsur menjadi endapan pelagik.
5. Pada perlapisan batuan, terlihat adanya struktur sedimen tertentu yang menunjukan proses
pengendapannya, yaitu antara lain perlapisan bersusun, planar, bergelombang, konvolut,
dengan urut-urutan tertentu.
6. Tak terdapat struktur sedimen yang memperlihatkan ciri endapan laut dangkal maupun
fluvial.
7. Sifat-sifat penunjukan arus akan memperlihatkan pola aliran yang hampir seragam saat
suplai terjadi.
 Karakteristik Struktur sedimen
Menurut Bouma (1962) dalam hal pengenalan endapan turbidit salah satu ciri yang penting adalah
struktur sedimen, karena mekanisme pengendapan arus turbidit memberikan karakteristik sedimen
tertentu. Banyak klasifikasi struktur sedimen hasil mekanisme arus turbid, salah satunya
karakteristik genetik dari Selly (1969). Selly (1969) mengelompokan struktur sedimen menjadi 3
berdasarkan proses pembentukannya :
 Struktur Sedimen Pre-Depositional
Merupakan struktur sedimen yang terjadi sebelum pengendapan sedimen, yang berhubungan
dengan proses erosi oleh bagian kepala (head) dari suatu arus turbid (Middleton, 1973). Umumnya
pada bidang batas antara lapisan batupasir dan serpih. Beberapa struktur sedimen yang antara lain
flute cast, groove cast.
 Struktur Sedimen Syn-Depositional
Struktur yang terbentuk bersamaan dengan pengendapan sedimen, dan merupakan struktur yang
penting dalam penentuan suatu endapan turbidit. Beberapa struktur sedimen yang penting
diantaranya adalah perlapisan bersusun, planar, dan perlapisan bergelombang.
 Struktur Sedimen Post-Derpositional
Struktur sedimen yang dibentuk setelah terjadi pengendapan sedimen, yang umumnya berhubungan
dengan proses deformasi. Salah satunya struktur load cast.
Karakteristik-karakteristik tersebut tidak selalu harus ada pada suatu endapan turbidit. Dalam hal
ini lebih merupakan suatu alternatif, mengingat bahwa suatu endapan turbidit juga dipengaruhi oleh
faktor-faktor lainnya yang akan memberikan ciri yang berbeda dari suatu tempat ke tempat
lain.Umumnya struktur sedimen yang ditemukan pada endapan turbidit adalah struktur sedimen
yang terbentuk karena proses sedimentasi, terutama yang terjadi karena proses pengendapan
suspensi dan arus.
Sekuen Bouma
Bouma (1962) memberikan urutan ideal endapan turbidit yang dikenal dengan Sekuen Bouma.
Bouma Sequence yang lengkap dibagi 5 interval (Ta-Te), peralihan antara satu interval ke interval
berikutnya dapat secara tajam, berangsur, atau semu, yaitu
 Gradded Interval (Ta)
Merupakan perlapisan bersusun dan bagian terbawah dari urut-urutan ini, bertekstur pasir kadang-
kadang sampai kerikil atau kerakal. Struktur perlapisan ini menjadi tidak jelas atau hilang sama
sekali apabila batupasirnya memiliki pemilahan yang baik. Tanda-tanda struktur lainnya tidak
tampak.
 Lower Interval of Parallel Lamination (Tb)
Merupakan perselingan antara batupasir dengan serpih atau batulempung, kontak dengan interval
dibawahnya umumnya secara berangsur.
 Interval of Current Ripple Lamination (Tc)
Merupakan struktur perlapisan bergelombang dan konvolut. Ketebalannya berkisar antara 5-20
cm, mempunyai besar butir yang lebih halus daripada kedua interval dibawahnya. (Interval Tb).
 Upper Interval of Parallel Lamination (Td)
Merupakan lapisan sejajar, besar butir berkisar dari pasir sangat halus sampai lempung lanauan.
Interval paralel laminasi bagian atas, tersusun perselingan antarabatupasir halus dan lempung,
kadang-kadang lempung pasirannya berkurang ke arah atas. Bidang sentuh sangat jelas.
 Pelitic Interval (Te)
Merupakan susunan batuan bersifat lempungan dan tidak menunjukan struktur yang jelas ke arah
tegak, material pasiran berkurang, ukuran besar butir makin halus, cangkang foraminifera makin
sering ditemukan. Bidang sentuh dengan interval di bawahnya berangsur. Diatas lapisan ini sering
ditemukan lapisan yang bersifat lempung napalan atau yang disebut lempung pelagik.
Kipas bawah laut
Dari penelitian fasies turbidit, maka dilakukan pembuatan suatu model kipas bawah laut (sebagai
contoh gambar diatas merupakan kipas bawah laut tipe eagle), yang merupakan asosiasi dari
beberapa fasies. Dari model tersebut diharapkan dapat diketahui arah pengendapan serta letak dari
suatu endapan turbidit. Walker dan Mutti (1973) telah mengemukakan suatu model, yaitu model
kipas laut dalam dan hubungannya dengan fasies turbidit. Walker (1978) kemudian
menyedehanakannya menjadi 5 fasies, yaitu :
 Fasies Turbidit Klasik (Classical Turbidite, CT)
Fasies ini pada umumnya terdiri dari perselingan antara batupasir dan serpih/batulempung dengan
perlapisan sejajar tanpa endapan channel. Struktur sedimen yang sering dijumpai adalah perlapisan
bersusun, perlapisan sejajar, dan laminasi, konvolut. Lapisan batupasir menebal ke arah atas. Pada
bagian dasar batupasir dijumpai hasil erosi akibat penggerusan arus turbidit (sole mark) dan dapat
digunakan untuk menentukan arus turbidit purba.
 Fasies Batupasir masif (Massive Sandstone, MS)
Fasies ini terdiri dari batupasir masif, kadang-kadang terdapat endapan channel, ketebalan 0,5-5
meter, struktur mangkok/dish structure. Fasies ini berasosiasi dengan kipas laut bagian tengah dan
atas.
 Fasies Batupasir Kerakalan (Pebbly Sandstone, PS)
Fasies ini terdiri dari batupasir kasar, kerikil-kerakal, struktur sedimen memperlihatkan perlapisan
bersusun, laminasi sejajar, tebal 0,5 – 5 meter. Berasosiasi dengan channel, penyebarannya secara
lateral tidak menerus, penipisan lapisan batupasir ke arah atas dan urutan Bouma tidak berlaku.
 Fasies Konglomeratan (Clast Supported Conglomerate, CGL)
Fasies ini terdiri dari batupasir sangat kasar, konglomerat, dicirikan oleh perlapisan bersusun,
bentuk butir menyudut tanggung-membundar tanggung, pemilahan buruk, penipisan lapisan
batupasir ke arah atas, tebal 1-5 m. Fasies ini berasosiasi dengan sutrafanlobes dari kipas tengah
dan kipas atas.
 Fasies Lapisan yang didukung oleh aliran debris flow dan lengseran (Pebbly mudstone,
debris flow, slump and slides, SL).
Fasies ini terdiri dari berbagai kumpulan batuan, pasir, kerikil, kerakal dan bongkah-bongkah yang
terkompaksi. Fasies ini berasosiasi dengan lingkungan pengendapan kipas atas.

4. Mengapa ada lipatan kecil di dalam liptan besar


Lipatan terbentuk karena adanya peristiwa dislokasi, yakni perpindahan atau pergeseran
letak lempeng bumi. Pergeseran lempeng tersebut mengakibatkan lapisan kulit bumi terdorong
secara horizontal, baik pada salah satu tepi lapisan maupun pada kedua tepi lapisan. Pembentukan
lipatan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti gaya berat atau pelengseran, tenaga tektonik,
intrusi batuan beku dan injeksi garam. Disebut dengan lipatan jika terdapat perubahan suatu
bidang datar menjadi bentuk bidang lengkungan. Lipatan pada kulit bumi ini sangat
menguntungkan dan sering dicari oleh para penambang karena terdapat bahan tambang yang
berharga di dalamnya, seperti minyak bumi dan endapan gas.
Lipatan adalah salah satu struktur geologi yang sering ditemukan pada batuan sedimenyang
mempunyai bidang lapisan yang terbentuk pada saat proses sedimentasi. Akan tetapi ada juga
lipatan yang ditemukan pada batuan beku dan batuan metamorf . Pada jenis jenis batuan tersebut
ditemukan lipatan kecil (micro fold) yang hanya berukuran beberapa meter, dan ada pula lipatan
besar (mega fold) yang mencapai ukuran berkilo- kilo meter. Perbedaan ukuran tersebut
tergantung pada sifat fisik batuan yang terlipat, sistem tegasan, waktu yang diperlukan dalam
pembentukan lipatan, besarnya gaya yang bekerja membentuk lipatan dan mekanisme
pembentukan lipatan. Terdapat dua macam mekanisme pembentuk lipatan yaitu melipat
(blucking) dan melengkung (bending). Buckling disebabkan oleh gaya tekan yang arahnya sejajar
dengan permukaan lempeng sehingga terjadi perubahan bentuk batuan yakni berupa rekahan
akibat adanya tarikan. Sedangkan bending disebabkan oleh adanya gaya tekan yang arahnya
tegak lurus terhadap bidang lapisan.

Anda mungkin juga menyukai