Anda di halaman 1dari 13

Bulletin of Scientific Contribution, Volume 13, Nomor 1, April 2015: 80-

POTENSI HIDROKARBON FORMASI AIR BENAKAT, LAPANGAN


‘CA’, CEKUNGAN SUMATERA SELATAN

Adycipta Anis Prawoto1), Yusi Firmansyah2), Nurdrajat2), Edy Sunardi3)


1
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran,
2
Lab. Stratigrafi Universitas Padjadjaran,
3
Lab. Sedimentologi dan Geologi Kuarter Universitas Padjadjaran

ABSTRACT
Field ‘CA’ located in the South Sumatra Basin with an area of 6433 Km 2. This study aimed to evaluate
the hydrocarbon potential of Air Benakat Formation. Based on the results of the petrophysical analysis
from well HA, BA, PA, RI and SE show the results are : Vsh cut off 0.34, Phie cut off 0.136 and SW cut
off 0.59. Determination of reservoir netpay performed on HA well, that have thick of netpay 14.638
meters. The results of picking seismic horizon are time and depth structure maps of Air Benakat
Formation and Gumai Formation. The map was made for determining lead in the research area.
Calculation of estimated hydrocarbon reserves in the research area shows the value of OOIP is 345
MMBO.
Keywords: Hydrocarbon, potential, Formation of Air Benakat, South Sumatra Basin

ABSTRAK
Lapangan ‘CA’ terletak pada Cekungan Sumatera Selatan dengan luas area sebesar 6.433 Km 2.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi potensi hidrokarbon pada Formasi Air Benakat. Berdasarkan
hasil analisis petrofisika pada sumur HA, BA, PA, RI dan SE menunjukkan hasil sebagai berikut : nilai cut
off Vsh 0.34, cut off PHIE 0.136 dan cut off SW 0.59. Penentuan netpay reservoar dilakukan pada sumur
HA yang memiliki tebal sebesar 14,638 meter. Hasil penarikan marker horison berdasarkan marker top
Formasi Air Benakat dan Formasi Gumai adalah peta struktur waktu dan kedalaman yang kemudian
dilakukan model patahan. Peta tersebut dibuat dengan tujuan untuk menentukan lead pada daerah
penelitian. Dari hasil perhitungan estimasi cadangan hidrokarbon pada daerah penelitian menunjukkan
jumlah OOIP sebesar 345 MMBO.
Kata kunci: Hidrokarbon, potensi, Formasi Air Benakat, Cekungan Sumatera Selatan

PENDAHULUAN yang dapat digunakan adalah seismik


stratigrafi dan well logging. Tujuan
Sumberdaya energi berupa minyak
dari analisis rekaman seismik dan well
dan gas bumi masih menjadi kebutuh-
log ini adalah untuk mengetahui tata-
an pokok bagi masyarakat Indonesia.
nan stratigrafi, keadaan struktur geol-
Seiring meningkatnya taraf hidup ma-
ogi bawah permukaan, dan juga un-
syarakat, kebutuhan sumber energi-
tuk mengetahui zona prospektif lapis-
pun terus bertambah. Pembangunan
an batuan sebagai reservoir berdasar-
infrastruktur yang sedang gencar pun
kan sifat fisiknya yang terekam pada
menjadi salah satu faktor meningkat-
kurva gamma ray, resistivitas, densi-
nya permintaan sumber daya energi
tas, dan kurva neutron pada data su-
ini,maka dibutuhkan usaha untuk me-
mur daerah penelitian. Adapun tujuan
nyeimbangkan antara kebutuhan de-
dari penelitian ini adalah:
ngan ketersediaan cadangan sumber
a. Menganalisis sifat petrofisik batuan
energi di Indonesia. Salah satu usaha
berdasarkan data wireline log un-
yang dilakukan adalah eksplorasi pen-
tuk mengidentifikasi lapisan reser-
dahuluan pada daerah yang dianggap
voar
sebagai area prospek migas, sebagai
b. Membuat peta struktur waktu dan
upaya mencari cadangan yang baru.
kedalaman Formasi Air Benakat
Tahapan eksplorasi ini bertujuan
c. Menganalisis area lead untuk
untuk mengidentifikasi keberadaan
menghitung estimasi cadangan hi-
maupun potensi zona hidrokarbon di-
drokarbon
bawah permukaan. Adapun metoda

79
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 13, Nomor 1, April 2015: 80-92

TINJAUAN PUSTAKA dan penerobosan oleh tubuh gra-


nit. Menurut Pulunggono & Came-
Geologi Regional
ron, 1984,fase ini membentuk se-
Cekungan Sumatera Selatan me- sar berarah baratdaya-timurlaut.
rupakan salah satu cekungan pengha- 2. Fase kedua terjadi pada umur Ka-
sil minyak dan gas bumi di Indonesia, pur Akhir-Eosen yang menghasil-
yang hingga sekarang masih dalam kan pola struktur yang berarah u-
tahap eksplorasi maupun sudah ber- tara-selatan. Pola struktur yang
produksi. Cekungan sumatera selatan dihasilkan oleh fase pertama dan
ini merupakan cekungan belakang bu- kedua membentuk konfigurasi ba-
sur (Back Arc Basin). Cekungan ini di- tuan dasar berupa half graben,
batasi oleh Sesar Semangko dan Bukit horst, dan fault block (Adiwidjaja
Barisan di sebelah baratdaya, Paparan dan de Coster, 1973; de Coster,
Sunda di sebelah timur laut, Tinggian 1974; Pulunggono et al., 1992
Lampung di sebelah tenggara sebagai dalam Darman dan Sidi, 2000).
pemisah dengan Cekungan Sunda, 3. Fase ketiga berupa, kompresi pada
dan di sebelah baratlaut dibatasi oleh Plio-Plistosen yang menyebabkan
Pegunungan Dua Belas dan Pegu- pola pengendapan berubah men-
nungan Tiga Puluh sebagai pembatas jadi regresi dan berperan dalam
dengan Cekungan Sumatera Tengah. pembentukan struktur perlipatan
dan sesar sehingga membentuk
Struktur Geologi Regional konfigurasi geologi seperti seka-
Cekungan Sumatera Selatan me- rang. Pada fase tektonik ini terjadi
rupakan cekungan belakang busur pengangkatan Pegunungan Bukit
berumur Tersier yang terbentuk Barisan yang menghasilkan Se-
akibat adanya interaksi antara Papar- mangko Wrench Fault yang meru-
an Sunda (sebagai bagian dari lem- pakan hasil dari subdaksi oblik
peng kontinen Asia) dan lempeng Sa- Lempeng Indo-Australia terhadap
mudera Hindia. Cekungan ini terben- Kontinen Sunda yang menghasil-
tuk pada saat sebuah seri dari graben kan gerak rotasi right lateral. Lalu
yang berkembang sebagai respon dari pergerakan horisontal yang terjadi
sistem subduksi oblik lempeng Samu- mulai Plistosen Awal hingga seka-
dera Hindia di bawah Lempeng Benua rang mempengaruhi kondisi Ce-
Asia yang menghasilkan sistem diver- kungan Sumatera Selatan dan Te-
gen dengan arah menyamping ke ka- ngah sehingga sesar yang baru ter-
nan pada cekungan belakang busur. bentuk di daerah ini mempunyai
Cekungan Sumatera Selatan merupa- perkembangan hampir sejajar de-
kan salah satu dari tiga cekungan uta- ngan sesar Semangko. Akibat per-
ma di Sumatera (cekungan sumatra gerakan horisontal ini, orogenesa
utara, tengah, selatan), dimana me- yang terjadi pada Plio-Plistosen
nurut klasifikasi tektonik di Indonesia menghasilkan lipatan dan patahan
termasuk cekungan belakang busur. yang berarah baratlaut-tenggara.
Selama Zaman Tesier Paparan Sunda Jenis sesar yang terdapat pada ce-
telah mengalami dua kali gerak rotasi kungan ini adalah sesar naik, sesar
berlawanan arah jarum jam sebesar mendatar dan sesar normal.
420 (Koesoemadinata, 1980).
Secara garis besar pola struktur Stratigrafi Regional
geologi yang berkembang pada Ce- Secara umum, tatanan stratigrafi
kungan Sumatera Selatan merupakan pada Cekungan Sumatera Selatan ter-
hasil dari tiga fase tektonik, yaitu : diri atas dua fase pengendapan yaitu
1. Fase pertama terjadi pada umur fase transgresi dan fase regresi (Jack-
Mesozoikum, mengakibatkan batu- son, 1961 dalam Koesoemadinata, et
an mengalami perlipatan, pengang- al., 1976). Fase transgresi ditandai o-
katan, pensesaran, metamorfisme leh diendapkannya kelompok Telisa

81
Potensi Hidrokarbon Formasi Air Benakat, Lapangan ‘CA’, Cekungan Sumatera Selatan
(Adycipta Anis Prawoto, Yusi Firmansyah, Nurdrajat, Edy Sunardi)

secara tidak selaras pada batuan Pra- perkalian antara densitas () dan ke-
Tersier. Selama fase pengendapan ini, cepatan (V). Impedansi akustik meru-
penurunan dasar cekungan lebih ce- pakan sifat batuan yang dipengaruhi
pat dibandingkan proses sedimentasi oleh jenis litologi, porositas (Φ), kan-
yang berlangsung, sehingga terbentuk dungan fluida, kedalaman, tekanan
urutan fasies non marin, transisi, laut (P), dan temperatur (T). Impedansi
dangkal dan laut dalam (De Coster, akustik dapat digunakan sebagai indi-
1974; Koesoemadinata, et. al., 1976). kator litologi, menentukan besarnya
Fase regresi ditandai dengan pengen- porositas (Φ), perkiraan keberadaan
dapan kelompok Palembang. Fase ini hidrokarbon, dan sebagai alat analisis
merupakan kebalikan dari fase trans- kuantitatif. Atribut-atribut seismik ad-
gresi, dimana pengendapan lebih ce- lah sifat-sifat dari suatu trace seismik
pat dibandingkan dengan penurunan kompleks, yaitu amplitudo, besaran,
dasar cekungan, sehingga terbentuk fase, frekuensi, dan polaritas. Istilah
urutan seperti fasies laut dangkal, instaneous diberikan pada fase dan
transisi, dan non marin (De Coster, frekuensi apabila harga-harga ini di-
1974; Koesoemadinata et al., 1976). kalkulasi dari setiap sampel suatu
trace seismic.
Well Logging & Seismik
Geologi Bawah Permukaan
Well Logging adalah suatu metoda
penelitian dengan pekerjaan mencatat Pada dasarnya dalam melakukan
atau merekam data di bawah permu- pemetaan geologi bawah permukaan
kaan dengan menggunakan peralatan sama dengan melakukan pemetaan
elektronik secara berkesinambungan geologi permukaan, namun demikian
dan teratur, selaras dengan pergerak- terdapat beberapa perbedaaan yang
an alat yang dipakai, sehingga dia- agak mencolok diantara kedua meto-
gram yang dihasilkan akan merupa- de tersebut. Pada pemetaan geologi
kan gambaran hubungan antara keda- permukaan data-data pendukung un-
laman dengan karakter atau sifat-sifat tuk membuat suatu peta berdasarkan
formasi batuan (Harsono, 1997). Seti- segala sesuatu yang ada diatas per-
ap log yang berbeda memiliki jang- mukaan yang dapat kita amati bentuk
kauan perekaman data yang berbeda- maupun karakteristiknya, kemudian
beda, maka dibutuhkan koreksi lagi dimanifestasikan pada suatu bidang
setelah dilakukan pengukuran. Para- permukaan. Namun beda halnya de-
meter petrofisik batuan yaitu porosi- ngan pemetaan bawah permukaan,
tas, permeabilitas, resistivity, Volume data yang didapat berdasarkan suatu
shale dan saturasi air, didapat dengan bidang acuan kemudian penyebaran-
melakukan analisis petrofisika. nya secara korelatif dihubungkan de-
Perkembangan dunia teknologi ngan data acuan lainnya, dalam hal
telah membantu para ahli geologi un- ini dapat berupa data cutting/core.
tuk mengetahui pola pengendapan Permasalahan yang dihadapi dalam
pada suatu daerah berdasarkan re- pemetaan bawah permukaan adalah
kaman gelombang akustik yang me- analisa kemenerusan suatu bidang
rambat pada batuan (seismic), sepan- lapisan batuan atau bidang lainnya
jang gelombang tersebut terekam o- seperti bidang patahan dan bidang
leh receiver. Metode ini sebagai salah ketidakselarasan. Oleh sebab itu, da-
satu acuan dalam pemodelan struktur lam membuat peta bawah permukaan
dan stratigrafi suatu daerah sebelum harus dibantu dengan beberapa alat
dilakukan pemboran eksplorasi atau- bantu seperti software dan data pe-
pun pekerjaan lapangan lanjut. nunjangnya seperti line sesmic dan
Salah satu sifat akustik yang khas well log. Secara garis besar proses
pada batuan adalah Impedansi Akus- pembuatan peta bawah permukaan
tik (IA) yang merupakan hasil dari adalah sebagai berikut :

82
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 13, Nomor 1, April 2015: 80-92

1. Well Corelation: Proses korelasi an- HASIL DAN PEMBAHASAN


tar sumur dilakukan untuk menge-
Analisis Geologi
tahui pola stratigrafi dan struktur
pada lapangan yang akan dipeta- Analisis geologi dilakukan dengan
kan. Korelasi sumur ini meliputi melihat korelasi antar sumur. Korelasi
pembuatan alur sumur, well top, antar sumur dilakukan berdasarkan
korelasi, curve filling. Hasil dari ko- batas-batas top setiap formasi (lito-
relasi ini akan digunakan sebagai stratigrafi) yang terdapat pada data
data yang akan diolah untuk pem- sumur. Adapun formasi yang akan di-
buatan peta bawah permukaan. korelasikan pada penelitian ini adalah
2. Fault Modeling: Pemodelan patahan Basement, Formasi Talang Akar, For-
merupakan proses penyempurnaan masi Baturaja, Formasi Gumai, For-
patahan agar grid patahan tiga di- masi Air Benakat dan Formasi Muara
mensi dapat diciptakan. Pada pro- Enim.
ses ini disempurnakan letak struk- Penampang sumur dibuat dari ba-
tur di lapangan penelitian, serta ratlaut-tenggara, dari korelasi top
pembuatan horizon, zona, dan formasi menunjukan bahwa semakin
lapisan. kearah baratlaut menuju tinggian be-
3. Make Horizons: Pembuatan horizon gitu pula ke arah tenggara. Mengindi-
stratigrafi merupakan langkah ak- kasikan bahwa pada bagian tengah
hir dalam pemodelan struktur. Pe- dari lapangan penelitian merupakan
kerjaan ini akan menghasilkan sua- daerah cekungan yang dikelilingi oleh
tu zona penyebaran dari data yang tinggian. Tinggian tersebut antara lain
akan dipetakan. Pegunungan Tigapuluh dan Tinggian
4. Pillar Gridding: Merupakan proses Tamiang yang berada tidak jauh dari
pembuatan kerangka kerja yang daerah penelitian (Gambar 1).
terdiri dari sebuah grid kerangka Dari korelasi sumur ini juga dapat
bagian atas, bagian tengah, dan menentukan penyebaran dan variasi
bagian bawah, dan terhubung de- ketebalan dari Formasi Air Benakat
ngan titik dasar Key Pillar. Penam- yang merupakan objek pada peneliti-
bahan ketiga grid kerangka meng- an ini. Hasil korelasi baratlaut-tengga-
hubungkan setiap sudut dari sel ra menunjukan bahwa Formasi Air Be-
grid ke sudut koresponden. Salah nakat diendapkan dengan ketebalan
satu keuntungan dari proses ini ia- yang relatif variatif, yaitu semakin ke
lah grid menciptakan dasar-dasar arah tengah daerah penelitian sema-
patahan yang bukan hanya berda- kin tebal sedangkan ke arah baratla-
sarkan permukaan itu sendiri. ut-tenggara menipis. Besar kemung-
5. Make Zones: Tujuan dalam pembu- kinan karena faktor tektonik yang be-
atan zona dilakukan untuk memi- kerja sebelum diendapkannya formasi
sahkan lapisan-lapisan target, yang ini membuat suatu cekungan pada ba-
telah di picking pada tahap sebe- gian tengah daerah penelitian, maka
lumnya. dari itu ketebalan Formasi Air Benakat
menebal kearah tengah daerah
METODE PENELITIAN penelitian (Gambar 2).
Metode penelitian mengikuti ta-
Analisis Petrofisik
hap-tahap: 1) Pengumpulan data se-
kunder dan studi literature, 2) Korela- Dalam mengevaluasi lapisan reser-
si Sumur berdasarkan Top Formasi, 3) voar dibutuhkan analisa petrofisika
Analisis Well Log, 4) Analisis data Se- seperti volume shale, porositas dan
ismik, 5) Pembuatan peta bawah per- saturasi air. Untuk menentukan sifat-
mukaan, 7) Analisis Lead, 8) Perhi- sifat petrofisika tersebut dibutuhkan
tungan estimasi cadangan hidro- data-data wireline log seperti gamma
karbon ray, densitas, porositas neutron dan

83
Potensi Hidrokarbon Formasi Air Benakat, Lapangan ‘CA’, Cekungan Sumatera Selatan
(Adycipta Anis Prawoto, Yusi Firmansyah, Nurdrajat, Edy Sunardi)

resistifitas, yang nantinya dilakukan gunakan nilai densitas air sebesar


normalisasi. Analisa petrofisika pada 1000 K/m3. Parameter yang terakhir
Blok 6 dilakukan pada 5 sumur yaitu adalah nilai densitas shale yang dida-
sumur BA, HA, PA, RI dan SE. pat berdasarkan interpretasi penen-
tuan titik pada cross plot Neutron-
Analisis Volume Shale (Vsh) Density.
Volume shale dapat didefinisikan Kemudian untuk menentukan nilai
sebagai nilai persentase kandungan PHIE dibutuhkan nilai porositas shale
shale pada suatu lapisan batuan. Per- total yang dapat dihitung dengan
hitungan Vsh dilakukan menggunakan rumus, sebagai berikut :
data log gamma ray karena diasumsi-
kan bahwa shale yang bersifat radio-
(RHO_DSH – RHO_SH)
aktif dapat terekam pada log. Untuk
menentukan nilai gamma ray clean PHIT_SH =
sand (MA) dan clean shale (SH) dibu- (RHO_DSH – RHO_FL)
tuhkan histogram distribusi data log
gamma ray. Kemudian Nilai MA diam- Keterangan :
bil pada 5% dari persebaran data log PHIT_SH (Shale total porosity)
gamma ray, dan 95% untuk data SH. RHO_DSH (Dry shale density)
Hasil dari perhitungan Vsh pada RHO_SH (Shale density)
Formasi Air Benakat disajikan pada RHO_FL (Fluid density)
log Vsh yang memiliki interval antara
0-1. Jika nilai Vsh semakin mendekati Dari hasil perhitungan nilai poro-
1, maka kandungannya akan semakin sitas efektif pada sumur HA menun-
banyak. Grafik log Vsh di lima sumur jukan adanya lapisan-lapisan batu
menunjukan bahwa Formasi Air Bena- pasir yang memiliki nilai PHIE besar.
kat merupakan interbedded shale dan Nilai PHIE juga sangat tergantung de-
pada beberapa interval ditunjukan ngan nilai Vsh pada interval log yang
nilai Vsh kecil yang menunjukan bah- sama. Tidak terdapatnya nilai RCAL/
wa formasi ini memiliki potensi seba- SCAL pada semua sumur maka perhi-
gai reservoar. tungan nilai porositas tidak dapat di
koreksi.
Analisis Porositas Efektif (PHIE)
Analisis Saturasi Air (SW)
Data log yang dapat digunakan
untuk menentukan PHIE diantaranya Ada beberapa metode yang dapat
adalah log Sonic, log Density dan log dilakukan untuk menganalisis saturasi
Neutron Porosity. Salah satu metoda air seperti metoda archie, simandoux,
yang digunakan untuk menghitung Indonesia dan lain sebagainya. Pada
nilai porositas dengan menggunakan penelitian kali ini metode yang akan
cross plot Densitas-Neutron. Dimana penulis gunakan adalah Indonesia.
nantinya dibutuhkan beberapa para- Dalam analisa nilai saturasi air dibu-
meter seperti densitas matriks, den- tuhkan beberapa parameter, antara
sitas dry shale, densitas fluida, den- lain nilai resistifitas air formasi (RWS),
sitas shale dan kemudian menghitung nilai temperatur air formasi (RWT), ni-
nilai porositas total shale. Parameter lai resistifitas shale (RTSH) dan nilai
densitas matriks didapat berdasarkan a,m,n. Nilai RWS didapat berdasarkan
nilai yang pada umumnya digunakan interpretasi pada picket-plot antara
yaitu 2650 K/m3 karena tidak ditemu- nilai neutron porosity dengan nilai
kannya data RCAL/SCAL pada semua deep resistivity. Sedangkan nilai RWT
sumur. Kemudian parameter densitas dan RTSH didapat pada water zone
dry shale menggunakan densitas mi- dan shale zone yang sebelumnya su-
neral Ilite yaitu sebesar 2780 K/m3 dah ditentukan pada log secara inter-
dan parameter densitas fluida meng- pretatif. Adapun nilai a,m,n yang di-
gunakan adalah nilai pada umumnya

84
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 13, Nomor 1, April 2015: 80-92

yaitu a 0,81; m 2; dan n 2. Kemudian 5 buah data checkshoot. Data seismik


hasil dari perhitungan disajikan dalam menunjukan kualitas data yang buruk
kurva log yang nantinya dapat diketa- sampai cukup baik, hal tersebut dapat
hui jumlah kandungan air pada suatu dilihat dari pola refleksi seismik. Kua-
lapisan batuan. litas data tersebut dapat diakibatkan
karena pengambilan data yang kurang
Penentuan Cut Off baik atau dapat juga karena keadaan
Nilai cut off Vsh, Porositas dan SW struktur geologi yang kompleks pada
ditentukan berdasarkan interpretasi tubuh batuan. Dari sejumlah data
penulis dengan pengamatan kasat seismik, dibutuhkan proses balancing
mata pada cross plot antara nilai SW agar perpotongan-perpotongan antar
dengan Porositas kemudian antara seismik dapat saling menyambung sa-
Vsh dengan Porositas. Penentuan ini tu dengan yang lainnya. Proses ini di-
dilakukan karena tidak ditemukannya butuhkan karena data tersebut memi-
data nilai cut off hasil analisa labora- liki vintage yang berbeda-beda.
torium pada Formasi Air Benakat. Pe- Kemudian proses well tie dengan
narikan nilai cut off ini didasari oleh cara memasukan data checkshoot di-
beberapa hal, yang pertama adalah lakukan untuk mengintegrasikan an-
standar nilai cut off yang dikeluarkan tara data seismik yang memiliki satu-
oleh SKK Migas, 2013 yaitu Vsh : 20 – an waktu dengan data sumur yang
50%, PHIE : 10 – 16% dan SW : 55 – memiliki satuan kedalaman. Cara
70%. Kemudian yang kedua adalah kerja Chekshoot ialah menyamakan
mengacu dengan data DST yang ter- satuan waktu dalam second dengan
dapat di sumur SE pada interval For- kedalaman feet yang tercatat pada
masi Gumai yang mempnyai nilai se- waktu tersebut. Dengan demikian
besar, Vsh : 20%, PHIE : 15% dan didapatkan marker top formasi yang
SW : 55%. Hal yang terakhir didasari telah ditentukan berdasarkan data
oleh distribusi data pada cross plot. sumur yang tercatat/muncul dalam
Maka dengan didasari oleh hal-hal seismik dengan benar (keadaan time-
tersebut didapat nilai cut off sebesar, depth yang tepat/seragam).
Vsh : 34.1%, PHIE : 13.6% dan SW :
59% Penarikan Patahan dan Marker
Horison pada penampang seismik
Net Summaries Penarikan patahan dilakukan seca-
Nilai cut off Vsh, porositas dan SW ra interpretatif, berdasarkan pola dari
pada lapisan batuan reservoar diten- refleksi seismik yang mengindikasikan
tukan untuk penentuan nilai net pay adanya pergeseran lapisan akibat se-
pada Interval Formasi Air Benakat dan sar. Pekerjaan ini dilakukan terlebih
pada Lapisan Reservoar. Zona net dahulu mempermudah penarikan ho-
reservoir di dapat dari pemotongan rison. Batas-batas dari penarikan se-
dengan nilai cut off Vsh dan porosi- sar harus diperhatikan agar dapat
tas. Sedangkan net pay adalah hasil menentukan umur sesar tersebut ber-
dari pemotongan dengan nilai cut off dasarkan asas pemotongan. Hal lain
Vsh, porositas dan SW. Penetuan nilai yang perlu diperhatikan adalah me-
net pay reservoar hanya dilakukan nafsirkankan kemenerusan patahan
pada sumur HA karena pada sumur pada seismik lain. Diasumsikan bahwa
lain indikasi lapisan reservoar tidak patahan yang memotong hampir te-
ada (Tabel 3). gak lurus dengan data seismik akan
memperlihatkan pola refleksi yang
Interpretasi Penampang Seismik cenderung mirip pada seismik yang
Preconditioning data dan well tie dipotongnya.
Penarikan horison dilakukan de-
Pada lapangan penelitian terdapat
ngan menginterpretasikan kemene-
data line seismic sebanyak 33 buah &

85
Potensi Hidrokarbon Formasi Air Benakat, Lapangan ‘CA’, Cekungan Sumatera Selatan
(Adycipta Anis Prawoto, Yusi Firmansyah, Nurdrajat, Edy Sunardi)

rusan pola dari peak dan through pa- titik tumpah (spill point) dengan luas
da seismik. Penarikan patahan yang area yang diindikasikan sebagai lead.
sebelumnya telah dilakukan menjadi
suatu batas perpotongan dalam pena- Pembuatan Model Patahan pada Peta
rikan horison, dan kita juga harus bisa Struktur Kedalaman
menentukan kelanjutan marker terse- Pembuatan model patahan bertu-
but. Sumur yang dilewati oleh seismik juan untuk menyajikan bentuk per-
menjadi dasar penarikan horison pada mukaan yang dipengaruhi oleh bidang
data seismik. Marker yang menjadi patahan. Hasil dari penarikan sesar
dasar penarikan horison adalah Top yang memiliki domain waktu dikon-
Formasi Air Benakat (Biru), Reservoar versi kedalam bentuk domain keda-
(Jingga) dan Top Formasi Gumai (me- laman menggunakan persamaan yang
rah muda). telah dibahas sebelumnya, kemudian
dari hasil peta struktur kedalaman pa-
Pembuatan Peta Struktur Waktu da top Formasi Air Benakat dan top
Peta struktur waktu merupakan Formasi Gumai didapat lah interval
suatu model bidang 2D maupun 3D kedalaman dimana diantaranya meru-
dari hasil penarikan patahan dan ho- pakan bidang yang terpatahkan oleh
rison yang bertujuan untuk menge- sesar. Maka untuk membuat bidang
tahui bentuk permukaan bidang mar- sesar tersebut hanya pada interval
ker yang telah dibuat. Data seismik Formasi Air Benakat hingga Formasi
memiliki domain waktu, maka hasil Gumai dilakukan pillar gridding yang
dari peta tersebut juga memiliki do- nantinya dibuat kedalam bentuk zona.
main waktu. Bentuk pola penyebaran Hasil dari pemodelan patahan ini terli-
marker yang dibuat dapat dilihat dari hat pada offside kontur pada peta
peta struktur waktu. struktur kedalaman

Pembuatan Variogram Checkshoot Analisa Geologi pada Peta Struktur


Pembuatan Variogram Checkshoot Kedalaman
ini bertujuan untuk melakukan kon- Dari hasil interpretasi seismik be-
versi peta struktur waktu ke peta rupa penarikan patahan dan marker
struktur kedalaman, dengan cara horison yang telah disajikan dalam
membuat kurva dari nilai data check- peta struktur kedalaman, bahwa pada
shoot yang kemudian disajikan dalam bagian tengah daerah penelitian me-
bentuk persamaan. Kemudian persa- rupakan bagian cekungan, yang terli-
maan kurva tersebut yang nantinya hat dengan rona warna biru muda
dipakai untuk mengkonversi dari peta sampai ungu. Hal tersebut ditunjang
struktur yang berdomain waktu ke juga dengan peta anomaly gravity
domain kedalaman. Dari hasil perhi- pada daerah penelitian yang menun-
tungan diperoleh persamaan dengan jukan bahwa rona berwarna biru mer-
nilai Y = 1.38509 * X + 202.185 upakan sebuah dalaman dan rona
warna hijau-kuning merupakan ting-
Pembuatan Peta Struktur Kedalaman gian dari batuan dasar (Gambar 3).
Pembuatan peta kedalaman dila- Dari hasil pemetaan bawah per-
kukan setelah mengkonversikan peta mukaan disimpulkan bahwa Formasi
struktur waktu menggunakan persa- Air Benakat semakin kearah barat dan
maan yang telah dibuat. Perbedaan baratdaya menuju ke permukaan. Na-
antara peta struktur waktu dan keda- mun akibat dari struktur geologi yang
laman tidak terlalu signifikan. Pembu- berkembang sangat kuat pada bagian
atan peta struktur kedalaman ini ber- tengah daerah penelitian maka mem-
tujuan untuk menghitung besarnya buat Formasi Air Benakat tersingkap
bulk volume dengan mengkalikan ja- sebagai puncak-puncak dari antiklin
rak antara titik puncak reservoar dan atau sebagai hasil proses pensesaran
yang sangat kuat. Pada peta anomaly

86
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 13, Nomor 1, April 2015: 80-92

gravity dan peta stuktur kedalaman, berdasarkan hasil penarikan horison


terlihat bahwa arah liniament struktur pada penampang seismik. Dari hasil
geologi yaitu baratlaut-tenggara, se- peta struktur kedalaman yang telah
suai dengan arah sesar-sesarnya. dibuat maka didapat lead sebagai in-
Mengacu kepada arah dari sesar ter- dikasi adanya akumulasi hidrokarbon.
sebut maka kemungkinan sesar-sesar Penentuan lead tersebut didasari de-
tersebut hasil dari orogenesa pada ngan keadaan struktur geologi dan
fase pliosen-plistosen. stratigrafi yang dapat berperan seba-
Penarikan marker reservoar pada gai trapping dan jalur migrasi hidro-
interval Formasi Air Benakat dimak- karbon. Kemudian didasari oleh kebe-
sudkan untuk mencari zona hidrokar- radaan batuan asal yang telah meng-
bon yang terdapat pada formasi ini. alami genesa pembentukan hidrokar-
Kendala yang dihadapi adalah dari ha- bon. Data penunjang lainnya adalah
sil penarikan marker reservoar pada dari data sumur PA yang berada pada
data seismik menunjukan bahwa la- daerah penelitian membuktikan bah-
pisan reservoar tesebut tersingkap ke wa adanya suatu play hidrokarbon
permukaan. Oleh karena itu, penentu- aktif, dibuktikan dengan data coring
an perangkap hidrokarbon ditentukan dan cutting yang menunjukan adanya
dari hasil pembuatan peta struktur oil show dan gas show pada Formasi
kedalaman yang telah dibuat model Air Benakat.
patahannya pada marker Formasi Air Lead pada daerah penelitian seti-
Benakat. daknya terdapat 4 buah, yaitu lead 1,
Perangkap-prangkap struktural lead 2, lead 3 dan lead 4. Luas zona
dan antiklin dapat ditentukan dengan lead ditentukan berdasarkan kontur
melihat kontur dan rona warna pada puncak-puncak antiklin dan batas dari
peta struktur kedalaman Formasi Air sesar yang memotong (Gambar 4).
Benakat. Dari hasil peta struktur ke-
dalaman, dapat kita lihat bahwa ada- Lead 1
nya closure-closure antiklin dan struk- Pada lead ini yang menjadi trap ada-
tural yang cenderung menutup ke se- lah berupa antiklin. Dimana jalur mi-
gala arah yang nantinya diasumsikan grasi hidrokarbon melalui sesar naik
sebagai lead. kemudian terjebak pada puncak an-
tiklin. Yang menjadi batuan penutup
Analisis Lead dan Perhitungan pada lead ini adalah batuan berporo-
Volumetrik sitas kecil yang berada diatas batuan
reservoar, yaitu yang berasal dari For-
Seperti pada tujuan dari penelitian
masi Air Benakat itu sendiri. Luas
ini, yaitu untuk menganalisa potensi
area jebakan antiklin ini adalah sebe-
hidrokarbon pada Formasi Air Bena-
sar 2455.77 acree.
kat, maka penentuan lead di fokuskan
hanya pada lapisan batuan reservoar
Lead 2
pada interval formasi ini. Dari hasil
Pada lead ini yang menjadi trap ada-
perhitungan dan analisis petrofisik
lah berupa antiklin dan sesar normal.
dari 5 sumur yang berada pada dae-
Dimana jalur migrasi hidrokarbon me-
rah penelitian didapat porositas efek-
lalui sesar naik mayor kemudian terj-
tif, volume shale dan saturasi air pada
ebak pada puncak antiklin. Yang men-
zona interval Formasi Air Benakat
jadi batuan penutup pada lead ini
yang menunjukan nilai yang cukup
adalah batuan berporositas kecil yang
baik sampai buruk. Batuan reservoar
berada diatas batuan reservoar, yaitu
yang memiliki potensi yang baik ha-
batuan yang berasal dari Formasi Air
nya terdapat pada sumur HA. Maka
Benakat itu sendiri. Luas area jebakan
pada sumur HA ditentukan lah marker
antiklin ini adalah sebesar 1283.51
zona reservoar yang kemudian secara
acree (Gambar 5).
interpretatif dilihat penyebarannya

87
Potensi Hidrokarbon Formasi Air Benakat, Lapangan ‘CA’, Cekungan Sumatera Selatan
(Adycipta Anis Prawoto, Yusi Firmansyah, Nurdrajat, Edy Sunardi)

Lead 3 tenggara. Mengindikasikan bahwa


Pada lead ini yang menjadi trap ada- pada bagian tengah dari lapangan
lah berupa antiklin. Dimana jalur mi- penelitian merupakan daerah cekung-
grasi hidrokarbon melalui sesar nor- an yang dikelilingi oleh tinggian. Pro-
mal kemudian terjebak pada puncak ses tektonik yang berkembang sepan-
antiklin. Yang menjadi batuan penu- jang diendapkannya tubuh formasi
tup pada lead ini adalah batuan ber- mempengaruhi bentuk dan variasi
porositas kecil yang berada diatas ketebalannya.
batuan reservoar, yaitu batuan yang
berasal dari Formasi Air Benakat atau- 1. Berdasarkan hasil analisis petro-
pun dari Formasi Muara Enim di- fisika pada sumur HA, BA, PA, RI
atasnya. Luas area jebakan antiklin ini dan SE menunjukkan hasil sebagai
adalah sebesar 107.551 acree. berikut : nilai cut off Vsh 0.34, cut
off PHIE 0.136 dan cut off SW
Lead 4 0.59. Sedangkan untuk penentuan
Pada lead ini yang menjadi trap ada- net pay reservoar hanya dilakukan
lah berupa antiklin dan dua buah se- pada sumur HA karena pada
sar normal. Dimana jalur migrasi hi- sumur lain kurva log tidak terdapat
drokarbon melalui sesar normal ke- indikasi reservoar. Adapun nilai net
mudian terjebak pada puncak antiklin. pay reservoar adalah 14,638
Yang menjadi batuan penutup pada meter.
lead ini adalah batuan berporositas 2. Hasil penarikan horison marker pa-
kecil yang berada diatas batuan da data seismik top Formasi Air
reservoar, yaitu batuan yang berasal Benakat dan bottom Formasi Air
dari Formasi Air Benakat itu sendiri. Benakat adalah peta struktur
Luas area jebakan antiklin ini adalah waktu dan kedalaman yang kemu-
sebesar 3163.3 acree (Gambar 22). dian dilakukan model patahan. Pe-
ta tersebut dibuat dengan tujuan
Estimasi Rata-Rata Perhitungan untuk menentukan lead pada
Volumetrik daerah penelitian.
3. Dari hasil perhitungan estimasi ca-
Perhitungan volumetrik ini bertu- dangan hidrokarbon pada daerah
juan untuk mengestimasikan besar- penelitian menunjukkan jumlah
nya cadangan hidrokarbon pada la- OOIP sebesar 345 MMBO.
pangan minyak yang baru, sebelum
dilakukannya analisis tes atau pem-
boran. Adapun rumus dari perhi- DAFTAR PUSTAKA
tungan volumetrik adalah sebagai Bishop, M. G., 2001, South Sumatera
berikut : Basin Province, Indonesia, USGS
Open-file report 99-50-S
(1 – Sw) Darman, H & Sidi, F, H., 2000, An
OOIP = 7758 x Vb x Ø
Boi Outline of The Geology of
Indonesia, Ikatan Ahli Geologi
Adapun jumlah OOIP dari semua area Indonesia.
lead sebesar 345 MMBO (Tabel 4). De Coster, G. L., 1974, The Geology
of the Central and South Sumatra
KESIMPULAN Basin, Proceedings 3rd Annual
Dari hasil analisis stratigrafi dan Convention IPA, Juni 1974,
struktur geologi pada Blok 6. Bahwa Jakarta.
berdasarkan korelasi top formasi pada Geological Society Memoir No.31,
data sumur secara litostratigrafi, me- 2005, Sumatera : Geology,
nunjukan semakin kearah baratlaut Resources and Tectonic Evolution,
menuju tinggian begitu pula ke arah The Geological Society, London.

88
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 13, Nomor 1, April 2015: 80-92

Koesoemadinata, R, P.,1976, Tertiary Harsono, A. 1997. Evaluasi Formasi


Coal Basins og Indonesia, Prepare dan Aplikasi Log, Edisi 8.
for 10th Annual of CCOP, Schlumberger Oilfield Service,
Geological Survey of Indonesia. Jakarta.
Van Bemmelen, R,W., 1949, The Koesomadinata, R. P. 1980. Geologi
Geology of Indonesia, Martinus Minyak dan Gas Bumi, Jilid 1 dan
Nijhoff, The Hague, Netherlands. 2. Institut
Vivi, S. A., 2010, Laporan Tugas Akhir Pulunggono, A. and Cameron, N.R.,
Perhitungan Cadangan Hidrokar- 1984, Sumatran Microplates, their
bon dan Prospek Sumur Pengem- characteristics and their role in the
bangan Pada Reservoar Lapangan evolution of Central and South
Lucky-Chucky Cekungan Sumatera Sumatera Basins, Proceeding of
Tengah, Fakultas Teknik Geologi, the 13th Indonesian Petroleum
Universitas Padjadjaran, Tidak Association Annual Convention,
Diterbitkan. 121-143.

Tabel 1. Ketersediaan Data

Tabel 2. Data Log

89
Potensi Hidrokarbon Formasi Air Benakat, Lapangan ‘CA’, Cekungan Sumatera Selatan
(Adycipta Anis Prawoto, Yusi Firmansyah, Nurdrajat, Edy Sunardi)

Gambar 1. Lokasi penelitian

Gambar 2. Korelasi Penampang Sumur pada Formasi Air Benakat

90
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 13, Nomor 1, April 2015: 80-92

Tabel 3. Nilai net pay Formasi Air Benakat dan Lapisan Reservoar

Gambar 3. Perbandingan Antara Peta Anomali Gravity


dengan Peta Struktur Kedalaman

91
Potensi Hidrokarbon Formasi Air Benakat, Lapangan ‘CA’, Cekungan Sumatera Selatan
(Adycipta Anis Prawoto, Yusi Firmansyah, Nurdrajat, Edy Sunardi)

Gambar 4. Penentuan Lead pada Peta Struktur Kedalaman Formasi Air Benakat

Gambar 5. Lead - 2

Tabel 4. Estimasi Rata-Rata Perhitungan Volumetrik

92

Anda mungkin juga menyukai