Anda di halaman 1dari 18

VERSION [0.

0]
JUNE 1, 2016

PANDUAN KREDENSIAL
PROFESI LAIN
2016

RUMAH SAKIT EFARINA ETAHAM


JL. JAMIN GINTING NO. 1 BERASTAGI
DESA RAYA, KABUPATEN SUMATERA UTARA
TEL. 0628 – 323716, 323717
LEMBAR PENGESAHAN

PENGESAHAN DOKUMEN RUMAH SAKIT


EFARINA ETAHAM
NAMA KETERANGAN TANDATANGAN TANGGAL

1
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... 1


DAFTAR ISI .......................................................................................................... 2
PERATURAN DIREKTUR ................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 6
A. TUJUAN ..................................................................................................... 6
B. DEFINISI ................................................................................................... 6
BAB II RUANG LINGKUP ............................................................................... 10
A. DASAR HUKUM..................................................................................... 10
B. KEANGGOTAAN TIM KREDENSIAL PROFESI LAINNYA ........ 11
C. KELOMPOK TENAGA KESEHATAN ............................................... 11
D. SARANA & PRASARANA .................................................................... 12
BAB III TATA LAKSANA................................................................................. 13
A. TATA LAKSANA DAN MEKANISME KREDENSIAL .................... 13
B. TATA LAKSANA PEMBERIAN KEWENANGAN KERJA
KLINIS (DELINEATION OF CLINICAL PRIVILEGE) .................... 13
C. TATA LAKSANA REKOMENDASI PENUGASAN KLINIS
(CLINICAL APPOINTMENT) ................................................................ 14
D. TATA LAKSANA REKOMENDASI PENOLAKAN KEWENANGAN
KLINIS (CLINICAL PRIVILEGE) TERTENTU ................................ 15
E. TATA LAKSANA PEMULIHAN KEWENANGAN KLINIS ............ 15
F. TATA LAKSANA RE-KREDENSIAL ................................................. 16
BAB IV DOKUMENTASI ................................................................................. 17
A. BUKTI PELAKSANAAN KREDENSIAL DAN RE-KREDENSIAL 17

2
PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT EFARINA ETAHAM
NOMOR: 50/RS-ETA/SK_04/1.VI/2016

TENTANG

PANDUAN KREDENSIAL PROFESI LAIN


RUMAH SAKIT EFARINA ETAHAM

DIREKTUR RUMAH SAKIT EFARINA ETAHAM

Menimbang : a. Bahwa pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan


professional lain perlu dilaksanakan dengan mengutamakan mutu dan
keselamatan pasien, serta berfokus pada pasien;
b. Bahwa agar proses seleksi dan rekrutmen serta pemberian kewenangan
kerja klinik dilaksanakan sesuai standar maka diperlukan Panduan
Kredensial Profesi Lain;
c. Bahwa Panduan Kredensial Profesi Lain perlu ditetapkan dengan
Keputusan Direktur.
Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran;
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan;
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis;
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
856/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar Instalasi Gawat Darurat Rumah
Sakit.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1438 / Menkes /
Per / IX / 2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 129 / MENKES
/ SK / II /2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;

3
8. Keputusan Direktur PT Eafina Etaham GroupNomor : 016 / PT-ETA / SK /
VI / 2016 tentang Pengangkatan Maria Lindawati Ginting, S.K.M.sebagai
Direktur Rumah Sakit Efarina Etaham;
9. Keputusan Direktur PT Efarina Etaham Group Nomor 029 / PT-ETA / SK /
VI / 2016 tentang Penetapan Struktur Organisasi Rumah Sakit Efarina
Etaham.

MEMUTUSKAN

Menetapkan :
KESATU : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT EFARINA ETAHAM
TENTANG PANDUAN KREDENSIAL PROFESI LAIN DI
LINGKUNGAN RUMAH SAKIT EFARINA ETAHAM
KEDUA : Panduan Kredensial Profesi Lain di Lingkungan Rumah Sakit Efarina
Etaham sebagaimana terlampir dalam peraturan ini.
KETIGA : Panduan Kredensial Profesi Laindi Lingkungan Rumah Sakit Efarina Etaham
digunakan dalam proses kredensial profesi lain di Rumah Sakit Efarina
Etaham.
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan dalam ketetapan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.

4
Ditetapkan di : Berastagi
Pada tanggal : 01 Juni 2016

Rumah Sakit Efarina Etaham


Direktur,

dr. Herman Ramli

5
Lampiran
Keputusan Direktur Rumah Sakit Efarina Etaham
Nomor : 50/RS-ETA/SK_04/1.VI/2016
Tanggal:01 Juni 2016

BAB I PENDAHULUAN

A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk melindungi keselamatan pasien dengan memastikan bahwa staf kesehatan lain
yang akan melakukan pelayanan klinis dirumah sakit kredibel sesuai dengan standar profesi.
2. Tujuan Khusus
a. Mendapatkan dan memastikan staf klinis yang profesional dan akuntabel bagi
pelayanan di rumah sakit;
b. Tersusunnya jenis-jenis kewenangan klinis (clinical privilege) bagi staf klinis yang
melakukan tindakan klinis di rumah sakit sesuai dengan standar dan
kompetensinya yang ditetapkan oleh Organisasi Profesi masing-masing;
c. Sebagai Dasar bagi kepala/Direktur rumah sakit untuk menerbitkan penugasan klinis
(clinical appointment) bagi staf klinis untuk melakukan tindakan klinis di rumah
sakit;
d. Terjaganya reputasi dan kredibilitas staf klinis dan institusi rumah sakit di hadapan
pasien, penyandang dana, dan pemangku kepentingan (stakeholders) rumah sakit
lainnya.
e. Penyusunan dan pengkompilasian daftar kewenangan klinis sesuai dengan masukan
dari organisasi profesi berdasarkan norma keprofesian yang berlaku.

B. DEFINISI
1. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan/atau ketrampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan
yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
2. Asisten Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau ketrampilan melalui pendidikan bidang
kesehatan di bawah jenjang Diploma Tiga.
3. Staf klinis adalah tenaga professional klinis yang bekerja di rumah sakit, meliputi
apoteker, asisten apoteker, radiographer, analis kesehatan, fisioterapis, ahli gizi, perekam
kesehatan dan staf klinis lainnya.
4. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat.
5. Peraturan internal rumah sakit (hospital bylaws) adalah aturan dasar yang mengatur tata
cara penyelenggaraan rumah sakit meliputi peraturan internal korporasi dan peraturan
internal staf perawat/bidan.
6. Peraturan internal korporasi (corporate bylaws) adalah aturan yang mengatur agar tata
kelola korporasi (corporate governance) terselenggara dengan baik melalui pengaturan
hubungan antara pemilik, pengelola, dan komite keperawatan di rumah sakit.
7. Kompetensi adalah kemampuan yang dimiliki seseorang tenaga kesehatan berdasarkan
ilmu pengetahuan, ketrampilan, dan sikap professional untuk dapat menjalankan praktik.
8. Sertifikat Kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap kompetensi tenaga
kesehatan untuk dapat menjalankan praktik di seluruh Indonesia setelah lulus uji
kompetensi.
9. Sertifikat Profesi adalah surat tanda pengakuan untuk melakukan praktik profesi yang
diperoleh lulusan pendidikan profesi.
10. Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap Tenaga Kesehatan yang telah memiliki
Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu
lain serta mempunyai pengakuan secara hokum untuk menjalankan praktik.
11. Surat Tanda Registrasi yang selanjutnya disingkat STR adalah bukti tertulis yang
diberikan konsil masing-masing Tenaga Kesehatan kepada Tenaga Kesehatan yang telah
diregistrasi.
12. Surat Izin Praktik yang selanjutnya disingkat SIP adalah bukti tertulis yang diberikan
oleh pemerintah daerah kabupaten/kota kepada Tenaga Kesehatan sebagai pemberian
kewenangan untuk menjalankan praktik.
13. Kewenangan klinis (clinical privilege) adalah hak khusus seorang staf klinis untuk
melakukan sekelompok pelayanan klinis tertentu dalam lingkungan rumah sakit untuk
7
suatu periode tertentu yang dilaksanakan berdasarkan penugasan klinis (clinical
appointment).
14. Penugasan klinis (clinical appointment) adalah penugasan kepala/direktur rumah sakit
kepada seorang staf klinis untuk melakukan tindakan klinis dirumah sakit tersebut
berdasarkan daftar kewenangan klinis yang telah ditetapkan baginya, baik berupa
tindakan pengobatan, tindakan pemeriksaan diagnostik, maupun tindakan lainnya.
15. Kredensial adalah proses evaluasi terhadap staf klinis untuk menentukan kelayakan
diberikan kewenangan klinis (clinical privilege).
16. Re-kredensial adalah proses re-evaluasi terhadap staf klinis yang telah memiliki
kewenangan klinis (clinical privilege) untuk menentukan kelayakan pemberian
kewenangan klinis tersebut.
17. Mitra Bestari (peer group) adalah sekelompok staf klinis dengan reputasi dan kompetensi
profesi yang baik di bidangnya untuk menelaah segala hal yang terkait dengan profesinya
masing-masing.
18. Standar Profesi adalah batasan kemampuan minimal berupa pengetahuan, ketrampilan,
dan perilaku professional yang harus dikuasai dan dimiliki seorang individu untuk dapat
melakukan kegiatan profesionalnya pada masyarakat secara mandiri yang dibuat oleh
organisasi profesi di bidang kesehatan.
19. Fisioterapis adalah seseorang yang telah lulus pendidikan formal fisioterapi dan
kepadanya diberikan kewenangan tertulis untuk melakukan tindakan fisioterapis atas
dasar keilmuan dan kompetensi yang dimilikinya sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
20. Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau
kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh
sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan
gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanikal), pelatihan fungsi, komunikasi.
21. Ortotis Prostetis adalah setiap orang yang telah lulus program pendidikan ortotik
prostetik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
22. Ortotik Prostetik adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh ortotis prostetis dalam
hal alat bantu kesehatan berupa ortosis maupun prosthesis untuk kesehatan fisik dan
psikis berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan derajat
kesehatan individu, kelompok dan masyarakat yang diakibatkan adanya gangguan fungsi
dan gerak anggota tubuh dan trunk (batang tubuh) serta hilangnya bagian anggota gerak
8
tubuh yang dapat mengakibatkan gangguan/kelainan anatomis, fisiologis, psikologis dan
sosiologis.
23. Okupasi Terapis adalah setiap orang yang telah lulus dari pendidikan okupasi terapi
sesuai ketentuan perundang-undangan.
24. Okupasi Terapi adalah bentuk pelayanan kesehatan kepada pasien/klien dengan
kelainan/kecacatan fisik dan/atau mental yang mempunyai gangguan pada kinerja
okupasional, dengan menggunakan aktivitas bermakna (okupasi) untuk mengoptimalkan
kemandirian individu pada area aktivitas kehidupan sehari-hari, produktivitas dan
pemangaatan waktu luang.
25. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan apoteker.
26. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam menjalani
pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis
Farmasi, dan Tenaga Menengah Fasmasi/Asisten Apoteker.
27. Asisten Apoteker adalah tenaga kesehatan yang berijazah Sekolah Asisten
Apoteker/Sekolah Menengah Farmasi, Politeknik Kesehatan Jurusan Farmasi, Akademi
Farmasi, Politeknik Kesehatan Jurusan Analisis Farmasi dan Makanan, Akademi
Analisis Farmasi dan Makanan yang telah melakukan sumpah sebagai Asisten Apoteker
dan mendapat surat izin sebagai tenaga kesehatan/legalisasi sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku.
28. Radiografer adalah suatu profesi yang melakukan pelayanan kepada masyarakat,
bukanlah profesi yang semata-mata pekerjaan untuk mencari nafkah akan tetapi
merupakan pekerjaan kepercayaan. Radiografer adalah tenaga yang diberi tugas,
tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwewenang untuk
melakukan keigatan radiografi pada unit pelayanan kesehatan (SK Bersama Menteri
Kesehatan dan Kepala BKN no. 049/Menkes/SKB/I/2003). Radiografer adalah tenaga
kesehatan lulusan APRO/D-3 Radiologi/ATRO dan Pendidikan Asisten Rontgen
(Kepmenkes no. 1267/Menkes/SK/XII/1995). Radiografer adalah tenaga kesehatan yang
memiliki kompetensi dengan tugas, wewenang dan tanggung jawab untuk melakukan
kegiatan radiografi, imajing, kedokteran nuklik dan radioterapi di pelayanan kesehatan
dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan.

9
BAB II RUANG LINGKUP

A. DASAR HUKUM
Dasar hukum yang berhubungan dengan pelaksanaan dan implementasi kredensial staf
klinis, meliputi:
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomer 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomer 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomer 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer 1333/MENKES/SK/XII/1999
tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer 129/MENKES/SK/II/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer 772/MENKES/SK/VI/2002
tentang Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital By Laws).
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer 373/Menkes/SK/III/2007
tentang Standar Profesi Sanitarian.
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer 374/Menkes/SK/III/2007
tentang Standar Profesi Gizi.
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer 375/Menkes/SK/III/2007
tentang Standar Profesi Radiografer.
10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer 376/Menkes/SK/III/2007
tentang Standar Profesi Fisioterapi.
11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer 573/Menkes/SK/VI/2008
tentang Standar Profesi Asisten Apoteker.
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik Ortotis Prostetis.
13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik Okupasi Terapis.
14. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46 tahun 2013 tentang
Registrasi Tenaga Kesehatan.

10
B. KEANGGOTAAN TIM KREDENSIAL PROFESI LAINNYA
1. Ketua
Ketua Tim Kredensial Profesi lainnya adalah staf klinis yang mempunyai jumlah anggota
kelompok profesi yang terbanyak di rumah sakit, mempunyai reputasi dan kepimpinan
yang baik.
2. Sekretaris
Sekretaris Tim Kredensial Profesi lainnya adalah staf klinis profesi lainnya yang diambil
dari kelompok profesi lain untuk membantu tugas Ketua.
3. Anggota
Anggota Tim Kredensial Profesi lainnya adalah wakil dari masing-masing kelompok
profesi yang ada di rumah sakit.

C. KELOMPOK TENAGA KESEHATAN


1. Tenaga Kefarmasian
Meliputi apoteker dan tenaga teknis kefarmasian
2. Tenaga Kesehatan Masyarakat
Meliputi epidemiolog kesehatan, tenaga promosi kesehatan dan ilmu perilaku,
pembimbing kesehatan kerja, tenaga administrasi dan kebijakan kesehatan, tenaga
biostatistik dan kependudukan, serta tenaga kesehatan reproduksi dan keluarga.
3. Tenaga Kesehatan Lingkungan
Meliputi tenaga sanitasi lingkungan, entomology kesehatan dan mikrobiologi kesehatan.
4. Tenaga Gizi
Meliputi nutrisionis dan dietisien
5. Tenaga Keterapian Fisik
Meliputi fisioterapis, okupasi terapis, terapasi wicara dan akupunktur
6. Tenaga Keteknisian Medis
Meliputi perekam medis dan informasi kesehatan, teknik kardiovaskular, teknisi
pelayanan darah, refraksionis optisien/optometris, terknisi gigi, penata anestesi, terapis
gigi dan mulut, serta audiologis
7. Tenaga Teknik Biomedika
Meliputi radiographer, elektromedis, ahli teknologi laboratorium medik, fisikawan
medik, radioterapis, dan ortotik prostetik

11
8. Tenaga Kesehatan lain

D. SARANA & PRASARANA


1. Ruang kerja yang lengkap dan representatif
2. Alat tulis kantor untuk kerja
3. Formulir pengendalian profesi tenaga profesi lainnya.
4. Buku Pedoman dan Prosedur Kerja Tim Kredensial.
5. Buku Etika Profesi.
6. Buku perundang-undangan yang berkaitan dengan tenaga profesi.

12
BAB III TATA LAKSANA

A. TATA LAKSANA DAN MEKANISME KREDENSIAL


1. Staf klinis yang ingin melakukan tindakan klinis di lingkungan Rumah Sakit, wajib
mengajukan permohonan kewenangan klinis kepada Direktur Rumah Sakit dengan
mengisi formulir daftar rincian kewenangan klinis yang ada.
2. Berkas permohonan disampaikan ke Direktur Rumah Sakit melalui Bagian SDM.
3. Kajian terhadap berkas permohonan dilakukan dengan membentuk Tim Kredensial
Profesi lainnya, dengan melibatkan tenaga profesi sesuai dengan profesi calon staf
klinis.
4. Apabila Rumah Sakit belum memiliki staf dari profesi calon staf, maka dapat meminta
bantuan dari Mitra Bestari atau tenaga profesi dari rumah sakit lain.
5. Kajian dilakukan dengan dilakukannya uji kompetensi, pemeriksaan kesehatan fisik
dan mental, perilaku dan etika profesi sesuai dengan standar/kode etik profesi yang
berlaku.
6. Kewenangan klinis yang diberikan mencakup derajat kompetensi dan cakupan praktik
pemberian tindakan kepada pasien.
7. Kredensial dilakukan untuk memberikan jaminan pelayanan profesi yang dilakukan
oleh staf profesi sesuai keweanganan di bidangnya dan menentukanstaf klinis layak
untuk diberikan kewenangan klinis (clinical privilege).
8. Mekanisme kredensial dan re-kredensial dirumah sakit dilaksanakan dengan semangat
keterbukaan, adil, obyektif, sesuai dengan prosedur dan terdokumentasi.
9. Tim Kredensial Profesi lainnya mempersiapkan kebijakan rumah sakit tentang
kredensial, kewenangan klinis, pedoman penilaian kompetensi klinis, formulir yang
diperlukan selama proses sebelum dan sesudah kredensial.

B. TATA LAKSANA PEMBERIAN KEWENANGAN KERJA KLINIS


(DELINEATION OF CLINICAL PRIVILEGE)
1. Rumah Sakit mengatur seluruh pelayanan klinis yang dilakukan oleh staf klinis
berlangsung aman bagi pasien dan sesuai dengan ketentuan profesi yang berlaku.
2. Rumah Sakit mengatur pemberian kewenangan klinis (clinical privilege) setiap staf
klinis sesuai dengan kompetensi yang nyata.
3. Pemberian kewenangan klinis (clinical privilege) rumah sakit dapat melibatkan
organisasi profesi yang sesuai sebagai pihak yang paling mengetahui masalah
keprofesian yang bersangkutan.
4. Pemberian kewenangan klinis (clinical privilege) untuk setiap tindakan klinis harus
dirinci lebih lanjut (delineation of clinical privilege).
5. Rincian kewenangan klinis (delineation of clinical privilege) setiap staf klinis di
Rumah Sakit ditetapkan oleh Tim Kredensial Profesi lainnya dengan melibatkan
Organisasi Profesi masing-masing profesi.
6. Kewenangan klinis seorang staf klinis diberikan tidak hanya berdasarkan pada
kredensial terhadap kompetensi keilmuan dan keterampilannya saja, tetapi juga
berdasarkan pada kesehatan fisik, kesehatan mental dan perilaku (behavior) staf klinis
tersebut.

C. TATA LAKSANA REKOMENDASI PENUGASAN KLINIS (CLINICAL


APPOINTMENT)
1. Proses kredensial yang telah dilakukan oleh Tim Kredensial Profesi lainnya terhadap
staf klinis menghasilkan suatu penilaian kelayakan atau ketidaklayakan staf klinis
tersebut dapat melakukan pelayanan dan tindakan klinis di rumah sakit.
2. Direktur Rumah Sakit menerbitkan surat keputusan untuk menugaskan staf klinis
tersebut untuk melakukan pelayanan klinis sesuai dengan profesinya di rumah sakit
setelah adanya surat rekomendasi dari Tim Kredensial Profesi lainnya.
3. Rumah sakit harus mengatur kewenangan klinis (clinical privileges) setiap staf klinis
yang bertanggung jawab atas keselamatan pasien pada saat dilakukannya pelayanan
klinis.
4. Direktur Rumah Sakit dapat membekukan atau mengakhiri penugasan klinis (clinical
appointment) seorang staf klinis atas pertimbangan Tim Kredensial Profesi lainnya
berdasarkan pertimbangan tertentu.
5. Staf klinis dapat melakukan pelayanan kesehatan terhadap pasien setelah mendapatkan
surat rekomendasi kewenangan klinis (clinical privilege) dari Karumkit disertai
dengan rincian kewenangannya (delineation of clinical privilege).

14
D. TATA LAKSANA REKOMENDASI PENOLAKAN KEWENANGAN KLINIS
(CLINICAL PRIVILEGE) TERTENTU
1. Penolakan rekomendasi kewenangan klinis (clinical privilege) oleh Tim Kredensial
Profesi lainnya dapat disebabkan adanya pelanggaran dari staf klinis terhadap standar
profesi atau belum memenuhinya kriteria penilaian pada saat dilakukannya proses
kredensial.
2. Penolakan rekomendasi atas pelanggaran dan belum memenuhinya kriteria penilaian
berdasarkan bukti-bukti dan fakta nyata yang diketemukan serta melalui mekanisme
disiplin profesi.
3. Penolakan rekomendasi kewenangan klinis (clinical privilege) akan diinformasikan
oleh Tim Kredensial Profesi lainnya secara tertulis kepada staf klinis yang
bersangkutan.
4. Staf klinis diwajibkan memenuhi persyaratan atau tidak melakukan pelanggaran
terkait dengan pelayanan yang diberikan kepada pasien dalam kurun waktu yang
ditetapkan disertai dengan tindakan disiplin profesi.
5. Penetapan tindakan disiplin profesi dilakukan oleh Tim Kredensial Profesi Lainnya
dengan melibatkan organisasi profesi terkaitsetelah melalui proses sidang disiplin
profesi (disciplinary tribunal).

E. TATA LAKSANA PEMULIHAN KEWENANGAN KLINIS


1. Pemulihan kewenangan klinis dapat dilakukan dengan mengajukan kembali prosedur
kredensial dan re-kredensial.
2. Staf perawat/bidan mengikuti segala ketentuan dan persyaratan dimulai dari proses
awal berupa permohonan pengajuan kewenangan klinis (clinical privilege) kepada
Direktur rumah sakit.
3. Tim Kredensial Profesi Lainnya, mitra bestari, dan/atau organisasi profesi terkait akan
mengkaji dan mengevaluasi pengajuan kewenangan klinis (clinical privilege) dari staf
klinis berdasarkan data-data yang ada.
4. Tim Kredensial Profesi Lainnya dapat memberikan pemulihan kewenangan klinis
(clinical privilege) staf klinis dan merekomendasikan ke Direktur Rumah Sakit,
apabila proses kredensial memenuhi kriteria dan persyaratan yang ditentukan.

15
F. TATA LAKSANA RE-KREDENSIAL
1. Rekomendasi pemberian izin untuk melakukan pelayanan klinis (entering to the
profession) dilakukan melalui Tim Kredensial Profesi Lainnya.
2. Secara berkala Tim Kredensial Profesi Lainnya melakukan evaluasi dan kontrol
terhadap staf klinis yang habis masa izinnya di rumah sakit.
3. Pelaksanaan re-kredensial dilakukan pada saat akan berakhirnya pemberian izin bagi
staf klinis terkait.
4. Proses re-kredensial ditujukan untuk mengevaluasi kembali kewenangan klinis
(clinical privilege) dan rinciannya (delineation of clinical privilege) staf klinis dalam
memberikan pelayanan kepada pasien.
5. Hasil penilaian re-kredensial dapat berupa diberikannya kembali kewenangan klinis
(clinical privilege), perubahan/modifikasi rincian kewenangan klinik (delineation of
clinical privilege)
6. Rekomendasi Penangguhan kewenangan klinistertentu, hingga pencabutan izin
melakukan pelayanan klinis (expelling from the profession) dilakukan melalui Tim
Kredensial Profesi Lainnya.
7. Re-kredensial dilakukan oleh Tim Kredensial Profesi Lainnya, mitra bestari, dan/atau
Organisasi Profesi terkait apabila diperlukan untuk staf klinis khusus.
8. Hasil re-kredensial direkomendasikan oleh Tim Kredensial Profesi Lainnya ke
Direktur Rumah Sakit untuk mendapatkan penetapan kembali izin/kewenangan klinis
(clinical privilege) dari staf klinis yang bersangkutan.
9. Tim Kredensial Profesi Lainnya melakukan re-kredensial bagi setiap staf klinis yang
mengajukan permohonan pada saat berakhirnya masa berlaku surat penugasan klinis
(clinical appointment), dengan rekomendasi berupa:
a. kewenangan klinis yang bersangkutan dilanjutkan;
b. kewenangan klinis yang bersangkutan ditambah;
c. kewenangan klinis yang bersangkutan dikurangi;
d. kewenangan klinis yang bersangkutan dibekukan untuk waktu tertentu;
e. kewenangan klinis yang bersangkutan diubah/dimodifikasi;
f. kewenangan klinis yang bersangkutan diakhiri.

16
BAB IV DOKUMENTASI

A. BUKTI PELAKSANAAN KREDENSIAL DAN RE-KREDENSIAL


Bukti pelaksanaan kegiatan kredensial yang dilakukan, berupa:
1. Materi pelaksanaan kegiatan kredensial dan re-kredensial, notulen, daftar hadir
2. Formulir-formulir dan berkas pengajuan persyaratan kredensial
3. Rekomendasi Tim Kredensial Profesi Lainnya
4. Surat kewenangan klinis, surat penangguhan, rincian kewenangan klinis, kewenangan
klinis sementara dari Direktur Rumah Sakit.
5. Hasil evaluasi kegiatan Tim Kredensial Profesi Lainnya selama tribulan
6. Hasil penilaian kredensial

Rumah Sakit Efarina Etaham


Direktur,

dr. Herman Ramli

17

Anda mungkin juga menyukai