0]
JUNE 1, 2016
PANDUAN KREDENSIAL
PROFESI LAIN
2016
1
DAFTAR ISI
2
PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT EFARINA ETAHAM
NOMOR: 50/RS-ETA/SK_04/1.VI/2016
TENTANG
3
8. Keputusan Direktur PT Eafina Etaham GroupNomor : 016 / PT-ETA / SK /
VI / 2016 tentang Pengangkatan Maria Lindawati Ginting, S.K.M.sebagai
Direktur Rumah Sakit Efarina Etaham;
9. Keputusan Direktur PT Efarina Etaham Group Nomor 029 / PT-ETA / SK /
VI / 2016 tentang Penetapan Struktur Organisasi Rumah Sakit Efarina
Etaham.
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT EFARINA ETAHAM
TENTANG PANDUAN KREDENSIAL PROFESI LAIN DI
LINGKUNGAN RUMAH SAKIT EFARINA ETAHAM
KEDUA : Panduan Kredensial Profesi Lain di Lingkungan Rumah Sakit Efarina
Etaham sebagaimana terlampir dalam peraturan ini.
KETIGA : Panduan Kredensial Profesi Laindi Lingkungan Rumah Sakit Efarina Etaham
digunakan dalam proses kredensial profesi lain di Rumah Sakit Efarina
Etaham.
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan dalam ketetapan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.
4
Ditetapkan di : Berastagi
Pada tanggal : 01 Juni 2016
5
Lampiran
Keputusan Direktur Rumah Sakit Efarina Etaham
Nomor : 50/RS-ETA/SK_04/1.VI/2016
Tanggal:01 Juni 2016
BAB I PENDAHULUAN
A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk melindungi keselamatan pasien dengan memastikan bahwa staf kesehatan lain
yang akan melakukan pelayanan klinis dirumah sakit kredibel sesuai dengan standar profesi.
2. Tujuan Khusus
a. Mendapatkan dan memastikan staf klinis yang profesional dan akuntabel bagi
pelayanan di rumah sakit;
b. Tersusunnya jenis-jenis kewenangan klinis (clinical privilege) bagi staf klinis yang
melakukan tindakan klinis di rumah sakit sesuai dengan standar dan
kompetensinya yang ditetapkan oleh Organisasi Profesi masing-masing;
c. Sebagai Dasar bagi kepala/Direktur rumah sakit untuk menerbitkan penugasan klinis
(clinical appointment) bagi staf klinis untuk melakukan tindakan klinis di rumah
sakit;
d. Terjaganya reputasi dan kredibilitas staf klinis dan institusi rumah sakit di hadapan
pasien, penyandang dana, dan pemangku kepentingan (stakeholders) rumah sakit
lainnya.
e. Penyusunan dan pengkompilasian daftar kewenangan klinis sesuai dengan masukan
dari organisasi profesi berdasarkan norma keprofesian yang berlaku.
B. DEFINISI
1. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan/atau ketrampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan
yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
2. Asisten Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau ketrampilan melalui pendidikan bidang
kesehatan di bawah jenjang Diploma Tiga.
3. Staf klinis adalah tenaga professional klinis yang bekerja di rumah sakit, meliputi
apoteker, asisten apoteker, radiographer, analis kesehatan, fisioterapis, ahli gizi, perekam
kesehatan dan staf klinis lainnya.
4. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat.
5. Peraturan internal rumah sakit (hospital bylaws) adalah aturan dasar yang mengatur tata
cara penyelenggaraan rumah sakit meliputi peraturan internal korporasi dan peraturan
internal staf perawat/bidan.
6. Peraturan internal korporasi (corporate bylaws) adalah aturan yang mengatur agar tata
kelola korporasi (corporate governance) terselenggara dengan baik melalui pengaturan
hubungan antara pemilik, pengelola, dan komite keperawatan di rumah sakit.
7. Kompetensi adalah kemampuan yang dimiliki seseorang tenaga kesehatan berdasarkan
ilmu pengetahuan, ketrampilan, dan sikap professional untuk dapat menjalankan praktik.
8. Sertifikat Kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap kompetensi tenaga
kesehatan untuk dapat menjalankan praktik di seluruh Indonesia setelah lulus uji
kompetensi.
9. Sertifikat Profesi adalah surat tanda pengakuan untuk melakukan praktik profesi yang
diperoleh lulusan pendidikan profesi.
10. Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap Tenaga Kesehatan yang telah memiliki
Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu
lain serta mempunyai pengakuan secara hokum untuk menjalankan praktik.
11. Surat Tanda Registrasi yang selanjutnya disingkat STR adalah bukti tertulis yang
diberikan konsil masing-masing Tenaga Kesehatan kepada Tenaga Kesehatan yang telah
diregistrasi.
12. Surat Izin Praktik yang selanjutnya disingkat SIP adalah bukti tertulis yang diberikan
oleh pemerintah daerah kabupaten/kota kepada Tenaga Kesehatan sebagai pemberian
kewenangan untuk menjalankan praktik.
13. Kewenangan klinis (clinical privilege) adalah hak khusus seorang staf klinis untuk
melakukan sekelompok pelayanan klinis tertentu dalam lingkungan rumah sakit untuk
7
suatu periode tertentu yang dilaksanakan berdasarkan penugasan klinis (clinical
appointment).
14. Penugasan klinis (clinical appointment) adalah penugasan kepala/direktur rumah sakit
kepada seorang staf klinis untuk melakukan tindakan klinis dirumah sakit tersebut
berdasarkan daftar kewenangan klinis yang telah ditetapkan baginya, baik berupa
tindakan pengobatan, tindakan pemeriksaan diagnostik, maupun tindakan lainnya.
15. Kredensial adalah proses evaluasi terhadap staf klinis untuk menentukan kelayakan
diberikan kewenangan klinis (clinical privilege).
16. Re-kredensial adalah proses re-evaluasi terhadap staf klinis yang telah memiliki
kewenangan klinis (clinical privilege) untuk menentukan kelayakan pemberian
kewenangan klinis tersebut.
17. Mitra Bestari (peer group) adalah sekelompok staf klinis dengan reputasi dan kompetensi
profesi yang baik di bidangnya untuk menelaah segala hal yang terkait dengan profesinya
masing-masing.
18. Standar Profesi adalah batasan kemampuan minimal berupa pengetahuan, ketrampilan,
dan perilaku professional yang harus dikuasai dan dimiliki seorang individu untuk dapat
melakukan kegiatan profesionalnya pada masyarakat secara mandiri yang dibuat oleh
organisasi profesi di bidang kesehatan.
19. Fisioterapis adalah seseorang yang telah lulus pendidikan formal fisioterapi dan
kepadanya diberikan kewenangan tertulis untuk melakukan tindakan fisioterapis atas
dasar keilmuan dan kompetensi yang dimilikinya sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
20. Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau
kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh
sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan
gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanikal), pelatihan fungsi, komunikasi.
21. Ortotis Prostetis adalah setiap orang yang telah lulus program pendidikan ortotik
prostetik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
22. Ortotik Prostetik adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh ortotis prostetis dalam
hal alat bantu kesehatan berupa ortosis maupun prosthesis untuk kesehatan fisik dan
psikis berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan derajat
kesehatan individu, kelompok dan masyarakat yang diakibatkan adanya gangguan fungsi
dan gerak anggota tubuh dan trunk (batang tubuh) serta hilangnya bagian anggota gerak
8
tubuh yang dapat mengakibatkan gangguan/kelainan anatomis, fisiologis, psikologis dan
sosiologis.
23. Okupasi Terapis adalah setiap orang yang telah lulus dari pendidikan okupasi terapi
sesuai ketentuan perundang-undangan.
24. Okupasi Terapi adalah bentuk pelayanan kesehatan kepada pasien/klien dengan
kelainan/kecacatan fisik dan/atau mental yang mempunyai gangguan pada kinerja
okupasional, dengan menggunakan aktivitas bermakna (okupasi) untuk mengoptimalkan
kemandirian individu pada area aktivitas kehidupan sehari-hari, produktivitas dan
pemangaatan waktu luang.
25. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan apoteker.
26. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam menjalani
pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis
Farmasi, dan Tenaga Menengah Fasmasi/Asisten Apoteker.
27. Asisten Apoteker adalah tenaga kesehatan yang berijazah Sekolah Asisten
Apoteker/Sekolah Menengah Farmasi, Politeknik Kesehatan Jurusan Farmasi, Akademi
Farmasi, Politeknik Kesehatan Jurusan Analisis Farmasi dan Makanan, Akademi
Analisis Farmasi dan Makanan yang telah melakukan sumpah sebagai Asisten Apoteker
dan mendapat surat izin sebagai tenaga kesehatan/legalisasi sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku.
28. Radiografer adalah suatu profesi yang melakukan pelayanan kepada masyarakat,
bukanlah profesi yang semata-mata pekerjaan untuk mencari nafkah akan tetapi
merupakan pekerjaan kepercayaan. Radiografer adalah tenaga yang diberi tugas,
tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwewenang untuk
melakukan keigatan radiografi pada unit pelayanan kesehatan (SK Bersama Menteri
Kesehatan dan Kepala BKN no. 049/Menkes/SKB/I/2003). Radiografer adalah tenaga
kesehatan lulusan APRO/D-3 Radiologi/ATRO dan Pendidikan Asisten Rontgen
(Kepmenkes no. 1267/Menkes/SK/XII/1995). Radiografer adalah tenaga kesehatan yang
memiliki kompetensi dengan tugas, wewenang dan tanggung jawab untuk melakukan
kegiatan radiografi, imajing, kedokteran nuklik dan radioterapi di pelayanan kesehatan
dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan.
9
BAB II RUANG LINGKUP
A. DASAR HUKUM
Dasar hukum yang berhubungan dengan pelaksanaan dan implementasi kredensial staf
klinis, meliputi:
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomer 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomer 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomer 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer 1333/MENKES/SK/XII/1999
tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer 129/MENKES/SK/II/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer 772/MENKES/SK/VI/2002
tentang Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital By Laws).
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer 373/Menkes/SK/III/2007
tentang Standar Profesi Sanitarian.
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer 374/Menkes/SK/III/2007
tentang Standar Profesi Gizi.
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer 375/Menkes/SK/III/2007
tentang Standar Profesi Radiografer.
10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer 376/Menkes/SK/III/2007
tentang Standar Profesi Fisioterapi.
11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer 573/Menkes/SK/VI/2008
tentang Standar Profesi Asisten Apoteker.
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik Ortotis Prostetis.
13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik Okupasi Terapis.
14. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46 tahun 2013 tentang
Registrasi Tenaga Kesehatan.
10
B. KEANGGOTAAN TIM KREDENSIAL PROFESI LAINNYA
1. Ketua
Ketua Tim Kredensial Profesi lainnya adalah staf klinis yang mempunyai jumlah anggota
kelompok profesi yang terbanyak di rumah sakit, mempunyai reputasi dan kepimpinan
yang baik.
2. Sekretaris
Sekretaris Tim Kredensial Profesi lainnya adalah staf klinis profesi lainnya yang diambil
dari kelompok profesi lain untuk membantu tugas Ketua.
3. Anggota
Anggota Tim Kredensial Profesi lainnya adalah wakil dari masing-masing kelompok
profesi yang ada di rumah sakit.
11
8. Tenaga Kesehatan lain
12
BAB III TATA LAKSANA
14
D. TATA LAKSANA REKOMENDASI PENOLAKAN KEWENANGAN KLINIS
(CLINICAL PRIVILEGE) TERTENTU
1. Penolakan rekomendasi kewenangan klinis (clinical privilege) oleh Tim Kredensial
Profesi lainnya dapat disebabkan adanya pelanggaran dari staf klinis terhadap standar
profesi atau belum memenuhinya kriteria penilaian pada saat dilakukannya proses
kredensial.
2. Penolakan rekomendasi atas pelanggaran dan belum memenuhinya kriteria penilaian
berdasarkan bukti-bukti dan fakta nyata yang diketemukan serta melalui mekanisme
disiplin profesi.
3. Penolakan rekomendasi kewenangan klinis (clinical privilege) akan diinformasikan
oleh Tim Kredensial Profesi lainnya secara tertulis kepada staf klinis yang
bersangkutan.
4. Staf klinis diwajibkan memenuhi persyaratan atau tidak melakukan pelanggaran
terkait dengan pelayanan yang diberikan kepada pasien dalam kurun waktu yang
ditetapkan disertai dengan tindakan disiplin profesi.
5. Penetapan tindakan disiplin profesi dilakukan oleh Tim Kredensial Profesi Lainnya
dengan melibatkan organisasi profesi terkaitsetelah melalui proses sidang disiplin
profesi (disciplinary tribunal).
15
F. TATA LAKSANA RE-KREDENSIAL
1. Rekomendasi pemberian izin untuk melakukan pelayanan klinis (entering to the
profession) dilakukan melalui Tim Kredensial Profesi Lainnya.
2. Secara berkala Tim Kredensial Profesi Lainnya melakukan evaluasi dan kontrol
terhadap staf klinis yang habis masa izinnya di rumah sakit.
3. Pelaksanaan re-kredensial dilakukan pada saat akan berakhirnya pemberian izin bagi
staf klinis terkait.
4. Proses re-kredensial ditujukan untuk mengevaluasi kembali kewenangan klinis
(clinical privilege) dan rinciannya (delineation of clinical privilege) staf klinis dalam
memberikan pelayanan kepada pasien.
5. Hasil penilaian re-kredensial dapat berupa diberikannya kembali kewenangan klinis
(clinical privilege), perubahan/modifikasi rincian kewenangan klinik (delineation of
clinical privilege)
6. Rekomendasi Penangguhan kewenangan klinistertentu, hingga pencabutan izin
melakukan pelayanan klinis (expelling from the profession) dilakukan melalui Tim
Kredensial Profesi Lainnya.
7. Re-kredensial dilakukan oleh Tim Kredensial Profesi Lainnya, mitra bestari, dan/atau
Organisasi Profesi terkait apabila diperlukan untuk staf klinis khusus.
8. Hasil re-kredensial direkomendasikan oleh Tim Kredensial Profesi Lainnya ke
Direktur Rumah Sakit untuk mendapatkan penetapan kembali izin/kewenangan klinis
(clinical privilege) dari staf klinis yang bersangkutan.
9. Tim Kredensial Profesi Lainnya melakukan re-kredensial bagi setiap staf klinis yang
mengajukan permohonan pada saat berakhirnya masa berlaku surat penugasan klinis
(clinical appointment), dengan rekomendasi berupa:
a. kewenangan klinis yang bersangkutan dilanjutkan;
b. kewenangan klinis yang bersangkutan ditambah;
c. kewenangan klinis yang bersangkutan dikurangi;
d. kewenangan klinis yang bersangkutan dibekukan untuk waktu tertentu;
e. kewenangan klinis yang bersangkutan diubah/dimodifikasi;
f. kewenangan klinis yang bersangkutan diakhiri.
16
BAB IV DOKUMENTASI
17