Asuhan Keperawatan
Asuhan Keperawatan
AMPUTASI
DI SUSUN OLEH :
2018
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Topik
Topik : AMPUTASI
Sub Topik :
Sasaran :
Waktu :
Hari/Tanggal :
Tempat :
Pemateri :
2.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan tentang penanganan tersier dari amputasi,
diharapkan pasien dan keluarga dapat memahami mengenai penanganan amputasi yang
benar.
b. Tujuan Khusus
1. Pasien dapat menyebutkan definisi Amputasi
2. Pasien dapat menyebutkan etiologi Amputasi
3. Pasien dapat menyebutkan manifestasi klinis Amputasi
4. Pasien dapat menjelaskan penanganan dan pengobatan Amputasi
5. Pasien dapat menjelaskan pencegahan tersier Amputansi.
2.3 Metode
a. Ceramah
b. Tanya Jawab
1) Iskemia. Karena penyakit vaskularisasi perifer (sering terjadi sebagai gejala sisa
diabetes militus), gangrene, tumor ganas, infeksi dan arterosklerosis. Penyakit
vaskularisasi perifer merupakan penyebab tertinggi amputasi ekstremitas bawah.
2) Trauma. Dapat diakibatkan karena perang, kecelakaan thermal injury seperti luka
bakar, cedera remuk dan sebagainya.
Selain itu amputasi juga dilakukan pada kondisi :
1) Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki.
2) Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki.
3) Gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berat.
4) Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya.
5) Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif.
6) Deformitas organ
1) Rigid dressing
Menggunakan plaster of paris yang dipasang waktu dikamar operasi.Pada waktu
memasang harus direncanakan apakah penderita harus immobilisasi atau tidak. Bila tidak
diperlukan pemasangan segera dengan memperhatikan jangan sampai menyebabkan
konstriksi stump dan memasang balutan pada ujung stump serta tempat-tempat tulang
yang menonjol. Keuntungan cara ini bisa mencegah oedema (pembengkakan),
mengurangi nyeri dan mempercepat posisi berdiri.Setelah pemasangan rigid dressing bisa
dilanjutkan dengan mobilisasi segera, mobilisasi setelah 7 – 10 hari post operasi setelah
luka sembuh, setelah 2 – 3 minggu, setelah stump sembuh dan mature. Namun untuk
mobilisasi dengan rigid dressing ini dipertimbangkan juga dalam faktor usia, kekuatan,
kecerdasan penderita, tersedianya perawat yang terampil, therapist dan prosthetist serta
kerelaan dan kemauan dokter bedah untuk melakukan supervisi program perawatan.
Rigid dressing dibuka pada hari ke 7 – 10 post operasi untuk melihat luka operasi atau
bila ditemukan cast yang kendor atau tanda-tanda infeksi lokal atau sistemik.
2) Soft dressing
Ujung stump dirawat secara konvensional, maka digunakan pembalut steril yang rapi
dan semua tulang yang menonjol dipasang bantalan yang cukup. Harus diperhatikan
penggunaan elastik perban jangan sampai menyebabkan konstriksi pada stump.Ujung
stump dielevasi dengan meninggikan kaki tempat tidur, melakukan elevasi dengan
mengganjal bantal pada stump tidak baik sebab akan menyebabkan fleksi kontraktur.
Biasanya luka diganti balutan dan drain dicabut setelah 48 jam. Ujung stump ditekan
sedikit dengan soft dressing dan pasien diizinkan secepat mungkin untuk berdiri setelah
kondisinya mengizinkan. Biasanya jahitan dibuka pada hari ke 10 – 14 post operasi.Pada
amputasi diatas lutut, penderita diperingatkan untuk tidak meletakkan bantal dibawah
stump, hal ini perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya kontraktur.
Selain perawatan luka setelah amputasi, ada pula penanganan psikososial:
a. Beranikan untuk melihat bagian tubuh yang telah diamputasi
b. Sentuhlah dan nyatakan bahwa sebagian dari tubuh sudah tidak lengkap lagi
c. Cobalah bertemu dan diskusikan dengan beberapa orang yang sebelumnya telah
mengalami amputasi
d. Berinteraksi dengan orang sekitar
e. Sadarkan diri bahwa amputasi bukanlah akhir dari kehidupan
f. Tumbuhkan motivasi anda untuk melakukan aktivitas (kehidupan) kembali, seperti
dengan dukungan keluarga atau orang yang dikasihi
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Amputasi merupakan pembedahan yang menghilangkan sebagian atau seluruhanggota
tubuh bagian ekstremitas.Seringkali masyarakat merasa takut dan tidak mau
untuk diamputasi karena masyarakat atau klien menggangap hal tersebut sangat
berbahaya dandapat menyebabkan kematian.
4.2 Saran
Tindakan amputasi merupakan bentuk operasi dengan resiko yang cukup besar bagi klien
sehingga asuhan keperawatan perioperatif harus benar”adekuat untuk mencapai tingkat
homeostatis maksimal tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Ergam, Barbara. 2007. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Edisi 5. Jakarta : EGC
Smelter & Bare. 2010. Keperawatan Medikal Bedah Brunner n Sudart. Edisi 8. Volume
2. Jakarta : EGC