Hendra Azis
Hendra Azis
AUDIT ATAS PERSEDIAAN BARANG DAGANG PADA PT. SEMESTA NIAGA SEJAHTERA
Hendra Azis
Iklan
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan dunia usaha dewasa ini sangat pesat di tandai munculnya berbagai jenis perusahaan, baik
perusahaan yang berskala kecil (mikro), menengah, maupun yang berskala besar (makro), menurut
kemampuan manajemen untuk mengalokasikan sumber daya secara efisien, efektif dan ekonomis.
Kemampuan ini memerlukan informasi sebagai salah satu dasar penting dalam pengambilan keputusan
alokasi sumber daya.
Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan berbagai pihak akan informasi akuntansi mengenai
persediaan barang dagang dibutuhkan pengujian kesusaian antara praktek akuntansi persediaan barang
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Proses pengujian tersebut di kenal dengan istilah Auditing
yang di lakukan oleh akuntan publik sebagai pihak yang indipenden dari penyelenggaraan kegiatan,
pemilikan dan hubungan baik lainnya dengan organisasi perusahaan yang dapat mempengaruhi
indipenden tersebut.
Rosadi (2007:3), Auditing atas persediaan adalah bagian yang paling kompleks dan memerlukan waktu
yang cukup banyak untuk melakukan suatu pemeriksaan terdiri dari berbagai macam jenis dan tersebar
di beberapa lokasi. Pengelolaan persaediaan merupakan fungsi manajerial yang sangat penting, karena
pemeriksaan atas persediaan ini banyak melibatkan investasi rupiah dan mempengaruhi efektivitas dan
efisiensi kegiatan perusahaan. Oleh karena itu, audit atas persediaan barang sangat di perlukan untuk
mengurangi resiko terjadinya selisih, kehilangan, mengantisipasi kemungkinan terjadinya kecurangan dan
memastikan bahwa prosedur telah dilakukan dengan baik sehingga kemudian dapat dibuatlah perbaikan.
Audit dapat digunakan sebagai perencanaan didalam pengambilan keputusan baik untuk manajemen
puncak, pejabat atau pemberi kredit dan lembaga lainnya yang mempunyai hubungan ert dalam
kegiatan operasional suatu perusahaan.Audit dapat digunakan sebagai pedoman atau alat didalam
pengawasan, apakah suatu perusahaan dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan atau tidak..
Oleh karena itu, pihak manajemen perlu melakukan pengamatan dan menilai kegiatan-kegiatan
perusahaan yang dilakukan apakah sudah efektif dan efisien,tentunya sesuai dengan prosedur yang
ditetapkan. Salah satu cara yang ditempuh untuk mengevaluasi persediaan barang dalam suatu
perusahaan, maka perusahaan perlu melakukan audit atas persediaan barang.
Berawal dari latar belakang yang telah dikemukakan, maka penulis tertarik memilih Judul dalam
penulisan penelitian adalah : “AUDIT ATAS PERSEDIAAN BARANG DAGANG PADA PT. SEMESTA NIAGA
SEJAHTERA”.
B. Masalah Pokok
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan penelitian adalah “
Bagaimana Pelaksanaan Audit Persediaan Barang Dagang pada PT.SEMESTA NIAGA SEJAHTERA Cabang
Makassar ditinjau dari pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) ”.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pelaksanaan audit persediaan barang dagangan pada PT. SEMESTA NIAGA SEJAHTERA
Cabang Makassar dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).
Kegunaan Penelitian
Sebagai bahan masukan atau informasi bagi perusahaan yang bersangkutan menngenai audit persediaan
barang dagangan.Sebagai referensi bagi peneliti seluruhnya.D. Hipotesis
Dalam kaitannya dengan permasalahan yang telah di kemukakan sebelumnya, maka hipotesis yang
diajukan yaitu sebagai berikut :
“Audit Persediaan Barang Dagang yang di ketahui oleh PT. SEMESTA NIAGA SEJAHTERA Cabang Makassar
telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)”.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Audit
Definisi audit yang sangat terkenal adalah deflinisi yang berasal dari ASOBAC (A Statement Of Basic
Auditing Concept) yang mendefinisikan auditing sebagai salah suatu proses sistematis untuk
menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai
tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut
dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang
berkepentingan.
Audit atau pemeriksaan dalam arti luas adalah evaluasi terhadap suatu organisasi, sistem, proses,
produk. Audit dilaksanakan oleh pihak yang kompeten, objektif dan tidak memihak yang di sebut auditor.
Tujuannya adalah untuk melakukan verifikasi bahwa subjek dari audit telah diselesaikan atau berjalan
sesuai dengan standar, regulasi dan praktek yang telah disetujui dan di terima. (www.wikipedia.co.id).
Sukrisno (1999:1) menyatakan auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan
sistematis oleh pihak yang independen terhadap laporan keuangan yang telah di susun oleh manajemen
beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya dengan tujuan dapat memberikan
pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan
menyampaikan hasilnya kepada pihak yang berkepentingan.
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa auditing merupakan suatu pemeriksaan terhadap
laporan keuangan yang dilakukan oleh pihak independen untuk menetapkan tingkat kesesuaian dan
memberikan pendapat mengenai pemeriksaan tersebut untuk menyampaikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.
B. Jenis-jenis Audit
Adapun jenis-jenis audit yang dikemukakan oleh Halim (2001:1), berdasarkan tujuan dapat
diklasifikasikan menjadi 3 golongan, yaitu :
Audit kepatuhan mencakup penghimpun dan pengevaluasian bukti dengan tujuan untuk menentukan
apakah kegiatan finansial maupun operasi tertentu dari suatu entitas sesuai dengan kondisi-kondisi,
aturan-aturan dan regulasi yang telah ditentukan. Ukuran kesesuaian audit kepatuhan adalah ketepatan
(correctness).
Audit Operasional.
Audit operasional meliputi penghimpunan dan pengevaluasian bukti mengenai kegiatan operasional
organisasi dalam hubungannya dengan tujuan pencapaian efisiensi, efektivitas, maupun kehematan
(ekonomis) operasional. Efisiensi adalah perbandingan antara masukan dengan keluaran, sedangkan
efektivitas adalah perbandingan antar keluaran dengan target yang sudah ditetapkan. Dengan demikian
yang menjadi tolak ukur atau kriteria dalam audit operasional adalah rencana, anggaran, dan standar
biaya atau kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan audit operasional adalah :
Berdasarkan penjelasan tentang jenis-jenis audit tersebut, maka menurut Sukrisno (1999:5), ditinjau dari
luasnya pemeriksaan, audit bisa dibedakan atas :
Suatu pemeriksaan terbatas sesuai dengan permintaan auditor yang di lakukan oleh KAP yang
independen dan pada akhirnya pemeriksaan auditor tidak perlu memberikan pendapat terhadap
kawajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Pendapat yang diberikan terbatas pada pos atau
masalah tertentu yang diperiksa, karena prosedur audit yang dilakukan juga terbatas.
Sedangkan Admin (2008:3), mengkategorikan audit tergantung sudut pandang yang digunakan terdiri
dari :
Dari sudut pelaksanaan audit, dibedakan menjadi tiga, yaitu :Audit pihak pertama atau disebut audit
mutu internal, yaitu audit yang dilakukan dalam lembaga untuk menetukan efektivitas sistem mutu yang
diterapkan.Audit pihak kedua atau disebut juga audit eksternal, yaitu audit yang dilakukan oleh suatu
lembaga terhadap cabang atau jurusan baru di lembaga itu untuk menilai jurusan atau lembaga yang
baru tersebut.Audit pihak ketiga atau audit eksternal atau independence yaitu audit yang dilakukan oleh
badan akreditasi atau badan sertifikasi untuk menilai kesesuaian mutu standar yang di isyaratkan oleh
pelanggan.Audit dilihat dari kedalaman audit. Jenis audit ini ada dua macam yaitu :Audit Sistem, yaitu
audit yang dilakukan untuk menentukan apakah lembaga sudah mempunyai sistem dalam operasional
kegiatan. Yang diaudit adalah apakah sistem yang ditetapkan sudah sesuai dengan sistem standar yang
telah ditentukan.Audit Kesesuaian, yaitu audit yang digunakan untuk melihat apakah prosedur instruktur
kerja dan rencana telah dilaksanakan.Audit Produk, yaitu audit yang digunakan untuk menentukan
apakah produk sesuai dengan yang dijanjikan.C. Standar Auditing
Standar Auditing merupakan suatu ukuran pelaksanaan tindakan yang merupakan pedoman umum bagi
auditor dalam melakukan audit atas laporan keuangan historis. Standar auditing dibuat oleh Komite
Standar Auditing organisasi profesi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
Standar auditing berkaitan dengan kriteria atau ukuran audit, dan berkaitan dengan tujuan yang
hendaknya menggunakan prosedur yang ada. Berdasrkan PSAK No. 02, Standar auditing dikelompokkan
kedalam tiga bagian, yaitu :
Standar Umum.
Auditor harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis cukup
sebagai auditor.Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap
mental harus dipertahankan oleh auditor.Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor
wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.Stanadar Pekerjaan
Lapangan.
Dalam standar pekerja lapangan, seorang pemeriksa harus memperhatikan standar pekerjaan lapangan
tersebut, yaitu :
Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus di supervisi dengan
semestinya.Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.Bukti kompoten
yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi
sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan audit.Standar
Pelaporan.
Dalam hal pelaporan seorang auditor harus memperhatikan standar pelaporan yaitu :
Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum.Laporan audit harus menunjukkan atau menyatakan jika ada ketidak
konsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam perusahaan laporan keuangan periode berjalan
dibanding dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.Pengungkapan
informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan
auditor.Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara
keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.
Standar tersebut diatas saling berhubungan antara satu dengan yang lain, dimana seorang auditor selain
dituntut memiliki keahlian khusus juga harus menguasai struktur pengendalian intern suatu perusahaan,
juga independen intern suatu perusahaan, juga independen dalam pelaksanaan pemeriksaannya
terhadap suatu perusahaan sesuai dengan ketentuan standar yang ditetapkan diatas.
Halim (2001:197), mengemukakan Sistem Pengendalian Intern (SPI) adalah sutu hal yang sangat
memegang peranan penting dalam auding.Oleh sebab itu perlu di ketahui tentang SPI tersebut. Dalam
Standar profesional Akuntan Publik pada SA 319. par 06 dikemukakan bahwa: Pengendalian intern
adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lain entitas yang
didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapai tiga tujuan berikut ini:
Menjaga keandalan pelaporan keuangan entitas.Menjaga efektivitas dan efisiensi operasi yang
dijalakan.Menjaga kepatuhan hukum dan peraturan yang berlaku.
Sistem pengendalian intern yang digunakan dalam suatu perusahaan merupakan faktor yang sangat
menentukan dalam laporan keuangan yang dihasilkan. Oleh karena, itu seorang pemimpin memahami
struktur pengendalian interen yang digunakan apakah sudah efektif, efisien dan ekonomis. Sehingga
mampu megamankan atau mengurangi pentimpangan yang terjadi dalam perusahaan.
Untuk mencapai hal tersebut, maka manajer perlu memahai unsur-unsur Sistem Pengedalian Imtern
meliputi:
a. Lingkungan Pengendalian
b. Penksiran Risiko
Penaksiran risiko untuk tujuan pelaporan keuangan adalah identifikasi, analisis dan pengelolaan risiko
entitas yang berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan, sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum.
Penaksiran risiko manajemen harus mencakup pertimbangan khusus tehadap risiko yang dapat timbul
dari perubahan, seperti yang diuraikan Mulyadi (2001:179), yaitu :
Bidang baru bisnis atau transaksi yang memerlukan prosedur akuntansi yang belum pernah
dikenal.Perubahan dan perturan baru.Hukum dan peraturan baru.Perubahan yang berkaitan dengan
revisi sistem teknologi baru.Pertumbuhan pesat entitas yang menuntut perubahan fungsi pengelolaan
dan pelaporan informasi.b. Informasi Dan Komunikasi
Mulyadi (2001:179), menngemukakan sistem akuntansi yang efektif dapat memberikan keyakinan yang
memadai bahwa transaksi yang dicatat atau terjadi adalah :
sahtelah diotorisasiTelah dicatatTelah dinilai secara wajarTelah digolongkan secara wajarTelah dicatat
dalam periode yang seharusnyaTelah dimasukkan kedalam buku pembantu dan telah diringkas dengan
benar.
Komunikasi mencakup penyampaian informasi kepada semua personil yang terlibat dalam laporan
keuangan tentang bagaimana aktivitas mereka berkaitan dengan pekerjaan orang lain, yang berada
dalam organisasi maupun yang berada di luar organisasi. Komunikasi ini mencakup sistem pelaporan
penyimpangan kepada pihak yang lebih tinggi dalam entitas. Pedoman kebijakan, pedoman akuntansi
dan pelaporan keuangan, daftar akun dan memo juga merupakan bagian dari komponen informasi dan
komunikasi dalam struktur pengendalian intern.
E. Defenisi Persediaan
Istilah persediaan dalam akuntansi ditujukan untuk menyatakan suatu jumlah aktiva berwujud yang
memenuhi kriteria PSAK No. 14 yang menyatakan bahwa persediaan adalah aktiva :
Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal.Dalam proses produksi dan atau perjalanan.Dalam
bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberiaan
jasa.
Kebiijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan termasuk rumus biaya yang
dipakai.Total jumlah tercatat persediaan dan jumlah nilai tercatat menurut klasifikasi yang sesuai bagi
perusahaan.Jumlah tercatat persediaaan yang tercatat sebesar nilai realisasi bersih.Jumlah dari setiap
pemulihan dari setiap penurunan nilai persediaan yang diturunkan sebagaimana dijelaskan pada
paragraf 28.Kondisi atau peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan yang diturunkan
sebagai mana dijelaskan pada paragraf 28, yaitu :
“ Jika Barang dalam Persediaan dijual, maka nilai tercatat persediaan tersebut harus diakui sebagai
beban pada periode yang diakuinya pendapat atas penjualan tersebut. Setiap penurunan nilai
persediaan dibawah biaya menjadi nilai realisasi bersih dan seluruh kerugian persediaan harus diakui
sebagai beban pada periode terjadinya penurunan atau kerugian tersebut. Setiap pemulihan kembali
penurunan nilai persediaan karena peningkatan kembali nilai realisasi bersih harus diakui sebagai
pengurangan terhadap jumlah beban persediaan pada periode terjadinya pemulihan tersebut”.
Achun (2008:2) mengemukakan pendapatnya, bahwa persediaan adalah barang yang dimiliki untuk
dijual atau diproses selanjutnya dijual. Berdasarkan pengertian tersebut, maka perusahaan jasa tidak
memiliki persediaan, perusahaan hanya memiliki persediaan barang dagang, sedang perusahaan industri
memiliki tiga jenis persediaan yaitu persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses, dan
persediaan barang jadi (siap dijual).
Dari pengertian tersebut diperlukan adanya perencanaan dan pengawasan yang baik terhadap
persediaan. Adanya persediaan yang cukup untuk melayani permintaan langganan atau untuk keperluan
produksi merupakan faktor dominan untuk mempertahankan kontinuitas usaha perusahaan. Di lain
pihak menumpukkan persediaan dalam jumlah yang berlebihan mempunyai resiko dalam penyediaan
dana (modal kerja), resiko kerusakan persediaan, biaya penyimpanan dan lain sebagainya.
Selanjutnya menurut Prijanto (2007:5), bahwa bagi perusahaan dagang yang didalam usahanya adalah
membeli atau menjual kembali barang-barang, pada umumnya persediaan yang dimiliki diklasifikasikan
menjadi:
Menyatakan barang-barang yang dimiliki dengan tujuan akan dijual kembali dimasa yang akan datang.
Barang-barang ini secara fisik tidaka akan berubah sampai dengan barang tersebut dijual kembali.
Persediaan Lain-lain
Barang-barang ini biasanya akan dipakai (dikonsumsikan) dalam jangka waktu relatif pendek dan akan
dibebankan sebagai biaya administrasi umum atau biaya pemasaran. Oleh karena itu, biasanya terhadap
jenis persediaan ini diperlukan sebagai biaya (yang dibayar dimuka) atau persediaan supplies.
Sedangkan bagi perusahaan manufaktur yang didalam usahanya adalah mengubah bentuk atau
menambah / menaikkan nilai kegunaan barang, pada umumnya mengklsifikasikan persediaan kedalam.
Adalah persediaan yang akan diproses, dalam proses produksi. Ciri khas dari bahan baku tersebut adalah
dapat diidentifikasikan pada barang jadi.
Adalah persediaan yang sudah diproses pada proses produksi, tetapi belum selesai.
Persediaan merupakan bagian utama dari modal kerja, sebab dilihat dari jumlahnya biasanya perusahaan
inilah unsur modal kerja yang paling besar. Hal ini dapat dipahami karena persediaan merupakan faktor
penting dalam menentukan kelancaran operasi perusahaan. Tanpa ada persediaan yang memadai,
kemungkinan besar perusahaan tidak bisa memperoleh keuntungan yang diinginkan disebabkan proses
produksi sudah terganggu.
F. Tujuan Persediaan
Anita (2003:2), menyatakan bahwa tujuan utama persediaan adalah untuk melepaskan berbagai fase
operasi.
Dalam sistem persediaan terdapat saja bentuk ketidakpastian seperti dalam hal pemasokan, permintaan
dan tenggang waktu pesanan. Stok pengaman dipertahankan dalam persediaan untuk berlindung dari
ketidakpastian tersebut.
Sering kali lebih ekonomis untuk memproduksi bahan dalam jumlah besar sebab periode waktu
memproduksi barang relatif pendek dan kemudian tidak ada produksi lagi sehingga barang tersebut
habis terpakai.
Perubahan yang sering terjadi dalam permintaan dan persediaan adalah jika harga atau ketersediaan
bahan baku diperkirakan akan berubah. Perusahaan-perusahaan sering menyimpan stok bagi suatu
produk yang diminati, apabila kurun waktu pembuatan stok baru telah habis dan masyarakat masih
meminati, maka kemungkinan stok tersebut dijual dengan harga tinggi sebab sudah langka.
G. Siklus Persediaan
Begitu persediaan bergerak disepanjang perusahaan, harus ada pengendalian yang memadai atas
pergerakan fisiknya maupun atas biaya-biaya yang berhubungan.
Arens (1993:292), mengemukakan keenam fungsi yang membentuk siklus persediaan yang memudahkan
pemahaman mengenai pengendalian dan bukti-bukti audit yang dibutuhkan untuk menguji keefektifan.
Setiap permintaan pembelian (purchase requisitions) digunakan untuk meminta bagian pembelian
membuat order atas barang-barang persediaan. Permintaan dapat diajukan oleh pegawai gudang
penyimpanan jika persediaan telah mencapai jumlah yang telah ditentukan sebelumnya, order dapat
juga dibuat untuk bahan baku yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu pesanan dari langganan
tertentu.
Setiap bahan yang diterima harus diperiksa jumlah dan kualitasnya. Bagian penerimaan barang harus
membuat laporan penerimaan barang yang menjadi bagian dari dokumen penting sebelum pelunasan
dilakukan. Setelah diperiksa bahan-bahan tersebut dikirim ke gudang penyimpanan.
Setelah bahan diterima, lalu disimpan didalam gudang penyimpanan sampai dibutuhkan untuk kegiatan
produksi. Bahan-bahan dikeluarkan dari gudang ke bagian produksi setelah adanya penyerahan atau
dokumen sejenisnya yang menunjukkan jenis dan jumlah unit barang yang dibutuhkan.
Mengolah Barang
Struktur pengendalian intern akuntansi biaya merupakan hal yang penting dalam fungsi pengelolahan
barang dalam suatu perusahaan yang tergolong didalam perusahaan manufaktur. Struktur pengendalian
intern dibutuhkan untuk menunjukkan profitabilitas relative dari berbagai macam hasil produksi untuk
perencanaan dan pengendalian manajemen dan dalam menilai persediaan untuk tujuan penyajian
laporan keuangan.
Menyimpan Barang Jadi
Setelah barang jadi diselesaikan oleh bagian produksi, kemudian ditempatkan didalam gudang
penyimpanan sambil menunggu pengirimannya. Dalam perusahaan yang mempunyai pengendalian
intern yang baik, barang jadi disimpan disuatu tempat terpisah, dengan akses yang terbatas, dibawah
pengendalian secara fisik.
Masalah pengiriman barang jadi merupakan bagian intergral dari siklus penjualan dan penagihan. Setiap
pengiriman atau transfer barang jadi harus diotorisasi melalui dokumen pengiriman.
Sejumlah karakteristik perikatan dan operasi penting untuk penentuan resiko bawaan persediaan
William (2005:158)
Jenis produk yang dijual oleh klien dapat meningkatkan potensi penyalahgunaan. Sebagai contoh, produk
yang berukuran kecil dan bernilai tinggi, lebih rentan terhadap pencurian daripada produk berukuran
besar.Persediaan sering sulit untuk di audit, dan penilaiannya dapat mengakibatkan perbedaan pendapat
dengan klien.auditor harus waspada terhadap kemungkinan transaksi dengan pihak-pihak yang memiliki
hubungan istimewa dalam rangka memperoleh bahan baku dan menjual barang jadi.
BAB III
METODE PENELITIAN
Observasi yaitu dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti, yaitu PT.
Semesta Niaga Sejahtera.Wawancara yaitu melakukan wawancara langsung dengan pihak manajemen
dan para karyawan yang menangani bidang fungsional atas persediaan.Kuesioner yaitu mengumpulkan
data melalui daftar pertanyaan mengenai persediaan barang dagangan yang telah disiapkan untuk
masing-masing responden.Dokumentasi yaitu dengan mempelajari dokumen resmi Perusahaan tentang
persediaan dagang yang akan diteliti.Jenis dan Sumber Data
Data Kualitatif, yaitu data berupa dokumen dan informasi tentang persediaan barang dagangan pada PT.
Semesta Niaga Sejahtera kota Makassar.Data Kuantitatif, yaitu data berupa transaksi yang berhubungan
dengan persediaan barang dagang.
Data Primer, yaitu data yang diperoleh dengan jalan mengadakan pengamatan, wawancara langsung
dengan pimpinan perusahaan serta sejumlah karyawan pada perusahaan tersebut.Data Sekunder, yaitu
data yang diperoleh dengan jalan mengumpulkan dokumen dari sumber lainnya.Metode Analisis
Metode Analisis yang digunakan untuk menilai perbandingan antara PT. Semesta Niaga Sejahtera kota
Makassar dengan SAK dan PABU dalam penelitian ini adalah analisis Konparatif yaitu menguraikan
persediaan barang dagang pada PT. Semesta Niaga Sejahtera kota Makassar, dengan menggunakan
pengukuran :
Pengujian Kepatuhan
Hal ini dimaksudkan untuk membuktikan efektivitas elemen-elemen Internal Control atas persediaan
yang diketahui melalui unsur-unsur pengendalian intern yang meliputi :
Pengujian ini dimaksudkan untuk menguji apakah informasi persediaan barang dagang yang dilaporkan
telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).
BAB IV
A. HASIL PENELITIAN
Sebagai Perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha perdagangan manufaktur PT. Semesta Niaga
Sejahtera kota Makassar berusaha untuk memasarkan makanan dan minuman. Untuk
menjaga Kontinuitas pasokan sesuai spesifikasi yang dibutuhkan, perusahaan tetap terjaga, maka
pimpinan perusahaan senantiasa mengadakan control terhadap persediaan yang dimiliki perusahaan.
Prosedur pengawasan dan pengendalian yang diterapkan perusahaan adalah membentuk seksi gudang
dimana kartu persediaan digunakan untuk mencatat mutasi persediaan yang masuk dan keluar gudang.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan secara fisik secara berkala, secara umum sebenarnya perusahaan
telah dapat menciptakan suatu perencanaan dan pengendalian persediaan barang yang dapat menjamin
kelancaran dan operasi perusahaan, keamanan kekayaan perusahaan serta operasional perusahaan
efektif dan efisien. Oleh karena itu walaupun ada pemisahan tugas pencatatan, tugas pengeluaran
barang dan tugas lainnya yang berhubungan dengan perencanaan dan pengendalian. Tetap diadakan
analisa terhadap evaluasi perencanaan dan pengendalian atas persediaan.
Hasil temuan penulis selama melakukan penelitian yaitu, PT. Semesta Niaga Sejahtera kota Makassar
tidak mempunyai fungsi pembelian, dimana dalam pemesanan atau pengadaan barang dagangan
dilakukan oleh fungsi Penjualan. Jadi dalam struktur organisasinya PT. Semesta Niaga Sejahtera kota
Makassar masih terdapat rangkap tugas.
Seperti yang dikemukan dalam pembahasan sebelumnya, bahwa sebagian besar dari kekayaan
perusahaan adalah dalam bentuk persediaan (selain Aktiva tetap) sehingga penacatatan persediaan ini
sangat penting sekali dalam penyimpanan maupun pengawasan dalam arti control. Oleh karena itu
agar control lengkap haruslah ada kesesuaian antara persediaan yang ada didalam kartu persediaan
dengan yang dibukukan haruslah sama dengan bagian kekayaan.
Sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang penjualan makanan dan minuman, pengadaan barang
dilakukan berdasarkan rencana yang telah ditetapkan PT. Semesta Niaga Sejahtera kota Makassar yaitu
sesuai dengan pesanan. Dimana pemesanan barang ke pusat atau pemasok, dilakukan oleh bagian
penjualan. Bagian ini mengerjakan semua kegiatan yang berhubungan dengan pengadaan barang
dagangan. Langkah-langgkah yang dilakukan dalam proses pengadaan barang dagangan adalah sebagai
berikut :
Bagian Gudang
g) Faktur dan delivery order dijadikan dasar untuk membuat bukti utang
h) Dari bukti utang, faktur dan delivery order dibuatkan daftar utang secara periodik.
i) Faktur dijadikan arsip, bukti utang dan delivery order dikirim ke bagian akuntansi.
Bagian Akuntansi
e) delivery order, bukti utang dan faktur dijadikan dasar untuk membuat jurnal pembelian.
Konsep yang mendasari pemeriksaan ini adalah melalui review pengujian sertra evaluasi yang tepat,
pemeriksaan menilai pengendalian internal perusahaan mengenai kegiatan, program atau fungsi yang
sedang diperiksa dengan maksud untuk mencapai tujuan pemeriksaan. Penilaian sistem pengendalian
intern yang dilakukan oleh seorang auditorberguna untuk menetukan luasnya pemeriksaan yang akan
digunakan.
Tujuan utama dalam kegiatan ini adalah untuk meyakinkan bahwa pengawasan yang telah ditetapkan
benar-benar ada dan dilaksanakan dan berfungsi dengan baik. Disamping itu juga, untuk mencerminkan
adanya unsur pengendalian yang terlewatkan dalam tahap penyelidikan dan adanya unsur yang tidak
mendapatkan otorisasi atau belum ditetapkan.
Dengan melihat kuesioner pengendalian intern persediaan yang diajukan penulis, dapat disimpulkan
bahwa sistem pengendalian intern atas persedian PT. SEMESTA NIAGA SEJAHTERA dikatakan baik. Karena
adanya :
adanya pemisahan tugas antara yang menerima dan yang mencatat persediaan barang dagangan.adanya
larangan masuk ke gudang selain petugas gudang (yang berkepentingan)persediaan disimpan digudang
dan diatur secara rapidilakukan perhitungan secara periodik atas persediaan yang disimpan
digudangterdapat penggunaan nomor urut cetak pada surat penerimaan dan pengeluaran barang, serta
pada kartu perhitungan fisik.dilakukan penyusaian (adjustment)terhadap persediaan yang rusak atau
masih dalam perjalanan guna penentuan cut off.aadanya penilaian persediaan yang konsisten dengan
tahun yang sebelumnya.terdapat pengecekan harga syarat pembelian dan ketelitian perkalian didalam
faktur dari pemasok sebelum faktur diproses untuk dibayar.3. Pengujian Subtantif
Seperti yang dijelaskan bahwa program pengujian substantif terhadap persediaan barang dagang berisi
prosedur audit yang dirancang untuk mencapai tujuan audit tiap rekening yang diperiksa, untuk itu
prosedur audit terhadap persediaan barang dagang adalah sebagai berikut :
Lakukan Pengamatan terhadap perhitungan fisik yang dilakukan oleh perusahaan.Buat daftar persediaan
pada akhir tahun yang diperiksaBuat perhitungan harga pokok penjualan perasediaanbuat jurnal
penyesuaianbuat working trial balance persediaan.B. PEMBAHASAN
1. Pengujian Kepatuhan
PT. Semesta Niaga Sejahtera telah menunjukkan adanya penerapan sistem pengendalian intern yang
memadai. Namun terdapat beberapa hal yang melemahkan sistem dan prosedur sehingga perlu adanya
penyempurnaan lebih lanjut agar dapat mencapai tingkat efesiensi dan efektivitas yang lebih tinggi. Oleh
karena itu, penulis akan mencoba untuk memaparkan atas dasar konsep yang menjadikan pedoman dan
kenyataaan yang teraplikasi dalam perusahaan yang menjadi objek penelitian penulis., adapun gambaran
sistem pengendalian intern berdasarkan unsur-unsur pengendalian intern PT. Semesta Niaga Sejahtera
adalah sebagai berikut :
Persediaan barang dagang pada PT. Semesta Niaga Sejahtera telah menunjukkan adanya kewajaran
penyajian pada laporan keuangan. Hal ini dapat dilihat dari ‘prosedur audit persediaan barang dagang
yang diuraikan sebagai berikut :
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan maka dikatakan bahwa pengujian substantif dilakukan
didukung oleh teori Mulyadi (2001), yaitu :
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Pengujian Kepatuhan
Penerapan sistem pengendalian intern atas persediaan makanan dan minuman yang dilakukan oleh
perusahaan PT. Semesta Niaga Sejahtera kota Makassar telah sesuai dengan elemen-elemen sistem
pengendalian intern, yaitu dapat dilihat melalui 5 unsur :
Dari pengujian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa persediaan pada PT. Semesta Niaga
Sejahtera kota Makassar yang telah dilaporkan pada laporan keuangan telah sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan (SAK).
B. SARAN
Perusahaan disarankan membuat Devisi Pembelian untuk memudahkan jalannya proses pembelian dan
penjualan sehingga lebih menjamin adanya pengendalian internal yang lebih memadai.
Iklan
Kategori: Uncategorized
Hendra Azis
Blog di WordPress.com.
Kembali ke atas
Iklan