Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kota pada awalnya berupa permukiman dengan skala kecil, kemudian mengalami
perkembangan sebagai akibat dari pertumbuhan penduduk, perubahan sosial ekonomi,
dan budaya serta interaksinya dengan kota- kota lain dan daerah sekitarnya. Namun yang
terjadi dengan kota-kota di Indonesia bahwa pertumbuhan penduduk tidak diimbangi
dengan pembangunan sarana dan prasarana kota dan peningkatan pelayanan perkotaan.
Bahkan yang terjadi justru sebagai kawasan perkotaan yang mengalami degradasi
lingkungan yang berpotensi menciptakan permukiman padat dan kumuh.
Sebagian penghuni kota berprinsip hidup di kota harus mencari penghasilan yang
besar sebesar - besarnya. Dengan demikian prinsip mereka harus hemat dalam arti yang
luas, yaitu hemat mendapatkan lahan, pembiayaan pembangunan, pengoperasian dan
pemeliharaan, termasuk dalam mendapatkan bahan dan sistem strukturnya (Sobirin,
2001:41). Pemukiman padat penduduk merupakan permukiman yang dihuni terlalu
banyak penduduk dan terjadi ketidakseimbangan antara lahan dengan bangunan yang
ada. Permukiman padat menjadikan kawasan permukiman tersebut cenderung terlihat
kurang tertata pola perkembangannya.
Di Yogyakarta sendiri dikelilingi dengan beberapa sungai, seperti sungai code,
sungai gajah wong, dan sungai winongo dimana salah satunya yaitu pinggiran sungai
code digunakan sebagai pemukiman padat penduduk. Permasalahan biasanya muncul
ketika musim penghujan, dimana biasanya perairan sungai akan meluap kedaerah
pemukiman dipinggir sungai dan akan muncul masalah baru seperti penyakit kulit, diare,
atau kerusakan-kerusakan lainnya.
Dilihat dari banyak sisi, biasanya pola kehidupan masyarakat dibantaran sungai
bisa dikatakan kurang menyadari akan kesehatan baik bagi kesehatan diri sendiri,
maupun kesehatan lingkungan. Dan kebanyakan pemukiman padat penduduk di
indonesia identik dengan kekumuhan, hal itu bisa saja disebabkan karena beragam aspek
namun aspek yang paling penting penyebab kekumuhan itu terjadi adalah rasa kurang
peduli terhadap lingkungan dan kebiasaan masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kali Code

Kali Code terletak di Kelurahan Kota Baru, Kecamatan Gondokusuman, Yogyakarta.


Bantaran Kali Code membujur dari Jembatan Tungkak, Jembatan Sayidan, Jembatan
Juminahan, Jembatan Gondolayu, Jembatan Sarjito, Jembatan Blunyah, Jembatan Ring
Road Utara, Jembatan Dayu, dan Jembatan Plumbon. Sungai Code merupakan bagian
dari Sungai Boyong sebagai induk sungainya. Sungai Boyong
Kali Code terletak di wilayah Yogyakarta dengan sumber air maupun sumber
sedimen yang berasal dari Gunung Merapi sebagai bagian hulu dari kedua sungai
tersebut. Sungai ini bermuara di bagian selatan Pulau Jawa tepatnya di bagian dari Pantai
Selatan Jawa yang berhubungan langsung dengan Samudra Hindia. Kemudian dalam
proses aliran dan perkembangannya, sungai ini kemudian bertemu pada satu sungai yaitu
Sungai Opak.
Kali Code atau Sungai Boyong (bagian hulu) yang bermata air di kaki Gunung
Merapi ini merupakan salah satu kali yang memiliki arti yang sangat penting bagi
penduduk provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, khususnya daerah yang dilalui oleh
kali ini. Dengan mata air yang berada di salah satu gunung yang aktif di dunia, mata
airnya dimanfaatkan untuk pengairan persawahan di Sleman dan Bantul serta
dipergunakan juga sebagai sumber air minum.
Bantaran Kali Code membujur dari Jembatan Tungkak, Jembatan Sayidan, Jembatan
Juminahan, Jembatan Gondolayu, Jembatan Sarjito, Jembatan Blunyah, Jembatan Ring
Road Utara, Jembatan Dayu, dan Jembatan Plumbon. Anda dapat menikmati keindahan
kali Code dari atas jembatan-jembatan ini, atau Anda dapat turun ke kampung di
bantaran Kali Code untuk melihat Kali Code lebih dekat, atau untuk berinteraksi dengan
warga setempat. Pada malam hari, suasana Kali Code terasa indah dengan adanya lampu-
lampu yang menerangi.

B. Pola Hidup Masyarakat

Kali Code yang membelah Kota Yogyakarta kini tidak lagi bersih dan indah. Sejak
beberapa tahun terakhir ini, kali Code sudah tercemar limbah pembuangan dari hotel-
hotel yang ada diseputaran sungai tersebut. Kondisi demikian ini, membuat air sungai
keruh dan kotor sehingga tidak tampak bersih lagi. Padahal sebelumnya kali yang
membelah jantung Kota Budaya ini, cukup bersih dan banyak ikannya. Pada bantaran
kali Code juga telah dipenuhi oleh pemukiman penduduk, sehingga beberapa tahun lalu
terjadi pencemaran yang gemar dilakukan masyarakatnya dengan membuang sampah
sembarangan ke sungai. Tidak hanya membuang sampah sembarangan namun penduduk
sekitar bantaran sungai masih ada juga yang membuang tinja mereka di permukaan
sungai. Namun hanya beberapa orang saja yang masih belum bisa meninggalkan
kebiasaan itu. Biasanya orang-orang yang membuang hajatnya ke sungai, mereka keluar
di pagi hari saat keadaan masih gelap dan sepi. Mereka tidak tau kalau kebiasaan itu bisa
berdampak buruk bagi kesehatan penduduk yang tinggal di sekitaran Sungai Code.
Kurangnya pengetahuan akan kebersihan dan kesehatan lingkungan di sekeliling mereka
harus dilakukan upaya promotif agar hidup mereka sehat jasmani nya. Lingkungan yang
tidak sehat akan menjadi reservoir berbagai wabah penyakit yang sewaktu-waktu dapat
menyerang penduduk di Bantaran Sungai Code.
Saat kami melakukan wawancara dengan ketua rukun tetangga setempat, beliau
menjelaskan bahwa masyarakatnya sebagian besar sudah mau berpartisipasi untuk
melakukan upaya preventif. Pola hidup masyarakat kelurahan Tegalpanggung sudah
lebih baik beberapa tahun belakangan ini. Di beberapa rumah sudah ada yang memiliki
kamar mandi sendiri, namun untuk buang air besarnya mereka harus pergi ke MCK
terlebih dahulu. Ketua Rukun Tetangga setempatnya juga selalu mengarahkan kepada
warganya untuk tidak membuang sampah ke permukaan Sungai Code. ditambah
kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan juga tumbuh seiring dengan pahamnya
masyarakat tentang mahalnya biaya berobat.
BAB III
PEMBAHASAN

Masyarakat bantaran kali code memanfaatkan air tanah sebagai sumber air bersih,
baik untuk keperluan MCK atau pun minum. Pada dasarnya, pemerintah sudah
memberikan bantuan seperti instalasi pengelolahan air minum agar masyarakat bisa
meminum air tanah. Ditambah, sudah terkelolanya dengan baiknya jamban dan tempat
untuk mandi.

Anda mungkin juga menyukai