Anda di halaman 1dari 8

1.

Zakat emas
Adapun nisab emas sebesar 20 Dinar emas (85 gram), dengan haul selama satu tahun dan
kadar 2,5%. Artinya bila seorang muslim memiliki emas sebesar setidaknya 20 Dinar emas (85
gram) selama satu tahun ia wajib membayar zakat sebesar 2,5% dari jumlah emasnya tersebut
minimal 1/2 Dinar[1].

Emas yang tidak terpakai

Yang termasuk dalam kategori ini adalah emas yang tidak digunakan sehari-hari baik
sebagai perhiasan atau keperluan lain (disimpan).

Contoh perhitungan zakatnya sebagai berikut: Fulan memiliki 100 gram emas tak
terpakai, setelah genap satu tahun maka ia wajib membayar zakat setara dengan 100 X 2,5 % =
2,5 gram emas. Jika harga emas saat itu adalah Rp 100.000 per gram maka ia dapat membayar
dengan uang sebanyak 2,5 X 100.000 = Rp 250.000.

Sebagian emas terpakai

Emas yang dipakai adalah dimaksudkan dalam kondisi wajar dan jumlah tidak
berlebihan. Atas bagian yang terpakai tersebut, tidak diwajibkan membayar zakat.

Contoh perhitungan zakatnya sebagai berikut: Seorang wanita mempunyai emas 120 gr,
dipakai dalam aktivitas sehari-hari sebanyak 15 gr. Maka zakat emas yang wajib dikeluarkan
oleh wanita tersebut adalah 120 gr – 15 gr = 105 gr. Bila harga emas Rp 70.000,- maka zakat
yang harus dikeluarkan sebesar : 105 x 70.000 x 2,5 % = 183.750

Perak

Nisab perak adalah 200 Dirham (595 gram), haul selama satu tahun dan kadar 2,5% atau
sekurang kurangnya 5 Dirham. Adapun tatacara perhitungannya sama dengan zakat emas.

Zakat hasil pertanian merupakan salah satu jenis zakat maal, objeknya meliputi hasil
tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang bernilai ekonomis seperti biji-bijian, umbi-umbian, sayur-
mayur, buah-buahan, tanaman hias, rumput-rumputan, dedaunan, dll.

Nisab

Nisab hasil pertanian adalah 5 wasq atau setara dengan 750 kg. Apabila hasil pertanian
termasuk makanan pokok, seperti beras, jagung, gandum, kurma, dll, maka nishabnya adalah
750 kg dari hasil pertanian tersebut. Pendapat lain menyatakan 815 kg untuk beras dan 1481 kg
untuk yang masih dalam bentuk gabah. Akan tetapi, jika hasil pertanian itu bukan merupakan
bagian dari makanan pokok, seperti buah-buahan, sayur-sayuran, daun, bunga, dll, maka
nisabnya disetarakan dengan nilai nisab dari makanan pokok yang paling umum di daerah
(negeri) tersebut (di negeri kita = beras/sagu/jagung/ubi/singkong).

Kadar

Kadar zakat untuk hasil pertanian, apabila diairi dengan air hujan, atau sungai/mata/air,
maka 10%, apabila diairi dengan cara disiram / irigasi (ada biaya tambahan) maka zakatnya 5%.

Dari ketentuan ini dapat dipahami bahwa pada tanaman yang disirami zakatnya 5%.
Artinya 5% yang lainnya didistribusikan untuk biaya pengairan. Imam Az Zarqoni berpendapat
bahwa apabila pengolahan lahan pertanian diairidengan air hujan (sungai) dan disirami (irigasi)
dengan perbandingan 50;50, maka kadar zakatnya 7,5% (3/4 dari 1/10).

Pada sistem pertanian saat ini, biaya tidak sekadar air, akan tetapi ada biaya lain seperti
pupuk, insektisida, dll. Maka untuk mempermudah perhitungan zakatnya, biaya pupuk,
insektisida dan sebagainya diambil dari hasil panen, kemudian sisanya (apabila lebih dari nishab)
dikeluarkan zakatnya 10% atau 5% (tergantung sistem pengairannya).

Waktu pengeluaran

Zakat ini dikeluarkan setiap kali panen dan telah sampai nisab, tanpa menunggu haul.

2. Zakat profesi
Zakat Profesi adalah zakat yang dikeluarkan dari penghasilan profesi (hasil profesi) bila
telah mencapai nisab. Profesi tersebut misalnya pegawai negeri atau swasta, konsultan, dokter,
notaris, akuntan, artis, dan wiraswasta. Latar belakang masalah

Adapun orang orang yang mensyariatkan zakat profesi memiliki alasan sebagai berikut:
Berbeda dengan sumber pendapatan dari pertanian, peternakan dan perdagangan, sumber
pendapatan dari profesi tidak banyak dikenal pada masa generasi terdahulu. Oleh karena itu
pembahasan mengenai tipe zakat profesi tidak dapat dijumpai dengan tingkat kedetilan yang
setara dengan tipe zakat yang lain. Namun bukan berarti pendapatan dari hasil profesi terbebas
dari zakat, karena zakat secara hakikatnya adalah pungutan terhadap kekayaan golongan yang
memiliki kelebihan harta untuk diberikan kepada golongan yang membutuhkan.

Referensi dari Al Qur'an mengenai hal ini dapat ditemui pada surat Al Baqarah ayat 267:

"Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk
kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan
daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan
memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha
Terpuji"

Waktu Pengeluaran

Berikut adalah beberapa perbedaan pendapat ulama mengenai waktu pengeluaran dari
zakat profesi:

Pendapat As-Syafi'i dan Ahmad mensyaratkan haul (sudah cukup setahun) terhitung dari
kekayaan itu didapat

Nisab

Nisab zakat pendapatan/profesi mengambil rujukan kepada nisab zakat tanaman dan
buah-buahan sebesar 5 wasaq atau 652,8 kg gabah setara dengan 520 kg beras. Hal ini berarti
bila harga beras adalah Rp 4.000/kg maka nisab zakat profesi adalah 520 dikalikan 4000 menjadi
sebesar Rp 2.080.000. Atau SyuhadaJHS'017

Kadar Zakat

Penghasilan profesi dari segi wujudnya berupa uang. Dari sisi ini, ia berbeda dengan
tanaman, dan lebih dekat dengan emas dan perak. Oleh karena itu kadar zakat profesi yang
diqiyaskan dengan zakat emas dan perak, yaitu 2,5% dari seluruh penghasilan kotor. Hadits yang
menyatakan kadar zakat emas dan perak adalah:

“Bila engkau memiliki 20 dinar emas, dan sudah mencapai satu tahun, maka zakatnya
setengah dinar (2,5%)” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan Al-Baihaqi).

Perhitungan Zakat

Menurut Yusuf Qardhawi perhitungan zakat profesi dibedakan menurut dua cara:

1. Secara langsung, zakat dihitung dari 2,5% dari penghasilan kotor secara langsung, setelah
penghasilan diterima. Metode ini lebih tepat dan adil bagi mereka yang tidak mempunyai
tanggungan/ kecil tanggungannya. Contoh: Seseorang yang masih lajang dengan
penghasilan Rp 3.000.000 tiap bulannya, maka wajib membayar zakat sebesar: 2,5% X
3.000.000=Rp 75.000 per bulan atau Rp 900.000 per tahun.
2. Setelah dipotong dengan kebutuhan pokok, zakat dihitung 2,5% dari gaji setelah dipotong
dengan kebutuhan pokok. Metode ini lebih adil diterapkan oleh mereka yang mempunyai
tanggungan. Contoh: Seseorang yang sudah berkeluarga dan punya anak dengan
penghasilan Rp 3.000.000,- dengan pengeluaran untuk kebutuhan pokok Rp 1.500.000
tiap bulannya, maka wajib membayar zakat sebesar : 2,5% X (3.000.000-1.500.000)=Rp
37.500 per bulan atau Rp 450.000,- per tahun. Dengan catatan, apabila sudah mencapai
nisab. Dalam contoh ini Rp. 1.500.000 seolah-olah sudah mencapai nisab.
3.
4. Zakat Perniagaan
Setiap harta hasil berniaga wajib dizakatkan. Besar zakatnya 2,5 persen dikeluarkan setelah
dikurangi utang, telah mencapai nisab dan telah mencapai haul.

Zakat perniagaan adalah zakat yang dikeluarkan dari harta niaga.

Sedangkan harta niaga adalah harta atau aset yang diperjualbelikan dengan maksud untuk
mendapatkan keuntungan. Dengan demikian maka dalam harta niaga harus ada 2 motifasi:

1. Motifasi untuk berbisnis (diperjualbelikan) dan

2. Motifasi mendapatkan keuntungan

Apabila tidak ada 2 motifasi tersebut maka tidak termasuk dalam harta atau aset niaga.
Hal yang penting untuk diperhatikan dalam menghitung zakat perniagaan adalah membedakan
antara aset niaga dan bukan aset niaga. Jika termasuk aset niaga maka harus dizakati tetapi jika
tidak termasuk maka tidak wajib dizakati.

Misalnya, jika ada seseorang yang jual rumah atau tanah hanya sekali saja atau membeli
tanah tidak untuk diperjualbelikan melainkan hanya untuk saving saja maka tidak termasuk aset
niaga oleh karenanya tidak wajib dizakati. Tetapi jika menjual atau membeli rumah kemudian
beli untuk dijual lagi dan begitu seterusnya dengan 2 motifasi tersebut di atas, maka yang
demikian itu termasuk harta niaga oleh karenanya wajib dizakati.

Di antara yang termasuk aset perniagaan adalah tanah yang diperjualbelikan, aset yang
belum terjual seperti aset inventori yang barangnya masih di dalam gudang.

Dalil Umum

“Ambillah dari sebagian harta orang kaya sebagai sedekah (zakat), yang dapat
membersihkan harta mereka dan mensucikan jiwa mereka, dan do’akan lah mereka karena
sesungguh nya do’amu dapat memberi ketenangan bagi mereka. Dan Allah maha mendengar lagi
maha mengetahui.” (At Taubah: 103)

Dalil Khusus

“ Wahai orang- orang yang beriman, infakkanlah (zakatkanlah) sebagian dari hasil usahamu
yang baik-baik …” (Al Baqarah: 267)

Ketentuan Zakat Perniagaan

1. Nisab zakat niaga adalah senilai dengan 85 gram emas

2. Usaha tersebut telah berjalan selama 1 tahun Hijriyah

3. Kadar yang dikeluarkan adalah 2,5%

4. Dapat dibayarkan dengan uang atau barang

5. Dikenakan pada perdagangan maupun perseroan

Cara Menghitung Zakat Perniagaan

(Modal diputar + keuntungan + piutang) – (hutang + kerugian) x 2,5% = Zakat

Contoh :

Bapak Andi seorang pedagang kelontong, walaupun tokonya tidak begitu besar ia
memiliki aset (modal) sebanyak Rp20.000.000,. Ia mendapatkan keuntungan bersih sebesar
Rp3.000.000,- /bulan. Usaha itu ia mulai pada bulan Januari 2011, setelah berjalan 1 tahun, ia
mempunyai piutang yang dapat dicairkan sebesar Rp3.000.000,- dan hutang yang harus ia bayar
pada bulan tersebut sebesar Rp5.000.000 Berapa zakat yang harus Bapak Andi bayar ?

Asumsi harga emas adalah Rp500.000/gram

Jawab :

Ketentuan zakatnya:

1. Zakat dagang dianalogikan kepada zakat emas, nisabnya adalah 85 gram emas, mencapai haul
dan dengan tarif 2,5%.

2. Aset atau modal yang dimiliki =Rp20.000.000,-


3. Keuntungan setiap bulan = Rp3.000.000,- x 12 = Rp36.000.000,-

4. Piutang sejumlah = Rp3.000.000,-

5. Hutang sejumlah = Rp5.000.000,-

Penghitungan zakatnya adalah:

(Modal + untung + piutang ) – (hutang ) x 2,5%= zakat

(20.000.000 + 36.000.000 + 3.000.000) – (5.000.000,-) = 54.000.000 x 2,5% = Rp 1.35.000,-

Jadi zakatnya adalah Rp1.350.000,-

5. Zakat pertanian

Zakat hasil pertanian merupakan salah satu jenis zakat maal, objeknya meliputi hasil
tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang bernilai ekonomis seperti biji-bijian, umbi-umbian, sayur-
mayur, buah-buahan, tanaman hias, rumput-rumputan, dedaunan, dll.

Nisab

Nisab hasil pertanian adalah 5 wasq atau setara dengan 750 kg. Apabila hasil pertanian
termasuk makanan pokok, seperti beras, jagung, gandum, kurma, dll, maka nishabnya adalah
750 kg dari hasil pertanian tersebut. Pendapat lain menyatakan 815 kg untuk beras dan 1481 kg
untuk yang masih dalam bentuk gabah.[1][2]

Akan tetapi, jika hasil pertanian itu bukan merupakan bagian dari makanan pokok, seperti
buah-buahan, sayur-sayuran, daun, bunga, dll, maka nisabnya disetarakan dengan nilai nisab dari
makanan pokok yang paling umum di daerah (negeri) tersebut (di negeri kita =
beras/sagu/jagung/ubi/singkong).

Kadar

Kadar zakat untuk hasil pertanian, apabila diairi dengan air hujan, atau sungai/mata/air,
maka 10%, apabila diairi dengan cara disiram / irigasi (ada biaya tambahan) maka zakatnya 5%.

Dari ketentuan ini dapat dipahami bahwa pada tanaman yang disirami zakatnya 5%.
Artinya 5% yang lainnya didistribusikan untuk biaya pengairan. Imam Az Zarqoni berpendapat
bahwa apabila pengolahan lahan pertanian diairidengan air hujan (sungai) dan disirami (irigasi)
dengan perbandingan 50;50, maka kadar zakatnya 7,5% (3/4 dari 1/10).
Pada sistem pertanian saat ini, biaya tidak sekadar air, akan tetapi ada biaya lain seperti
pupuk, insektisida, dll. Maka untuk mempermudah perhitungan zakatnya, biaya pupuk,
insektisida dan sebagainya diambil dari hasil panen, kemudian sisanya (apabila lebih dari nishab)
dikeluarkan zakatnya 10% atau 5% (tergantung sistem pengairannya).

Waktu pengeluaran

Zakat ini dikeluarkan setiap kali panen dan telah sampai nisab, tanpa menunggu haul.
Studi kasus
Materi zakat

Disusun oleh

Firman saputra, SE

BANGKINAG, KAB.KAMPAR

Anda mungkin juga menyukai