Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi saat ini masih menjadi faktor risiko kematian tertinggi di seluruh dunia.
Data yang dikumpulkan dari berbagai literature menunjukan jumlah penderita hipertensi
dewasa diseluruh dunia pada tahun 2000 adalah 957-987 juta orang. Prevalensinya diduga
akan semakin meningkat setiap tahunya sampai mencapai angka 1,56 milyar (60% dari
populasi dewasa dunia) pada tahun 2025.
WHO menetapkan hipertensi sebagai faktor risiko nomor tiga penyebab kematian
didunia dan bertanggung jawab terhadap 62% timbulnya kasus stroke 49% timbulnya
serangan jantung dan tujuh juta kematian premature tiap tahunnya.
Usia lanjut sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap perkembangan
normal yang akan dialami oleh setiap individu yang sudah mencapai usia lanjut tersebut dan
merupakan kenyataan yang tidak dapat dihalangi (Stanley, 2006). Pada lanjut usia terjadi
kemunduran sel-sel karena proses penuaan yang dapat berakibat pada kelemahan organ,
kemunduran fisik, timbulnya berbagai macam penyakit terutama penyakit degeneratif. Hal ini
akan menimbulkan masalah kesehatan, sosial, ekonomi dan psikologis (Depkes, 2008).
Salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi pada masa usia lanjut adalah
hipertensi. Sekitar 60% lansia akan mengalami hipertensi setelah berusia 75 tahun. Hal ini
merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah usianya. Data dari
The National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) menunjukkan bahwa
dari tahun 1999-2000, insiden hipertensi pada orang dewasa adalah sekitar 29-31%, yang
berarti terdapat 58-65 juta penderita hipertensi di Amerika (Yogiantoro, 2006). Berdasarkan
data Depkes (2008), prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31.7%. Proporsi mortality rate
hipertensi di seluruh dunia adalah 13% atau sekitar 7,1 juta kematian. Sebagian besar kasus
hipertensi di masyarakat belum terdeteksi dan tidak diketahui penyebabnya. Keadaan ini
tentu sangat berbahaya yang menyebabakan kematian dan berbagai komplikasi seperti stroke.
Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit stroke dan
tuberkulosis mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia.
Prevalensi hipertensi secara nasional mencapai 31,7% (Riskesdas, 2007). Pada kelompok
umur 25-34 tahun sebesar 7% naik menjadi 16% pada kelompok umur 35-44 tahun dan
kelompok umur 65 tahun atau lebih menjadi 29% (Survey Kesehatan Nasional, 2001).
Meningkatnya kasus hipertensi menjadi masalah yang cukup besar. Pemerintah
mengadakan penanggulangan hipertensi bekerjasama dengan Perhimpunan Hipertensi
Indonesia atau Indonesian Society of Hypertension (InaSH) membuat kebijakan berupa
pedoman penanggulangan hipertensi sesuai kemajuan tekhnologi dan kondisi daerah (local
area specific), memperkuat logistik dan distribusi untuk deteksi dini faktor resiko penyakit
jantung dan hipertensi, mengembangkan SDM dan sistem pembiayaan serta memperkuat
jejaring serta memonitoring dan evaluasi pelaksanaan.
Peran pemerintah sangat penting didukung juga oleh tingkat pengetahuan keluarga
maupun pasien dalam tindakan pencegahan komplikasi hipertensi diharapkan dapat
mengontrol tekanan darah yaitu mengurangi konsumsi garam, membatasi lemak, olahraga
teratur, tidak merokok dan tidak minum alkohol, menghindari kegemukan atau obesitas
(Gunawan, 2001 cit Yanti, 2008). Pengetahuan dalam pencegahan komplikasi hipertensi
dilatarbelakangi oleh tiga faktor yaitu faktor predisposisi meliputi pengetahuan, sikap,
kepercayaan, nilai, tradisi keluarga, faktor pendukung meliputi ketersediaan sumber fasilitas,
faktor pendorong meliputi sikap, perilaku petugas kesehatan, anggota keluarga dan teman
dekat (Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan atau kognitif merupakan faktor dominan yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (over behavior). Perilaku yang didasari oleh pengetahuan
akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Mubarak dkk,
2007). Peningkatan pengetahuan penderita hipertensi tentang penyakit akan mengarah pada
kemajuan berfikir tentang perilaku kesehatan yang lebih baik sehingga berpengaruh terhadap
terkontrolnya tekanan darah.
Penelitian Mardiyati (2009), menunjukkan bahwa penderita hipertensi mempunyai
sikap yang buruk dalam menjalani diet hipertensi, hal tersebut disebabkan oleh faktor
pengetahuan penderita hipertensi. Sikap merupakan suatu tindakan aktivitas, akan tetapi
merupakan predisposisi dari perilaku. Menurut (WHO, 1992 cit Notoatmodjo, 2007),
perilaku seseorang adalah penyebab utama menimbulkan masalah kesehatan,tetapi juga
merupakan kunci utama pemecahan. Perilaku merupakan faktor kedua terjadi perubahan
derajat kesehatan masyarakat.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
terhadap penderita hipertensi dengan judul Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Perilaku
Penderita Hipertensi dalam Upaya Mencegah Tidak Terkontrolnya Tekanan Darah, di
Wilayah Kerja Puskesmas Kembangbahu, Lamongan, JawaTimur.
B. Rumusan Masalah
Belum diketahuinya Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Penderita
Hipertensi dalam Upaya Mencegah Tidak Terkontrolnya Tekanan Darah, di Wilayah Kerja
Puskesmas Kembangbahu, Lamongan, JawaTimur.

C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimanakah tingkat pengetahuan penderita hipertensi dalam upaya mencegah tidak
terkontrolnya tekanan darah?
2. Bagaimanakah perilaku penderita hipertensi dalam upaya mencegah tidak
terkontrolnya tekanan darah?

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Penderita Hipertensi
dalam Upaya Mencegah Tidak Terkontrolnya Tekanan Darah, di Wilayah Kerja
Puskesmas Kembangbahu, Lamongan, Jawa Timur
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya Gambaran Tingkat Pengetahuan Penderita Hipertensi di wilayah
Kerja Puskesmas Kembangbahu, Lamongan, Jawa Timur dalam Upaya Mencapai
Tekanan Darah Terkontrol.
b. Diketahuinya Gambaran Tingkat Perilaku Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Kembangbahu, Lamongan, JawaTimur dalam Upaya Mencapai
Tekanan Darah Terkontrol.

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman bagi penulis dalam
meneliti secara langsung di lapangan.
b. Untuk memenuhi salah satu tugas peneliti dalam menjalani program internsip
dokter umum Indonesia.
2. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan agar masyarakat tahu dan mengerti tentang cara
mencapai tekanan darah terkontrol pada penyakit hipertensi.
3. Bagi Tenaga Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi Puskesmas KembangBahu
dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya penyakit hipertensi.

F. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Kembangbahu Lamongan. Penelitian
ini merupakan penelitian deskriptif yang disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dari
masing-masing variabel yang diteliti.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam
arteri. Istilah “tekanan darah” berarti tekanan pada pembuluh nadi dari peredaran darah
sistemik di dalam tubuh manusia. Tekanan darah di bedakan antara tekanan darah sistolik dan
tekanan darah diastolik.

Hipertensi dapat di definisikan sebagai tekanan darah persisten di mana tekanan


sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg, pada populasi manula
hipertensi di defenisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90
mmHg. (Brunner & Suddarth vol 2 : 896).

Hipertensi menurut Manjoer dkk (2001) hipertensi adalah tekanan sistolik ≤ 140
mmHg dan tekanan darah diastolic ≥ 90 mmHg atau bila pasien memakai obat anti hipertensi.
Hipertensi (HTN) adalah peningkatan tekanan darah arteial abnormal yang langsung terus-
menerus (Aplikasi Klinis Patofisiologi edisi 2:1).

Tekanan darah sistolik adalah tekanan darah pada waktu jantung menguncup
(sistole). Adapun tekanan darah diastolik adalah tekanan darah pada saat jantung mengendor
kembali (diastole). Dengan demikian, jelaslah bahwa tekanan darah sistolik selalu lebih
tinggi dari pada tekanan darah diastolik.tekanan darah manusia selalu berayun-ayun antara
tinggi dan rendah sesuai dengan detak jantung.

Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala,di mana tekanan yang
abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke,
aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal.

Pemeriksaan tekanan darah akan di dapat dua angka. Angka yang lebih tinggi di
peroleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah akan di peroleh
pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah di tulis sebagai tekanan sistolik garis
miring tekanan diastolik,misalnya 120/80 mmHg, di baca seratus dua puluh per delapan
puluh.

Hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi
tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik dalam kisaran normal.
Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir
setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah, tekanan

sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampao
usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan bahkan menurun drastis.

Hipertensi maligna adalah hipertensi yang sangat parah, yang bila tidak diobati akan
menimbulkan kematian dalam waktu 3-6 bulan. Hipertensi ini jarang terjadi, hanya 1 dari
setiap 200 penderita hipertensi. Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara
alami. Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah
daripada orang dewasa. Tekanan darah juga diperngaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan
lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah
dalam satu hari juga berbeda; paling tinggi di waktu pagi ahri dan paling rendah pada saat
tidur malam hari.

Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention,


Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC7) klasifikasi tekanan
darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat
1 dan derajat 2 seperti yang terlihat pada tabel 1 dibawah (Gray, et al. 2005).

Tabel 2.1.Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7


Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah
Darah (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal < 120 < 80
Prahipertensi 120-139 80-89
Hipertensi derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi derajat 2 > 160 > 100

The Joint National Community on Preventation, Detection evaluation and


treatment of High Blood Preassure dari Amerika Serikat dan badan dunia WHO dengan
International Society of Hipertention membuat definisi hipertensi yaitu apabila tekanan
darah seseorang tekanan sistoliknya 140 mmHg atau lebih atau tekanan diastoliknya
90 mmHg atau lebih atau sedang memakai obat anti hipertensi. Pada anak-anak,
definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah lebih dari 95 persentil dilihat dari umur,
jenis kelamin, dan tinggi badan yang diukur sekurang-kurangnya tiga kali pada
pengukuran yang terpisah (Bakri, 2008).
B. Penyebab Penyakit Hipertensi

Berhubung lebih dari 90% penderita hipertensi digolongkan atau disebabkan oleh
hipertensi primer, maka secara umum yang disebut hipertensi primer. Meskipun hipertensi
primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan
beberapa faktor yang sering menyebabkan hipertensi. Faktor-faktor tersebut antara lain faktor
keturunan, ciri perseorangan dan kebiasaan hidup.

a. Faktor Keturunan
Dari data statistik terbukti seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.

b. Ciri Perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur, jenis kelamin
dan umur yang bertambah akan menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan darah.
Tekanan darah pria umumnya lebih tinggi dibandingkan wanita. Juga statistik di Amerika
menunjukkan prevalensi hipertensi pada orang kulit hitam hampir dua kali lebih banyak
dibandingkan dengan orang kulit putih.

c. Kebiasaan Hidup
Kebiasaan hirup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi
garam yang tinggi, kegemukan (makan berlebihan) stres dan pengaruh lain.

1) Konsumsi garam yang tinggi


Dari data statistik ternyata dapat diketahui bahwa hipertensi jarang diderita oleh suku
bangsa atau penduduk dengan konsumsi garam yang rendah. Dunia kedokteran juga telah
membuktikan bahwa pembatasan konsumsi garam dapat menurunkan tekanan darah dan
pengeluaran garam (natrium) oleh obat diuretik (pelancar kencing) akan menurunkan
tekanan darah.

2) Kegemukan atau makan berlebihan


Obesitas didefinisikan sebagai kelebihan berat badan sebesar 20% atau lebih dari
berat badan ideal obesitas adalah penumpukan jaringan lemak tubuh yang berlebihan
dengan perhitungan IMT ≥ 27,0. Pada orang yang menderita obesitas ini organ-organ
tubuhnya dipaksa untuk bekerja lebih berat oleh sebab itu lebih cepat merasa gerah dan
kelelahan akibat dari obesitas para penderita cenderung menderita penyakit
kardiovaskuler, hipertensi dan diabetes mellitus.

3) Stres atau ketegangan jiwa


Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktifitas saraf simpatis
peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu) stress
yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi.

Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah, dendam rasa takut)
dapat merangsang belajar anak ginjal melepaskan hormone adrenalin dan memacu
jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat,
jika stress berlangsung cukup lama, tubuh akan berusaha

mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahan patologis,


gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit maag. (Anjali, Arora, 2008).

4) Pengaruh lain
Pengaruh lain yang dapat menyebabkan naiknya tekanan darah yaitu.

a) Merokok
Nikotin penyebab ketagihan merokok akan merangsang jantung, saraf, otak
dan bagian tubuh lainnya bekerja tidak normal. Nikotin juga merangsang pelepasan
adrenalin sehingga meningkatkan tekanan darah, denyut nadi dan tekanan kontraksi
otot jantung selain itu meningkatkan kebutuhan oksigen jantung dan dapat
menyebabkan gangguan irama jantung (aritmia) serta berbagai kerusakan lainnya.
(Anjali Arora, 2008)
b) Minuman beralkohol
c) Olahraga
Olahraga yang bersifat kompetensi dan meningkatkan kekuatan dapat memacu
emosi sehingga dapat mempercepat peningkatan tekanan darah seperti tinju, panjat
tebing dan angkat besi. (Kuswandi, 2004). Bentuk latihan yang paling tepat untuk
penderita hipertensi adalah jalan kaki, bersepeda, senam, berenang dan aerobic,
olahraga yang bersifat kompetisi dan meningkatkan kekuatan tidak dibolehkan bagi
penderita hipertensi karena akan memacu emosi sehingga akan mempercepat
peningkatan tekanan darah.
d) Minum obat-obatan, misal ephedrin, prednison, epinefrin. (Lany Gunawan, 2001)

C. Gejala Penyakit Hipertensi

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala, meskipun secara
tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan
darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala,
perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan yang bisa saja terjadi baik
pada penderita hipertensi maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.

Hipertensi diduga dapat berkembang menjadi masalah kesehatan yang lebih serius
dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Sering kali hipertensi disebut sebagai silent killer
karena dua hal yaitu:

a. Hipertensi sulit disadari seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala khusus, gejala
ringan seperti pusing, gelisah, mimisan dan sakit kepala biasanya jarang berhubungan
langsung dengan hipertensi, hipertensi dapat diketahui dengan mengukur secara teratur.

b. Hipertensi apabila tidak ditangani dengan baik, akan mempunyai risiko besar untuk
meninggal karena komplikasi kardiovaskular seperti stroke, serangan jantung, gagal
jantung dan gagal ginjal.

Jika timbul hipertensinya berat atau menahun dan tidak terobati, bisa timbul gejala
berikut:

1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Jantung berdebar-debar
4. Mual
5. Muntah
6. Sesak nafas
7. Gelisah
8. Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata,
jantung dan ginjal.
9. Telinga berdenging
10. Sering buang air kecil terutama di malam hari.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma
karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang
memerlukan penanganan segera. (Trisha Macnair, 2007).

D. Patosifisiologi
ACE (Angiotensin Converting Enzyme), memegang peran fisiologi penting dalam
mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati
selanjutnya oleh hormone, rennin akan diubah menjadi angiotensin 1, oleh ACE yang
terdapat di paru-paru angiotensin 1 diubah menjadi angiotensin II (peranan kunci dalam
menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.
a. Meningkatkan sekresi hormone antidiuretik (ADH) dan rasa haus, ADH diproduksi di
hipotalamus (kelenjar pituitasi) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan
volume urin. Dengan meningkatnya ADH sangat sedikit urin yang dieksresikan keluar
tubuh sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya untuk mengencerkanya volume
cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan di bagian intra seluler
akibatnya volume darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan
darah.

b. Menstimulasi sekrsi aldosteron dari korteks adrenal, aldosteron merupakan hormone


steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal untuk mengatur volume cairan
ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi eksresi NaCl dengan cara mengabsorbsinya
dari tubulus ginjal. Naiknya kosentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara
meningkatkan volume cairan ekstra seluler yang pada giliranya akan meningkatkan
volume dan tekanan darah. (Astawan, 2005).

E. Penatalaksaan
Bagi penderita tekanan darah tinggi penting mengenal hipertensi dengan membuat
gaya hidup positif. Jika anda baru saja menemukan tekanan darah anda tinggi atau tidak
normal, tidak perlu khawatir ada 7 langkah untuk mengatasinya antara lain:
a. Mengatasi Risiko
Tanyakan pada diri sendiri pertanyaan berikut: apakah anda memiliki sejarah keluarga
penderita hipertensi? Apakah anda memiliki berat badan berlebihan? Apakah anda makan
makanan berkadar garam tinggi? Apakah anda cukup olahraga atau apakah anda
merokok? Jika jawaban anda ya pada salah satu pertanyaan diatas anda berisiko memiliki
tekanan darah tinggi.
b. Mengontrol pola makan
Apabila anda ingin terhindar dari risiko hipertensi jauhi makanan berlemak dan
mengandung garam.
c. Tingkat konsumsi potassium (K) dan magnesium (mg)
Pola makan yang rendah potassium dan magnesium menjadi salah satu faktor pemicu
tekanan darah tinggi, buah-buahan dan sayur segar adalah sumber terbaik bagi kedua
nutrisi tersebut.
d. Makan makanan jenis padi-padian
Dalam sebuah penelitian yang dimuat dalam American Journal Clinical Nutrition
ditemukan pria yang makan sedikitnya satu porsi perhari sereal dari jenis padi-padian
kecil kemungkinan terkena penyakit hingga 20%.
e. Tingkat aktifitas
Orang dengan gaya hidup yang tidak aktif akan lebih rentan terhadap tekanan darah
tinggi. Melakukan olahraga secara teratur tidak hanya menjaga bentuk tubuh dan berat
badan, tetapi juga dapat menurunkan tekanan darah. Jika anda menyandang tekanan darah
tinggi, latihan aerobic sedang selama 30 menit sehari selama beberapa hari setiap minggu
dapat menurunkan tekanan darah. Jenis latihan yang dapat mengontrol tekanan darah
adalah : berjalan kaki, bersepeda, berenang, aerobic. (Trisna Macnair, 2007). Tidak
diragukan meningkatkan aktifitas dapat menurunkan risiko tekanan darah tinggi, anda
tidak perlu berolahraga seperti seorang atlet hanya 30 menit sampai 45 menit 5 hari dalam
seminggu cukup untuk menurunkan hipertensi.
f. Sertakan bantuan dari kelompok pendukung
Sertakan keluarga dari teman menjadi kelompok pendukungn pada pola hidup sehat
dukungan dan partisipasi orang lain membuatnya lebih mudah dan lebih asyik dalam
menjalankan dietnya. Bagi setiap orang dukungan keluarga berhasil dalam membuat
perubahan gaya hidup untuk mencegah tekanan darah tinggi.
g. Berhenti merokok
Jika anda tidak merokok itu baik bagi anda, jika anda merokok berhenti sekarang
juga. Walaupun merokok tidak ada kaitanya dengan timbulnya hipertensi. Merokok dapat
menimbulkan risiko komplikasi lainnya seperti penyakit jantung dan stroke.
h. Alatihan relaksasi atau meditasi
Relaksasi berguna untuk mengurangi stress atau ketegangan jiwa, relaksasi
dilaksanakan dengan mengencangkan dan mengendorkan otot tubuh sambil
membayangkan sesuatu yang damai, indah dan menyenangkan dilakukan dengan
mendengarkan musik atau bernyanyi.
F. Pengobatan pada tekanan darah tinggi (Hipertensi)
Pengobatan pada penyakit tekanan darah tinggi harus memperhatikan terlebih dahulu
faktor penyebabnya oleh karena itu dianjurkan untuk memeriksakan kesehatanya kepada
dokter yang sama agar dokter dapat mengikuti riwayat penyakit pasien dengan demikian
dokter akan memiliki obat yang tepat.
a. Pengobatan pada golongan khusus
1) Hipertensi pada golongan khusus
Obat anti hipertensi diberikan pada ibu hamil bila tekanan diastolenya ≥ 90 mmHg
pada trimester pertama dan ≥ 100 mmHg para trimester ketiga.
2) Hipertensi pada dislipidemia
Obat yang biasa digunakan untuk mengatasi keadaan tersebut adalah gemfibrozil ini
dapat menurunkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL trigliserida dan
meningkatkan kadar kolesterol HDL secara nyata.
3) Hipertensi pada pembuluh darah otak
Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah,
apabila yang pecah adalah pembuluh darah otak keadaan ini dikenal dengan stroke.
4) Hipertensi pada penyakit jantung
Pemberian obat pada hipertensi dengan kelalian jantung harus disesuaikan dengan
jenis gangguan pada jantung dan derajat hipertensinya. Pemeriksaan fungsi jantung
perlu dilakukan untuk menentukan pengobatanya.
5) Hipertensi pada gagal ginjal
Pengobatan pada gagal ginjal dibedakan menjadi dua bagian besar yakni pengobatan
pada refrosklerosis benigna dan nefrosklerosis maligna, pengobatan pada
nefrosisklerosis benigna dilakukan secepatnya hingga mendekati normal penurunan
tekanan darah yang cepat akan mengurangi kerusakan akibat nekrosis arteroti
sehingga dalam jangka panjang diharapkan terjadi perbaikan fungsi ginjal.
b. Perubahan gaya hidup
Gaya hidup yang baik untuk menghindari terjangkitnya penyakit hipertensi dan berbagai
penyakit degeneratif lainnya adalah:
1) Mengurangi konsumsi garam dan lemak jenuh
2) Melakukan olahraga secara teratur dan dinamik (tidak mengeluarkan tenaga terlalu
banyak seperti berenang, jogging (jalan kaki cepat), naik sepeda)
3) Meningkatkan porsi buah-buahan dan sayuran segar dalam pola makan
4) Mengkonsumsi kalium dalam jumlah tinggi seperti semangka, avokad, kismis, pisang,
tomat, kentang dan biji bunga matahari dapat membantu menjaga tekanan darah agar
tetap normal.
5) Menjauhkan dan menghindarkan stress dengan pendalaman agama sebagai salah satu
upayanya.
c. Pengaturan Makanan
Upaya penanggulangan hipertensi melalui pengaturan makanan pada dasarnya dnegan
mengurangi konsumsi lemak dan diet rendah garam dan diet rendah kalori. Jumlah kalori
yang diberikan pada diet rendah kalori disesuaikan dengan berat badan.
Pilihan obat dalam mengatasi hipertensi diantaranya:
1) Hipertensi tanpa komplikasi diuretic, beta bloken
2) Indikasi tertentu enhibitor ACE, penghmabat reseptor angiotensin II, Alfa bloker,
alfa-beta bloker, antagonisca, diuretic.
3) Indikasi yang disesuaikan: diabetes mellitus tipe I dengan protein nuria inhibitor
ACE, gagal jantung ibhibitor ACE diuretic, hipertensi sistolik terisolasi, infark
miokard beta bloker (non ISA) inihibitor ACE (dengan disfungsi sistolik). (Mansjoer
dkk, 2001).
Bila tekanan darah tidak dapat diturunkan dalam satu bulan, dosis obat dapat
disesuaikan sampai dosis maksimal atau menambahkan obat golongan lain atau mengganti
obat pertama dengan obat golongan lain. Sasaran penurunan tekanan darah adalah kurang
dari 140/90 dengan efek samping minimal penurunan dosis obat dapat dilakukan pada
golongan hipertensi ringan yang sudah terkontrol dengan baik selama satu tahun.
1. Diuretik
Diuretic adalah obat yang memperbanyak kencing, mempertinggi pengeluaran garam
(NaCl) dengan turunya kadar Na+ makan tekanan darah akan turun dan efek hipotensifnya
kurang kuat.
Obat yang sering digunakan adalah obat yang daya kerjanya panjang sehingga dapat
digunakan dosis tunggal, diutamakan diuretic yang hemat kalium seperti spironolacton,
HCT, Furosemide.
2. Alfa-Bloker
Alfa blocker adalah obat yang dapat memblokir reseptor alfa dan menyebabkan
vasodilatasi perifer serta turunya tekanan darah karena efek hipotensinya ringan
sedangkan efek sampingnya agak kuat misalnya hipotensi ostotatik dan tachikardia maka
jarang digunakan. Seperti prognosin dan terazosin.
3. Beta-Blocker
Mekanisme kerja obat beta-blocker belum diketahui dengan pasti diduga kerjanya
berdasarkan beta blocker pada jantung sehingga mengurangi daya dan frekuensi kontrasi
jantung. Dengan demikian tekanan darah akan menurun dan daya hipotensinya baik.
Seperti : propanolol, bisoprolol, dan antenolol.
4. Obat yang bekerja sentral
Obat yang bekerja sentral dapat mengurangi pelepasan non adrenalin sehingga
menurunkan aktifitas saraf adretergik perifer dan turunya tekanan darah, penggunaan obat
ini perlu memperhatikan efek hipotensi ostatik seperti reserpine, clonidine dan metildopa
5. Vasodilator
Obat vasodilator dapat langsung mengembangkan dinding arteriola sehingga daya tahan
pembuluh perifer berkurang dan tekanan darah menurun seperti hidralazine dan tecrazine.
6. Antagonis Kalsium
Mekanisme obat antagonis kalisum adalah menghambat pemasukan ion kalsium ke dalam
sel otot polos pembuluh dengan efek vasidilatasi dari turunya tekanan darah seperti :
nipedipin,amlodipine, dan verapamil.
7. Penghambat ACE
Obat penghambat ACE ini menurunkan tekanan darah dengan cara menghambat
angiotensin converting enzyme yang berdaya vasodilatori kuat seperti captopril,
lisinopril. (Lany Gunawan, 2001).
Tabel 2.3
Beberapa obat antihipertensi yang sering dipakai
No Jenis obat Dosis sehari (mg) Frekuensi
Min Maks pemakaian sehari
1 Diuretik
HCT 12,5-25 50 1x
Chlorbalidone 12,5-25 50 1x
Indopamide 2,5 5 1x
Spironolactone 2,5 10 1x
2 Bekerja netral
Clonidene 0,1 1,2 2x
Gufacine 1 3 1x
Methidopa 250 2000 2x
3 Penyakit alfa-1
Prozoin 1-2 20 2x
Doxazosin 1-2 15 1x
Terazosin 1-2 20 1x
4 Penyakit beta
Metoprolol 50 200 1x
Atenolol 25 150 1x
Propanolol 40 320 1x
Acebutolol 200 1200 1x
5 Vasodilator
Hydralazine 50 300 2x
Ecarazine HCL 30 120 2x
6 Penghambat ACE
Captopril 25-50 300 1-3x
Lisinopril 5 40 1x
Enalapril 2,5-5 40 1-2x

d. Pencegahan Hipertensi dengan cara tradisional


Banyak ramuan tradisional yang dapat dipercaya untuk menurunkan tekanan darah,
beberapa ramuan sudah diteliti secara laboratories contoh yang berkhasiat menurunkan
tekanan darah: cincau hijau, daun dan buah alpukat, mengkudu masak (pace), mentimun,
daun seledri, daun selada dan bawang putih.
Tabel 2.4
Efek Samping obat anti hipertensi
Golongan obat Efek samping
Thiazide/diuretic menyerupai thiaziae - Kadar kalium dalam darah rendah
misalnya aprinox (dideteksi dengan pemeriksaan darah)
- Toleransi glukosa terganggu (kadar
glukosa darah diatas normal) terutama
jika dikombinasi dengan beta blocker
(dideteksi pemeriksaan darah)
- Peningkatan kadar kolesterol LDL,
trigliserida dan asam urat (cek darah dan
urine).
- Disfungsi ereksi (impotensi pada pria)
- Gout (radang pada persendian akibat
peningkatan kadar gula)
Alfa blocker - Inkontinensia
(misalnya cardura) - Rasa melayang pada saat berdiri
Beta-blocker - Kadar glukosa tidak terkontrol
(misalnya cardicor) - Latargi (lesu)
- Gangguan memori dan kosentrasi
- Gejala penyakit arteri perifer memburuk,
sirkulasi yang buruk pada tungkai.
Inhibitor ACE - Batuk
(misalnya capoten) - Fungsi ginjal memburuk
- Hipotensi (akut, penurunan tekanan
darah tiba-tiba)
- Ruam
Blocker kenal kalsium golongan non- - Edema perifer (akumulasi cairan dan
dihydropyridine misalnya ticdiem pembengkakan di mata kaki)
- Pembesaran gusi dan konstipasi
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai tropi bertujuan
menentukan adanya kerusakan jaringan dan faktor risiko lain atau mencari penyebab
hipertensi, biasanya diperiksa urinalisa, darah perifer lengkap, kimia darah, (kalium, natrium,
kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, kolesterol HDL, dan EKG. (Arif Mansjoer dkk,
2001).

H. Diagnosis
Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakan dalam satu kali pengukuran hanya dapat
ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada kunjungan yang berbeda, kecuali
terdapat kenaikan yang tinggi atau gejala-gejala klinis pengukuran tekanan darah dilakukan
dalam keadaan pasien duduk bersandar setelah beristirahat selama 5 menit dengan ukurang
pengukuran lengan yang sesuai (menutupi 80% lengan) tensimeter dengan air raksa masih
tetap dianggap alat pengukuran yang terbaik.
Anamnesis dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lama menderitanya, riwayat dan
gejala penyakit, penyakit yang berkaitan seperti penyakit jantung koroner, gagal jantung,
penyakit serebrovaskuler. Apakah terdapat riwayat penyakit dalam keluarga, gejala-gejala
yang berkaitan dengan penyebab hipertensi, perubahan aktifitas/kebiasaan (merokok),
konsumsi makanan, riwayat obat-obat bebas, hasil dan efek samping terapi antihipertensi
sebelumnya bila ada dan faktor psikososial lingkungan (keluarga, pekerjaan dll).
Dalam pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dua kali atau lebih
dengan jarak 2 menit, kemudian diperiksa ulang pada lengan kontralateral dikaji
perbandingan berat badan dan tinggi pasien, kemudian dilakukan pemeriksaan funduskopi
untuk mengetahui adanya retio hipertensif, pemeriksaan leher untuk mencari bising carotid,
pembesaran vena, atau kelenjara tiroid. (Arif Mansjoer dkk, 2001).
I. Komplikasi
Pemakaian obat dalam jangka panjang bisa menyebabkan berbagai komplikasi seperti
terganggunya fungsi atau terjadi kerusakan organ otak, ginjal, jantung dan mata. Kerusakan
pada otak terjadi pembesaran otot jantung bagian kiri yang berakhir pada kegagalan jantung.
Kejadian ini biasanya ditandai dengan bengkak pada kaki, kelopak mata, kelelahan dan sesak
nafas.
Kerusakan pada ginjal akibat hipertensi bisa menurunkan ginjal sebagai penyaring
racun dalam tubuh sekaligus sebagai produsen hormone yang dibutuhkan tubuh, penderita
yang mengalami komplikasi ginjal harus cuci darah setiap minggu dengan biaya yang mahal
sementara itu gangguan pada mata sering tidak disadari sebagai akibat tekanan darah tinggi,
kerusakan pada mata buta menyebabkan kebutaan atau gangguan penglihatan.
Kerusakan pada otak ditandai dengan nyeri kepala hebat, berubahnya kesadaran
kejang dengan deficit neurology fokal ozotermia, mual dan muntah. Ensefalopati dapat
terjadi terutama pada hipertensi maligna, tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan
peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan kedalam ruang intertisium diseluruh
susunan saraf pusat. (Corwin, 2000)
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan
tingkat pengetahuan dan perilaku penderita hipertensi dalam upaya mencegah tidak
terkontrolnya tekanan darah di Wilayah Kerja Puskesmas Kembangbahu, Lamongan 2016.
Penelitian ini disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi terhadap variabel yang diteliti yaiu
variabel pengetahuan dan variabel perilaku.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kembangbahu, Lamongan, Jawa Timur.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan bulan Juni 2016.

C. Etika Penelitian
Sebelum dilakukan penelitian responden akan menandatangani format persetujuan
sebagai responden dalam penelitian ini, hal ini dilakukan sebelum peneliti menyerahkan
kuesioner untuk dilakukan wawancara.

D. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo,
2002). Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai maka populasi dalam penelitian ini adalah
semua penderita hipertensi yang datang berobat di Puskesmas Kembangbahu, Lamongan.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian atau populasi yang diteliti. Pada penelitian ini diambil
sampel sebanyak 30 orang.

E. Tehnik Pengumpulan dan Pengolahan Data


1. Tehnik Pengumpulan Data
Data diperoleh dari pengisian kuesioner yang telah disiapkan oleh peneliti dengan
menggunakan teknik wawancara.
2. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian berupa kuesioner yang berisi pertanyaan tertulis tentang
pengetahuan dan perilaku penderita hipertensi dalam upaya mencegah tidak terkontrolnya
penyakit hipertensi.

F. Teknik Pengolahan dan Analisa Data


1. Teknik Pengolahan Data
a. Pengolahan Data (editing)
Meneliti kembali apakah lembar kuesioner sudah cukup baik sehingga dapat di proses
lebih lanjut. Editing dapat dilakukan di tempat pengumpulan data sehingga jika terjadi
kesalahan maka upaya perbaikan dapat segera dilaksanakan.
b. Pengkodean (Coding)
Usaha mengklarifikasi jawaban-jawaban yang ada menurut macamnya, menjadi bentuk
yang lebih ringkas dengan menggunakan kode.
c. Pemasukan Data (Entry)
Memasukan data ke dalam perangkat komputer sesuai dengan kriteria.
d. Pembersihan Data (Cleaning data)
Data yang telah di masukan kedalam komputer diperiksa kembali untuk mengkoreksi
kemungkinan kesalahan. (Hastono, 2001).
2. Tehnik Analisis Data
Pada penelitian ini digunakan analisa univariat yaitu analisa yang dilakukan terhadap
setiap variabel dari hasil penelitian dalam analisa ini hanya menghasilkan distribusi dan
persentase dari tiap variabel yang diteliti yaitu variabel pengetahuan dan variabel tindakan.
G. Definisi Operasional

Definisi Alat Skala


No Variabel Cara ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur Ukur
1 Pengetahuan Aspek yang Kuesioner Wawancara Baik, jika Ordinal
diketahui dan responden
mampu diingat dapat
oleh responden menjawab
tentang upaya ≥7.
mencegah Kurang, jika
kekambuhan responden
penyakit tidak bisa
hipertensi. mejawab < 7.

2 Perilaku Upaya dalam Kuesioner Wawancara Baik, jika Ordinal


mencegah responden
kekambuhan melakukan
penyakit upaya dalam
hipertensi. mencegah
kekambuhan
penyakit
hipertensi ≥ 7
Kurang, jika
responden
tidak
melakukan
upaya dalam
mencegah
kekambuhan
penyakit
hipertensi < 7
BAB IV
HASIL

A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan kuesioner yang dibagikan kepada penderita
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Panjang. menggunakan adalah sebagai berikut:
1. Umur
Pada penelitian ini didapatkan usia termuda yang mengisi kuisioner 40 tahun dan
yang tertua adalah 72 tahun. Didapatkan usia <60 tahun sebanyak 13 orang dan usia
lanjut atau > 60 tahun sebanyak 17 orang. Rata-rata usia perserta adalah 61,2 tahun.
Tabel 1. Sebaran responden berdasarkan usia
No Usia Jumlah Persentase
1 <60 tahun 13 43,3%
2 >60 tahun 17 56,67%
Jumlah 30 100%

2. Jenis Kelamin
Pada pemeriksaan ini didapatkan 11 orang perempuan dan 19 orang laki-laki.
Tabel 2. Jenis kelamin responden
No Jenis Kelamin Jumlah Persentase
1 Laki-laki 19 63,33%
2 Perempuan 11 36,67%
Jumlah 30 100%

3. Tingkat Pendidikan
Didapatkan tingkat pendidikan terbanyak adalah Sekolah dasar yaitu 15 responden,
tidak sekolah 13, dan 2 responden sekolah menengah pertama.
No Jenis Kelamin Jumlah Persentase
1 Tidak Sekolah 13 43,33%
2 SD 15 50%
3 SMP 2 6,67%
Jumlah 30 100%
4. Gambaran Tingkat Pengetahuan
Pengisian kuisioner melalui wawancara langsung lalu dinilai. Apabila skor lebih dari
sama dengan 7 maka hasilnya baik, apabila skor kurang dari 7 hasilnya kurang baik.
Didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 3. Tingkat pengetahuan responden
No Pengetahuan Jumlah Persentase
1 Baik 22 73,3%
2 Kurang baik 8 26,6%
Jumlah 30 100%

5. Gambaran Tingkat Perilaku


Perilaku penderita hipertensi dalam upaya mencegah kekambuhan penyakit
hipertensi adalah usaha-usaha yang telah dilakukan penderita hipertensi untuk
mencegah tekanan darah tidak terkontrol penyakit hipertensi diperoleh hasil
sebagaimana ditampilkan pada tabel 3.
Tabel 4.Tingkat perilaku responden
No Tindakan Jumlah Persentase
1 Baik 20 66,67%
2 Kurang 10 33,3%
Jumlah 30 100%
BAB V
PEMBAHASAN

A. Gambaran Pengetahuan Penderita Hipertensi Tentang Upaya Mencegah


Kekambuhan Penyakit Hipertensi.
Rata- usia responden adalah 61.2 tahun, menurut WHO sudah dikategorikan dalam
lanjut usia. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden yang berpengetahuan
baik sejumlah 22 responden (73,3) sisanya berpengetahuan kurang sejumlah 8 responden
(26,6%). Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar penderita hipertensi mempunyai
pengetahuan baik dan mengerti tentang upaya mencegah tidak terkontrolnya tekanan
darah. Sebagian besar penderita mengetahui bahwa memeriksakan tekanan darah secara
teratur dan menjaga pola makan yang baik akan sangat membantu mengontrol tekanan
darah pada penyakit hipertensi. Penderita juga mengetahui bahwa merokok, makan
gorengan, makan yang asin-asin, kurang makan buah dan sayur, kurang berolahraga,
banyak pikiran, kurang istirahat dapat meningkatkan tekanan darah tinggi.
Pengetahuan yang baik ini bisa dikarenakan karena program penyuluhan dari
Puskesmas dan tenaga kesehatan lain yang sudah berjalan dengan baik. Faktor lain adalah
karena penyakit hipertensi adalah penyakit menahun yang tak bisa disembuhkan namun
dapat terkontrol sehingga setiap kali berobat mereka selalu disuluh tentang hipertensi
meskipun melalui usaha kesehatan perorangan. Selain itu, rata-rata pasien sudah
menderita hipertensi lebih dari 2 tahun sehingga dari aspek pengetahuan pun sudah sangat
baik. Namun masih ada sebagian kecil responden, yakni 8 responden yang
berpengetahuan kurang baik, kurangnya pengetahuan responden ini dapat disebabkan
beberapa faktor antara lain: rendahnya tingkat pendidikan responden yang tidak sekolah
dan tamatan sekolah dasar, kurangnya keaktifan responden dalam mengikuti penyuluhan
kesehatan yang diadakan oleh petugas kesehatan setempat dan responden yang sudah
berusia lanjut (diatas 60 tahun) dimana kemampuan responden dalam menerima informasi
kesehatan agak kurang. Faktor utama adalah karena usia responden yang sudah >60 tahun
dan merasa tidak ada keluhan sehingga responden tidak merasa memiliki sakit darah
tinggi. Akibatnya, pasien tidak mengkonsumsi obat darah tinggi, tidak rutin makan buah
dan sayur, tidak olahraga, masih merokok, dan masih suka makan gorengan hampir setiap
hari, serta tidak memikirkan berat badan ideal.
Namun, yang perlu di garis bawahi adalah bahwa sebagian besar pasien masih salah
tentang pengetahuan bahwa seorang penderita hipertensi harus terus menerus minum
obat, rutin, setiap hari. Yang kebanyakan pasien tahu adalah bahwa minum obat
hipertensi jika ada keluhan saja atau ketika tensi darah naik.

B. Gambaran Perilaku Penderita Hipertensi Tentang Upaya Mencegah Tekanan


Darah Tidak Terkontrol Pada Penyakit Hipertensi.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui responden yang baik upayanya dalam mencegah
kekambuhan penyakit hipertensi berjumlah 20 responden (66,67%) dan responden yang
kurang baik dalam upaya pencegahan tidak terkontrolnya tekanan darah penyakit
hipertensi berjumlah 10 responden (33,3%). Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar
responden cukup baik upayanya dalam mencegah tekanan darah tidak terkontrol pada
penyakit hipertensi. Tetapi bila dibandingkan dengan hasil pengetahuan jumlah pasien
dengan perilaku baik lebih kecil.
Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : ketakutan pasien meminum
obat darah tinggi setiap hari terus menerus karena “takut ketergantungan obat”, merasa
“takut zat kimia” dan akibatnya lebih banyak yang mencoba “alternatif”, merasa “capek
minum obat”. Memang, alasan tersebut manusiawi karena penyakit ini adalah penyakit
menahun yang bisa dikontrol namun tidak bisa disembuhkan. Akibatnya pasien merasa
jenuh. Faktor lain adalah kurangnya dukungan keluarga dalam memotivasi responden
untuk melakukan usaha dalam mencegah kekambuhan penyakit hipertensi, kurangnya
perhatian keluarga atau orang-orang terdekat dari responden akan berpengaruh besar
dalam keinginanya untuk sembuh.. Oleh karena itu selain mengedukasi pasien, keluarga
juga harus di edukasi dan adalah lebih baik jika pasien berobat/kontrol tekanan darah
didampingi oleh keluarga.
Pasien yang rutin minum obat hanya 20 orang (66,67%) dan beberapa juga memang
memiliki kesadaran tinggi untuk menjaga agar tekanan darah tetap terkontrol.
Pada penelitian ini tidak dinilai hasil intervensi perubahan perilaku responden. Karena
harus membutuhkan waktu untuk merubah perilaku. Maka, pasien sulit untuk di evaluasi
karena tidak semua melakukan kontrol kembali ke puskesmas atau posyandu lansia.
Kebanyakan dari responden datang kalo memiliki keluhan atau ada yang mengantarnya
ke puskesmas.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari data yang berhasil dikumpulkan dalam penelitian ini telah diperoleh
Gambaran Tingkat Pengetahuan Penderita Hipertensi di wilayah Puskesmas
Kembangbahu Tahun 2016 dalam Upaya Mencapai Tekanan Darah Terkontrol sebagai
berikut:
1. Rata-rata usia responden yang dilakukan penilaian adalah 61,2 tahun dan tinggkat
pendidikan responden rendah bahkan banyak yang tidak bersekolah.
2. Pengetahuan penderita hipertensi tentang upaya mencegah kekambuhan penyakit
hipertensi berpengetahuan baik sejumlah 22 responden (73,3%) sisanya
berpengetahuan kurang baik sejumlah 8 responden (33,6%)
3. Perilaku penderita hipertensi tentang upaya mencegah kekambuhan penyakit
hipertensi berkriteria baik sejumlah 20 responden (66,67%) dan responden yang
kurang baik dalam upaya pencegahan kekambuhan penyakit hipertensi berjumlah 10
responden (33,3%)
B. Saran
1. Untuk Masyarakat
Agar lebih meningkatkan pengetahuan tentang upaya pencegahan terjadinya penyakit
hipertensi dengan mengikuti penyuluhan kesehatan yang diberikan oleh petugas
kesehatan terdekat agar dapat terhindar penyakit hipertensi secara dini.
2. Untuk Petugas Kesehatan
Diharapkan bagi petugas kesehatan agar dapat lebih meningkatkan sosialisasi tentang
penyakit tekanan darah tinggi dan memberikan penyuluhan tentang upaya mencegah
kekambuhan penyakit hipertensi secara dini dan tindakan apa saja yang harus
dilakukan jika tekanan darah meningkat serta menjelaskan pentingnya memeriksakan
tekanan darah secara teratur ke pelayanan kesehatan terdekat.
3. Untuk Penderita Hipertensi
Agar lebih rajin dalam memeriksakan tekanan darahnya ke pelayanan kesehatan
terdekat atau rumah sakit serta mengikuti kegiatan yang berkaitan dengan kesehatan
untuk mencegah kekambuhan penyakit hipertensi serta dapat termotivasi untuk
menghindari hal-hal yang dapat menambah penyakit hipertensi menjadi lebih parah
lagi misalnya menghindari makanan yang mengandung lemak seperti gorengan,
daging kambing, santan, mengurangi konsumsi garam dapur, minuman yang
mengandung kafein, alcohol, merokok, malas berolahraga, menjauhi stress, dan
meminum obat secara rutin.
DAFTAR PUSTAKA

Arora. 2008. 5 langkah mencegah dan mengobati tekanan darah tinggi. Jakarta :
Bhauana Ilmu Populer.

Bustan. 2000. Epidemiologi Penyakit tidak Menular. Jakarta : Rineka Cipta

Gunawan Lany. 2000. Hipertensi Tekanan darah tinggi. Yogjakarta : Kanisus

Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3. Jakarta : Media
Aesculapius: FKUI

Notoatmodjo, Soekidjo. 2002


Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Sarwono Warpadzi, Soeparman,dkk. 2006. Ilmu Penyakit Dalam jilid VI. Jakarta : Balai
Penerbitan FKUI.

Wolf Harf Peter. 2006. Hipertensi. Jakarta : Buana Ilmu Populer


LAMPIRAN

LEMBAR PERSETUJUAN SEBAGAI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Sebagai responden penelitian dengan Judul :

” Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Penderita Hipertensi dalam Upaya

Mencegah Tidak Terkontrolnya Tekanan Darah, di Wilayah Kerja Puskesmas

Kembangbahu Lamongan, Jawa Timur Tahun 2016.”

Menyatakan tidak keberatan dan bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian
yang dilakukan oleh tersebut diatas, saya bersedia berperan dalam penelitian ini dan
menandatangani lembar persetujuan sebagai responden peneliti.

Peneliti Responden

( ) ( )
KUESIONER PENELITIAN

Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Penderita Hipertensi dalam Upaya

Mencegah Tidak Terkontrolnya Tekanan Darah, di Wilayah Kerja Puskesmas

Kembangbahu Lamongan, Jawa Timur Tahun 2016

Petunjuk pengisian
Isilah data berikut ini dengan benar
a. Tanggal pengisian kuesioner :
b. Nama :
c. Umur :
d. Pendidikan :
e. Alamat :

B. Aspek pertanyaan pengetahuan


Petunjuk pengisian :
Pilihlah salah satu jawaban yang anda anggap paling benar, dengan memberi tanda (x)
pada huruf pilihan tersebut!.
1. Penyakit hipertensi merupakan tekanan darah tinggi
Benar (1) Salah (0)
2. Penderita tekanan darah tinggi penting memeriksakan tekanan darah ke pelayanan
kesehatan yang terdekat
Benar (1) Salah (0)
3. Membatasi makanan berlemak merupakan salah satu usaha untuk mencegah tekanan
darah tinggi
Benar (1) Salah (0)
4. Mengkonsumsi garam berlebihan akan menyebabkan tekanan darah meningkat.
Benar (1) Salah (0)
5. Selain dari mengkonsumsi buah-buahan segar, usaha lain untuk mencegah tekanan
darah tinggi adalah olahraga secara teratur.
Benar (1) Salah (0)
6. Merokok dan minuman alcohol merupakan penyebab timbulnya kekambuhan
penyakit tekanan darah tinggi
Benar (1) Salah (0)
7. Menjauhkan diri dari stress salah satu cara untuk mencegah tekanan darah tinggi
Benar (1) Salah (0)
8. Dukungan keluarga merupakan salah satu yang penting untuk memotivasi penderita
hipertensi dalam menjalankan perubahan gaya hidupnya.
Benar (1) Salah (0)
9. Meminum obat anti hipertensi secara teratur dan mengontrol pola makan adalah usaha
mencegah kekambuhan penyakit tekanan darah tinggi
Benar (1) Salah (0)
10. Menjaga berat badan dalam kisaran normal bisa mengurangi risiko terjadinya
penyakit hipertensi
Benar (1) Salah (0)

C. Aspek Pernyataan Tindakan


Petunjuk pengisian :
Berilah tanda (√) pada kolom yang paling sesuai dengan pilihan anda!
Keterangan :
Melakukan
Tidak melakukan
No Pernyataan Melakukan Tidak
melakukan
1 Saya selalu mengontrol tekanan darah setiap
bulanya.
2 Saya tidak mengkonsumsi makanan yang
mengandung kolesterol tinggi seperti daging
merah, gorengan, jeroan.
3 Saya mengkonsumsi setidaknya lima porsi buah
dan sayuran segar setiap hari.
4 Saya selalu minum obat anti hipertensi secara
teratur jika tekanan darah tinggi.
5 Saya selalu meluangkan waktu untuk istirahat
walaupun pekerjaan menumpuk.
6 Saya berolahraga secara teratur untuk mengontrol
tekanan darah.
7 Saya tidak mengkonsumsi minum minuma keras
seperti anggur, pigur dan bir bila sedang
mempunyai masalah yang berat ataupun tidak
mempunyai masalah.
8 Saya mengurangi kebiasaan merokok dan
konsumsi makanan yang mengandung garam
tinggi untuk menghindari kekambuhan tekanan
darah tinggi.
9 Saya mengusahakan mengadakan rekreasi setelah
mengerjakan pekerjaan yang berat.
10 Saya akan mengontrol emosi saya jika sedang
marah/banyak pikiran.

Anda mungkin juga menyukai