Anda di halaman 1dari 12

ISSN 2407-7232

JURNAL PENELITIAN
KEPERAWATAN
Volume 1, No. 2, Agustus 2015

Perilaku Pemeliharaan Kesehatan dan Perilaku Kesehatan Lingkungan


Berpengaruh dengan Kejadian ISPA pada Balita

Tugas Keluarga dalam Pemenuhan Nutrisi Pada Lansia dengan Hipertensi

Manifestasi Klinis Stres Hospitalisasi pada Pasien Anak Usia Prasekolah

Faktor yang Berhubungan dengan Menarche Pada Remaja Putri

Peningkatan Frekuensi Kencing Menurunkan Kualitas Tidur Pasien Diabetes Mellitus


Tipe 2

Pelaksanaan Dokumentasi Keperawatan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Baptis


Kediri

Dukungan Keluarga Meningkatkan Upaya Pencegahan Gangren (Perawatan kaki)


pada Pasien Diabetes Mellitus

Latihan Otak (Brain Gym) Meningkatkan Memori Lansia di Posyandu Lansia

Faktor yang meningkatkan Kecemasan pada Wanita Menopause

Terapi Back Massage Menurunkan Nyeri pada Pasien Post Operasi Abdomen

Diterbitkan oleh
STIKES RS. BAPTIS KEDIRI

Jurnal Penelitian Hal Kediri


Vol.1 No.2 2407-7232
Keperawatan 103-207 Agustus 2015
122 Jurnal Penelitian Keperawatan Vol 1. (2) Agustus 2015 ISSN. 2407-7232

MANIFESTASI KLINIS STRES HOSPITALISASI PADA PASIEN ANAK


USIA PRASEKOLAH

THE CLINICAL MANIFESTATIONS OF STRESS HOSPITALIZATION TO


PRESCHOOL PATIENTS

Dewi Ika Sari Hari Poernomo, Yektiningayu Sestu Mahanani


STIKES RS.Baptis Kediri
Jl. Mayjend. Panjaitan no. 3B Kediri
Telp. (0354) 683470. Email stikes_rsbaptis@yahoo.co.id

ABSTRAK

Stres hospitalisasi pada anak akan menghambat pemberian perawatan anak secara
optimal di rumah sakit. Anak yang mengalami tress hospitalisasi cenderung tidak
kooperatif dalam tindakan keperawatan yang diberikan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi manifestasi klinis stres hospitalisasi pada pasien anak usia prasekolah.
Desain penelitian adalah deskriptif. Populasinya adalah pasien anak usia prasekolah di
ruang anak Rumah Sakit Baptis Kediri dengan subjek yaitu orang tua anak usia
prasekolah sebanyak 47 responden dengan tehnik purposive sampling. Variabel penelitian
yaitu manifestasi klinis cemas karena perpisahan, kehilangan kendali, cidera tubuh dan
nyeri. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis data dengan distribusi
frekuensi. Hasil penelitian didapatkan manifestasi klinis cemas karena perpisahan adalah
sedang yaitu 36 responden (76,6%), kehilangan kendali adalah sedang yaitu 29 responden
(61,7%), cidera tubuh dan nyeri yaitu pemasangan infus (93,6%), pengambilan sampel
darah sebanyak (91,4%), pemberian obat intravena (70,2%), pemberian obat peroral
(57,4%) dan pengukuran suhu (51,1%). Kesimpulannya manifestasi klinis stres
hospitalisasi pada anak usia prasekolah meliputi cemas karena perpisahan, kehilangan
kendali dan cidera tubuh serta nyeri meliputi pemasangan infus, pengambilan sampel
darah, pemberian obat intravena dan respon terhadap pemberian obat oral serta
pengukuran suhu tubuh.

Kata Kunci: Pasien anak, manifestasi klinis cemas, prasekolah, stres hospitalisasi.

ABSTRACT

Children hospitalization stress will hinder providing nursing care optimally in


hospital. Children who experience stress hospitalization tend not to be cooperative in
nursing actions. The research objective is to identify the clinical manifestations of stress
hospitalization to preschool patients. The research design was descriptive. The
population was preschool patients in Pediatric Ward Kediri Baptist Hospital. The
subjects were 47 respondents (parents of preschool patients) using purposive sampling
technique. The variable was the clinical manifestations of anxiety due to separation, loss
of control, physical injury and pain. The data were collected using questionnaires and
then analyzed using frequency distribution. The results showed that clinical
manifestations of moderate anxiety due to separation was 36 respondents (76.6%),
Hal: 122 – 132 Manifestasi Klinis Stres Hospitalisasi pada Pasien Anak Usia Prasekolah
123

moderate loss of control was 29 respondents (61.7%), physical injury and pain because
of infusion (93.6%), taking of blood sampling (91.4%), intravenous medicine
administration (70.2%), giving oral medicine (57.4%) and temperature measurement
(51.1%). In conclusion, the clinical manifestations of stress of hospitalization to
preschool patients include anxiety due to separation, loss of control and physical injury
and pain because of infusion, taking blood sampling, intravenous medicine
administration, response of giving oral medicine and measurement of body temperature.

Keywords: Pediatric patient, clinical manifestation of anxiety, preschool, stress


hospitalization.

Pendahuluan dalam kebiasaan sehari-hari selain itu,


dikarenakan anak mempunyai sejumlah
keterbatasan dalam mekanisme koping
Sakit adalah suatu kondisi untuk mengatasi masalah maupun
ketidakmampuan individu untuk kejadian-kejadian yang bersifat menekan.
beradaptasi terhadap rangsangan yang Demikian juga dengan seorang anak yang
berasal dari dalam dan luar individu. sakit dan di rawat di rumah sakit akan
Kondisi sehat dan sakit sangat relatif mengalami stres yang disebut stres
dipersepsikan oleh individu. Kemampuan hospitalisasi. Stres hospitalisasi ini
seseorang dalam beradaptasi (koping) menyebabkan seorang anak kurang
bergantung pada latar belakang individu kooperatif terhadap petugas kesehatan.
tersebut dalam mengartikan dan Hal ini disebabkan karena anak belum
mempersepsikan sehat-sakit. Rentang mengerti mereka dirawat di rumah sakit atau
sehat-sakit merupakan batasan yang mengapa terluka karena tindakan
dapat diberikan bantuan pelayanan keperawatan yang dilakukan terhadapnya,
keperawatan anak, dimana anak berada sehingga akan menghambat proses
dalam status kesehatan yang meliputi keperawatan anak dan kesembuhan anak
sejahtera, sehat optimal, sehat, sakit, sakit tersebut.
kronis, dan meninggal. Batasan sehat Data di Indonesia menurut Badan
secara umum dapat diartikan sesuatu Pusat Statistik Indonesia bahwa 35 dari
keadaan yang sempurna baik fisik, 420 anak yang dirawat di rumah sakit
mental dan sosial serta tidak hanya bebas stress selama hospitalisasi. Berdasarkan
dari penyakit dan kelemahan (WHO, hasil penelitian stres hospitalisasi dari 31
1974 dikutip Hidayat, 2005), sepanjang responden yang mengalami stres
rentang tersebut, anak membutuhkan hospitalisasi ringan ada 19 responden
bantuan perawat baik secara langsung (61,3%), stres hospitalisasi sedang ada 5
saat anak sakit maupun tidak langsung. responden (16,1%), stres berat ada 7
Anak saat mengalami sakit, anak tersebut responden (22,6%) (Melinda, 2013).
akan mengalami suatu krisis yang akan Berdasarkan data Medical Record RS.
menjadi stressor utama seorang anak untuk Baptis Kediri, jumlah anak usia 3-6 tahun
mengalami stres. Reaksi anak dalam yang dirawat di Ruang Anak RS. Baptis
mengatasi krisis tersebut dipengaruhi oleh Kediri selama 3 bulan terakhir (bulan
tingkat perkembangan usia, pengalaman oktober – desember 2013) sebanyak 54
sebelumnya terhadap proses sakit dan pasien. Rata-rata pasien anak yang
dirawat, sistem dukungan yang tersedia, dirawat selama 1 bulan adalah 20 anak.
serta keterampilan koping dalam menangani Pada tanggal 19 Desember 2013, hasil
stres (Nursalam, 2005). Seorang anak yang observasi dan wawancara dengan orang
mengalami stres diakibatkan karena tua anak yang sedang dirawat di ruang
perubahan baik terhadap status anak dan didapatkan data dari 10 anak
kesehatannya maupun lingkungannya
124 Jurnal Penelitian Keperawatan Vol 1. (2) Agustus 2015 ISSN. 2407-7232

yang masuk rumah sakit, semua kendali, cedera tubuh dan nyeri (Wong¹,
mengalami stres hospitalisasi. 2008). Kemampuan pemahaman akan
Hospitalisasi pada anak merupakan manifestasi klinis tersebut, perawat dapat
proses karena suatu alasan yang berencana mengupayakan upaya penatalaksanaan
atau darurat mengharuskan anak untuk yang lebih berfokus terhadap masalah.
tinggal di rumah sakit menjalani terapi dan Solusi yang bisa dilakukan oleh seorang
perawatan sampai pemulangan kembali perawat adalah memberikan penjelasan
kerumah. Anak dan orang tua selama proses tentang tindakan yang akan dilakukan,
tersebut dapat mengalami berbagai berkeliling rumah sakit, rooming in,
pengalaman yang sangat traumatik dan membuat ruang perawatan seperti di
penuh dengan stres (Supartini, 2009). rumah, dan lain-lain (Nursalam, 2005).
Keadaan hospitalisasi dapat menjadi Hal ini dilakukan untuk mempercepat
stresor bagi anak saat dirawat di rumah proses kesembuhan dan pemulangan
sakit, sehingga anak akan mengalami pasien. Tujuan penelitian ini untuk
stres hospitalisasi yang ditunjukkan mengidentifikasi manifesitasi klinis stress
dengan adanya perubahan beberapa hospitalisasi pada anak usia pra sekolah
perilaku pada anak. Manifestasi klinis di rumah sakit Baptis Kediri.
anak yang dihospitalisasi adalah cemas
karena perpisahan, kehilangan kendali,
perlukaan tubuh dan nyeri (Wong¹, Metode Penelitian
2008). Stres hospitalisasi sendiri
merupakan gangguan psikologis yang
diterima oleh seorang anak sebagai akibat Berdasarkan tujuan penelitian,
perawatan dirinya di rumah sakit. rancangan yang digunakan adalah
Seorang anak yang biasanya kooperatif deskriptif.. Populasi dalam penelitian ini
akan menjadi tidak kooperatif saat adalah orang tua pasien anak usia
mengalami hospitalisasi. Anak dan orang prasekolah yang di ruang anak Rumah Sakit
tua akan mengalami hal yang sama, Baptis Kediri sebanyak 47 orang tua
terutama pada mereka yang baru pertama pasien anak. Subjek dalam penelitian ini
kali mengalami perawatan anak di rumah adalah semua orang tua pasien anak di
sakit, dan orangtua yang kurang ruang anak Rumah Sakit Baptis Kediri
mendapatkan dukungan emosi dan sosial yang mengalami stres hospitalisasi. Pada
dari keluarga, kerabat, bahkan petugas penelitian ini sampling yang digunakan
kesehatan akan menunjukkan perasaan adalah “purposive sampling”. Variabel
cemasnya. Hal ini akan menimbulkan dalam penelitian ini adalah manifestasi
dampak stres hospitalisasi jika tidak klinis cemas karena perpisahan,
ditangani yaitu rencana pemulangan manifestasi klinis kehilangan kendali,
menjadi lebih lama karena kompleknya manifestasi klinis cedera tubuh dan nyeri.
asuhan medis dan keperawatan, diagnosa Data dikumpulkan menggunakan
yang sulit, masalah psikososial yang kuesioner. Data yang terkumpul diolah
rumit, dan sumber daya komunitas yang dengan menggunakan distribusi
tidak konsisten (Wells dkk, 1994 dikutip frekuensi. Waktu penelitian dimulai
dalam Wong², 2008). tanggal 10 Juni – 10 Juli 2014 dengan
Upaya mencegah dan meminimalkan tempat penelitian yaitu ruang anak
stres hospitalisasi yang dialami oleh pasien Rumah Sakit Baptis Kediri. Analisis
anak, seorang perawat perlu untuk mengunakan analisis deskriptif disajikan
memahami manifestasi klinis stres dalam tabel distribusi frekuensi.
hospitalisasi pada pasien anak yang meliputi
cemas karena perpisahan, kehilangan
Hal: 122 – 132 Manifestasi Klinis Stres Hospitalisasi pada Pasien Anak Usia Prasekolah
125

Hasil Penelitian

Manifestasi Klinis Stress Hospitalisasi pada Anak Usia Prasekolah

Tabel 1. Manifestasi Klinis Stress Hospitalisasi (Cemas karena Perpisahan) pada Pasien
Anak Usia Prasekolah di Rumah Sakit Baptis Kediri pada Tanggal 10 Juni 2014
– 10 Juli 2014 (n=47).
Manifestasi Klinik Ringan Sedang Berat Jumlah
F % f % f % f %
Cemas karena perpisahan (Fase Protes) 10 21,3 28 59,6 9 19,1 47 100
Cemas karena perpisahan (Fase Putus asa) 12 25,5 33 70,2 2 4,3 47 100
Cemas karena perpisahan (Fase Pelepasan) 20 42,5 25 53,2 2 4,3 47 100

Berdasarkan tabel 1 diketahui sebagian besar sedang, pada fase


bahwa lebih manisfestasi klinis stress pelepasan lebih 50% sedang, hal ini
hospitalisasi terhdap cemas karena menujukan manifestasi kecemasan akibat
perpisahan pada fase protes menunjukan perpisanag sedang.
lebih 59% sedang, pada fase putus asa

Tabel 2. Manifestasi Klinis Stres Hospitalisasi Hilang Kendali pada Pasien Anak Usia
Prasekolah di Ruang Anak Rumah Sakit Baptis Kediri pada Tanggal 10 Juni
2014 – 10 Juli 2014 (n=47).
Manifestasi Klinik Ringan Sedang Berat Jumlah
F % f % f % f %
Hilang Kendali (Malu) 14 29, 31 66 2 4,2 47 100
Hilang Kendali (Bersalah) 9 19,1 18 38,3 20 42,6 47 100
Hilang Kendali (Takut) 22 46,8 20 42,6 5 10,6 47 100

Berdasarkan tabel 2 diketahui berat (42,6%) dan takut paling banyak


bahwa manisfestasi klinis stress ringan (46,8). Hal ini menunjukan
hospitalisasi pada anak berdasarkan manisfestasi hilang kendali lebih 50 %
hilang kendalai malu derajad lebih 50% sedang.
sedang, rasa bersalah paling banyak

Tabel 3. Manifestasi Klinis Stres Hospitalisasi (Cidera Tubuh dan Nyeri) pada Pasien
Anak Usia Prasekolah di Ruang Anak Rumah Sakit Baptis Kediri pada Tanggal
10 Juni 2014 – 10 Juli 2014 (n=47).
Kejadian Stres pada Tindakan Keperawatan F %
Pemasangan Infus 44 93,6
Pemberian obat peroral 27 57,4
Pengukuran suhu 24 51,1
Pemberian obat intravena 33 70,2
Pengambilan sampel darah 43 91,4

Berdasarkan tabel 3 diketahui Sakit Baptis Kediri yaitu Pemasangan


bahwa manifestasi klinis cedera tubuh Infus sebanyak 44 responden (93,6%),
dan nyeri sehubungan dengan respon pengambilan sampel darah sebanyak 43
stres anak terhadap tindakan responden (91,4%), Pemberian obat
keperawatan yang diberikan di Rumah intravena sebanyak 33 responden
126 Jurnal Penelitian Keperawatan Vol 1. (2) Agustus 2015 ISSN. 2407-7232

(70,2%), Pemberian obat peroral pengukuran suhu sebanyak 24 responden


sebanyak 27 responden (57,4%) dan (51,1%).

Tabel 4 Jumlah Tindakan Keperawatan yang Menyebabkan Stres Hospitalisasi pada


Pasien Anak Usia Prasekolah di Ruang Anak Rumah Sakit Baptis Kediri pada
tanggal 10 Juni 2014 – 10 Juli 2014 (n=47).
Jumlah Tindakan Keperawatan yang menyebabkan stres F %
0 Tindakan Keperawatan 1 2,1
1 Tindakan Keperawatan 2 4,3
2 Tindakan Keperawatan 4 8,5
3 Tindakan Keperawatan 13 27,7
4 Tindakan Keperawatan 14 29,8
5 Tindakan Keperawatan 13 27,7
Total 47 100

Manifestasi klinis cedera tubuh dan perpisahan. Pasien anak di ruang anak
nyeri sehubungan dengan jumlah tindakan Rumah Sakit Baptis Kediri tidak terlalu
keperawatan yang diberikan dari 5 tindakan berespon terhadap fase protes, dikarenakan
utama, paling banyak pasien anak usia saat anak sakit tidak hanya satu orang saja
prasekolah mengalami stres hospitalisasi yang menjaga pasien anak sehingga saat
dikarenakan 4 tindakan keperawatan yaitu orang tua atau orang terdekat mereka tidak
sebanyak 14 pasien anak (29,78%). berada didekat mereka, pasien anak tidak
menangis atau memberontak. Fase ini
berhubungan erat dengan orang tua dan
Pembahasan orang terdekat. Orang tua atau orang
terdekat pasien memberikan perhatian yang
lebih saat anak sakit, sehingga anak merasa
Manifestasi Klinis Cemas karena aman dan nyaman selama dirawat dan
Perpisahan pada Anak diberikan tindakan keperawatan. Anak dan
orangtua pun akan merasakan hal yang
sama, mereka senang dan nyaman saat
Manifestasi klinis cemas karena dapat menemani anak mereka selama
perpisahan dengan kategori sedang perawatan, sebaliknya orang tua akan
sebanyak 36 anak (76,6%), digambarkan merasa cemas, saat mereka tidak dapat
manifestasi yang muncul karena fase protes mengetahui keadaan anak saat sakit. tetapi
dengan kategori sedang sebanyak 28 pasien terdapat beberapa responden yang
anak (59,6%), fase putus asa dengan mengalami fase protes yang berat, respon
kategori sedang ada 33 pasien anak yang ditunjukkan anak adalah anak
(70,2%) dan fase pelepasan dengan menangis saat orang tua mereka tidak
kategori sedang ada 25 pasien anak berada disampingnya, selain itu hal ini juga
(53,2%). dikarenakan pasien anak baru pertama kali
Kecemasan yang diakibatkan oleh dirawat di rumah sakit. Lingkungan baru
perpisahan merupakan stres terbesar yang dan berbagai prosedur keperawatan yang
ditimbulkan oleh hospitalisasi selama masa diberikan, semakin membuat pasien anak
anak-anak. Perilaku utama sebagai respons tidak ingin berpisah dengan orang tua atau
terhadap stressor dibedakan dalam tiga fase orang terdekat mereka. Pasien anak usia
yaitu fase protes, fase putus asa, fase prasekolah memiliki manifestasi cemas
pelepasan. (Wong², 2008). Pasien anak usia karena perpisahan pada fase putus asa
prasekolah memiliki manifestasi cemas dengan kategori sedang yaitu 33 pasien
karena perpisahan pada fase protes dengan anak (70,2%).
kategori sedang yaitu 28 pasien anak Pasien anak setelah mengalami fase
(59,6%). Fase protes merupakan fase awal protes, selanjutnya pasien anak akan
pada manifestasi klinis cemas karena
Hal: 122 – 132 Manifestasi Klinis Stres Hospitalisasi pada Pasien Anak Usia Prasekolah
127

mengalami fase putus asa. Pasien anak berhenti dan muncul depresi. Anak tersebut
mengalami fase putus asa karena menjadi kurang begitu aktif, tidak tertarik
menganggap sakit yang dideritanya tidak untuk bermain atau terhadap makanan, dan
kunjung sembuh atau mengapa mereka menarik diri dari orang lain.
sakit dan dirawat di rumah sakit. Sakit yang Pasien anak usia prasekolah
diderita pasien anak membuat mereka memiliki manifestasi cemas karena
memiliki berbagai keterbatasan dan tidak perpisahan pada fase pelepasan dengan
bisa melakukan kegiatan sehari-hari, kategori sedang yaitu 25 pasien anak
misalnya bermain atau bersekolah. Fase (53,2%). Fase pelepasan sebenarnya
putus asa akan bertambah berat karena merupakan fase yang sangat serius, tetapi
pasien anak tidak mengetahui tentang pasien anak usia prasekolah yang dirawat di
tindakan keperawatan yang diberikan. Oleh ruang anak Rumah Sakit Baptis Kediri
karena itu, fase putus asa merupakan fase dapat melewati fase ini dengan baik. Hal ini
yang perlu diperhatikan oleh orang tua dibuktikan dengan pasien anak tidak
maupun perawat, karena dalam fase ini mencoba memisahkan diri dengan orang
pasien anak akan banyak diam. Terkadang tua mereka, mereka cenderung ingin selalu
pasien anak meminta digendong oleh orang ditemani oleh orang tua mereka. Pasien
tua mereka. Pasien anak meminta anak bahkan meminta kepada orang tua
digendong saat diberikan tindakan mereka untuk tetap berada disampingnya.
keperawatan misalnya minum obat atau Pada pasien anak, kehadiran orang tua
setelah dilakukan tindakan keperawatan, merupakan sesuatu yang sangat penting,
misalnya dipasang infus. Pasien anak karena dengan adanya orang tua disamping
merasa nyaman saat digendong oleh orang mereka, pasien anak akan merasa
tua mereka dan bisa mengurangi rasa nyeri dilindungi dan merasa nyaman. Pasien anak
yang dirasakan setelah dilakukan tindakan juga mulai bisa menerima perhatian yang
keperawatan, selain meminta digendong, diberikan oleh perawat, hal ini bukan
nafsu makan pasien anak usia prasekolah karena mereka ingin membentuk hubungan
juga menurun dibuktikan dengan anak yang dangkal dengan perawat tetapi pasien
menolak makanan yang diberikan saat di anak sudah dapat menerima kehadiran
rumah sakit bahkan beberapa ada yang perawat yang dapat membantunya dalam
menolak makanan kesukaannya. Anak proses kesembuhan. Penerimaan pasien
sebelum sakit dapat menghabiskan satu anak akan kehadiran perawat dikarenakan
porsi makan, saat sakit hanya perawat bisa berkomunikasi yang baik
menghabiskan setengah bahkan seperempat dengan pasien dan perawat dapat
porsi makannya, itupun terkadang dengan membujuk pasien saat dilakukan tindakan
bujukan dari orang tua. Pasien anak tidak keperawatan sehingga pasien anak menjadi
menghabiskan makanannya karena terbiasa dengan kehadiran perawat, bahkan
makanan yang diberikan saat di rumah mereka tidak merasa takut dan
sakit tidak sesuai dengan keinginan anak, menganggap perawat adalah teman baru
makanan yang diberikan di rumah sakit yang menyenangkan.
merupakan penunjang kesembuhan bagi Pasien anak usia prasekolah
anak dan bukan makanan sehari-hari yang memiliki manifestasi klinis cemas karena
biasa dikonsumsi oleh anak. selain itu saat perpisahan dengan kategori sedang yaitu 36
anak sakit mulut anak akan terasa pahit, hal pasien anak (76,6%) digambarkan
ini juga merupakan alasan mengapa nafsu manifestasi yang muncul adalah fase
makan anak menurun saat sakit. Hal ini jika protes, fase putus asa dan fase pelepasan,
berkelanjutan akan memperburuk keadaan dimana setiap pasien anak mengalami
anak, karena jika tidak ada makanan yang ketiga fase tersebut. Pasien anak terkadang
masuk kedalam tubuh anak, maka anak bereaksi secara berlebihan terhadap
tidak mempunyai tenaga dan proses perpisahan yang dialaminya. Pada anak
kesembuhan anak menjadi lebih lama. Hal dengan manifestasi klinis cemas karena
ini didukung oleh teori Wong² (2008) yang perpisahan dengan tingkat kecemasan
mengatakan selama fase ini, tangisan sedang, hal ini bisa terjadi karena pasien
128 Jurnal Penelitian Keperawatan Vol 1. (2) Agustus 2015 ISSN. 2407-7232

anak sudah mulai bisa mengatasi rasa Kehilangan kendali dalam konteks
cemas karena perpisahan. Hubungan dan kekuasaan diri mereka merupakan faktor
komunikasi yang baik antara orang tua, yang mempengaruhi secara krisis persepsi
perawat dan anak, tentu banyak dan reaksi mereka terhadap perpisahan,
berpengaruh saat pasien anak mengatasi nyeri, sakit dan hospitalisasi. Anak
rasa cemasnya. Orang tua sendiri prasekolah juga menderita akibat
sebenarnya merasakan hal yang sama kehilangan kendali yang disebabkan oleh
dengan anak mengenai kecemasan tersebut. retriksi fisik, perubahan rutinitas, dan
Orang tua berharap bisa menemani anak ketergantungan yang harus dipatuhi.
selama anak dirawat di rumah sakit dan Manifestasi klinis, salah satu yang khas
memberikan perhatian yang lebih kepada adalah fantasi untuk menjelaskan alasan
anak mereka selama dilakukan perawatan, sakit atau hospitalisasi adalah bahwa
karena dengan menemani anak mereka di peristiwa tersebut hukuman bagi kesalahan
rumah sakit, orang tua akan merasa nyaman baik yang nyata atau khayalan, sebagai
dan seakan mereka mereka merasakan sakit respons terhadap pemikiran semacam ini,
yang dialami oleh anak mereka. Beberapa anak biasanya merasa malu, bersalah dan
dari orangtua juga mengatakan apabila takut (Wong¹, 2008).
mereka dapat menggantikan sakit yang Pasien anak usia prasekolah
diderita anak mereka, mereka akan memiliki manifestasi klinis kehilangan
menggantikannya. selain orang tua, kendali pada perasaan malu dengan
perawatpun harus tetap memberikan kategori sedang yaitu 31 pasien anak
dukungan (support) dan dorongan yang (66,0%). Perasaan malu yang dialami oleh
efektif agar tidak terjadi hal-hal yang tidak pasien anak dikarenakan pasien anak
diinginkan dan tetap menjaga kepercayaan merasa malu terhadap sakit yang
agar pasien anak tidak merasa takut akan dideritanya, pasien anak merasa malu
tindakan yang akan dilakukan oleh perawat. karena mereka harus sakit dan dirawat
Perawat selainitu juga berperan sebagai dirumah sakit, bahkan pasien anak merasa
promotif yang memberikan pandangan malu terhadap orang asing yang
pada keluarga agar selalu setia memberikan perhatian kepadanya, misal
mendampingi dan memberi perhatian lebih perawat, selain itu, lingkungan rumah sakit
pada pasien yang sedang menjalani adalah lingkungan yang baru bagi anak,
perawatan di rumah sakit. Hal ini menjadi sehingga anak perlu beradaptasi terhadap
salah satu pendukung karena kehadiran lingkungan yang baru ini. Beberapa dari
orang terdekat dapat mengurangi rasa anak menjadi lebih pendiam dan menarik
cemas maupun jenuh selama pasien anak diri semenjak dirawat di Rumah Sakit.
menjalani perawatan. Anak terkadang hanya diam saat orangtua
atau perawat mengajak mereka berbicara,
sehingga tidak jarang orangtua atau perawat
Manifestasi Klinis Kehilangan Kendali tidak mengerti apa yang diinginkan oleh
pasien anak. Manifestasi klinis kehilangan
kendali pada perasaan malu yang sedang
Pasien anak usia prasekolah dikarenakan pasien anak mulai dapat diajak
memiliki manifestasi klinis kehilangan berbicara dan dapat mengungkapkan apa
kendali dengan kategori sedang ada 29 yang dirasakannya serta pasien anak dapat
pasien anak (61,7%), digambarkan respon menunjukkan letak nyerinya. Orangtua dan
anak pada manifestasi klinis kehilangan perawatpun menjadi mengerti tentang apa
kendali adalah perasaan malu dengan yang diinginkan oleh pasien anak selama
kategori sedang ada 31 pasien anak dirawat di rumah sakit. Hal ini tentu saja
(66,0%), perasaan bersalah dengan kategori karena pasien anak sudah bisa
berat ada 20 pasien anak (42,6%) dan mengendalikan kemampuan kognitifnya,
perasaan takut dengan kategori ringan ada sehingga pasien anak secara tidak langsung
22 pasien anak (46,8%). dapat mengolah rasa malunya. Pasien anak
juga mulai menerima perhatian yang
Hal: 122 – 132 Manifestasi Klinis Stres Hospitalisasi pada Pasien Anak Usia Prasekolah
129

diberikan oleh perawat, dikarenakan membuat anak menjadi egosentris. Anak


perawat sering melakukan komunikasi akan lebih berpusat kepada dirinya sendiri.
dengan pasien anak saat akan dilakukan Pasien anak akan mengabaikan lingkungan
tindakan keperawatan atau tidak dilakukan sekitarnya, sehingga dikhawatirkan pasien
tindakan keperawatan, sehingga pasien anak akan menjadi tidak terkendali dan
anak tidak merasa malu untuk menyulitkan perawat dalam memberikan
mengekspesikan perasaannya kepada tindakan keperawatan.
perawat bahkan memberi tahu perawat Pasien anak usia prasekolah
tentang rasa nyeri yang dirasakannya. memiliki manifestasi klinis kehilangan
Pasien anak juga mulai bisa menerima kendali pada perasaan takut dengan
kehadiran perawat, bahkan mereka kategori ringan yaitu 22 pasien anak
menganggap perawat adalah teman baru (46,8%). Respon yang ditunjukkan pasien
yang menyenangkan. Anggapan tersebut anak usia prasekolah yaitu pasien anak
tentu merupakan hal yang positif karena tidak merasa takut saat perawat melakukan
dengan anggapan tersebut, perawat akan tindakan keperawatan. Hal ini dikarenakan
lebih mudah memberikan tindakan pasien anak sudah mulai terbiasa dengan
keperawatan. tindakan keperawatan yang diberikan serta
Pasien anak usia prasekolah mereka mulai mengetahui tindakan
memiliki manifestasi klinis kehilangan tersebut, selain itu pasien anak tidak merasa
kendali pada perasaan bersalah dengan takut karena saat dilakukan tindakan
kategori sedang yaitu 20 pasien anak tersebut, mereka didampingi oleh orang tua
(42,6%). Pasien anak menunjukkan respon atau orang terdekat mereka. Beberapa
perasaan bersalahnya dengan mengajak pasien anak masih menangis saat diberikan
bermain di luar kamar perawatan dan sering tindakan keperawatan, mereka berfikir
bertanya apakah besok bisa pulang. Pada bahwa tindakan terrsebut akan
saat ini pasien anak berfikir sakit yang menimbulkan nyeri, walaupun sebenarnya
dideritanya merupakan hukuman bagi tindakan tersebut tidak menimbulkan nyeri,
kesalahan yang dilakukan sebelumnya. missal, pengukuran suhu. Tangisan tersebut
Baik itu kesalahan yang dilakukan karena akan berhenti saat pasien anak mengetahui
tidak menurut kepada orang tuanya atau atau merasakan bahwa tindakan tersebut
kesalahan yang dilakukannya sendiri. memang tidak menimbulkan nyeri.
Perasaan bersalah yang dialami oleh pasien Pasien anak usia prasekolah
anak sebenarnya merupakan pemikiran memiliki manifestasi klinis kehilangan
mereka sendiri dan seringnya pasien anak kendali dengan kategori sedang yaitu 29
melebih-lebihkan hal tersebut. Pasien anak pasien anak (61,7%), digambarkan
sudah mulai bisa mengendalikan manifestasi klinisnya adalah perasaan malu
pemikirannya tentang sakit yang dan bersalah. Pada manifestasi klinis
dideritanya, hal ini karena pemikiran dan kehilangan kendali ini, pasien anak sudah
penjelasan yang baik dari orang tua dan tidak merasa takut terhadap kehadiran
perawat sehingga pasien anak menjadi perawat dan tim kesehatan yang lain.
mengerti mengapa dia sakit dan dirawat di Pasien anak mulai terbiasa dengan
rumah sakit. Pasien anak juga sering kehadiran mereka. Pasien anak mulai
bertanya apakah besok bisa pulang, karena mengerti alasan mengapa dirawat di rumah
saat dirumah sakit mereka harus sakit dengan berbagai keterbatasan yang
beradaptasi dengan lingkungan yang baru dialaminya. Hal ini tentu karena
dan segala keterbatasan yang dialami oleh komunikasi yang baik antara perawat,
pasien anak yang membuat mereka tidak orang tua dan pasien anak merupakan kunci
nyaman. Pasien anak merindukan suasana utama seorang anak dapat mengatasi rasa
di rumah mereka yang membuat mereka kehilangan kendali, sehingga kehilangan
bisa melakukan aktivitasnya sehari-hari, apabila kehilangan kendali tersebut bisa
jika perasaan bersalah yang dirasakan oleh diatasi oleh pasien anak, mereka akan lebih
pasien anak sebagai akibat dari sakit yang bisa menerima dan beradaptasi dengan
dideritanya berkelanjutan, hal ini akan lingkungan dan suasana yang baru bahkan
130 Jurnal Penelitian Keperawatan Vol 1. (2) Agustus 2015 ISSN. 2407-7232

dengan tindakan perawatan yang dilakukan resistensi tubuh total, anak prasekolah
selanjutnya. Perasaan tersebut tidak hanya malah mendorong orang yang akan
dipengaruhi oleh pengalaman anak saat melakukan prosedur agar menjauh,
dirawat saat itu tetapi juga dipengaruhi oleh mencoba mengamankan peralatan, atau
pengalaman dirawat sebelumnya. berusaha mengunci diri di tempat yang
Pengalaman yang positif bukan hanya aman. Kenyataanya, lebih banyak
sebuah kewajiban anak yang menjalani pemikiran dalam rencana mereka untuk
perawatan di rumah sakit karena anak menyerang atau melarikan diri (Wong¹,
adalah sosok yang bergantung terhadap 2008).
lingkungan. Pengalaman yang positif ini Pasien anak usia prasekolah
juga bisa mengendalikan kemampuan mengalami stres hospitalisasi karena
kognitif spesifik mereka yang membuat tindakan keperawatan yang diberikan di
mereka sangat berkuasa dan kehilangan ruang anak Rumah Sakit Baptis Kediri
kendali. yaitu pemasangan infus sebanyak 44 pasien
anak (93,6%). Pasien anak banyak bereaksi
dengan menangis dan memberontak serta
Manifestasi Klinis Cedera Tubuh dan meminta perlindungan kepada orang tua
Nyeri atau orang terdekatnya. Anak usia
prasekolah ini sudah dapat menunjukkan
letak nyeri mereka dan dapat menggunakan
Pasien anak usia prasekolah skala nyeri yang tepat, tetapi masih banyak
memiliki manifestasi klinis cedera tubuh juga pasien anak yang merasa ketakutan
dan nyeri sehubungan dengan respon stres dengan prosedur yang dilakukan oleh
pada anak terhadap tindakan keperawatan perawat, khususnya prosedur keperawatan
yang diberikan di Rumah Sakit Baptis yang berhubungan dengan jarum suntik.
Kediri didapatkan hasil, 44 pasien anak Hal ini tentu saja dapat dimanipulasi oleh
(93,6%) mengalami stres pada pemasangan perawat dengan menjelaskan prosedur yang
infus, 43 pasien anak (91,4%) mengalami dilakukan, distraksi. Pasien anak tidak
stres pada pengambilan sampel darah, 33 merasa takut terhadap tindakan yang
pasien anak (70,2%) mengalami stres pada dilakukan perawat yang berguna untuk
pemberian obat intravena, 27 pasien anak proses kesembuhannya.
(57,4%) mengalami stres pada pemberian Tindakan kedua yang dapat
obat peroral dan 23 pasien anak (48,9%) menyebabkan stres hospitalisasi pada
mengalami stres pada pengukuran suhu. pasien anak yaitu pengambilan sampel
Pasien anak juga berespon terhadap 5 darah sebanyak 43 pasien anak (91,4%),
tindakan keperawatan utama yang reaksi yang ditimbulkan oleh pasien anak
menyebabkan stres, paling banyak pasien usia prasekolah sama dengan pemasangan
anak berespon stres pada banyaknya 4 infus. Pada prosedur keperawatan ini, anak
tindakan keperawatan yaitu 14 pasien anak menjadi takut terhadap nyeri yang
(29,8%), 3 tindakan keperawatan ada 13 ditimbulkan oleh jarum suntik yang
pasien anak (27,7%) dan 3 tindakan ditusukkan di tubuhnya serta darah yang
keperawatan ada 13 pasien anak (27,7%). keluar dari tubuhnya. Pasien anak bahkan
Anak prasekolah dapat bereaksi belum bisa mengerti dengan penjelasan
terhadap injeksi sama khawatirnya dengan yang diberikan oleh perawat, karena
nyeri saat jarum dicabut. Mereka takut sebelumnya pasien anak sudah berfikir
intrusif atau pungsi pada tubuh tidak akan negatif tentang prosedur pengambilan
menutup kembali dan “isi tubuh” mereka sampel darah akan sangat membuat nyeri
akan bocor keluar. Reaksi terhadap nyeri pada tubuh mereka, sehingga perawat juga
cenderung sama dengan yang terlihat pada orang tua harus melakukan tindakan paksa
masa toddler, meskipun beberapa dengan memegangi pasien anak agar
perbedaan menjadi jelas. Agresi fisik dan prosedur dapat dilakukan yang sebenarnya
verbal lebih spesifik dan mengarah pada dapat menambah stres hospitalisasi yang
tujuan. Hal ini bukan menunjukkan dialami oleh pasien anak.
Hal: 122 – 132 Manifestasi Klinis Stres Hospitalisasi pada Pasien Anak Usia Prasekolah 131

Tindakan ketiga yang dapat dengan alat-alat keperawatan yang


membuat anak menjadi lebih stres yaitu ditempelkan ditubuhnya. Mereka berfikir
pemberian obat intravena sebanyak 33 semua alat keperawatan akan membuat
pasien anak (70,2%). Pasien anak yang nyeri, sehingga alat keperawatan yang tidak
akan diberikan tindakan keperawatan menimbulkan nyeri, seperti thermometer
pemberian obat intravena oleh perawat dianggap oleh pasien anak menimbulkan
akan langsung menangis, karena mereka nyeri, sehingga pasien anak akan menolak
melihat jarum suntik dan berfikir jarum itu tindakan tersebut dengan berusaha
akan menimbulkan nyeri pada tubuh mendorong stimulus (thermometer)
mereka, sama seperti tindakan yang menjauh sebelum tindakan terjadi.
dilakukan sebelumnya. Orang tua dan Selain tindakan yang diberikan,
perawat walaupun sudah memberitahukan pasien anak juga memiliki respon stres
bahwa tindakan tersebut tidak langsung pada jumlah tindakan tersebut. jumlah
mengenai tubuh mereka, tetapi pasien anak tindakan yang dapat membuat pasien anak
sudah merasa ketakutan karena tindakan stres, berbeda antara satu dengan yang
sebelumnya dan tidak mempercayai apa lainnya. Diketahui bahwa manifestasi klinis
yang disampaikan oleh perawat dan orang cedera tubuh dan nyeri sehubungan dengan
tua mereka. Hal tersebut terkadang obat respon anak terhadap jumlah tindakan
yang disuntikkan juga menimbulkan sakit keperawatan yang diberikan di Rumah
atau nyeri pada anak, sehingga anak Sakit Baptis Kediri yaitu paling banyak
langsung bereaksi menangis atau bahkan pasien anak berespon stres pada banyaknya
berusaha memberontak dan meminta 4 tindakan keperawatan yaitu 14 pasien
menghentikan prosedur yang dilakukan. anak (29,8%), 3 tindakan keperawatan ada
Selain karena jarum suntik, anak 13 pasien anak (27,7%) dan 3 tindakan
juga bereaksi dengan menangis dan keperawatan ada 13 pasien anak (27,7%).
menolak untuk meminum obat secara Perbedaan jumlah tindakan yang
peroral yaitu 27 pasien anak (57,4%), ini menimbulkan stres hospitalisasi pada
merupakan tindakan keempat yang pasien anak adalah koping anak terhadap
membuat stres hospitalisasi pada pasien tindakan yang diberikan sehingga anak
anak. Pasien anak mengira obat yang dapat bereaksi berbeda juga terhadap
diberikan terasa pahit, sehingga orang tua tindakan yang diberikan saat dirawat
serta perawat harus pandai membujuk anak dirumah sakit. Sesuai dengan hasil
agar anak mau untuk meminum obat penelitian tersebut menunjukkan bahwa
tersebut. Perawat juga bisa mencampurkan dari 5 tindakan utama yang dilakukan di
obat tersebut dengan sirup atau air gula, ruang anak, pasien anak usia prasekolah
agar obat yang diminum anak tidak terasa rata-rata mengalami stres pada banyaknya 4
pahit, tetapi terkadang, orang tua dan tindakan keperawatan, kebanyakan dari
perawat juga harus memaksa anak untuk tindakan tersebut adalah pemasangan infus,
meminum obat yang diberikan yaitu pemberian obat peroral, pemberian obat
dengan memegang anak dan meminumkan intravena dan pengambilan sampel darah.
obat tersebut. Hal ini juga menjadi salah Tindakan keperawatan yang
satu hal yang bisa menjadikan pasien anak diberikan kepada pasien anak saat anak
semakin stres saat di rumah sakit. Perawat menjalani proses keperawatan di rumah
dan orang tua harus bisa merubah pola sakit memang semakin menambah stres
berfikir anak tentang obat yang hospitalisasi. Oleh karena itu baik perawat
diminumnya, misalnya memberikan obat maupun orang tua harus bisa berkolaborasi
dengan berjalan-jalan, bernyanyi, dan atau bekerja sama agar tindakan
sebagainya sehingga tidak menambah stres keperawatan tersebut dapat diberikan
hospitalisasi yang dialami pasien anak. dengan benar dan dapat mengurangi stres
Tindakan terakhir yang membuat anak hospitalisasi yang dialami oleh anak.
menjadi stres hospitalisasi adalah Tindakan yang dapat dilakukan yaitu
pengukuran suhu sebanyak 24 pasien anak dengan mempersiapkan anak terhadap
(51,1%). Pasien anak cenderung takut prosedur yang menimbulkan rasa nyeri
132 Jurnal Penelitian Keperawatan Vol 1. (2) Agustus 2015 ISSN. 2407-7232

adalah penting untuk mengurangi rasa Daftar Pustaka


takut, sehingga sebelum tindakan tersebut
dilakukan, baik perawat, orangtua maupun
anak sudah mengerti tentang tindakan yang Hidayat, Aziz Alimul, (2005). Pengantar
akan diberikan dan bagaimana reaksi anak Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta:
setelah diberikan tindakan tersebut. Perawat Salemba Medika
juga dapat memanipulasi tindakan yang Melinda, (2013). Tingkat Stres
diberikan kepada anak, terutama tindakan Hospitalisasi pada Anak
yang dapat menimbulkan nyeri dan Berhubungan dengan Peran
perlukaan tubuh. Hal ini dilakukan untuk Perawat di Rumah Sakit Baptis
mengurangi rasa takut dan perlukaan tubuh Kediri, Jurnal STIKES RS.
pada anak, selain itu, juga dapat Baptis Kediri, Vol 6, No.7
memberikan pengalaman yang positif Nursalam, (2005). Asuhan Keperawatan
kepada anak selama anak dirawat di rumah Bayi dan Anak (untuk perawat
sakit. Upaya mengatasi rasa nyeri sendiri, dan bidan). Jakarta: Salemba
dapat dilakukan dengan dan tanpa obat, Medika.
misalnya dengan distraksi dan mengajak Supartini Y., (2009). Buku Ajar Konsep
anak berjalan-jalan. Dasar Keperawatan Anak.
Jakarta: EGC
Wong, Donna L¹, (2008). Buku Ajar
Kesimpulan Keperawatan Pediatrik vol. 1.
Jakarta: EGC
Wong, Donna L², (2008). Buku Ajar
Manifestasi klinis stres Keperawatan Pediatrik vol 2.
hospitalisasi pada anak usia prasekolah Jakarta: EGC
di rumah sakit Baptis Kediri meliputi
cemas karena perpisahan, kehilangan
kendali dan cidera tubuh serta nyeri
meliputi pemasangan infus, pengambilan
sampel darah, pemberian obat intravena
dan respon terhadap pemberian obat oral
serta pengukuran suhu tubuh.

Saran

Orang tua dan perawat diharapkan


dapat meminimalkan stres hospitalisasi
yang dialami oleh pasien anak saat anak
dirawat di rumah sakit yaitu dengan cara
menemani anak selama dilakukan tindakan
keperawatan dan perawat dapat
menjelaskan tindakan keperawatan
khususnya yang menimbulkan nyeri, selain
itu orang tua dan perawat juga dapat
meminimalkan dan mencegah agresi pada
anak dengan cara sering melakukan
komunikasi dengan anak, sehingga anak
tidak menarik diri dan tetap dapat
berhubungan secara interpersonal dan dapat
mempercepat proses kesembuhan anak.

Anda mungkin juga menyukai