A. Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia Ermanto dan Emidar (2018:26) ejaan merupakan seperangkat aturan yang dibuat untuk dipedomani dalam memindahkan bahasa lisan suatu masyarakat menjadi bahasa tulis. Ada beberapa kali perubahan ejaan seperti berikut : 1. Ejaan van Ophuysen adalah ejaan bahasa melayu dengan huruf latin 2. Ejaan Soewandi adalah ejaan yang berlaku menjadi lebih sederhana (Republik) 3. Ejaan Pembaharuan adalah gagasan perbaikan ejaan 4. Ejaan Melindo adalah dikarenakan adanya perkembangan politik 5. Ejaan Lembaga Bahasa dan Kesusastraan (Ejaan LBK) adalah merupakan cikal bakal terwujudnya Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan 6. Ejaan yang Disempurnakan (EyD) adalah ditetapkannya Ejaan yang Disempurnakan 7. Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) adalah diungkapkan di dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia diterbitkan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. B. Pemakaian Huruf 1. Huruf abjad Duwi Rahmadani, (2017:8-9) huruf abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia dalam penyebutan nama dan pengucapan. Contohnya : a = a, be = be’. 2. Duwi Rahmadani, (2017:9) huruf yang melambangkan vokal yaitu a, e, I, o, u. 3. Duwi Rahmadani, (2017:10-11) huruf yang melambangkan konsonan terdiri dari 21 huruf yaitu : b, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z. 4. Duwi Rahmadani, (2017:11) dalam bahasa Indonesia terdapat empat huruf diftong yang dilambangkan dengan gabungan huruf vokal : ai, au, ei, dan oi. 5. Duwi Rahmadani (2017:12) gabungan huruf konsan yaitu : kh, ng, ny, dan sy masing- masing melambangkan satu bunyi konsonan. C. Penulisan Huruf Kapital Huruf kapital digunakan pada saat : a. Huruf pertama kata pada awal kalimat. b. Huruf pertama petikan langsung. c. Ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, kitab suci, termasuk kata ganti. d. Gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. e. Nama jabatan, pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat. f. Huruf pertama unsur-unsur nama orang. g. Huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. h. Huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa bersejarah. i. Huruf pertama nama geografi. j. Huruf pertama semua unsur nama Negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, k. Huruf pertama nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata depan D. Penulisan Huruf Bercetak Miring dan Huruf Tebal Duwi rahmadani (2017:21-22) penulisan huruf bercetak miring dapat dilakukan dengan memperhatikan aspek berikut : 1. Huruf miring dipakai untuk menuliskan judul buku, majalah, dan dalam daftar pustaka 2. Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa daerah/asing. 3. Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata E. Penulisan Kata a. Kata Dasar adalah kata yang berupa kata dasar di tulis terpisah (berdiri sendiri). b. Kata Turunan 1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) di tulis serangkai dengan kata dasarnya. 2. Kalau bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan unsur yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. 3. Kalau bentuk dasar berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan akhiran, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai 4. Kalau salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai (a, antar, catur, maha, mono, multi, pra, pasca, semi) c. Bentuk Ulang adalah bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) d. Gabungan Kata 1. Unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, ditulis terpisah. 2. Gabungan kata yang dapat menimbulkan salah pengertian ditulis dengan membubuhkan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya. 3. Gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kesatuan ditulis serangkai. e. Kata Ganti adalah kata ganti ku, mu, nya, kau, ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya atau mendahuluinya. Kecuali pada Mu dan Nya yang mengacu pada Tuhan harus ditulis dengan huruf kapital dan diberi tanda hubung (-). f. Kata Depan adalah kata depan di, ke, dari, ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali yang sudah dianggap sebagai satu kesatuan seperti kepada dan daripada. g. Kata Sandang adalah kata si, sang, hang, dang, ditulis terpisah dari kata yang diikutinya. h. Partikel 1. Partikel lah, kah, tah, ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya 2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. 3. Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, ‘tiap’ ditulis terpisah. i. Singkatan dan Akronim 1. Singkatan a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan jabatan dan pangkat diikuti tanda titik. b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan/organisasi. c. Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. d. Lambang kimia, satuan ukuran, timbangan, mata uang tidak diikuti tanda titik 2. Akronim a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata tulis seluruhnya b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata ditulis huruf awal huruf capital. c. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf ditulis huruf kecil. j. Angka dan Lambang Bilangan adalah angka arab atau romawi lazim dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor, angka arab : 0, 1, 2,3,4,5,6,7,8,9 dan angka romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X F. Pembentukan Istilah dan Penulisan Unsur Sarapan Kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu. Beberapa sumber bahasa yang dapat dijadikan sumber istilah : Bahasa Indonesia atau Melayu, Bahasa-bahasa Daerah Serumpun dan Bahasa Asing G. Pemakaian Tanda Baca 1. Tanda Titik (.) digunakan pada akhir kalimat, singkatan nama. 2. Tanda Titik (.) tidak digunakan pada angka ribuan, jutaan. 3. Tanda Koma (,) digunakan pada memisah kalimat setara. 4. Tanda Titik Koma (;) digunakan memisah kalimat yang setara dalam kalimat majemuk 5. Tanda Titik Dua (:) digunakan pada akhir suatu pernyataan. 6. Tanda Hubung (-) digunakan untuk menyambung suku kata. 7. Tanda Pisah (-) digunakan untuk penyisipan kata atau kalimat. 8. Tanda Elipsis (…) digunakan untuk menggambarkan kalimat tang terputus. 9. Tanda Petik (“…”) digunakan mengapit petikan langsung. 10. Tanda Petik Tunggal (‘…’) digunakan untuk mengapit petikan yang tersusun. *Praktik Dalam pemakaian huruf sesuai dengan pedoman EBI diantaranya ada huruf abjad, huruf vokal, huruf konsonan, huruf diftong dan penggunaan kata. Dan penulisan juga harus sesuai dengan pedoman EBI meliputi huruf capital dan huruf miring. Penulisan kata juga harus sesuai dengan EBI yang melipu kata dasar, kata turunan, bentuk ulang, kata ganti, kata depan, partikel, singkatan, angka dan lambang bilangan. *Komentar Menurut saya dalam belajar ejaan bahasa Indonesia (EBI) ini seseorang dapat menulis dengan benar sehingga dapat dibaca dengan tepat. Dan seseorang juga bisa menggunakan tanda titik, koma dan yang lainnya juga, sehingga kita dapat membacanya dengan berhenti sejenak kalo ada titik. Mungkin ini yang dapat saya komentari.