Tugas Hirsprung Kelompok 3 1
Tugas Hirsprung Kelompok 3 1
OLEH
KELOMPOK 3 :
SARINA SUKRI C12115505
NANDITA SUCI RHAMADANI C12115030
AMINA C12115010
SUNARTI C12115017
ILHAM TRINANDI C12115016
MONALISA C12116304
NURAZIZAH C12115019
RIA PUTRI GUSTI WULANDARI C12115506
HASNI C12115024
MERSI SAMBA BURA C12115022
YULIANTI RIZAL C12115020
RASDIANA C12115023
SAKINA C12115306
NOVIAWATI C12115325
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
TAHUN AJARAN 2017/2018
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga makalah tentang “Hirschprung”, untuk mata kuliah Keperawatan Sistem
Gastrointestinal dapat terselesaikan dengan baik. Tujuan dari pembuatan makalah ini ialah
untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing kepada kami sebagai
mahasiswa program studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
dan agar supaya mahasiswa dapat mengetahui lebih banyak materi tentang imunologi dengan
baik.
Dengan makalah ini, diharapkan dapat memudahkan kita dalam mempelajari kembali
materi sistem gastrointestinal. Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dari
cara penulisan maupun isi dari makalah ini, karenanya kami siap menerima kritik maupun
saran dari dosen pembimbing dan pembaca demi tercapainya kesempurnaan dalam pembuatan
makalah berikutnya.
Kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini,
kami sampaikan penghargaan dan terima kasih. Semoga Tuhan yang Maha Esa senantiasa
melimpahkan berkat dan bimbingannya kepada kita semua.
Penyusun
Kelompok
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 2
A. Pengertian Hirschprung .................................................................................................. 2
B. Etiologi Hirschprung ....................................................................................................... 3
C. Patofisiologi Hirschprung ............................................................................................... 4
D. Pemeriksaan penunjang hirschprung .............................................................................. 6
E. Penatalaksanaan Hirschprung ......................................................................................... 7
F. Pengkajian Hirschprung ................................................................................................. 8
G. Diagnosa Keperawatan Hirschprung yang bisa muncul ................................................. 9
H. Rencana keperawatan Hirschprung............................................................................... 10
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 14
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 14
B. Saran ............................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit hirschprung juga disebut megakolon konginetal dan megakolon
aganglionik kongenital, merupakan gangguan kongenital pada usus besar yang ditandai
oleh tidak ada atau penurunan secara nyata sel-sel ganglion parasimpatik didalam
dinding kolarektal. Penyakit hirschprung tampak sebagai defek kongenital yang bersifat
familial dan terjadi pada 1 dalam 2000 hingga 1 dalam 5000 kelahiran hidup. Penyakit
ini memiliki insidensi tujuh kali lebih sering pada laki laki dibandingkan pada wanita
(meskipun) segmen aganglionik biasanya lebih pendek pada laki-laki dan paling
prevalen diantara populasi kulit putih di Amerika. Aganglionis total mengenai laki-laki
dan wanita sama banyaknya. Wanita yang menderita penyakitn hirschprung
menghadapi risiko yang lebih besar untuk mempunyai anak dengan penyakit ini.
Biasanya penyakit hirschprung muncul bersama anomali kongenital lain, khusunya
trisomi 21, dan anomali pada traktus urinarius (Kowalak , Welsh, & Mayer, 2011).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hirschprung
2
2. Segmen panjang
Daerah aganglionosis dapat melebihisigmoid, bahkan kadang dapat
mengenai seluruh kolon atau sampai usus halus. Laki-laki dan perempuan
mempunyai peluang yang sama, terjadi pada 1 dari 10 kasus tanpa
membedakan jenis kelamin (Sodikin, 2011).
Penyebab tidak diketahui, tetapi ada hubungan dengan kondisi genetik. Mutasi
pada Ret proto-onkogen telah dikaitkan dengan neoplasia endokrin 2A atau 2B pada
penyakit Hirschprung familiar. Gen lain yang berhubungan dengan penyakit
Hirschprung termasuk sel neurotrofik glial yang diturunkan dari faktor gen, reseptor
gen endothelin-B, dan gen endothelin -3. Penyakit Hirschprung juga terkait dengan
Down syndrome, sekitar 5-15% dari pasien dengan penyakit Hirschprung juga
memiliki trisomi 21 (Muttaqin & Sari, 2013)
Adapun tanda dan gejala yang bisa di temukan pada hirschprung adalah
sebagai berikut :
3
pertumbuhan. (Sodikin, Asuhan Keperawatan anak: Gangguan Sistem
Gastrointestinal dan Hepatobilier, 2011)
C. Patofisiologi Hirschprung
4
Patofisiologi Penyakit Hirschprung
2. Pemeriksaan lain
a. Foto polos abdomen tegak akan memperlihatkan usus-usus melebar atau
terdapat gambaran obstruksi usus rendah.
6
E. Penatalaksanaan Hirschprung
7
dengan cara menaikkan kolon normal ke arah bawah dan menganastomosiskannya
di belakang usus aganglionik, membuat dinding ganda yaitu selubung aganglionik
dan bagian posterior kolon normal yang telah di tarik (Sodikin, 2011)
F. Pengkajian Hirschprung
Pengkajian penyakit Hirschprung terdiri atas pengkajian anamnesis,
pemeriksaan fisik dan evaluasi diagnostic. Pada anamnesis, keluhan utama yang lazim
ditemukan pada anak adalah nyeri abdomen. Keluhan orangtua pada bayinya dapat
berupa muntah – muntah. Keluhan gastrointestinal lain yang menyertai, seperti distensi
abdominal, mual, muntah, dan nyeri kolik abdomen.
Pengkajian riwayat penyakit sekarang, keluhan orangtua pada bayi dengan tidak
adanya evakuasi mekonium dalam 24 – 48 jam pertama setelah lahir diikuti obstruksi
konstipasi,muntah, dan dehidrasi. Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa
minggu atau bulan yang diikuti dengan obstruksi usus akut. Konstipasi ringan
entrokolitis dengan diare, distensiabdomen, dan demam. Adanya feses yang
menyemprot pada saat colok dubur merupakan tanda yang khas.
Pada anak, selain tanda pada bayi, anak akan rewel dan keluhan nyeri pada
abominal. Didapatkan Keluhan lainnya berupa kontipasi atau diare berulang. Pada
kondisi kroni, orangtua sering mengeluh anak mengalami gangguan pertumbuhan dan
perkembangan. Anak mungkin didapatkan mengalami kekurangan kalori – protein.
Kondisi gizi buruk ini merupakan hail dari anak karena selalu merasa kenyang, perut
tidak nyaman, dan distensi terkait dengan konstipasi kronis. Dengan berlanjutnya
proses penyakit, maka akan terjadi enterokolitis. Kondisi enterokolitis dapat berlanjut
ke sepsis, transmural nekrosis usus, dan perforasi.
Pada pengkajian riwayat penyakit keluarga sering didapatkan kondisi yang
sama pada generasi terdahulu. Kondisi ini terjadi sekitar 30% dari kasus.
Pengkajian psikososial akan didapatkan peningkatan kecemasan, serta perlunya
pemenuhan informasi intervensi keperawatan dan pengobatan.
Pemeriksaan fisik yang didapatkan sesuai dengan manifestasi klinik. Pada
survey umum terlihat lemah atau gelisah. TTV biasa didapatkan hipertermi dan
takikardi dimana menandakan terjadinya iskemia usus dan gejala terjadinya perforasi.
Tanda dehidrasi dan demam bisa didapatkan pada kondisi syok atau sepsis.
Pada pemeriksaan fisik fokus pada area abdomen, lipat paha, dan rectum akan
didapatkan :
8
Inspeksi : tanda khas didapatkan adanya distensi abdominal. Pemeriksaan
rectum dan feses akan didapatkan adanya perubahan feses seperti pita dan dan berbau
busuk.
Auskultasi : pada fase awal didapatkan penurunan bisisng usus, dan
berlanjut dengan hilangnya bising usus.
Perkusi : timpani akibat abdominal mengalami kembung.
Palpasi : teraba dilatasi kolon pada abdominal.
Pengkajian diagnostic yang dapat membantu, meliputi pemeriksaan
laboratorium untuk mendeteksi adanya leukositosis dan gangguan elektrolit atau
metabolic; foto polos abdomen dengan dua posisi, yaitu posisi tegak dan posisi
berbaring untuk mendeteksi obstruksi intestinal pola gas usus, serta USG untuk
mendeteksi kelainan intraabdominal (Muttaqin & Sari, 2013)
1. resiko injuri b.d pascaprosedur bedah, iskemia, nekrosis dinding intestinal sekunder
dari kondisi obstruksi usus
2. nyeri b.d distensi abdomen, iritasi intestinal.\, respon pembedahan
3. resiko ketidakseimbangan cairan tubuh b.d keluar cairantubuh dan muntah,
ketidakmampuan absorpsi air oleh intestinal
4. Aktual/resiko tinggi syok hipovolemik b.d penurunan volume darah, sekunder dai
gangguan absorpsi saluran intestinal, muntah-muntah
5. aktual/resiko tinggi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake
makanan yang kurag adekuat
6. resko tinggi infeksi b.d adanya port de entreeluka pasca bedah
7. kostipasi b.d penyempitan kolon , sekunder obstruksi mekanik
8. pemenuhan informasi b.d adanya kolostomi,evaluasi diagnostik, rencana
pembedahan, dan rencana perawatan rumah.
9. risiko gangguan tumbuh kembang b.d perubahan kondisi psikososial anak selama
dirawat sekunder dari kondisi sakit
10. kecemasan b.d prognosis penyakit, misinterpretasi informasi, rencana pembedahan
(Muttaqin & Sari, 2013)
9
H. Rencana keperawatan Hirschprung
Outcome ( NIC ) : Dalam waktu 2 x 24 jam pascaintervensi reseksi kolon pasien tidak
mengalami injuri
kriteria evaluasi :
TTV dalam batas normal
Kondisi kardio respirasi optimal
Tidak terjadi infeksi pada insisi.
(Moorhead, Johnson , Mass, & Swanson , 2016)
Intervensi Rasional
10
Bantu ambulasi dini Pasien dibantu turun dari tempat tidur pada
hari pertama pascaoperatif dan didorong
untuk mulai berpartisipasi dalam ambulasi
dini. Pada bayi pasca bedah pemenuhan
informasi dan melibatkan orang tua dalam
intervensi dapat menurunkan kecemasan
orang tua.
Hadirkan orang terdekat Pada pasien anak, orang terdekat dapat
mengetahui penurunan respon nyeri. Orang
terdekat bisa merupakan orang tua kandung,
babysister , atau neneknya. Pada suatu studi
mengnai penurunan respons nyeri dengan
kehadiran orang terdekat menampakkan
hubungan yang relative positif untuk
menurunkan skala nyeri.
Pada orang dewasa, kehadiran orang terdekat
merupakan tambahan dukungan psikologis
dalam menghadapi masalah kondisi nyeri
baik akibat dari kolik abdomen atau nyeri
pascabedah.
Kolaborasi untuk pemberian Antibiotik menurunkan risiko infeksi yang
antibiotic pascabedah (Bulechek, akan menimbulkan reaksi inflamasi local dan
Butcher , Dochterman, & Wagner , dapat memperlama proses penyembuhan
2016) pascafunduplikasi lambung.
Intervensi Rasional
11
Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang Bila pasien mendapat intervensi, peran
intervensi konservatif, intervensi bedah, dan perawat adlah memberikan informasi yang
program perawatan rumah. sesuai dengan kebutuhan individu.
Apabila pasien mendapat keputusan
pembedahan atas kondisi penyakitnya, maka
persiapan prabedah sama seperti persiapan
pembedahan abdomen lainnya. Peran
perawat mengklarifikasi bahwa informasi
dimengerti dan dilaksanakan pasien.
12
Jelaskan tentang prosedur pembedahan Operasi biasanya membutuhkan waktu 40-
60 menit. Tujuan dari operasi kolostomi
adalah untuk membuat anus buatan pada
dinding abdominal secara sementara dan
apabila toleransi anak membaik, maka akan
dikembalikan ke tempat semula.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit hirschprung adalah suatu gangguan perkembangan dari sistem saraf
enterik dengan karakteristik tidak adanya sel-sel ganglion (tidak adanya pleksus
mienterik) pada bagian distal kolon dan kolon tidak bisa mengembang dengan
memberikan manifestasi perubahan struktur dari kolon. Pada kondisi klinik penyakit
Hirschprung lebih dikenal dengan megakolon kongenital
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini, kelompok kami menyadari bahwa makalah ini
masih banyak terdapat beberapa kekurangan karena masih banyak hal-hal yang perlu
ditambahkan lagi dalam makalah ini. Maka dari itu kami kelompok 6 sangat
mengharapkan adanya saran dan kritik yang dapat membangun, agar makalah kami
kedepannya dapat lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya.
14
DAFTAR PUSTAKA
Kowalak , J. P., Welsh, W., & Mayer, B. (2011). Buku Ajar Patofisiologi . Jakarta : EGC.
Muttaqin, A., & Sari, K. (2013). Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.
Sodikin. (2011). Asuhan Keperawatan anak: Gangguan Sistem Gastrointestinal dan
Hepatobilier. Jakarta: Salemba Medika.
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2016). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi .
Jakarta : EGC .
Moorhead, S., Johnson , M., Mass, M. L., & Swanson , E. (2016). Nursing Outcomes
Classification (NOC) . Jakarta : ELSEVIER .
Bulechek, G. M., Butcher , H. K., Dochterman, J. M., & Wagner , C. M. (2016). Nursing
Interventions Classification (NIC) . Jakarta : ELSEVIER .
15