Kebijakan Pemerintah Yang Tidak Pada Kepentingan Umat
Kebijakan Pemerintah Yang Tidak Pada Kepentingan Umat
Puji syukur saya sampaikan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan berkat
kepada para penyusun sehingga makalah yang berjudul ‘KEBIJAKAN PEMERINTAH YANG
TIDAK BERPIHAK PADA KEPENTINGAN UMAT’ ini dapat terselesaikan. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada para pihak yang telah membantu pembuatan makalah ini.
Makalah ini disusun agar para pembaca mengetahui mengenai Kebijakan Pemerintah Yang
Tidak Berpihak Pada Kepentingan Umat dan hal-hal yang mencangkup didalamnya. Kami akan
terus berupaya untuk meningkatkan kualitas dalam makalah ini. Harapan kami, makalah ini
dapat memberi pemikiran baru kepada para pembaca.
Masih terdapat banyak sekali kekurangan didalam makalah ini, sehingga kritik dan saran yang
bersifat membangun diperlukan bagi penyempurnaanya. Penulis berharap walau dengan segala
kekurangannya, makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pembaca. Akhir kata saya
ucapkan terima kasih kepada para pembaca dan semoga makalah ini dapat bermanfaat.
BAB I ................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................. 5
BAB II ..................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN ...................................................................................................... 7
2.1 Pengertian Kebijakan Pemerintahan ........................................................ 7
2.1.1 Kebijaksanaan Nasional ............................................................... 7
2.1.2 Kebijaksanaan Umum …............................................................... 8
2.1.3 Kebijaksanaan Strategi …………………………............................. 8
2.2 Macam – Macam kebijaksanaan Pemerintah Dibidang Keuangan ............ 9
2.2.1 Inflasi …………………………………............................................. 9
2.2.2 Kebijakan Moneter ......................................................................... 10
2.2.3 Kebijakan Fiskal ………………………............................................ 10
2.3 Kebijakan Atau Kebijaksanaan Pemerintah Dalam Beberapa Tingkatan …. 11
2.3.1 Kebijaksanaan Nasional ………………………….………................. 11
Kebijakan atau kajian kebijakan dapat pula merujuk pada proses pembuatan keputusan-
keputusan penting pada organisasi, termasuk identifikasi berbagai alternatif seperti prioritas
program maupun pengeluaran, dan pemilihannya berdasarkan dampaknya. Kebijakan bisa juga
diartikan sebagai mekanisme politis, finansial, manajemen, atau administratif untuk mencapai
suatu tujuan eksplisit. Kebijakan dapat berbentuk keputusan yang dipikirkan secara matang dan
hati-hati oleh pengambil keputusan puncak dan bukan kegiatan-kegiatan berulang yang rutin dan
terprogram atau terkait dengan aturan-aturan keputusan. Jadi kebijakan merupakan seperangkat
keputusan yang diambil oleh pelaku-pelaku politik dalam rangka memilih tujuan dan bagaimana
cara untuk mencapainya.
Akan tetapi kebijakan yang dikeluarkan pemerintah sebagai wakil negara hingga kini masih
menunjukkan ketidakberpihakan kepada rakyat. Tindakan, pilihan, strategi, atau keputusan
terkait ekonomi yang seharusnya untuk kebaikan bersama, kini telah disalahgunakan untuk
kesejahteraan segelintir orang. Sehingga, kebijakan tersebut menjadi remeh-temeh, tidak
memprioritaskan kepentingan rakyat.
Kongkalikong antara pelaku ekonomi dan aktor politik/penguasa tak luput telah melahirkan
tatanan ekonomi yang hanya menguntungkan kepentingan diri dan kelompok, tanpa
memperdulikan kepentingan rakyat banyak. Inilah banalitas kebijakan ekonomi yang masih
mengganggu kemajuan bangsa Indonesia yang mesti mendapat perhatian serius dari kita semua.
Dalam makalah ini dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan dibahas:
A. Pengertian kebijakan Pemerintah
B. Macam - macam kebijakan Pemerintahan di Bidang Keuangan Uang
C. Kebijakan Pemerintah Yang Tidak Berpihak Pada Kepentingan Umat
D. Penyebab Kebijakan Pemerintah Yang Tidak Berpihak Pada Kepentingan Umat
Penulisan makalah ini bertujuan untuk membarikan pemahaman kepada pembaca tentang
pengertian mengapa kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada kepentingan umat.
Metode yang digunakan dalam makalah ini yaitu dengan menggunakan metode Kualitatif
berupa pengambilan data-data dari sumber bacaan berupa buku-buku pengetahuan dan internet
Kebijakan pemerintah pada prinsipnya dibuat atas dasar kebijakan yang bersifat luas.
Menurut Werf (1997) yang dimaksud dengan kebijakan adalah usaha mencapai tujuan tertentu
dengan sasaran tertentu dan dalam urutan tertentu. Sedangkan kebijakan pemerintah mempunyai
pengertian baku yaitu suatu keputusan yang dibuat secara sistematik oleh pemerintah dengan
maksud dan tujuan tertentu yang menyangkut kepentingan umum. Sesuai dengan system
administrasi Negara Republik Indonesia, kebijakan dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
Kebijakan Nasional yaitu kebijakan Negara yang bersifat fundamental dan strategis untuk
mencapai tujuan nasional/Negara sesuai dengan amanat UUD 1945 GBHN. Kewenangan dalam
pembuat kebijaksanaan adalah MPR, dan presiden bersama-sama dengan DPR. Bentuk
kebijaksanaan nasional yang dituangkan dalam peraturan perundang-undangan dapat berupa:
A. UUD 1945
B. Ketetapan MPR
Kebijaksanaan yang dilakukan oleh presiden yang bersifat nasional dan menyeluruh berupa
penggarisan ketentuan ketentuan yang bersifat garis besar dalam rangka pelaksanaan tugas
umum pemerintahan dan pembangunan sebagai pelaksanaan UUD 1945, ketetapan MPR
maupun undang undang guna mencapai tujuan nasional. Penetapan kebijaksanaan umum
merupakan sepenuhnya kewenangan presiden, sedangkan bentuk kebijaksanaan umum tersebut
adalah tertulis berupa peraturan perundang-undangan seperti hal nya peraturan pemerintah (PP),
keputusan presiden (Kepres) serta Instruksi Presiden (Inpres). Sedangkan kebijaksanaan
pelaksanaan dari kebijakan umum tersebut merupakan penjabaran dari kebijakan umum serta
strategi pelaksanaan dalam suatu bidang tugas umum pemerintahan dan pembangunan dibidang
tertentu. Penetapan kebijaksanaan pelaksanaan terletak pada para pembantu presiden yaitu para
menteri atau pejabat lain setingkat dengan menteri dan pimpinan sesuai dengan kebijaksanaan
pada tinkat atasnya serta perundang-undangan berupa peraturan, keputusan atau instruksi pejabat
tersebut (menteri/pejabat)
Merupakan salah satu kebijakan pelaksanaan yang secara hirarki dibuat setingkat menteri,
gubernur, bupati/walikota berupa surat keputusan yang mengatur tata laksana kerja dan segala
sesuatu yang berhubungan dengan sumber daya manusia. Pengertian strategi merupakan
serangkaian sasaran organisasi yang kemudian mempengaruhi penentuan tindakan komprehensif
untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan atau alat dengan mana tujuan akan dicapai.
Uang memiliki peranan penting dalam menetukan kegiatan ekonomi masyarakat suatu
negara. Sudah sejak lama para ahli ekonomi sepakat bahwa uang bisa berakibat baik bagi
perekonomian, tetapi uang kadang-kadang juga bisa berakibat buruk bagi perekonomian, dan
para ahli ekonom juga sepakat bahwa uang yang tersedia dalam perekonomian sangat besar
pengaruhnya dalam menentukan kesetabilan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Uang adalah benda yang disetujui oleh masyarakat umum sebagai alat pelantara tukar
menukar dalam perdagangan. Fungsi uang dalam perekonomian yaitu:
A. Sebagai alat pertukaran
B. Sebagai pengukur nilai
C. Sebagai perhitungan dan akuntansi
D. Sebagai penyimpan nilai
E. Sebagai instrumen term of payment
2.2.1 Inflasi
Inflasi adalah kecenderungan naiknya harga umum barang dan jasa secara terus menerus
akibat dari tidak ada keseimbangan arus barang dan arus uang.
Suatu negara yang mengalami inflasi memiliki ciri - ciri sebagai berikut :
A. Harga barang pada umumnya dalam kondisi naik terus menerus
B. Arus barang relatif sedikit
C. Arus uang yang beredar melebihi kebutuhan
D. Nilai uang (daya beli uang) menjadi turun
Pencegahan inflasi telah lama menjadi salah satu tujuan utama dari kebijaksanaan ekonomi
makro pemerintahan dan bank sentral dinegara manapun. Hal ini disebabkan inflasi dianggap
sebagai suatu yang tidak diinginkan dan inflasi memberi pengaruh yang tidak baik terhadap
distribusi pendapatan (masyarakat berpendapat rendah akan menderita), kegiatan pinjam
meminjam (pemberi pinjaman beruntung, peminjam merugi), spekulasi dan persaingan dalam
perdagangan internasional.
Kebijakan moneter adalah suatu kebijakan yang diambil oleh pemerintah (Bank Sentral)
untuk menambah dan mengurangi jumlah uang yang beredar. Sejak tahun 1945, kebijakan
moneter hanya digunakan sebagai kebijakan ekonomi untuk mencapai stabilitaas ekonomi jangka
pendek. Adapun kebijakan fiscal digunakan dalam pengendalian ekonomi jangka panjang.
Namun pada saat ini kebijakan moneter merupakan kebijakan utama yang dipergunakan untuk
pengendalian ekonomi jangka pendek dan jangka panjang.
Untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar, pemerintah dapat melakukan kebijakan uang
ketat dan kebijakan uang longgar.
Easy Money Policy, yaitu kebijakan yang dilakukan oleh Bank Sentral untuk menambah
jumlah uang yang beredar dengan cara :
A. Memberikan kredit longgar.
B. Menurunkan tungkat suku bunga
C. Menurunkan cadangan Kas
D. Membeli surat-surat berharga
Tight Money Policy, yaitu kebijakan Bank Sentral untuk mengurangi jumlah uang yang
beredar dengan cara :
A. Membatasi pemberian kredit
B. Menjual surat berharga
C. Menaikan suku bunga
D. Menaikan cadangan kas
Jadi cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi inflasi adalah melalui kebijakan uang
kertas, kebijakan fiscal, kebijakan produksi, kebijakan perdagangan internasional dan kebijakan
harga.
Kebijakan fiskal pada prinsipnya merupakan kebijakan yang mengatur tentang penerimaan
dan pengeluaran negara. Sumber-sumber penerimaan negara antara lain dari pajak, penerimaan
bukan pajak serta bantuan/pinjaman dan luar negeri.
Selain itu, pengeluaran dibagi menjadi dua kelompok besar yakni pengeluaran yang bersifat rutin
seperti membayar gaji pegawai, belanja barang serta pengeluaran yang bersifat pembangunan.
Dengan demikian, kebijakan fiskal merupakan kebijakan pengelolaan keuangan negara dan
terbatas pada sumber-sumber penerimaan dan alokasi pengeluaran negara yang tercantum dalam
APBN.
Yaitu kebijakan Negara yang bersifat fundamental dan strategis untuk mencapai tujuan
nasional/Negara sesuai dengan amanat UUD 1945 GBHN. Kewenangan dalam pembuat
kebijaksanaan adalah MPR, dan presiden bersama-sama dengan DPR.
Bentuk kebijaksanaan nasional yang dituangkan dalam peraturan perundang-undangan dapat
berupa:
A. UUD 1945
B. Ketetapan MPR
C. Undang-undang
D. Peraturan pemerintah pengganti undang undang (Perpu) dibuat oleh presiden dalan hal
kepentingan memaksa setelah mendapat persetujuan DPR.
Kebijaksanaan yang dilakukan oleh presiden yang bersifat nasional dan menyeluruh berupa
penggarisan ketentuan ketentuan yang bersifat garis besar dalam rangka pelaksanaan tugas
umum pemerintahan dan pembangunan sebagai pelaksanaan UUD 1945, ketetapan MPR
maupun undang undang guna mencapai tujuan nasional. Penetapan kebijaksanaan umum
merupakan sepenuhnya kewenangan presiden, sedangkan bentuk kebijaksanaan umum tersebut
merupakan tertulis berupa peraturan perundang-undangan seperti hal nya keputusan presiden
(Kepres), peraturan pemerintah (PP) maupun Instruksi Presiden (Inpres).
Merupakan salah satu kebijakan pelaksanaan yang secara hirarki dibuat setingkat menteri,
gubernur, walikota/bupati berupa surat keputusan yang mengatur tata laksana kerja dan segala
sesuatu yang berhubungan dengan sumber daya manusia. Pengertian strategi merupakan
serangkaian sasaran organisasi yang kemudian mempengaruhi penentuan tindakan komprehensif
untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan atau alat dengan mana tujuan akan dicapai.
Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah sebagai wakil negara hingga kini masih
menunjukkan ketidakberpihakan kepada rakyat. Tindakan, pilihan, strategi, atau keputusan
terkait ekonomi yang seharusnya untuk kebaikan bersama, kini telah disalahgunakan untuk
kesejahteraan segelintir orang. Sehingga, kebijakan tersebut menjadi remeh-temeh, tidak
memprioritaskan kepentingan rakyat.
Kongkalikong antara pelaku ekonomi dan aktor politik/penguasa tak luput telah melahirkan
tatanan ekonomi yang hanya menguntungkan kepentingan diri dan kelompok, tanpa
memperdulikan kepentingan rakyat banyak. Inilah banalitas kebijakan ekonomi yang masih
mengganggu kemajuan bangsa Indonesia yang mesti mendapat perhatian serius dari kita
semua. Contoh kebijakan ekonomi pemerintah yang lebih menguntungkan pengusaha dan
merugikan rakyat banyak bisa dilihat dari hasil penelitian Donny Tjahja Rimba dalam bentuk
disertasi berjudul ''Hubungan Negara dan Pengusaha di Era Reformasi. Studi Kasus: Bisnis Grup
Bakrie (2004-2012)''. Dia mengatakan, kelompok Bisnis Bakrie dibuktikan telah memengaruhi
kebijakan negara setidaknya dalam dua kasus. Pertama, divestasi saham Newmont. Kasus kedua,
bencana Lumpur Lapindo.
Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, tingkat kesenjangan ekonomi, diukur dari indeks
Gini, pada 2011 menjadi 0,41 dari 0,33 pada 2005. Seperti diketahui rentang indeks Gini adalah
0-1, semakin tinggi indeks tingkat kesenjangan makin lebar. Data lain memperlihatkan, total
pendapatan 20 persen masyarakat terkaya meningkat dari 42,07 persen (2004) menjadi 48,42
persen (2011). Sebaliknya, total pendapatan 40 persen masyarakat termiskin menurun dari 20,8
persen (2004) menjadi 16,85 persen (2011). Data yang dilansir Perkumpulan Prakarsa juga
mengungkapkan kekayaan 40 orang terkaya Indonesia sebesar 680 triliun rupiah (71,3 miliar
dolar AS) atau setara dengan 10,33 produk domestik bruto (PDB). Nilai kekayaan dari 40 orang
itu setara dengan kekayaan 60 persen penduduk atau 140 juta orang. Data lain menyebutkan, 50
persen kekayaan ekonomi Indonesia hanya dikuasai oleh 50 orang.
| KEBIJAKAN PEMERINTAH YANG TIDAK BERPIHAK PADA KEPENTINGAN UMAT | 12
2.4.1 Permainan Kekuasaan
Proses pengambilan keputusan negara hingga kini masih menjadi permainan kekuasaan
legislatif, eksekutif, dan yudikatif serta pengusaha. Proyek-proyek siluman yang melibatkan
anggota DPR dan pemilik perusahaan besar yang belakangan ini banyak disorot media massa
adalah satu contoh. Dalam konsesi tersebut, hubungan negara dan pengusaha lebih
mementingkan bisnis, ketimbang kepentingan rakyat. Akibat fatalnya, kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat tidak terurus. Tampaknya, reformasi politik yang digelorakan anak-anak
bangsa 14 tahun yang lalu, belum menghadirkan reformasi ekonomi yang berkeadilan bagi
semua. Pengerukan sumber-sumber daya ekonomi, misalnya pertambangan minyak dan gas, oleh
pelaku bisnis atau investor asing kini semakin menyebabkan kerusakan lingkungan dan konflik
sosial. Ini semakin sempurna manakala penguasa-penguasa negeri ini ikut ''mengamini'' dengan
memberikan keistemewaan berupa peraturan/undang-undang. Di sinilah kita menyaksikan
absennya negara dalam menyejahterakan rakyat.
Ketika kekuasaan tidak lagi dipakai untuk kepentingan rakyat, tetapi untuk pribadi atau
kelompok pengusaha, maka tidak ada lagi peluang untuk menciptakan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Yang kaya semakin kaya, yang miskin tambah melarat. Jalinan kerja
sama antara pengusaha dan penguasa juga melahirkan berlangsungnya praktik korupsi, kolusi,
dan nepotisme (KKN) di negeri tercinta ini. Apakah akibat buruk hubungan antara penguasa dan
pengusaha ini sudah direnungkan baik-baik oleh orang nomor satu di negeri ini?
Intinya, segala bentuk kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah (politik) harus
berdasarkan kerakyatan, kekeluargaan, dan gotong royong. Negara harus tunduk pada ideologi
Pancasila dan semangat UUD Dasar 1945, bukan ideologi kapitalis atau neolib itu.
3.1 Kesimpulan
1. Kebijakan pemerintah pada prinsipnya dibuat atas dasar kebijakan yang bersifat luas.
Kebijakan adalah usaha mencapai tujuan tertentu dengan sasaran tertentu dan dalam
urutan tertentu.
2. Uang memiliki peranan penting dalam menetukan kegiatan ekonomi masyarakat suatu
negara. Sudah sejak lama para ahli ekonomi sepakat bahwa uang bisa berakibat baik bagi
perekonomian, tetapi uang kadang-kadang juga bisa berakibat buruk bagi perekonomian,
dan para ahli ekonom juga sepakat bahwa uang yang tersedia dalam perekonomian sangat
besar pengaruhnya dalam menentukan kesetabilan dan pertumbuhan ekonomi suatu
negara.
3. Kebijaksanaan yaitu kebijakan Negara yang bersifat fundamental dan strategis untuk
mencapai tujuan nasional/Negara sesuai dengan amanat UUD 1945 GBHN. Kewenangan
dalam pembuat kebijaksanaan adalah MPR, dan presiden bersama-sama dengan DPR dan
Kebijaksanaan yang dilakukan oleh presiden yang bersifat nasional dan menyeluruh
berupa penggarisan ketentuan ketentuan yang bersifat garis besar dalam rangka
pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan sebagai pelaksanaan UUD
1945, ketetapan MPR maupun undang undang guna mencapai tujuan nasional.
4. Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah sebagai wakil negara hingga kini
masih menunjukkan ketidakberpihakan kepada rakyat. Tindakan, pilihan, strategi, atau
keputusan terkait ekonomi yang seharusnya untuk kebaikan bersama, kini telah
disalahgunakan untuk kesejahteraan segelintir orang. Sehingga, kebijakan tersebut
menjadi remeh-temeh, tidak memprioritaskan kepentingan rakyat
3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat memberi pengetahuan baru bagi para pembaca, dan diharapkan
kritik dan sarannya
https://www.academia.edu/10764767/Makalah_Kebijakan_Pemerintah_terkait_Pro_Poor_dan_P
ro_Job
https://www.academia.edu/people/search?utf8=%E2%9C%93&q=KEBIJAKAN+PEMERINTA
H+YANG+TIDAK+PRO+TERHADAP+RAKYAT
http://www.markijar.com/2016/06/pengertian-dan-macam-macam-kebijakan.html
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/6442/1/Musdalifa%20Mukhdar_opt.pdf
https://news.okezone.com/read/2015/10/25/337/1237646/pemerintah-harus-utamakan-
kepentingan-nasional-dalam-setiap-kebijakan
http://amirilsinyo.blogspot.com/2014/10/kebijakan-ekonomoi-pemerintah-yang.html