Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya sampaikan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan berkat
kepada para penyusun sehingga makalah yang berjudul ‘KEBIJAKAN PEMERINTAH YANG
TIDAK BERPIHAK PADA KEPENTINGAN UMAT’ ini dapat terselesaikan. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada para pihak yang telah membantu pembuatan makalah ini.

Makalah ini disusun agar para pembaca mengetahui mengenai Kebijakan Pemerintah Yang
Tidak Berpihak Pada Kepentingan Umat dan hal-hal yang mencangkup didalamnya. Kami akan
terus berupaya untuk meningkatkan kualitas dalam makalah ini. Harapan kami, makalah ini
dapat memberi pemikiran baru kepada para pembaca.

Masih terdapat banyak sekali kekurangan didalam makalah ini, sehingga kritik dan saran yang
bersifat membangun diperlukan bagi penyempurnaanya. Penulis berharap walau dengan segala
kekurangannya, makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pembaca. Akhir kata saya
ucapkan terima kasih kepada para pembaca dan semoga makalah ini dapat bermanfaat.

| KEBIJAKAN PEMERINTAH YANG TIDAK BERPIHAK PADA KEPENTINGAN UMAT | 2


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... 2

DAFTAR ISI ......................................................................................................... 3

BAB I ................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN .................................................................................................. 5

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 5

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 5

1.3 Tujuan Penulisan ………………………………………………………... 6

1.4 Metode Penulisan ………………………………………………………… 6

BAB II ..................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN ...................................................................................................... 7
2.1 Pengertian Kebijakan Pemerintahan ........................................................ 7
2.1.1 Kebijaksanaan Nasional ............................................................... 7
2.1.2 Kebijaksanaan Umum …............................................................... 8
2.1.3 Kebijaksanaan Strategi …………………………............................. 8
2.2 Macam – Macam kebijaksanaan Pemerintah Dibidang Keuangan ............ 9
2.2.1 Inflasi …………………………………............................................. 9
2.2.2 Kebijakan Moneter ......................................................................... 10
2.2.3 Kebijakan Fiskal ………………………............................................ 10
2.3 Kebijakan Atau Kebijaksanaan Pemerintah Dalam Beberapa Tingkatan …. 11
2.3.1 Kebijaksanaan Nasional ………………………….………................. 11

| KEBIJAKAN PEMERINTAH YANG TIDAK BERPIHAK PADA KEPENTINGAN UMAT | 3


2.3.2 Strategi Kebijakan ........................................................................... 11
2.4 Kebijakan Pemerintah yang Tidak Memihak Pada
Kepentingan Umat ……………………………………………………..…... 12
2.4.1 Permainan Kekuasaan …………..……….......................................... 13
2.4.2 Hubungan Gelap .............................................................................. 13

BAB III .......................................................................................................................15


PENUTUP ................................................................................................................. 15
3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 15

3.2 Saran ............................................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………… 16

| KEBIJAKAN PEMERINTAH YANG TIDAK BERPIHAK PADA KEPENTINGAN UMAT | 4


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Istilah kebijakan atau kebijaksanaan yang diterjemahkan dari kata policy memang biasanya
dihubungkan dengan keputusan pemerintah, karena pemerintahlah yang mempunyai kekuasaan
(wewenang) untuk mengarahkan masyarakat, dan bertanggung jawab melayani kepentingan
umum. Kebijakan dapat juga berarti sebagai rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis
pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak.

Kebijakan atau kajian kebijakan dapat pula merujuk pada proses pembuatan keputusan-
keputusan penting pada organisasi, termasuk identifikasi berbagai alternatif seperti prioritas
program maupun pengeluaran, dan pemilihannya berdasarkan dampaknya. Kebijakan bisa juga
diartikan sebagai mekanisme politis, finansial, manajemen, atau administratif untuk mencapai
suatu tujuan eksplisit. Kebijakan dapat berbentuk keputusan yang dipikirkan secara matang dan
hati-hati oleh pengambil keputusan puncak dan bukan kegiatan-kegiatan berulang yang rutin dan
terprogram atau terkait dengan aturan-aturan keputusan. Jadi kebijakan merupakan seperangkat
keputusan yang diambil oleh pelaku-pelaku politik dalam rangka memilih tujuan dan bagaimana
cara untuk mencapainya.

Akan tetapi kebijakan yang dikeluarkan pemerintah sebagai wakil negara hingga kini masih
menunjukkan ketidakberpihakan kepada rakyat. Tindakan, pilihan, strategi, atau keputusan
terkait ekonomi yang seharusnya untuk kebaikan bersama, kini telah disalahgunakan untuk
kesejahteraan segelintir orang. Sehingga, kebijakan tersebut menjadi remeh-temeh, tidak
memprioritaskan kepentingan rakyat.

Kongkalikong antara pelaku ekonomi dan aktor politik/penguasa tak luput telah melahirkan
tatanan ekonomi yang hanya menguntungkan kepentingan diri dan kelompok, tanpa
memperdulikan kepentingan rakyat banyak. Inilah banalitas kebijakan ekonomi yang masih
mengganggu kemajuan bangsa Indonesia yang mesti mendapat perhatian serius dari kita semua.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam makalah ini dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan dibahas:
A. Pengertian kebijakan Pemerintah
B. Macam - macam kebijakan Pemerintahan di Bidang Keuangan Uang
C. Kebijakan Pemerintah Yang Tidak Berpihak Pada Kepentingan Umat
D. Penyebab Kebijakan Pemerintah Yang Tidak Berpihak Pada Kepentingan Umat

| KEBIJAKAN PEMERINTAH YANG TIDAK BERPIHAK PADA KEPENTINGAN UMAT | 5


1.3 Tujuan Penulisan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk membarikan pemahaman kepada pembaca tentang
pengertian mengapa kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada kepentingan umat.

1.4 Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam makalah ini yaitu dengan menggunakan metode Kualitatif
berupa pengambilan data-data dari sumber bacaan berupa buku-buku pengetahuan dan internet

| KEBIJAKAN PEMERINTAH YANG TIDAK BERPIHAK PADA KEPENTINGAN UMAT | 6


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kebijakan Pemerintah

Kebijakan pemerintah pada prinsipnya dibuat atas dasar kebijakan yang bersifat luas.
Menurut Werf (1997) yang dimaksud dengan kebijakan adalah usaha mencapai tujuan tertentu
dengan sasaran tertentu dan dalam urutan tertentu. Sedangkan kebijakan pemerintah mempunyai
pengertian baku yaitu suatu keputusan yang dibuat secara sistematik oleh pemerintah dengan
maksud dan tujuan tertentu yang menyangkut kepentingan umum. Sesuai dengan system
administrasi Negara Republik Indonesia, kebijakan dapat dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Kebijakan Internal (Manajerial), yaitu kebijakan yang mempunyai kekuatan mengikat


aparatur dalam organisasi pemerintah sendiri
2. Kebijakan eksternal (Publik), yaitu suatu kebijakan yang mengikat masyarakat umum,
sehingga dengan kebijakan demikian kebijakan harus tertulis.

Pengertian kebijakan pemerintah sama dengan kebijaksanaan berbagai bentuk seperti


misalnya jika dilakukan oleh Pemerintah Pusat berupa Peraturan Pemerintah (PP), Keputusan
Menteri (KepMen) dan lain lain. Sedangkan jika kebijakan pemerintah tersebut dibuat oleh
pemerintah daerah akan melahirkan Surat keputusan (SK), peraturan daerah (PERDA) dan lain
lain. Dalam penyusunan kebijaksanaa/kebijakan mengacu pada hal hal berikut:

1. Berpedoman pada kebijaksanaan yang lebih tinggi.


2. Konsisten dengan kebijaksanaan yang lain yang berlaku.
3. Berorientasi ke masa depan.
4. Berpedoman kepada kepentingan umum
5. Jelas dan tepat serta transparan
6. Dirumuskan secara tertulis.

Sedangkan kebijakan atau kebijaksanaan pemerintah mempunyai beberapa tingkatan yaitu:

2.1.1. Kebijakan Nasional

Kebijakan Nasional yaitu kebijakan Negara yang bersifat fundamental dan strategis untuk
mencapai tujuan nasional/Negara sesuai dengan amanat UUD 1945 GBHN. Kewenangan dalam
pembuat kebijaksanaan adalah MPR, dan presiden bersama-sama dengan DPR. Bentuk
kebijaksanaan nasional yang dituangkan dalam peraturan perundang-undangan dapat berupa:

A. UUD 1945
B. Ketetapan MPR

| KEBIJAKAN PEMERINTAH YANG TIDAK BERPIHAK PADA KEPENTINGAN UMAT | 7


C. Undang-undang
D. Peraturan pemerintah pengganti undang undang (Perpu) dibuat oleh presiden dalan hal
kepentingan memaksa setelah mendapat persetujuan DPR.

2.1.2 Kebijaksanaan Umum

Kebijaksanaan yang dilakukan oleh presiden yang bersifat nasional dan menyeluruh berupa
penggarisan ketentuan ketentuan yang bersifat garis besar dalam rangka pelaksanaan tugas
umum pemerintahan dan pembangunan sebagai pelaksanaan UUD 1945, ketetapan MPR
maupun undang undang guna mencapai tujuan nasional. Penetapan kebijaksanaan umum
merupakan sepenuhnya kewenangan presiden, sedangkan bentuk kebijaksanaan umum tersebut
adalah tertulis berupa peraturan perundang-undangan seperti hal nya peraturan pemerintah (PP),
keputusan presiden (Kepres) serta Instruksi Presiden (Inpres). Sedangkan kebijaksanaan
pelaksanaan dari kebijakan umum tersebut merupakan penjabaran dari kebijakan umum serta
strategi pelaksanaan dalam suatu bidang tugas umum pemerintahan dan pembangunan dibidang
tertentu. Penetapan kebijaksanaan pelaksanaan terletak pada para pembantu presiden yaitu para
menteri atau pejabat lain setingkat dengan menteri dan pimpinan sesuai dengan kebijaksanaan
pada tinkat atasnya serta perundang-undangan berupa peraturan, keputusan atau instruksi pejabat
tersebut (menteri/pejabat)

2.1.3 Kebijaksanaan Strategi

Merupakan salah satu kebijakan pelaksanaan yang secara hirarki dibuat setingkat menteri,
gubernur, bupati/walikota berupa surat keputusan yang mengatur tata laksana kerja dan segala
sesuatu yang berhubungan dengan sumber daya manusia. Pengertian strategi merupakan
serangkaian sasaran organisasi yang kemudian mempengaruhi penentuan tindakan komprehensif
untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan atau alat dengan mana tujuan akan dicapai.

| KEBIJAKAN PEMERINTAH YANG TIDAK BERPIHAK PADA KEPENTINGAN UMAT | 8


2.2 Macam - Macam Kebijakan Pemerintahan Di Bidang Keuangan Uang

Uang memiliki peranan penting dalam menetukan kegiatan ekonomi masyarakat suatu
negara. Sudah sejak lama para ahli ekonomi sepakat bahwa uang bisa berakibat baik bagi
perekonomian, tetapi uang kadang-kadang juga bisa berakibat buruk bagi perekonomian, dan
para ahli ekonom juga sepakat bahwa uang yang tersedia dalam perekonomian sangat besar
pengaruhnya dalam menentukan kesetabilan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Uang adalah benda yang disetujui oleh masyarakat umum sebagai alat pelantara tukar
menukar dalam perdagangan. Fungsi uang dalam perekonomian yaitu:
A. Sebagai alat pertukaran
B. Sebagai pengukur nilai
C. Sebagai perhitungan dan akuntansi
D. Sebagai penyimpan nilai
E. Sebagai instrumen term of payment

Motif orang menyimpan uang adalah:


A. Motif transaksi
B. Motif berjaga-jaga
C. Motif spekulasi

2.2.1 Inflasi

Inflasi adalah kecenderungan naiknya harga umum barang dan jasa secara terus menerus
akibat dari tidak ada keseimbangan arus barang dan arus uang.

Suatu negara yang mengalami inflasi memiliki ciri - ciri sebagai berikut :
A. Harga barang pada umumnya dalam kondisi naik terus menerus
B. Arus barang relatif sedikit
C. Arus uang yang beredar melebihi kebutuhan
D. Nilai uang (daya beli uang) menjadi turun

Pencegahan inflasi telah lama menjadi salah satu tujuan utama dari kebijaksanaan ekonomi
makro pemerintahan dan bank sentral dinegara manapun. Hal ini disebabkan inflasi dianggap
sebagai suatu yang tidak diinginkan dan inflasi memberi pengaruh yang tidak baik terhadap
distribusi pendapatan (masyarakat berpendapat rendah akan menderita), kegiatan pinjam
meminjam (pemberi pinjaman beruntung, peminjam merugi), spekulasi dan persaingan dalam
perdagangan internasional.

| KEBIJAKAN PEMERINTAH YANG TIDAK BERPIHAK PADA KEPENTINGAN UMAT | 9


2.2.2 Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter adalah suatu kebijakan yang diambil oleh pemerintah (Bank Sentral)
untuk menambah dan mengurangi jumlah uang yang beredar. Sejak tahun 1945, kebijakan
moneter hanya digunakan sebagai kebijakan ekonomi untuk mencapai stabilitaas ekonomi jangka
pendek. Adapun kebijakan fiscal digunakan dalam pengendalian ekonomi jangka panjang.
Namun pada saat ini kebijakan moneter merupakan kebijakan utama yang dipergunakan untuk
pengendalian ekonomi jangka pendek dan jangka panjang.
Untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar, pemerintah dapat melakukan kebijakan uang
ketat dan kebijakan uang longgar.

Easy Money Policy, yaitu kebijakan yang dilakukan oleh Bank Sentral untuk menambah
jumlah uang yang beredar dengan cara :
A. Memberikan kredit longgar.
B. Menurunkan tungkat suku bunga
C. Menurunkan cadangan Kas
D. Membeli surat-surat berharga

Tight Money Policy, yaitu kebijakan Bank Sentral untuk mengurangi jumlah uang yang
beredar dengan cara :
A. Membatasi pemberian kredit
B. Menjual surat berharga
C. Menaikan suku bunga
D. Menaikan cadangan kas

Jadi cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi inflasi adalah melalui kebijakan uang
kertas, kebijakan fiscal, kebijakan produksi, kebijakan perdagangan internasional dan kebijakan
harga.

2.2.3 Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal pada prinsipnya merupakan kebijakan yang mengatur tentang penerimaan
dan pengeluaran negara. Sumber-sumber penerimaan negara antara lain dari pajak, penerimaan
bukan pajak serta bantuan/pinjaman dan luar negeri.
Selain itu, pengeluaran dibagi menjadi dua kelompok besar yakni pengeluaran yang bersifat rutin
seperti membayar gaji pegawai, belanja barang serta pengeluaran yang bersifat pembangunan.
Dengan demikian, kebijakan fiskal merupakan kebijakan pengelolaan keuangan negara dan
terbatas pada sumber-sumber penerimaan dan alokasi pengeluaran negara yang tercantum dalam
APBN.

| KEBIJAKAN PEMERINTAH YANG TIDAK BERPIHAK PADA KEPENTINGAN UMAT | 10


2.3 Kebijakan Atau Kebijaksanaan Pemerintah Dalam Beberapa Tingkatan

2.3.1 Kebijakan Nasional

Yaitu kebijakan Negara yang bersifat fundamental dan strategis untuk mencapai tujuan
nasional/Negara sesuai dengan amanat UUD 1945 GBHN. Kewenangan dalam pembuat
kebijaksanaan adalah MPR, dan presiden bersama-sama dengan DPR.
Bentuk kebijaksanaan nasional yang dituangkan dalam peraturan perundang-undangan dapat
berupa:

A. UUD 1945
B. Ketetapan MPR
C. Undang-undang
D. Peraturan pemerintah pengganti undang undang (Perpu) dibuat oleh presiden dalan hal
kepentingan memaksa setelah mendapat persetujuan DPR.

2.3.2 Kebijaksanaan Umum

Kebijaksanaan yang dilakukan oleh presiden yang bersifat nasional dan menyeluruh berupa
penggarisan ketentuan ketentuan yang bersifat garis besar dalam rangka pelaksanaan tugas
umum pemerintahan dan pembangunan sebagai pelaksanaan UUD 1945, ketetapan MPR
maupun undang undang guna mencapai tujuan nasional. Penetapan kebijaksanaan umum
merupakan sepenuhnya kewenangan presiden, sedangkan bentuk kebijaksanaan umum tersebut
merupakan tertulis berupa peraturan perundang-undangan seperti hal nya keputusan presiden
(Kepres), peraturan pemerintah (PP) maupun Instruksi Presiden (Inpres).

Sedangkan kebijaksanaan pelaksanaan dari kebijakan umum tersebut merupakan penjabaran


dari kebijakan umum serta strategi pelaksanaan dalam suatu bidang tugas umum pemerintahan
dan pembangunan dibidang tertentu. Penetapan kebijaksanaan pelaksanaan terletak pada para
pembantu presiden yaitu para menteri atau pejabat lain setingkat dengan menteri dan pimpinan
sesuai dengan kebijaksanaan pada tinkat atasnya serta perundang-undangan berupa peraturan,
keputusan atau instruksi pejabat tersebut (pejabat/menteri)

2.3.3 Strategi Kebijakan

Merupakan salah satu kebijakan pelaksanaan yang secara hirarki dibuat setingkat menteri,
gubernur, walikota/bupati berupa surat keputusan yang mengatur tata laksana kerja dan segala
sesuatu yang berhubungan dengan sumber daya manusia. Pengertian strategi merupakan
serangkaian sasaran organisasi yang kemudian mempengaruhi penentuan tindakan komprehensif
untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan atau alat dengan mana tujuan akan dicapai.

| KEBIJAKAN PEMERINTAH YANG TIDAK BERPIHAK PADA KEPENTINGAN UMAT | 11


2.4 Kebijakan Pemerintah Yang Tidak Memihak Pada Kepentingan Umat

Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah sebagai wakil negara hingga kini masih
menunjukkan ketidakberpihakan kepada rakyat. Tindakan, pilihan, strategi, atau keputusan
terkait ekonomi yang seharusnya untuk kebaikan bersama, kini telah disalahgunakan untuk
kesejahteraan segelintir orang. Sehingga, kebijakan tersebut menjadi remeh-temeh, tidak
memprioritaskan kepentingan rakyat.

Kongkalikong antara pelaku ekonomi dan aktor politik/penguasa tak luput telah melahirkan
tatanan ekonomi yang hanya menguntungkan kepentingan diri dan kelompok, tanpa
memperdulikan kepentingan rakyat banyak. Inilah banalitas kebijakan ekonomi yang masih
mengganggu kemajuan bangsa Indonesia yang mesti mendapat perhatian serius dari kita
semua. Contoh kebijakan ekonomi pemerintah yang lebih menguntungkan pengusaha dan
merugikan rakyat banyak bisa dilihat dari hasil penelitian Donny Tjahja Rimba dalam bentuk
disertasi berjudul ''Hubungan Negara dan Pengusaha di Era Reformasi. Studi Kasus: Bisnis Grup
Bakrie (2004-2012)''. Dia mengatakan, kelompok Bisnis Bakrie dibuktikan telah memengaruhi
kebijakan negara setidaknya dalam dua kasus. Pertama, divestasi saham Newmont. Kasus kedua,
bencana Lumpur Lapindo.

Pada kasus pertama, pengusaha mempergunakan pemerintah daerah sebagai instrumen


kekuasaan untuk membeli saham divestasi dengan harga yang lebih murah dibanding dengan
harga pasar dan mendapat hak pertama untuk membeli. Pada kasus kedua, pemerintah daerah
melepaskan tanggung jawab dalam menangani dampak bencana pada pemerintah pusat.
Pengusaha mempergunakan instrumen politik negara melalui kebijakan presiden berupa keppres
dan perpes agar melakukan kebijakan yang tidak merugikan pengusaha. Dan pembenaran atas
kebijakan presiden ini dikuatkan oleh DPR, pengadilan, dan kepolisian. Memang, sejak
reformasi pada tahun 1997 sampai 1998, perekonomian Indonesia terus membaik hingga tahun
ini. tetapi, perlu diingat bahwa peningkatan perekonomian hanya membuat negara makmur, dan
tidak membuat masyarakat sejahtera. Ini bisa dilihat dari tingkat kesenjangan pendapatan yang
sangat tinggi antara yang kaya dan miskin. Saat ini di Indonesia ada 70 juta penduduk miskin.

Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, tingkat kesenjangan ekonomi, diukur dari indeks
Gini, pada 2011 menjadi 0,41 dari 0,33 pada 2005. Seperti diketahui rentang indeks Gini adalah
0-1, semakin tinggi indeks tingkat kesenjangan makin lebar. Data lain memperlihatkan, total
pendapatan 20 persen masyarakat terkaya meningkat dari 42,07 persen (2004) menjadi 48,42
persen (2011). Sebaliknya, total pendapatan 40 persen masyarakat termiskin menurun dari 20,8
persen (2004) menjadi 16,85 persen (2011). Data yang dilansir Perkumpulan Prakarsa juga
mengungkapkan kekayaan 40 orang terkaya Indonesia sebesar 680 triliun rupiah (71,3 miliar
dolar AS) atau setara dengan 10,33 produk domestik bruto (PDB). Nilai kekayaan dari 40 orang
itu setara dengan kekayaan 60 persen penduduk atau 140 juta orang. Data lain menyebutkan, 50
persen kekayaan ekonomi Indonesia hanya dikuasai oleh 50 orang.
| KEBIJAKAN PEMERINTAH YANG TIDAK BERPIHAK PADA KEPENTINGAN UMAT | 12
2.4.1 Permainan Kekuasaan

Proses pengambilan keputusan negara hingga kini masih menjadi permainan kekuasaan
legislatif, eksekutif, dan yudikatif serta pengusaha. Proyek-proyek siluman yang melibatkan
anggota DPR dan pemilik perusahaan besar yang belakangan ini banyak disorot media massa
adalah satu contoh. Dalam konsesi tersebut, hubungan negara dan pengusaha lebih
mementingkan bisnis, ketimbang kepentingan rakyat. Akibat fatalnya, kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat tidak terurus. Tampaknya, reformasi politik yang digelorakan anak-anak
bangsa 14 tahun yang lalu, belum menghadirkan reformasi ekonomi yang berkeadilan bagi
semua. Pengerukan sumber-sumber daya ekonomi, misalnya pertambangan minyak dan gas, oleh
pelaku bisnis atau investor asing kini semakin menyebabkan kerusakan lingkungan dan konflik
sosial. Ini semakin sempurna manakala penguasa-penguasa negeri ini ikut ''mengamini'' dengan
memberikan keistemewaan berupa peraturan/undang-undang. Di sinilah kita menyaksikan
absennya negara dalam menyejahterakan rakyat.

Persoalan hubungan pengusaha dan penguasa yang tidak banyak menguntungkan


masyarakat kecil ini sebenarnya sudah diawali sejak era Orde Baru. Penguasa sedemikian rupa
mengondisikan jejaring kekuasaan (the web of power) menjadi tempat bergantung kalangan
pengusaha. Dan pada kenyataannya, Era Reformasi justru relasi itu semakin lengket, mesra, dan
mengakar. Padahal, perkawinan antara pengusaha dan penguasa akan melahirkan kebijakan-
kebijakan pemerintah yang cenderung berpihak pada pengusaha. Pengusaha akan memengaruhi
keputusan-keputusan pemerintah. Bahkan, mereka rela mengeluarkan dana besar untuk
memengaruhi penyusunan kebijakan agar kepentingan mereka terakomodasi dengan modus-
modus yang canggih, bahkan manipulatif. Relasi pengusaha dan penguasa ini tidak hanya
memengaruhi penyusunan kebijakan secara nasional, tetapi juga lokal. Dan tak jarang, ini
memunculkan produk kebijakan yang bertentangan dengan kepentingan rakyat. Dengan dalih
balas budi, seorang penguasa yang ''didanai'' oleh pengusaha, akan cenderung memprioritaskan
kepentingan-kepentingan pengusaha, ketimbang kepentingan rakyat yang seharusnya lebih
diutamakan. Akibatnya, tugas dan fungsi utama sebagai penguasa menyejahterakan rakyat
menjadi terabaikan.

2.4.2 Hubungan Gelap

Ketika kekuasaan tidak lagi dipakai untuk kepentingan rakyat, tetapi untuk pribadi atau
kelompok pengusaha, maka tidak ada lagi peluang untuk menciptakan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Yang kaya semakin kaya, yang miskin tambah melarat. Jalinan kerja
sama antara pengusaha dan penguasa juga melahirkan berlangsungnya praktik korupsi, kolusi,
dan nepotisme (KKN) di negeri tercinta ini. Apakah akibat buruk hubungan antara penguasa dan
pengusaha ini sudah direnungkan baik-baik oleh orang nomor satu di negeri ini?

| KEBIJAKAN PEMERINTAH YANG TIDAK BERPIHAK PADA KEPENTINGAN UMAT | 13


Oleh karena itu, rakyat sebagai pemilik kedaulatan tertinggi di negeri ini harus selalu
bersikap kritis terhadap segala bentuk kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah.
Masyarakat perlu ikut mengkaji, menelaah, dan mengawasi secara menyeluruh dampak-dampak
dari kebijakan tersebut. Kita harus membaca secara cerdas sepak terjang dan wacana yang
digulirkan penguasa dan pengusaha berkenaan dengan sumber-sumber ekonomi Indonesia. Kita
semua harus ingat bahwa semua kekayaan yang ada di bumi Indonesia, termasuk kekayaan
ekonomi adalah milik seluruh rakyat Indonesia, bukan milik penguasa atau pelaku ekonomi
tertentu.

Intinya, segala bentuk kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah (politik) harus
berdasarkan kerakyatan, kekeluargaan, dan gotong royong. Negara harus tunduk pada ideologi
Pancasila dan semangat UUD Dasar 1945, bukan ideologi kapitalis atau neolib itu.

| KEBIJAKAN PEMERINTAH YANG TIDAK BERPIHAK PADA KEPENTINGAN UMAT | 14


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Kebijakan pemerintah pada prinsipnya dibuat atas dasar kebijakan yang bersifat luas.
Kebijakan adalah usaha mencapai tujuan tertentu dengan sasaran tertentu dan dalam
urutan tertentu.
2. Uang memiliki peranan penting dalam menetukan kegiatan ekonomi masyarakat suatu
negara. Sudah sejak lama para ahli ekonomi sepakat bahwa uang bisa berakibat baik bagi
perekonomian, tetapi uang kadang-kadang juga bisa berakibat buruk bagi perekonomian,
dan para ahli ekonom juga sepakat bahwa uang yang tersedia dalam perekonomian sangat
besar pengaruhnya dalam menentukan kesetabilan dan pertumbuhan ekonomi suatu
negara.
3. Kebijaksanaan yaitu kebijakan Negara yang bersifat fundamental dan strategis untuk
mencapai tujuan nasional/Negara sesuai dengan amanat UUD 1945 GBHN. Kewenangan
dalam pembuat kebijaksanaan adalah MPR, dan presiden bersama-sama dengan DPR dan
Kebijaksanaan yang dilakukan oleh presiden yang bersifat nasional dan menyeluruh
berupa penggarisan ketentuan ketentuan yang bersifat garis besar dalam rangka
pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan sebagai pelaksanaan UUD
1945, ketetapan MPR maupun undang undang guna mencapai tujuan nasional.
4. Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah sebagai wakil negara hingga kini
masih menunjukkan ketidakberpihakan kepada rakyat. Tindakan, pilihan, strategi, atau
keputusan terkait ekonomi yang seharusnya untuk kebaikan bersama, kini telah
disalahgunakan untuk kesejahteraan segelintir orang. Sehingga, kebijakan tersebut
menjadi remeh-temeh, tidak memprioritaskan kepentingan rakyat

3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat memberi pengetahuan baru bagi para pembaca, dan diharapkan
kritik dan sarannya

| KEBIJAKAN PEMERINTAH YANG TIDAK BERPIHAK PADA KEPENTINGAN UMAT | 15


DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/10764767/Makalah_Kebijakan_Pemerintah_terkait_Pro_Poor_dan_P
ro_Job

https://www.academia.edu/people/search?utf8=%E2%9C%93&q=KEBIJAKAN+PEMERINTA
H+YANG+TIDAK+PRO+TERHADAP+RAKYAT

http://www.markijar.com/2016/06/pengertian-dan-macam-macam-kebijakan.html

http://repositori.uin-alauddin.ac.id/6442/1/Musdalifa%20Mukhdar_opt.pdf

https://news.okezone.com/read/2015/10/25/337/1237646/pemerintah-harus-utamakan-
kepentingan-nasional-dalam-setiap-kebijakan

http://amirilsinyo.blogspot.com/2014/10/kebijakan-ekonomoi-pemerintah-yang.html

| KEBIJAKAN PEMERINTAH YANG TIDAK BERPIHAK PADA KEPENTINGAN UMAT | 16

Anda mungkin juga menyukai