Anda di halaman 1dari 100

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI EKSPOR KOMODITAS UDANG
INDONESIA DI NEGARA IMPORTIR UTAMA

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGAI PERSYARATAN


DALAM MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

DIAJUKAN OLEH
DIAN RATNA SARI
NIM: 041211131140

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017

SKRIPSI ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
 
 
 
 
 
 
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Analisis Daya Saing dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Ekspor Komoditas Udang Indonesia di Negara Importir Utama”. Tujuan

penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagaian persyaratan guna

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Ekonomi Pembangunan,

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada

semua pihak yang telah memberikan dukungan, do’a, semangat, nasehat dan

bimbingan dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini, khususnya kepada:

1. Dr. Muryani, Dra., Ec., Msi, MEMD selaku Ketua Departemen Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga, yang

juga berperan sebagai dosen pembimbing dalam menyusun skripsi ini.

Terima kasih untuk waktu yang telah diberikan, arahan, kritik dan saran

kepada penulis, juga perhatian, kesabaran, dan pengertiannya dalam

membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Dr. Rudi Purwono selaku dosen wali penulis, yang telah memberikan

perhatian, bantuan dan bimbingan selama masa perkuliahan.

vi 
 
SKRIPSI ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
 
 
 
 
 
 
3. Dosen Pengajar Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas

Airlangga yang telah memberikan banyak ilmu dan inspirasi bagi penulis,

terutama Bu Popy, Pak Deny, dan Pak Unggul.

4. Dosen penguji. Penulis mengucapkan terima kasih atas segala kemudahan,

bantuan, masukan, serta motivasi yang telah diberikan.

5. Seluruh staf Administrasi Departemen Ekonomi. Terima kasih untuk

keramahan pelayanan dan kesabarannya.

6. Orang tua penulis Wiyanto dan Retno Widyastutik, yang selalu

mendukung pilihan hidup yang diambil oleh penulis. Tanpa bimbingan

dan do’a orang tua, kemampuan dan keberanian yang dimiliki penulis

tidak akan pernah ada. Untuk adik penulis Rossita Wanda Sari, terima

kasih untuk perhatiannya.

7. Sahabat-sahabat penulis yang selalu memberi semangat untuk segera

wisuda: Yeni Furoida, Elysa Daniar, Silfia Indrayati, Suci Rahmawati,

Risqi Pitaloka, Wulandari, Yuli Winarni dan Laksmi Ayu.

8. Para senior yang telah mewarnai dan menunjukkan sisi lain dari kehidupan

kampus: Mbak Yessy Yuliana, Mas Sholikin (Alm), Bang Andiga, Mas

Milky, dan Mas Akbar. terima kasih untuk ilmu, inspirasi, dan pengalaman

yang berharga dari kalian.

9. Gamaliel Siburian. Terima kasih untuk persahabatan, sharing hidup,

dukungan, dan pengertiannya dalam memahami pikiran, perilaku, dan

prinsip hidup penulis.

vii 
 
SKRIPSI ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
 
 
 
 
 
 
10. Serta pihak- pihak lainnya yang turut membantu dalam menyelesaikan

skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh

dari kata sempurna, akibat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis.

Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk

dapat menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat

bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi pembaca.

Surabaya, 16 Januari 2017

Penulis

viii 
 
SKRIPSI ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
 
 
 
 
 
 
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA

PROGRAM STUDI : EKONOMI PEMBANGUNAN

ABSTRAK
SKRIPSI SARJANA EKONOMI

NAMA : DIAN RATNA SARI


N.I.M : 041211131140
TAHUN PENYUSUNAN : 2017

JUDUL:

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI EKSPOR KOMODITAS UDANG INDONESIA DI
NEGARA IMPORTIR UTAMA

ISI:
Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor terbesar komoditas
udang di dunia. Berdasarkan latar belakang tersebut, tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menganalisis tingkat daya saing dan faktor-faktor yang
mempengaruhi ekspor komoditas udang Indonesia di negara importir utama.
Penelitian ini menggunakan metode Revealed Comparative Advantage (RCA)
untuk menganalisis tingkat daya saing. Analisis regresi data panel dengan Gravity
Model digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor.
Regresi data panel menggunakan kombinasi data time series periode tahun 2007-
2014 dan data cross section lima negara importir utama (Amerika Serikat, Jepang,
China, Inggris dan Perancis). Hasil analisis dengan metode RCA menunjukkan
bahwa komoditas udang Indonesia memiliki keunggulan komparatif atau berdaya
saing kuat. Untuk hasil analisis metode data panel dengan teknik estimasi Random
Effect Model (REM) menunjukkan bahwa variabel GDP per kapita riil Indonesia
dan jarak ekonomi memiliki hubungan negatif dan signifikan terhadap ekspor
komoditas udang Indonesia. Sementara itu, GDP per kapita riil negara importir,
harga ekspor, dan populasi negara importir memiliki hubungan positif dan
signifikan terhadap ekspor komoditas udang Indonesia.

Kata Kunci: Ekspor Udang, Daya Saing, RCA, Gravity Model, Data Panel

SUBYEK/OBYEK PENELITIAN : Nilai Ekspor Udang Indonesia, GDP


Perkapita Riil, Harga Ekspor, Populasi
negara importir, dan Jarak Ekonomi
DAERAH PENELITIAN : Amerika Serikat, Jepang, China, Inggris
dan Perancis

ix 
 
SKRIPSI ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
 
 
 
 
 
 
MINISTRY OF NATIONAL EDUCATION
FACULTY OF ECONOMICS AND BUSINESS AIRLANGGA UNIVERSITY

STUDY PROGRAM: DEVELOPMENT ECONOMICS

ABSTRACT
BACHELOR THESIS OF ECONOMY

NAME : DIAN RATNA SARI


N.I.M : 041211131140
YEAR OF PREPARATION : 2017

TITLE:

ANALYSIS OF COMPETITIVENESS AND FACTORS THAT AFFECTING


INDONESIAN SHRIMP COMMODITY EXPORTS IN MAJOR IMPORTING
COUNTRIES

CONTENT:
Indonesia is one of the world's largest exporting country for shrimp
commodity. The purpose of this study was to analyze the level of Indonesian
shrimp competitiveness and the factors affecting Indonesian shrimp commodity
exports in major importing countries. This study utilised Revealed Comparative
Advantage (RCA) to analyze the level of competitiveness. While panel gravity
model are utilised to analyze the factors that affecting exports. Panel data
regression using the combination of time series data from 2007 to 2014 and cross
section from five major importing countries (United States, Japan, China, United
Kingdom and France). The results of the RCA analysis shows that Indonesian
shrimp commodity has a comparative advantage or strong competitiveness. The
result from panel data analysis with Random Effect Model (REM) indicates that
Indonesian GDP per capita real and economics distance variable has a negative
and significant relationship to Indonesian shrimp commodity exports. While the
GDP per capita real of importers country, export prices, and importing countries
population has a positive and significant relationship to Indonesian shrimp
commodity exports.

Keywords: Export Shrimp, Competitiveness, RCA, Gravity Model, Panel Data

RESEARCH SUBJECT/OBJECT : Export Value, Commodity Shrimp Indonesia,


GDP Per Capita Real, Export Prices,
Population of Importers Country and
Economics Distance
RESEARCH REGION : United States, Japan, China, United Kingdom
and France


 
SKRIPSI ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
 
 
 
 
 
 
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ....................................................... iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................................ ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................. 8
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................... 8
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................. 9
1.5. Sistematika Skripsi ................................................................................. 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Landasan Teori ..................................................................................... 11
2.1.1. Perdagangan Internasional ............................................................. 11
2.1.1.1. Teori Hecksher-Ohlin .............................................................. 12
2.1.2. Konsep daya Saing ......................................................................... 13
2.1.2.1. Teori Keunggulan Komparatif ................................................. 13
2.1.2.2. Teori Keunggulan Kompetitif .................................................. 14
2.1.2. Revealed Comparative Advantage (RCA) ..................................... 15
2.1.3. Gravity Model ................................................................................ 17
2.1.4. Hubungan Antar Variabel ............................................................. 20
2.2. Penelitian Sebelumnya ......................................................................... 22

xi 
 
SKRIPSI ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
 
 
 
 
 
 
2.3. Hipotesis dan Model Analisis .............................................................. 25
2.3.1. Hipotesis Penelitian........................................................................ 25
2.3.2. Model Analisis ............................................................................... 26
2.4. Kerangka Berfikir ................................................................................ 27

BAB 3 METODE PENELITIAN


3.1. Pendekatan Penelitian ................................................................................ 30
3.2. Identifikasi Variabel ................................................................................... 30
3.3. Definisi Operasional Variabel .................................................................... 31
3.4. Jenis dan Sumber Data ............................................................................... 32
3.5. Prosedur Pengumpulan Data ...................................................................... 33
3.6. Teknik Analisis .......................................................................................... 33
3.6.1. Metode Revealed Comparative Advantage (RCA) .............................. 34
3.6.2. Metode Regresi Data Panel .................................................................. 35
3.6.2.1. Pooled Least Square (PLS) ............................................................ 36
3.6.2.2. Fixed Effect Model (FEM) ............................................................. 37
3.6.2.3. Random Effect Model (REM)......................................................... 37
3.6.3. Pemilihan Model Estimasi Regresi Data Panel.................................... 38
3.6.3.1. Uji Chow (chow test)...................................................................... 38
3.6.3.2. Uji Hausman (hausman test) .......................................................... 39
3.6.3.3. Uji Lagrange Multiplier (LM test) ................................................. 39
3.6.4. Pengujian Statistik................................................................................ 40
3.6.4.1. Uji F-statistik (Simultan) ............................................................... 40
3.6.4.2. Uji t-statistik (Parsial) .................................................................... 41

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Gambaran Umun Subyek dan Obyek Penelitian ........................................ 42
4.1.1. Perkembangan Produksi dan Ekspor Komoditas Udang Indonesia ..... 42
4.1.2. Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Udang Indonesia di Negara
Importir Utama Periode Tahun 2007-2014 ......................................... 43
4.1.3. Perkembangan GDP Per Kapita Riil di Indonesia dan Negara Importir
Utama Periode 2007-2014 ................................................................... 45

xii 
 
SKRIPSI ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
 
 
 
 
 
 
4.1.4. Perkembangan Harga Ekspor Komoditas Udang Indonesia di Negara
Importir Utama Periode 2007-2014 ..................................................... 47
4.1.5. Perkembangan Populasi Negara Importir Utama Periode Tahun 2007-
2014 ..................................................................................................... 49
4.1.6. Jarak Antara Indonesia dengan Negara Importir Utama Periode Tahun
2007-2014 ............................................................................................ 50
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ........................................................................... 51
4.3. Analisis Model dan Pengujian Hipotesis .................................................... 52
4.3.1. Analisis Daya Saing Komoditas Udang Indonesia di Negara Importir
Utama Periode 2007-2014 ................................................................... 52
4.3.2. Pemilihan Model Analisis Regresi Data Panel .................................... 60
4.3.3. Pengujian Statistik................................................................................ 64
4.3.3.1. Uji F-statistik (Simultan) ............................................................... 64
4.3.3.2. Uji t-statistik (Parsial) .................................................................... 65
4.3.4. Analisis Model ..................................................................................... 66
4.3.5. Pengujian Hipotesis.............................................................................. 68
4.4. Pembahasan ................................................................................................ 69

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan ................................................................................................ 74
5.2. Saran........................................................................................................... 75
Daftar Pustaka.................................................................................................... 77
Lampiran

xiii 
 
SKRIPSI ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
 
 
 
 
 
 
DAFTAR TABEL
1.1. Volume Eskpor Hasil Perikanan Indonesia menurut Komoditas Utama
Periode Tahun 2009-2014 .............................................................................. 2
4.1. Perkembangan Produksi dan Ekspor Komoditas Udang Indonesia ............. 42
4.2. Hasil Estimasi RCA Komoditas Udang Indonesia di Negara Importir Utama
Periode Tahun 2007-2014 ............................................................................ 53
4.3. Hasil Estimasi Indeks RCA Komoditas Udang Indonesia di Negara Importir
Utama Periode Tahun 2007-2014 ................................................................. 54
4.4. Hasil Estimasi Regresi Pooled Least Square (PLS) ..................................... 61
4.5. Hasil Estimasi Regresi Fixed Effect Model (FEM) ...................................... 61
4.6. Hasil Estimasi Regresi Random Effect Model (REM) ................................. 62
4.7. Hasil Uji Chow.............................................................................................. 63
4.8. Hasil Uji Hausman ........................................................................................ 64

xiv 
 
SKRIPSI ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
 
 
 
 
 
 
DAFTAR GAMBAR

2.1. Kerangka Pemikiran ..................................................................................... 29


4.1. Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Udang Indonesia di Negara Importir
Utama Periode Tahun 2007-2014 ................................................................. 44
4.2. Perkembangan GDP Per Kapita Riil Negara Indonesia dan Negara Importir
Utama Periode Tahun 2007-2014 ................................................................. 46
4.3. Perkembangan Harga Ekspor Komoditas Udang Indonesia di Negara Importir
Utama Periode Tahun 2007-2014 ................................................................. 48
4.4. Perkembangan Populasi Negara Importir Utama Periode 2007-2014 .......... 49
4.5. Jarak Antara Indonesia di Negara Importir Utama Periode 2007-2014 ........ 51
4.6. Perkembangan Indeks RCA Komoditas Udang Indonesia di Amerika Serikat
Periode Tahun 2007-2014 ............................................................................ 55
4.7. Perkembangan Indeks RCA Komoditas Udang Indonesia di Jepang Periode
Tahun 2007-2014 .......................................................................................... 56
4.8. Perkembangan Indeks RCA Komoditas Udang Indonesia di China Periode
Tahun 2007-2014 .......................................................................................... 57
4.9. Perkembangan Indeks RCA Komoditas Udang Indonesia di Inggris Periode
Tahun 2007-2014 .......................................................................................... 58
4.10. Perkembangan Indeks RCA Komoditas Udang Indonesia di Perancis
Periode Tahun 2007-2014 ............................................................................ 59

xv 
 
SKRIPSI ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
 
 
 
 
 
 
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Perhitungan RCA Komoditas Udang Indonesia di Negara


Importir Utama Periode 2007-2014
Lampiran 2. Variabel-variabel dalam Model Ekspor Komoditas Udang
Indonesia di Negara Importir Utama Periode 2007-2014
Lampiran 3. Hasil Regresi dengan menggunakan Pooled Least Square (PLS)
Lampiran 4. Hasil Regresi dengan menggunakan Fixed Effect Model (FEM)
Lampiran 5. Hasil regresi dengan menggunakan Random Effect Model (REM)
Lampiran 6. Hasil Uji Hausman
Lampiran 7. Penelitian Terdahulu

xvi 
 
SKRIPSI ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perdagangan internasional memainkan peranan penting dalam memenuhi

kebutuhan setiap penduduk dari suatu negara, yang tidak bisa terpenuhi

seluruhnya oleh produksi dalam negeri yaitu dengan jalan melakukan kegiatan

ekspor dan impor. Hampir di seluruh kawasan dunia ketiga, perdagangan

internasional khususnya dalam hal ekspor memberikan kontribusi yang besar

terhadap GDP (Gross Domestic Product) bagi masing-masing negara. Memasuki

era persaingan global yang ditandai dengan semakin terbukanya perdagangan

antar negara, telah menyebabkan terciptanya sistem pasar yang lebih kompetitif.

Hal ini membuat negara-negara eksportir, khususnya Indonesia untuk

meningkatkan daya saing komoditinya agar tidak tersisih dalam perdagangan

Internasional.

Dengan luas perairan yang mencapai 5,8 juta km2 atau sama dengan 2/3

dari luas wilayah keseluruhan. Hal ini menjadikan Indonesia memiliki potensi

hasil perikanan yang melimpah baik perikanan tangkap maupun perikanan

budidaya. Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan (2013), luas potensi laut

Indonesia adalah sebesar 12.123.383 Ha dengan total pemanfaatan yang masih

cukup rendah yaitu sebesar 325.825 Ha. Dari jumlah tersebut masih terdapat

sekitar 11.797.558 Ha luas laut yang berpotensi untuk dikembangkan. Produksi

perikanan Indonesia dari tahun ke tahun juga mengalami peningkatan yang

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

signifikan, jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya (2013). Produksi

perikanan pada tahun 2014 mencapai 20.7 juta ton atau meningkat sebesar 6.72%.

Angka tersebut terdiri dari produksi perikanan tangkap sebesar 6.2 juta ton atau

meningkat sebesar 1.39% dan produksi perikanan budidaya sebesar 14.5 juta ton

atau meningkat sebesar 9.18% dari tahun sebelumnya (KKP, 2014).

Sektor perikanan telah memberikan kontribusi yang besar terhadap PDB

(produk domestik bruto) Indonesia. Produksi komoditas utama perikanan tangkap

seperti tuna meningkat sebesar 2.9 persen, sedangkan untuk komoditas udang

sendiri mengalami peningkatan sebesar 1.62 persen pada tahun 2014 (KKP,

2014). Dengan capaian tersebut udang menjadi salah satu komoditas sektor

perikanan yang bernilai ekonomi tinggi sekaligus menjadi ekspor andalan

Indonesia.

Tabel 1.1 Volume Ekspor Hasil Perikanan Indonesia Menurut Komoditas


Utama Tahun 2009-2014

No Komoditas Volume Ekspor (ton)


2009 2010 2011 2012 2013 2014
1. Udang 150.989 145.092 158,062 162.068 162.410 141.042
2. Ikan Tuna 131.550 122.450 141.774 201.159 209.072 155.130
3. Mutiara 17 9 24 336 315 374
4. Rumput Laut 94.003 123.075 159.075 174.001 183.075 145.420
5. Kepiting 18.673 21.537 23,089 28.212 34.173 21.490
6. Ikan Lainnya 430.513 622.932 621.632 538.723 519.293 367.498
7. Lainnya 55.668 68.481 55.693 124.605 149.841 89.631
Sumber: Kementerian kelautan dan Perikanan (KKP), tahun 2016

Dari Tabel 1.1 di atas dapat terlihat bahwa kondisi ekspor udang Indonesia

dari tahun ke tahun masih tergolong fluktuatif. Terjadi penurunan ekspor di tahun

2014, sebesar 21.368 ton. Hal ini terjadi karena adanya persaingan yang cukup

ketat dengan negara eksportir udang lainnya yang diketahui memiliki teknologi,

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

cara pengolahan, dan strategi pemasaran yang lebih baik. Adanya perubahan pola

makan masyarakat dunia dari red meat ke produk seafood membuat komoditas

perikanan, khususnya udang semakin akrab dengan para konsumen di negara

maju. Hal ini menyebabkan harga udang di pasar internasional menjadi sangat

beragam. Menurut Murty (1991) keragaman harga suatu komoditi perikanan

bukan saja berkaitan dengan ukuran, warna, tekstur, cita rasa, dan bentuk

penyajian produknya, tetapi juga berkaitan dengan preferensi konsumen dan

negara asal komoditi tersebut.

Terdapat dua jenis komoditas udang yang dibudidayakan di Indonesia,

yaitu udang vannamei dan udang windu. Kedua jenis udang tersebut, menjadi

komoditas andalan Indonesia dalam memasok kebutuhan ekspor udang dunia.

Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (2014), Indonesia menjadi

produsen udang vannamei terbesar kedua di dunia pada tahun 2013. Indonesia

menggeser negara Thailand yang produksi udangnya turun drastis hanya sebesar

311.879 ton dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 588.370 ton, akibat

adanya wabah penyakit EMS (Early Morning Syndrom) yang melanda negara

tersebut. Selain Indonesia, negara Vietnam dan India juga mengalami kenaikan

yang cukup besar. Sampai dengan saat ini, China masih menjadi penyumbang

produksi udang vannamei terbesar di dunia, yaitu sebesar 43,14% walaupun

produksinya dapat dikatakan stagnan. Sementara kontribusi udang Indonesia

terhadap dunia adalah sebesar 11,34%. Kontribusi ini naik signifikan

dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya sebesar 7,41%.

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Selain udang vannamei, tren positif juga dimiliki oleh udang windu yang

menjadi komoditas andalan Indonesia dalam memasok kebutuhan udang dunia.

Jika pada tahun 2012 posisi Indonesia berada di bawah India, maka pada tahun

2013 udang windu Indonesia berada di posisi ketiga mengungguli India. Hal ini

dikarenakan menurunnya produksi udang windu India. Selain India, Vietnam juga

mengalami penurunan produksi yang besar meskipun belum menggeser posisinya

dari posisi teratas kedua setelah Thailand. Menurunnya produksi udang windu

Vietnam dan India mempengaruhi total produksi udang windu dunia. Akibat

penurunan kedua negara tersebut, produksi udang windu dunia mengalami

penurunan sebesar 6,3%. Sampai dengan tahun 2013, produksi udang windu dunia

sebesar 803.783 ton. Jika dibandingkan dengan udang vannamei, total produksi

udang windu dunia masih sangat kecil (KKP, 2014).

Daya saing menjadi salah satu kriteria yang menentukan keberhasilan

perdagangan suatu negara sekaligus syarat mutlak yang harus dimiliki suatu

komoditi agar dapat bertahan di pasar internasional. Secara teoritis, konsep daya

saing dijelaskan oleh Porter (1990), yaitu kemampuan suatu komoditi untuk

memasuki pasar luar negeri dan bertahan di dalam pasar tersebut. Selain itu daya

saing juga mengacu pada kemampuan suatu negara dalam memasarkan

komoditinya, relatif terhadap kemampuan negara lain. Di dalam perdagangan

internasional, daya saing suatu komoditi dapat dilihat dari keunggulan

komparatifnya. Konsep keunggulan komparatif (the law of comparative

advantage) menyatakan bahwa suatu negara yang kurang efisien akan

berspesialisasi dalam memproduksi komoditi ekspor yang mempunyai kerugian

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

absolut kecil dan akan mengimpor komoditi dengan kerugian absolut yang lebih

besar (Salvatore, 2014). Salah satu metode untuk mengukur keunggulan

komparatif adalah Revealed Comparative Advantage (RCA) yang diperkenalkan

oleh Balassa, B (1965). Indeks RCA merupakan indikator yang dapat

menunjukkan perubahan keunggulan komparatif atau perubahan tingkat daya

saing industri suatu negara di pasar internasional

Pada penelitian Natalia (2012) “Kinerja Daya Saing Produk Perikanan

Indonesia di Pasar Global” menggunakan alat analisis RCA (Revealed

Comparative Advantage) untuk menjelaskan tingkat daya saing komoditas

perikanan Indonesia. Hasil penelitian berdasarkan indeks RCA menunjukkan

bahwa terdapat komoditas yang mengalami peningkatan daya saing. Sementara

beberapa komoditas lainnya memiliki daya saing yang cenderung menurun dan

berfluktuasi.

Saat ini komoditas udang Indonesia mengalami permasalahan ekspor yang

disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah karena adanya liberalisasi

perdagangan yang menyebabkan munculnya negara pesaing ekspor komoditas

udang dan juga banyaknya masalah hambatan tarif dan non tariff yang ditetapkan

oleh negara importir. Hambatan non tarif yang terjadi berhubungan dengan

perizinan ekspor, sertifikasi kesehatan, standar sanitasi, standar mutu, isu

lingkungan, isu hak azazi manusia, dan terorisme (Purnomo 2007).

Peningkatan permintaan dari berbagai negara akan dapat mendorong

ekspor komoditas udang Indonesia. Beberapa variabel yang berpengaruh terhadap

permintaan ekspor udang Indonesia antara lain adalah harga, yang merupakan

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

bentuk competitiveness komoditi yang diperdagangkan antara suatu negara

dengan mitra dagangnya. Selain itu tingkat pendapatan domestik bruto atau GDP

(Gross Domestic Product) juga ikut berpengaruh dalam mempengaruhi

permintaan. Bila GDP suatu negara tinggi, maka permintaan akan barang dan jasa

yang diperdagangkan menjadi semakin tinggi dan meningkatkan impor

(Krugman, 2009).

Dalam gravity model, variabel yang biasa digunakan untuk mewakili total

permintaan adalah variabel GDP. Sementara itu untuk variabel penghambat aliran

perdagangan antar negara adalah variabel jarak ekonomi yang dikenal sebagai

kekuatan penghambat perdagangan antara dua negara (Head, 2003). Pada

perkembangannya banyak peneliti yang memasukkan variabel lain sebagai

tambahan, salah satunya adalah Pradipta (2014) yang melakukan penelitian

mengenai “Posisi Daya Saing dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor

Buah-Buahan Indonesia” dengan menggunakan metode Gravity Model, Revealed

Comparative Advantage (RCA) dan Export Product Dynamic (EPD).

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa faktor yang memengaruhi aliran

ekspor buah Indonesia ke negara tujuan meliputi harga ekspor, populasi, jarak

ekonomi, GDP riil dan per kapita, nilai tukar riil, indeks harga konsumen

Indonesia, dan variabel dummy krisis yang terjadi di Eropa. Selain itu, beberapa

buah Indonesia memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif tertinggi di

negara tujuan dan sebagian kehilangan kesempatan dalam bersaing di negara

tujuan ekspor.

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Dibandingkan dengan beberapa penelitian sebelumnya, penelitian ini

memiliki perbedaan dalam variabel yang digunakan, pendekatan, maupun

komoditas dan negara yang dikaji. Dalam penelitian Pradipta, A (2014) memiliki

kesamaan dalam penggunaan teknik analisis Revealed Comparative Advantage

(RCA) dan Gravity Model, namun berbeda pada komoditas yang di teliti dan

penggunaan variabel dummy. Penelitian Saptanto, S (2011) dan Natalia, D (2012)

hanya meneliti tentang daya saing menggunakan analisis Revealed Comparative

Advantage (RCA), sedangkan Soraya, B (2013) hanya berfokus pada analisis

Gravity Model untuk ekspor komoditas karet Indonesia. Pada penelitian Saptanto,

S (2011) meneliti tentang komoditas perikanan, sedangkan dalam penelitian ini

lebih berfokus pada komoditas udang dengan HS 030613 (udang beku) dan HS

030623 (udang segar).

Berdasarkan penelitian sebelumnya dan kondisi di atas, perlu dilakukan

upaya pengembangan sektor perikanan khususnya komoditas udang dengan cara

meningkatkan kualitas dan kemampuan daya saing komoditas udang dalam

mendapatkan pasar baru atau pun bertahan pada pasar yang sudah ada. Oleh

karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat daya saing

komoditas udang Indonesia di negara importir utama (Amerika Serikat, Jepang,

China, Inggris dan Perancis) dengan metode Revealed Comparative Advantage

(RCA). Selain itu, penelitian ini juga memasukkan beberapa variabel yang

berpengaruh terhadap ekspor komoditas udang Indonesia, yaitu: GDP per kapita

riil, harga ekspor, populasi negara importir dan jarak ekonomi dengan

menggunakan analisis data panel Gravity Model.

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

1.2 Rumusan Masalah

Merujuk pada latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka

permasalahan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat daya saing komoditas udang Indonesia berdasarkan

keunggulan komparatif di negara importir utama (Amerika Serikat,

Jepang, China, Inggris, dan Perancis) ?

2. Bagaimana pengaruh variabel GDP per kapita riil, harga ekspor,

populasi negara importir dan jarak ekonomi terhadap ekspor komoditas

udang Indonesia di negara importir utama (Amerika Serikat, Jepang,

China, Inggris dan Perancis)?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dirumuskan,

maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Menganalisis tingkat daya saing komoditas udang Indonesia

berdasarkan keunggulan komparatif di negara importir utama

(Amerika Serikat, Jepang, China, Inggris dan Perancis).

2. Menganalisis pengaruh dari variabel GDP per kapita riil, harga ekspor,

populasi negara importir dan jarak ekonomi terhadap ekspor komoditas

udang Indonesia di negara importir utama (Amerika Serikat, Jepang,

China, Inggris, dan Perancis).

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:

1. Manfaat ilmiah : penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi

bagi ilmu ekonomi Internasional, dalam memahami kondisi

perdagangan komoditas udang Indonesia di pasar internasional.

2. Manfaat praktis : penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk

produsen udang dan pelaku ekspor sebagai sumber informasi untuk

mengetahui kondisi daya saing dan ekspor komoditas udang Indonesia.

3. Manfaat kebijakan : penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi

pemerintah, sebagai masukan dalam menetapkan kebijakan yang

mendukung pengembangan daya saing dan ekspor komoditas udang

Indonesia di pasar internasional, sehingga berdampak positif terhadap

pertumbuhan ekonomi.

1.5 Sistematika Skripsi

Dalam skripsi ini terdiri dari beberapa bab dan sub-bab yang tersusun sebagai

berikut ini:

BAB 1 : PENDAHULUAN

Pada bab ini menjelaskan secara garis besar tentang pokok bahasan

dalam skripsi, dimana secara berurutan akan dikemukakan mengenai

latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

10 

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang teori-teori sebagai acuan yang sesuai dengan

permasalahan yang diangkat dalam analisis di pembahasan,

penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan analisis skripsi, model

analisis yang digunakan dan kerangka berpikir.

BAB 3 : METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang kerangka kerja yang digunakan dalam

penelitian. Dalam bab ini dikemukakan tentang metode penelitian

yang mencakup pendekatan penelitian, jenis dan sumber data,

prosedur pengumpulan data, dan tekik analisis data.

BAB 4 : HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dikemukakan mengenai gambaran umum serta

hasil dan pembahasan penelitian yang meliputi perkembangan ekspor

udang Indonesia di negara importir utama, analisis daya saing

menggunakan Revealed Comparative Advantage dan faktor-faktor

yang mempengaruhi ekspor udang Indonesia dengan analisis panel

gravity model.

BAB 5 : PENUTUP

Bab ini membahas mengenai kesimpulan dari hasil penelitian dan

saran-saran yang dipandang perlu, berkaitan dengan hasil

pembahasan skripsi.

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Perdagangan Internasional

Setiap negara memiliki sumberdaya alam, letak geografis, iklim,

karakteristik penduduk, keahlian, tenaga kerja, tingkat harga, keadaan struktur

ekonomi, dan sosial yang berbeda-beda. Perbedaan yang dimiliki oleh masing-

masing negara tersebut menghasilkan produk yang berbeda baik dari segi

kuantitas maupun kualitas. Menurut Kindleberger (1995), perdagangan

internasional dianggap sebagai suatu akibat dari adanya perbedaan permintaan dan

penawaran. Perbedaan permintaan disebabkan oleh selera dan tingkat pendapatan,

sedangkan perbedaan penawaran disebabkan oleh jumlah dan kualitas faktor

produksi serta tingkat teknologi.

Adanya perbedaan tersebut, secara tidak langsung mengharuskan suatu

negara melakukan perdagangan untuk perluasan pasar, mendapatkan sumberdaya,

keuntungan, ataupun mendapatkan teknologi yang lebih modern. Perdagangan

merupakan faktor penting dalam merangsang pertumbuhan ekonomi di setiap

negara. Pertama, perdagangan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara dan

meningkatkan output dunia. Kedua, meningkatkan pemerataan atas distribusi

pendapatan dan kesejahteraan dalam lingkup domestik ataupun internasional.

Ketiga, membantu semua negara dalam menjalankan usaha-usaha

11 

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

12 

pembangunannya melalui promosi serta mengutamakan sektor-sektor ekonomi

yang mengandung keunggulan komparatif (Todaro, 2003).

2.1.1.1 Teori Hecksher-Ohlin

Teori Heckscher-Ohlin atau teori kelimpahan yang dikemukakan oleh Eli

Heckscher (1879-1952) dan dikembangkan lagi oleh muridnya Bertil Ohlin

(1899-1979), menekankan bahwa perbedaan opportunity cost merupakan faktor

penyebab terjadinya perdagangan internasional. Opportunity cost terjadi karena

adanya perbedaan faktor produksi dan penggunaan faktor tersebut secara intensif

dalam kegiatan produksi barang ekspor. Negara akan melakukan spesialisasi dan

mengekspor barang yang memiliki faktor produksi yang relatif banyak dan murah

dalam proses produksinya dan juga sebaliknya (Basri, 2010).

Pada intinya teori perdagangan Heckscher-Ohlin menjelaskan bahwa

perdagangan internasional terjadi atas dasar keunggulan komparatif yang berbeda

dari setiap negara yang terlibat. Dalam Salvatore (2014), teori ini juga

menyinggung mengenai dampak-dampak perdagangan internasional terhadap

harga atau tingkat pendapatan dari masing-masing faktor produksi, yaitu

penyamaan harga faktor produksi yang berarti upah tenaga kerja dan suku bunga

diantara negara yang melakukan perdagangan menjadi sama besarnya. Hal ini

dikarenakan kedua barang yang diperdagangkan saling berinteraksi dan

menciptakan keseimbangan di pasar internasional.

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

13 

2.1.2 Konsep Daya Saing

Daya saing merupakan kemampuan suatu komoditi untuk memasuki pasar

luar negeri dan bertahan di dalam pasar tersebut. Daya saing suatu komoditi dapat

diukur melalui perbandingan pangsa pasar komoditi tersebut pada kondisi pasar

yang tetap. Pendekatan yang sering digunakan sebagai indikator untuk mengukur

daya saing adalah keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Beberapa

faktor yang menentukan tingkat daya saing komoditi ekspor adalah (Hady, 2004):

1. Faktor langsung : mutu komoditi, biaya produksi dan penentuan harga

jual, ketepatan waktu penyerahan (delivery time), intensitas promosi,

dan penentuan saluran pemasaran.

2. Faktor tidak langsung : kondisi sarana pendukung ekspor (transportasi,

birokrasi pemerintahan, subsidi pemerintah untuk ekspor, tingkat

efisiensi, dan kondisi ekonomi global.

2.1.2.1 Teori Keunggulan Komparatif

Keunggulan komparatif merupakan sebuah konsep umum yang digunakan

untuk menjelaskan tentang pola perdagangan dan kemampuan suatu negara untuk

memproduksi barang dan jasa dengan biaya yang lebih rendah dari negara lain.

Teori yang dikemukakan oleh David Ricardo pada tahun 1817 dalam (Salvatore,

1997), menyatakan bahwa perdagangan antar negara masih dapat terjadi meskipun

suatu negara memiliki kerugian absolut terhadap negara lain dalam memproduksi

suatu komoditi. Hal itu dapat terjadi jika negara tersebut melakukan spesialisasi

dan mengekspor komoditi dengan cost comparative advantage (labor efficiency)

dimana suatu barang membutuhkan sedikit jumlah jam kerja dibandingkan negara

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

14 

lain dan production comparative advantage (labor productivity) yaitu keadaan

dimana seorang tenaga kerja dapat memproduksi lebih banyak suatu barang

dibandingkan negara lain dalam satu waktu.

Jika keunggulan kompetitif mengukur keuntungan suatu negara dalam

perdagangan berdasarkan harga pasar (market price) yang dapat terdistorsi oleh

kebijakan dan penyebab lain, maka keunggulan komparatif suatu negara diukur

berdasarkan harga bayangan (shadow price) atau berdasarkan analisis ekonomi.

Sehingga komoditas yang memiliki efisiensi secara ekonomi dalam proses

produksinya, dapat dikatakan memiliki keunggulan komparatif. Keunggulan

komparatif merupakan ukuran daya saing yang akan dicapai apabila

perekonomian tidak terdistorsi sama sekali (Kannapiran and Fleming, 1999).

2.1.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif

Keunggulan kompetitif adalah keunggulan yang dimiliki oleh suatu negara

untuk dapat bersaing di pasar internasional. Berbeda dengan konsep keunggulan

komparatif yang menyatakan bahwa suatu negara tidak perlu menghasilkan suatu

produk apabila produk tersebut telah dapat dihasilkan oleh negara lain dengan

lebih baik, unggul, dan efisien secara alami. Keunggulan kompetitif menurut

Porter (1990), adalah bahwa kondisi alami bukanlah suatu penghambat, karena

keunggulan pada dasarnya dapat diperjuangkan dan dikompetisikan dengan

berbagai usaha. Keunggulan suatu negara bergantung pada kemampuan

perusahaan di dalam negara tersebut untuk berkompetisi dalam menghasilkan

produk yang dapat bersaing di pasar luar negeri.

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

15 

Konsep yang dikembangkan oleh Porter dalam Hady (2004), menyebutkan

bahwa terdapat empat faktor utama yang dapat membentuk lingkungan dimana

perusahaan saling berkompetisi sedemikian rupa, sehingga mendorong terciptanya

keunggulan kompetitif. Keempat faktor tersebut adalah:

1. Kondisi faktor produksi (factor conditions) : Posisi suatu negara dalam

faktor produksi (tenaga kerja terampil, infrastruktur, dan teknologi)

yang dibutuhkan untuk bersaing dalam industri tertentu.

2. Kondisi permintaan (demand conditions) : Sifat permintaan domestik

atas produk atau jasa industri tertentu.

3. Industri terkait dan industri pendukung (related and supporting

industries) : Keberadaan atau ketiadaan industri pemasok dan industri

terkait yang kompetitif secara internasional di negara tersebut.

4. Strategi, struktur dan persaingan perusahaan : Kondisi dalam negeri

yang menentukan bagaimana perusahaan-perusahaan dibentuk,

diorganisasikan, dan dikelola serta sifat persaingan domestik.

2.1.3 Revealed Comparative Advantage (RCA)

Suatu negara yang memiliki spesialisasi yang tinggi dalam suatu

komoditas, mengindikasikan bahwa negara tersebut memiliki keunggulan

komparatif yang kuat dalam komoditas itu (Balassa, 1965). Misalnya, bukti

bahwa sebuah negara secara konsisten memiliki tingkat spesialisasi yang tinggi

dalam suatu komoditas dibandingkan dengan negara-negara lain menunjukkan

bahwa negara tersebut memiliki beberapa karakteristik khusus pada sumber daya

alam, struktur, iklim, selera lokal, teknologi, sumber daya manusia, dll, yang

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

16 

memberikan keunggulan komparatif dalam komoditas itu. Perhitungan RCA

berdasar pada suatu konsep bahwa perdagangan antar wilayah menunjukkan

keunggulan komparatif yang dimiliki oleh suatu wilayah. Metode RCA dapat

mengukur kinerja ekspor komoditi tertentu dari suatu negara, dengan menghitung

pangsa pasar komoditas tersebut terhadap total ekspor suatu negara dibandingkan

dengan pangsa pasar komoditas tersebut dalam perdagangan dunia (Serin, 2008).

Salah satu manfaat dari pendekatan RCA adalah menyediakan kerangka

kerja yang sistematis untuk membandingkan berbagai perbedaan struktural antar

negara. Perbandingan tersebut dapat memberikan informasi yang berguna untuk

proses pembuatan kebijakan. Selain itu, data untuk analisis RCA jauh lebih

mudah didapatkan. Namun, permasalahan dalam pendekatan RCA adalah bahwa

spesialisasi yang tinggi bukanlah murni mencerminkan keunggulan komparatif

suatu negara melainkan karna hasil dari intervensi kebijakan atau distorsi lainnya.

Dari perspektif pembuatan kebijakan, kekurangan lain dari pendekatan

RCA adalah tidak memberikan rekomendasi kebijakan secara langsung. Misalnya,

sebuah negara memiliki indeks RCA yang tinggi untuk komoditas udang yang

menunjukkan bahwa komoditas tersebut memiliki spesialisasi/keunggulan

komparatif yang tinggi. Meskipun hal tersebut menunjukkan bahwa komoditas

udang penting bagi negara, tidak jelas apakah tingkat spesialisasi yang tinggi

tersebut sudah optimal dan apakah pemerintah harus melanjutkan

mempromosikan komoditas tersebut, mempertahankan status quo, atau bahkan

mengurangi tingkat spesialisasi. Secara matematis, pengukuran RCA

menggunakan model dari Ballasa dalam Serin (2008), adalah sebagai berikut :

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

17 

….…………………………………………………..……. (2.1)

Dimana :

Xij = Nilai ekspor Indonesia untuk komoditi i ke negara importir utama

Xt = Nilai total ekspor Indonesia ke negara importir utama

Wij = Nilai ekspor dunia untuk komoditi i ke negara importir utama

Wt = Nilai total ekspor dunia ke negara importir utama


Jika nilai RCA lebih besar dari satu, maka suatu negara memiliki

keunggulan komparatif diatas rata-rata dunia sehingga komoditi tersebut berdaya

saing kuat. Sebaliknya, jika nilai RCA kurang dari satu, maka suatu negara

memiliki keunggulan komparatif di bawah rata-rata dunia sehingga komoditi

tersebut berdaya saing lemah.

Dari persamaan nilai RCA dapat diperoleh nilai indeks RCA, yaitu nilai

yang menunjukkan pertumbuhan keunggulan komparatif suatu komoditas pada

tiap periode. Rumus menghitung indeks RCA adalah sebagai berikut:

RCA index = ( RCAt ) / ( RCAt-1 )…………………………….…….………... (2.2)

Jika nilai indeks RCA lebih besar dari satu, maka daya saing komoditas negara

tesebut mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Jika nilai indeks

RCA kurang dari satu, menunjukkan bahwa daya saing komoditas tersebut

menurun dari tahun sebelumnya.

2.1.4 Gravity Model

  Gravity model adalah model yang didasarkan pada hukum gravitasi

newton “Interaksi antara dua objek adalah sebanding dengan massanya dan

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

18 

berbanding terbalik dengan jarak masing-masing” dan digunakan untuk

menganalisis faktor-faktor ekonomi dan non ekonomi yang dapat memengaruhi

aliran perdagangan antara dua negara. Aliran perdagangan antar negara ditentukan

oleh:

1. Variabel yang mewakili total permintaan potensial negara importir.

2. Variabel indikator total penawaran potensial negara eksportir.

3. Variabel pendukung atau penghambat aliran perdagangan antara

negara importir dan negara eksportir.

Perdagangan bilateral tergantung pada hambatan perdagangan relatif. Hal

ini menimbulkan adanya implikasi dari dampak hambatan perdagangan terhadap

aliran perdagangan, yaitu:

1. Hambatan perdagangan mengurangi lebih banyak ukuran perdagangan

antara negara besar daripada di antara negara kecil.

2. Hambatan perdagangan meningkatkan ukuran perdagangan dengan

lebih besar pada negara kecil dibandingkan pada negara besar.

3. Hambatan perdagangan meningkatkan rasio ukuran perdagangan pada

negara kecil, relatif terhadap ukuran perdagangan antara negara kecil

dengan negara besar (Anderson, 2003).

Model ini menyatakan bahwa perdagangan antar kedua negara

berhubungan lurus dengan pendapatan negara dan berhubungan terbalik dengan

hambatan perdagangan yaitu jarak antar kedua negara. Gravity Model di

kembangkan pertama kali oleh Tinbergen pada tahun 1962, sebagai alat analisis

aliran perdagangan di negara negara eropa. Bergstrand (1985), mengembangkan

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

19 

kembali Gravity Model sehingga tidak hanya menganalisis perdagangan secara

agregat, tetapi dapat diterapkan terhadap aliran perdagangan suatu komoditas.

Dalam perkembangan selanjutnya, terdapat penambahan variabel pada Gravity

Model antara lain pendapatan per kapita, batas negara, persamaan bahasa dan

budaya, sejarah kolonialisme dan tariff (Head, 2003). Menurut Bergstrand

(1985), pada umumnya Gravity Model dirumuskan sebagai berikut:

Tij = f ( Yi, Yj, Fij )………………………………………….……….……….... (2.3)

Dimana :

Tij = Aliran perdagangan dari negara i ke negara j

Yi = Gross Domestic Product negara i

Yj = Gross Domestic Product negara j

Fij = Faktor lain yang mempengaruhi perdagangan antara negara i dengan negara j 

Gravity Model merupakan bentuk logaritma natural yang mengindikasikan

elastisitas atau perubahan presentase, sehingga didapatkan hubungan linear antara

logaritma arus perdagangan dan jarak ekonomi kedua negara. Bentuk standar

gravity model adalah sebagai berikut:

Ln Xij = β0 + β1 lnYij + β2 lnYij + β3 lnDij + ɛ ij ………..………..…………...(2.4) 

Dimana :

Xij : Komoditi aliran perdagangan bilateral dari negara i ke negara j,

Yi, Yj : PDB negara i dan j

Dij : Jarak antara negara i dan j

ɛ ij : standar error

β : koefisien

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

20 

2.1.5 Hubungan antar Variabel


2.1.5.1 Hubungan antara GDP Perkapita Riil dengan Ekspor Komoditas
Udang Indonesia

GDP per kapita riil menggambarkan ukuran daya beli masyarakat terhadap

barang dan jasa suatu negara. GDP per kapita riil memperhatikan pengaruh dari

harga, sehingga tingkat konsumsi atau kemampuan daya beli suatu negara

terhadap barang dan jasa dapat diukur dari GDP per kapita riil. GDP per kapita riil

negara importir memiliki hubungan posistif terhadap ekspor komoditas udang

Indonesia. Bagi barang normal, semakin besar GDP per kapita riil negara importir

maka akan meningkatkan daya beli negara tersebut. Sehingga konsumsi terhadap

barang dan jasa tersebut menjadi tinggi. Sebaliknya, ketika GDP per kapita riil

negara importir menurun, maka konsumen tidak akan menambah jumlah barang

yang dibeli dan cenderung menurun. Hal ini berbeda dengan GDP per kapita riil

negara asal, yang memiliki hubungan negatif terhadap ekspor. karena kenaikan

GDP per kapita riil negara asal, akan meningkatkan daya beli masyarakat negara

tersebut. Sehingga produknya akan lebih banyak di konsumsi di dalam negeri

dibandingkan ekspor.

2.1.5.2 Hubungan antara Harga Ekspor dengan Ekspor Komoditas Udang


Indonesia

Harga merupakan faktor utama dalam menganalisis kegiatan perdagangan

yang terjadi yang dapat memengaruhi permintaan. Meningkatnya harga komoditi

yang ditawarkan akan mengurangi permintaan komoditi tersebut (cateris paribus).

Jika dilihat dari sisi penawaran, ketika terjadi penurunan pada harga ekspor maka

negara tersebut akan meningkatkan volume ekspor untuk mempertahankan

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

21 

pendapatan ekspornya. Tingkat harga dalam perdagangan barang domestik dengan

barang luar negeri tergantung pada harga barang dalam mata uang lokal dan pada

tingkat nilai tukar yang berlaku (Mankiw, 2004). Harga ekspor mempunyai

hubungan negatif dengan permintaan. Kenaikan harga, dalam hal ini harga

komoditas udang Indonesia akan menyebabkan jumlah yang diminta di pasar luar

negeri menjadi berkurang. Sebaliknya, apabila harga komoditas udang Indonesia

di pasar luar negeri turun, maka konsumen di negara importir akan mengalihkan

pendapatannya untuk membeli komoditas udang Indonesia sehingga terjadi

peningkatan permintaan.

2.1.5.3 Hubungan antara Populasi Negara Importir dengan Ekspor


Komoditas Udang Indonesia

Populasi atau penduduk merupakan orang yang menetap atau tinggal di

dalam wilayah suatu negara. Jumlah penduduk merupakan input potensial yang

dapat digunakan sebagai faktor produksi. Jumlah penduduk yang besar di negara

tujuan ekspor, dapat menjadi potensi untuk pasar dari suatu komoditas.

Pertambahan jumlah penduduk ini akan menyebabkan permintaan domestik

bertambah besar, dan ketika negara tersebut tidak mampu memenuhi seluruh

permintaan domestik maka negara tersebut harus mengimpor dari negara lainnya.

Dalam Salvatore (2014), populasi negara tujuan ekspor yang terus bertambah,

berpengaruh pada ekspor suatu komoditi melalui sisi penawaran dan permintaan.

Pada sisi permintaan, berdampak pada bertambah besarnya permintaan konsumen

di negara tujuan ekspor. Pada sisi penawaran adalah bertambahnya tenaga kerja

untuk melakukan produksi komoditi ekspor.

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

22 

2.1.5.4 Hubungan antara Jarak Ekonomi dengan Ekspor Komoditas Udang


Indonesia

Jarak merupakan variabel penentu dalam Gravity model, yaitu indikasi

dari biaya transportasi yang dihadapi oleh suatu negara dalam melakukan ekspor

yang mana merupakan suatu faktor penghambat perdagangan internasional.

Penelitian ini menggunakan jarak ekonomi, yaitu jarak geografis antar ibukota

negara Indonesia dengan negara tujuan ekspor dikalikan dengan perbandingan

antara GDP total negara tujuan ekspor dengan jumlah GDP total seluruh negara

tujuan ekspor yang di teliti. Persamaan jarak ekonomi menurut Li et al (2008)

dapat dirumuskan sebagai berikut:

..………………………………. (2.5)

Apabila jarak semakin jauh akan menyebabkan peningkatan biaya transportasi,

yang pada akhirnya akan meningkatkan harga barang dan jasa yang

diperdagangkan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dilanchiev

(2012). Menurut Ayuwangi et al. (2013), peningkatan biaya transportasi akan

menyebabkan penurunan terhadap volume ekspor atau impor. Pengaruh negatif

jarak ekonomi terhadap ekspor juga dijelaskan oleh Li et al. (2008).

2.2 Penelitian Sebelumnya

Penelitian mengenai analisis daya saing komoditas perikanan pernah

dilakukan oleh Saptanto (2011) dengan judul “Daya Saing Ekspor Produk

Perikanan Indonesia di Lingkup ASEAN dan ASEAN-China” menggunakan

metode analisis Revealed Comparatif Advantage (RCA). Data yang digunakan

adalah data dari tahun 2000 hingga 2008, menggunakan metode Revealed

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

23 

Comparative Advantage (RCA). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa di

tingkat ASEAN dan China, Indonesia masih lemah dalam ekspor produk

perikanan yang memiliki nilai tambah. Komoditas perikanan Indonesia yang

memiliki daya saing tinggi adalah produk dengan kode HS 03 (ikan, udang-

udangan, hewan lunak, invertebrata perairan), HS 710110 (mutiara dari alam yang

belum diolah), HS 710121 (mutiara budidaya yang belum diolah), dan HS 121220

(rumput laut dan alga lainnya).

Pada penelitian Natalia (2012) “Kinerja Daya Saing Produk Perikanan

Indonesia di Pasar Global” menggunakan alat analisis RCA (Revealed

Comparative Advantage) untuk mengukur keunggulan komparatif 117 komoditas

perikanan Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama 2007-2009

terdapat 46 komoditas perikanan dalam HS 6-digit yang memiliki indeks RCA

lebih besar dari satu, dan mengalami peningkatan daya saing. Sementara itu, 71

komoditas lainnya memiliki daya saing lemah (RCA indeks lebih kecil dari satu)

yang cenderung menurun dan berfluktuasi.

Penelitian yang menggunakan metode Gravity Model adalah Soraya

(2013) yang berjudul “Analisis Determinan Ekspor Karet Indonesia dengan

Pendekatan Gravity Model”. Data yang digunakan adalah gabungan dari time

series tahun 2001-2010 dan cross section dari negara Amerika Serikat, Jepang,

China, dan Singapura. Berdasarkan analisis regresi data panel Gravity Model

dengan random effect model, maka diperoleh hasil yang menunujukkan bahwa

variabel nilai tukar riil dan jarak ekonomi menunjukkan pengaruh negatif dan

signifikan terhadap ekpor karet Indonesia.Variabel GDP negara tujuan ekspor

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

24 

menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan, sedangkan pada variabel GDP

negara Indonesia, kebijakan International Rubber Consortium (IRCo), dan

populasi negara tujuan ekspor karet tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan

terhadap ekspor karet Indonesia.

Penelitian yang menganalisis tentang daya saing serta menggunakan

Gravity Model dilakukan oleh Pradipta (2014), dengan judul “Posisi Daya Saing

dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Buah-Buahan Indonesia”.

Revealed Comparative Advantage (RCA) dan Export Product Dynamic (EPD)

digunakan untuk menganalisis posisi daya saing ekspor buah-buahan Indonesia.

Pada penelitian ini digunakan analisis data panel gravity model untuk

menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi aliran volume ekspor buah-buahan

Indonesia (mangga, manggis, rambutan, pisang, dan melon). Pada metode Export

Product Dynamic (EPD) dan Revealed Comparative Advantage (RCA),

menunjukkan bahwa buah yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif

tertinggi di negara tujuan dan dunia adalah buah manggis, mangga, dan jambu.

Ekspor buah Indonesia yang kehilangan kesempatan dalam bersaing di negara

tujuan adalah stroberi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang

memengaruhi aliran ekspor buah Indonesia ke negara tujuan, antara lain: harga

ekspor, populasi, jarak ekonomi, GDP riil dan per kapita, nilai tukar riil, indeks

harga konsumen Indonesia, dan variabel dummy krisis yang terjadi di Eropa.

Dibandingkan dengan beberapa penelitian sebelumnya, penelitian ini

memiliki perbedaan dalam variabel yang digunakan, pendekatan, maupun

komoditas dan negara yang dikaji. Dalam penelitian Pradipta, A (2014) memiliki

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

25 

kesamaan dalam penggunaan teknik analisis Revealed Comparative Advantage

(RCA) dan Gravity Model, namun berbeda pada komoditas yang di teliti dan

penggunaan variabel dummy. Penelitian Saptanto, S (2011) dan Natalia, D (2012)

hanya meneliti tentang daya saing menggunakan analisis Revealed Comparative

Advantage (RCA), sedangkan Soraya, B (2013) hanya berfokus pada analisis

Gravity Model untuk ekspor komoditas karet Indonesia. Pada penelitian Saptanto,

S (2011) meneliti tentang komoditas perikanan, sedangkan dalam penelitian ini

lebih berfokus pada komoditas udang dengan HS 030613 (udang beku) dan HS

030623 (udang segar).

2.3 Hipotesis dan Model analisis

2.3.1 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah, landasan teori serta penelitian terdahulu,

maka hipotesis yang dapat disusun dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. GDP per kapita riil Indonesia memiliki pengaruh negatif dan signifikan

terhadap ekspor komoditas udang Indonesia di negara importir utama.

2. GDP per kapita riil negara importir memiliki pengaruh positif dan

signifikan terhadap ekspor komoditas udang Indonesia di negara importir

utama.

3. Harga ekspor memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor

komoditas udang Indonesia di negara importir utama.

4. Populasi negara importir memiliki pengaruh positif dan signifikan

terhadap ekspor komoditas udang Indonesia di negara importir utama.

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

26 

5. Jarak ekonomi memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap ekspor

komoditas udang Indonesia di negara importir utama.

2.3.2. Model Analisis

Penelitian ini menggunakan model ekonometri regresi data panel Gravity

Model. Pada model ini terdapat variabel GDP per kapita riil dan jarak ekonomi,

yang penting untuk menghitung besar perdagangan bilateral antara kedua negara.

Estimasi model ditransformasikan kedalam bentuk ln (logaritma natural) agar

dapat memenuhi uji asumsi klasik, menghindari bias, mengatasi permasalahan

heteroskedastisitas, dan normalitas. Model ekonometri yang sudah

ditransformasikan adalah sebagai berikut:

ln(Expijt) = ß0 + ß1ln(GDPiit) + ß2ln(GDPjjt) + ß3ln(Priceijt) + ß4ln(Popjt) +

ß5ln(Distij) + ɛ ijt………………………………..………………(2.5)

Dimana:

Expijt = Nilai ekspor komoditas udang (i) Indonesia ke negara j pada tahun t

GDPiit = GDP per kapita riil negara (i) Indonesia pada tahun t

GDPjjt = GDP per kapita riil negara j pada tahun t

Priceijt = Harga ekspor komoditas udang (i) Indonesia ke negara j pada tahun t

Popjt = Populasi negara j pada tahun t

Distij = Jarak ekonomi antara negara (i) Indonesia dengan negara j

ɛ ijt = Error term

ß0 = Konstanta

ß = Parameter yang diduga (n= 1, 2, ..., 5)

ln = Logaritma natural

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

27 

2.4 Kerangka Berfikir

Sektor perikanan Indonesia memiliki pangsa pasar yang cukup besar diluar

negeri, terutama pada komoditas udang. Liberalisasi perdagangan menyebabkan

munculnya banyak negara pesaing dalam ekspor komoditas udang. Sehingga

menyebabkan iklim persaingan yang dihadapi Indonesia semakin tinggi. Selain

itu, perbedaan karakteristik dari negara mitra dagang juga dapat mempengaruhi

ekspor komoditas udang Indonesia. Berdasarkan skema pada Gambar 2.1,

penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana tingkat daya saing komoditas

udang Indonesia berdasarkan keunggulan komparatif, yang diukur menggunakan

teknik analisis Revealed Comparative Advantage (RCA). Nilai RCA yang lebih

besar dari satu menunjukkan bahwa ekspor komoditas udang Indonesia memiliki

keunggulan komparatif atau berdaya saing kuat.

Selain itu juga dilakukan analisis menggunakan regresi data panel Gravity

Model untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ekspor

komoditas udang Indonesia di negara importir utama. Penelitian ini menggunakan

nilai ekspor sebagai variabel dependen dan lima variabel independen. Dimana

GDP per kapita riil Indonesia berpengaruh negatif terhadap ekspor komoditas

udang Indonesia. karena kenaikan GDP per kapita riil negara asal, akan

meningkatkan daya beli masyarakat negara tersebut. Sehingga produknya akan

lebih banyak di konsumsi di dalam negeri dibandingkan ekspor.

GDP per kapita riil negara importir berpengaruh posistif terhadap ekspor

komoditas udang Indonesia. Bagi barang normal, semakin besar GDP per kapita

riil negara importir maka akan meningkatkan daya beli negara tersebut. Sehingga

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

28 

konsumsi terhadap barang dan jasa tersebut menjadi tinggi. Sebaliknya, ketika

GDP per kapita riil negara importir menurun, maka konsumen tidak akan

menambah jumlah barang yang dibeli dan cenderung menurun.

Harga ekspor berpengaruh positif terhadap ekspor udang Indonesia, yang

berarti bahwa jika terjadi peningkatan pada harga ekspor maka akan

meningkatkan ekspor udang Indonesia. Hal ini karena adanya ketergantungan

negara importir terhadap komoditas udang Indonesia. Ketika produksi dalam

negeri tidak dapat mencukupi kebutuhan konsumsi dalam negeri, maka impor

terhadap komoditas udang Indonesia akan tetap terjadi pada level harga yang

tinggi sekalipun. Sehingga harga komodita sudang bersifat inelastis.

Populasi atau jumlah penduduk memiliki hubungan positif terhadap ekspor

komoditas udang Indonesia. Jumlah penduduk merupakan input potensial yang

dapat digunakan sebagai faktor produksi. Jumlah penduduk yang besar di negara

tujuan ekspor, dapat menjadi potensi untuk pasar dari suatu komoditas.

Pertambahan jumlah penduduk ini akan menyebabkan permintaan domestik

bertambah besar, dan ketika negara tersebut tidak mampu memenuhi seluruh

permintaan domestik maka negara tersebut harus mengimpor dari negara lainnya.

Hubungan antara jarak ekonomi yang diindikasikan sebagai wakil dari

biaya transportasi, terhadap ekspor udang Indonesia adalah negatif. Hal ini

menunjukkan bahwa perdagangan antar negara dihalangi oleh lokasi geografis

masing-masing negara dimana semakin jauh jarak dengan negara importir akan

menyebabkan menurunnya ekspor udang Indonesia.

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

29 

Perdagangan Internasional

Analisis Daya Saing Ekspor


Komoditas Udang Indonesia

Gravity Model Keunggulan


Komparatif

Revealed
Comparative
GDP GDP Harga Populasi Jarak Advantage
Indonesia Importir Ekspor Importir Ekonomi
 

Nilai Ekspor Komoditas


Udang Indonesia

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan dua teknik analisis

yaitu: Revealed Comparative Advantage (RCA), yang digunakan untuk

menganalisis keunggulan komparatif ekspor komoditas udang Indonesia. Proses

pengolahan data menggunakan Microsoft Excel 2013. Teknik analisis kedua,

menggunakan regresi data panel Gravity Model untuk menganalisis faktor-faktor

yang mempengaruhi ekspor komoditas udang Indonesia dengan variabel dependen

nilai ekspor dan variabel independen yaitu: GDP perkapita riil, harga ekspor,

populasi negara importir dan jarak ekonomi selama periode tahun 2007-2014.

Regresi data panel tersebut diolah dengan menggunakan program Stata 13.

3.2 Identifikasi Variabel

Secara operasional variabel penelitian ini di definisikan sebagai berikut:

1. Variabel terikat: Nilai Ekspor (Exp)

2. Variabel bebas:

a. GDP Perkapita Riil (GDP)

b. Harga Ekspor (Price)

c. Populasi Negara Importir (Pop)

d. Jarak Ekonomi (Dist)

30 

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

31 

3.3 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah pengertian secara operasional mengenai

variabel-variabel yang digunakan dalam analisis, antara lain:

1. Nilai Ekspor (Exp)

Merupakan total nilai ekspor dari perdagangan komoditas udang

Indonesia dengan negara importir utama yaitu: Amerika Serikat, Jepang,

China, Inggris, dan Perancis. Nilai Ekspor komoditas udang diambil

berdasarkan Harmonized System (HS) 1996 dengan kode HS enam digit

030613 (udang beku) dan 030623 (udang segar) yang diperoleh dari United

Nation Comtrade Database, dinyatakan dalam satuan US$/ton, namun

kemudian di transformasikan kedalam bentuk logaritma natural (ln).

2. GDP Per Kapita Riil (GDP)

GDP per kapita riil menggambarkan ukuran daya beli masyarakat

terhadap barang dan jasa suatu negara. Dalam penelitian ini menggunakan

GDP perkapita riil dari negara Indonesia dan negara importir dengan

memakai tahun dasar 2010 dalam satuan US$, namun kemudian di

transformasikan kedalam bentuk logaritma natural (ln).

3. Harga Ekspor (Price)

Harga ekspor merupakan harga jual komoditas udang yang

didasarkan pada biaya produksi hingga siap di ekspor ke pasar internasional.

Dihitung berdasarkan hasil bagi antara nilai ekspor dengan volume ekspor

dalam satuan US$/kg, namun dalam penelitian ini di transformasikan

kedalam bentuk logaritma natural (ln).

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

32 

4. Populasi Negara Importir (Pop)

Populasi atau jumlah penduduk adalah orang yang tinggal menetap

di dalam wilayah suatu negara. Negara dengan jumlah penduduk yang besar

dapat menjadi pasar potensial bagi suatu komoditas. Data populasi yang

digunakan pada penelitian ini adalah jumlah penduduk negara importir,

dengan satuan (jiwa). Akan tetapi dalam penelitian ini di transformasikan

kedalam bentuk logaritma natural (ln).

5. Jarak Ekonomi (Dist)

Variabel jarak ekonomi disini merupakan pengukuran jarak

geografis antara negara Indonesia dengan negara importir dalam satuan

kilometer, dikali perbandingan GDP total negara importir dengan jumlah

GDP total dari kelima negara importir utama, yang kemudian di

transformasikan kedalam bentuk logaritma natural (ln).

3.4 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder dan

merupakan data panel yang menggabungkan antara data time series dan cross

section. Data time series yang digunakan adalah dari periode tahun 2007-2014,

sedangkan data cross section yang diteliti berasal dari lima negara importir utama

komoditas udang Indonesia, yaitu: Amerika Serikat, Jepang, China, Inggris, dan

Perancis. Adapun data dalam penelitian ini diperoleh secara online dari berbagai

sumber, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Data nilai ekspor komoditas udang Indonesia diperoleh dari: United Nation

Comtrade.

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

33 

2. Data GDP per kapita riil Indonesia dan negara importir diperoleh dari: World

Development Indicator (WDI).

3. Data harga ekspor komoditas udang Indonesia diperoleh dari: United Nation

Comtrade.

4. Data Populasi negara importir diperoleh dari: World Development Indicator

(WDI).

5. Data jarak ekonomi antar dua negara diperoleh dari: Geo Data Source

3.5 Prosedur Pengumpulan Data

Dalam Proses pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini

dilakukan dengan metode sebagai berikut:

1. Penelitian dokumentasi

Metode ini dilakukan dengan mengumpulkan data yang berhubungan dengan

penelitian secara online melalui website UN Comtrade, World Development

Indicator (WDI), Geo Data Source, dan lainnya.

2. Studi kepustakaan

Membaca berbagai literatur seperti textbook dan jurnal yang digunakan sebagai

bahan acuan untuk membuat model analisis dan hipotesis dalam penelitian ini.

3.6 Teknik Analisis

Penelitian ini menggunakan dua teknik analisis kuantitatif berupa perhitungan

nilai indeks Revealed Comparative Advantage (RCA) untuk mengetahui

keunggulan komparatif komoditas udang Indonesia ke negara importir utama dan

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

34 

analisis regresi data panel dengan Gravity Model yang bertujuan untuk memperoleh

hasil estimasi parameter dari model yang digunakan.

3.6.1. Metode Revealed Comparative Advantage (RCA)

Index yang diperkenalkan oleh Balassa (1965) ini digunakan untuk

mengukur keunggulan komparatif komoditas tertentu pada suatu negara dengan

mengevaluasi peranan ekspor komoditas tertentu dalam total ekspor suatu negara

dibandingkan dengan pangsa pasar komoditas tersebut dalam perdagangan

internasional. Secara matematis, rumus RCA adalah sebagai berikut :

….…………………………………………………..……. (3.1)

Dimana :

Xij = Nilai ekspor Indonesia untuk komoditi i ke negara importir utama

Xt = Nilai total ekspor Indonesia ke negara importir utama

Wij = Nilai ekspor dunia untuk komoditi i ke negara importir utama

Wt = Nilai total ekspor dunia ke negara importir utama

Jika nilai RCA lebih besar dari satu, maka suatu negara memiliki

keunggulan komparatif diatas rata-rata dunia sehingga komoditi tersebut berdaya

saing kuat. Sebaliknya, jika nilai RCA kurang dari satu, maka suatu negara

memiliki keunggulan komparatif di bawah rata-rata dunia sehingga komoditi

tersebut berdaya saing lemah. Dari persamaan nilai RCA dapat diperoleh nilai

indeks RCA, yaitu nilai yang menunjukkan pertumbuhan keunggulan komparatif

suatu komoditas pada tiap periode. Rumus menghitung indeks RCA adalah sebagai

berikut:

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

35 

RCA index = ( RCAt ) / ( RCAt-1 )………………………………….……….... (3.2)

Jika nilai indeks RCA lebih besar dari satu, maka daya saing komoditas dari negara

tesebut mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Sebaliknya, apabila nilai indeks RCA kurang dari satu, menunjukkan bahwa

komoditas dari negara tersebut, daya saingnya menurun dari tahun sebelumnya.

3.6.2. Metode Regresi Data Panel

Analisis regresi digunakan untuk memahami variabel bebas (independen)

mana saja yang berhubungan dengan variabel terikat (dependen). Data panel

merupakan gabungan dari data silang (cross section) yang terdiri dari atas beberapa

atau banyak objek, sering disebut responden dengan beberapa jenis data dalam

suatu periode waktu tertentu dan data runtun waktu (time series) yang meliputi satu

objek tetapi meliputi beberapa periode (harian, bulanan, kuartalan, atau tahunan),

sehingga memiliki jumlah observasi yang lebih banyak. Ketika digabungkan

menjadi pool data hasil regresi data panel cenderung lebih baik dibanding regresi

yang hanya menggunakan data cross section atau time series saja.

Terdapat beberapa macam jenis data panel yaitu: panel seimbang (balanced

panel) ketika masing-masing subjek memiliki jumlah observasi yang sama. Jika

masing-masing subjek memiliki jumlah observasi yang berbeda maka disebut panel

tidak seimbang (unbalanced panel).Selain itu juga terdapat jenis panel pendek dan

panel panjang. Dalam panel pendek, jumlah cross section (N) lebih besar daripada

periode waktu (T). Sedangkan dalam panel panjang, jumlah (T) lebih besar daripada

jumlah (N).

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

36 

Keuntungan-keuntungan menggunakan analisis regresi data panel adalah

memperoleh hasil estimasi yang lebih baik yaitu: mengurangi kolinearitas antar

variabel, meningkatkan derajat kebebasan (degree of freedom), mampu mengontrol

heterogenitas individu, dan membangun model yang lebih kompleks. Kelemahan

data panel adalah terdapat kesulitan dalam proses spesifikasi modelnya. Akan

terdapat tiga tipe kemungkinan residual, yaitu residual time series, cross section,

atau gabungan dari keduanya (Gujarati, 2003). Terdapat beberapa pendekatan untuk

analisis model data panel yaitu, Pooled Least Square (PLS), Fixed Effect Model

(FEM), dan Random Effect Model (REM). Pada umumnya model regresi data panel

data dituliskan sebagai berikut:

Yit = α + βXit + εit ………………………………..……………….………...... (3.3)

Dimana:

Yit : nilai variabel terikat (dependent variabel) pada unit observasi ke-i dan
waktu ke-t.
Xit : nilai variabel bebas (independent variabel) pada unit observasi ke-i dan
waktu ke-t.
α : parameter intercept atau titik potong sumbu tegak Y.
β : koefisien kemiringan (slope)
εit : komponen error pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t.

3.6.2.1 Pooled Least Square (PLS)

Metode kuadrat terkecil ini merupakan pendekatan yang paling sederhana

dalam pengolahan data panel yaitu menggabungkan seluruh data time series dan

cross section. Model tersebut kemudian diestimasi dengan Ordinary Least Square

(OLS). Model untuk teknik regresi ini adalah sebagai berikut:

Yit = β1 + β2X2it + β3X3it + … +βnXnit + u it ………………………………..... (3.4)

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

37 

Kekurangan pendekatan ini adalah mengasumsikan perilaku data antar objek

penelitian adalah sama dalam berbagai kurun waktu atau mengabaikan dimensi

individu dan waktu.

3.6.2.2 Fixed Effect Model (FEM)

Pendekatan Fixed Effect Model memperhitungkan adanya omitted variables

yang menyebabkan perubahan pada intercept data time series maupun cross

section. Variabel dummy ditambahkan kedalam model ini untuk untuk mengetahui

adanya perbedaan intercept. Menurut Gujarati (2003) model data panel dengan

pendekatan fixed effect adalah sebagai beriku:

Yit = α1 + α2D2 + … + αnDn + β2X2it + β3X3it … +βnXnit + u it......................... (3.5)

Kelemahan pendekatan ini adalah berkurangnya derajat kebebasan (degree of

freedom) yang pada akhirnya mengurangi efisiensi parameter.

3.6.2.3 Random Effect Model (REM)

Pendekatan Random Effect Model mengestimasi data panel di mana variabel

gangguan mungkin saling berhubungan antar data time series dan cross section,

yaitu dengan menambahkan variabel gangguan (error terms) untuk memperbaiki

proses least square. Model data panel dengan pendekatan random effect model

(REM) menurut Gujarati (2003) adalah sebagai berikut:

Yit = β1 + β2X2it + … +βnXnit + ɛ it + u it …………………..………..……….. (3.6)

Teknik metode Ordinary Least Square (OLS) tidak dapat digunakan untuk

mendapatkan estimator yang efisien dalam pendekatan ini, sehingga digunakan

metode Generalized Least Square (GLS) (Widarjono, 2006). 

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

38 

3.6.3 Pemilihan Model Estimasi Regresi Data Panel

Terdapat tiga uji dalam memilih teknik estimasi regresi data panel yang

paling tepat. Pertama adalah uji Chow untuk memilih antara model Pooled Least

Square (PLS) atau Fixed Effect Model (FEM). Selanjutnya untuk memilih antara

model Fixed Effect Model (FEM), atau Random Effect Model (REM),

menggunakan uji Haussman. Terakhir, menggunakan uji Lagrange Multipliel (LM)

untuk memilih antara model Pooled Least Square (PLS) atau Random Effect Model

(REM).

3.6.3.1 Uji Chow (Chow Test)

Uji Chow atau uji F teretriksi (restricted F test) yang mengikuti distribusi

F-statistik, merupakan uji perbedaan dua regresi untuk mengetahui apakah teknik

regresi Fixed Effect Model lebih baik daripada Pooled Least Square dengan cara

melihat Residual Sum of Square (RSS) sebagai berikut:

/
F= ………………………….…………………………...……...(3.7)
/

Dimana :

R2r : R2 model PLS

R2ur : R2 model FEM

m : jumlah restricted variabel

n : jumlah sampel

k : jumlah variabel penjelas

Hipotesis dari uji Chow statistik adalah sebagai berikut:

H0 : Model Pooled Least Square (restricted)

H1 : Model Fixed Effect Model (unrestricted)

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

39 

Hasil hipotesis:

- H0 ditolak jika nilai F hitung > F tabel pada tingkat kepercayaan tertentu /

α (1%, 5%, 10%), sehingga H1 diterima dan metode yang digunakan untuk

teknik estimasi adalah Fixed Effect Model

- H0 diterima jika nilai F hitung < F tabel pada tingkat kepercayaan tertentu /

α (1%, 5%, 10%), sehingga H1 ditolak dan metode yang digunakan untuk

teknik estimasi adalah Random Effect Model.

3.6.3.2 Uji Hausman (Hausman Test)

Uji ini digunakan untuk memilih model yang tepat antara Random Effect

Model dengan model Fixed Effect Model.

Hipotesis dari uji Hausman adalah sebagai berikut:

H0 : Fixed Effect Model

H1 : Random Effect Model

Hasil hipotesis:

- H0 ditolak apabila nilai probabilitas cross section chi-square < tingkat

kepercayaan tertentu ( α ), sehingga H1 diterima dan metode yang digunakan

untuk teknik estimasi adalah Fixed Effect Model

- H0 diterima apabila nilai probabilitas cross section chi-square > tingkat

kepercayaan tertentu ( α ), sehingga H1 ditolak dan metode yang digunakan

untuk teknik estimasi adalah Random Effect Model

3.6.3.3 Uji Lagrange Multiplier (LM Test)

Uji ini digunakan untuk memilih model yang tepat antara Pooled Least

Square dengan model Random Effect Model. Pengujian LM test dapat dilakukan

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

40 

dengan membandingkan nilai probabilitas Chi-square terhadap tingkat keyakinan

(α) 1%, 5%, atau 10%.

Hipotesis dari uji Lagrange Multiplier adalah sebagai berikut:

H0 : Pooled Least Square

H1 : Random Effect Model

Hasil hipotesis:

- H0 ditolak apabila nilai LM test < nilai chi-square, sehingga H1 diterima dan

metode yang digunakan untuk teknik estimasi adalah Random Effect Model

- H0 diterima apabila nilai LM test > nilai chi-square, sehingga H1 ditolak dan

metode yang digunakan untuk teknik estimasi adalah Pooled Least Square

3.6.4 Pengujian statistik

3.6.4.1 Uji F-Statistik (uji simultan)

Uji F-statistik merupakan pengujian terhadap model secara keseluruhan (uji

simultan). Uji ini dilakukan untuk menguji signifikansi dari seluruh variabel

independen yang terdapat dalam model secara bersama-sama dalam mempengaruhi

variabel dependen. Hipotesis nol dari uji F-statistik adalah sebagai berikut:

H0 : β1 = β2 = β3 = β4 = 0, variabel independen tersebut secara


bersama-sama tidak mampu menerangkan variabel dependen.
H1 : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4 ≠ 0, variabel independen secara bersama-sama
mampu menerangkan variabel dependen secara signifikan.
Hasil hipotesis

- H0 ditolak dan H1 diterima apabila F hitung > F tabel, sehingga variabel

independen secara bersama-sama mampu menerangkan variabel dependen

secara signifikan.

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

41 

- H0 diterima dan H1 ditolak apabila nilai F hitung < F tabel, sehingga variabel

independen secara bersama-sama tidak mampu menerangkan variabel

dependen (Gujarati, 2003).

3.6.4.2 Uji t-statistik (uji parsial)

Uji t-statistik atau secara parsial ini digunakan untuk mengetahui apakah

masing-masing variabel independen secara sendiri-sendiri mempunyai pengaruh

secara signifikan terhadap variabel dependen, dengan asumsi variabel independen

lainnya konstan. Dengan kata lain, untuk mengetahui apakah masing-masing

variabel independen dapat menjelaskan perubahan yang terjadi pada variabel

dependen secara nyata. Hipotesis nol dari Uji t-statistik adalah sebagai berikut:

H0 : β1 = 0, variabel independen secara individual tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap variabel dependen.

H1 : β1 ≠ 0, variabel independen secara individual berpengaruh secara

signifikan terhadap variabel dependen.

Hasil hipotesis

- H0 ditolak dan H1 diterima apabila nilai t hitung > t tabel, sehingga terdapat

pengaruh secara signifikan antara variabel independen terhadap variabel

dependen.

- H0 diterima dan H1 ditolak apabila nilai t hitung < t tabel, sehingga tidak

terdapat pengaruh secara signifikan antara variabel independen terhadap

variabel dependen.

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Subyek dan Objek Penelitian

4.1.1 Perkembangan Produksi dan Ekspor Komoditas Udang Indonesia

Udang merupakan salah satu jenis komoditas perikanan yang menjadi

ekspor andalan karena memiliki nilai ekonomi tinggi. Jenis komoditas udang yang

menjadi ekspor andalan Indonesia adalah udang windu dan udang vannamei.

Udang vannamei (Litopenaeus vannamei) merupakan jenis udang yang

dikembangkan secara intensif dan tahan terhadap serangan penyakit, sehingga

diminati di pasar Amerika Serikat. Udang windu (Panaeus monodon) merupakan

udang asli Indonesia yang dapat dikembangkan dengan teknologi sederhana dan

memiliki tingkat pertumbuhan yang cepat dengan ukuran tubuh yang besar. Jenis

udang ini biasanya diekspor ke negara Jepang dan Eropa (KKP, 2016).

Tabel 4.1
Perkembangan Produksi dan Ekspor Komoditas Udang Indonesia

Tahun
Komoditi
2010 2011 2012 2013 2014
Volume Produksi (ton) 380.972 401.154 415.703 638.955 592.219
Udang Windu 125.519 126.157 117.888 171.583 126.595
Udang Vaname 206.578 246.420 251.763 390.278 411.729
Udang Lainnya 48.875 28.577 46.052 77.094 53.895
Volume Ekspor (ton)
Udang 145.092 158.062 162.068 162.410 141.042
Sumber: Kementerian kelautan dan Perikanan (KKP), tahun 2016

42 

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

43 

Berdasarkan data pada tabel 4.1, terlihat bahwa produksi komoditas udang

windu dan jenis udang lainnnya mengalami penurunan pada tahun 2014.

Penurunan ini diimbangi oleh peningkatan produksi udang vannamei dari tahun

sebelumnya. Volume produksi komoditas udang vannamei Indonesia menunjukan

tren yang positif selama lima tahun terakhir. Berdasarkan data KKP (2016),

komposisi ekspor komoditas udang Indonesia sebesar 70.6 persen adalah dalam

bentuk beku, dengan nilai ekspor sebesar 1.7 miliar US$. Untuk ekspor udang

dalam bentuk olahan hanya sebesar 27.9 persen, sedangkan sisanya sebesar 1.5

persen adalah berbentuk udang segar.

Komoditas udang memberikan kontribusi devisa yang besar dan juga

menempatkan Indonesia sebagai negara produsen udang terbesar di ASEAN pada

tahun 2014, dengan produksi udang sebesar 592 ribu ton. Negara Vietnam berada

di posisi kedua dengan produksi udang sebesar 569 ribu ton. Di posisi ketiga

adalah Thailand dengan produksi sebanyak 220 ribu ton. Selanjutnya terdapat

Filipina dan Myanmar dengan produksi udang masing-masing sebesar 75 ribu ton

dan 53 ribu ton. Dengan tingginya kapasitas produksi tersebut, menjadikan

Indonesia dapat mengekspor komoditas udang lebih banyak dibanding negara lain

(KKP, 2016).

4.1.2 Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Udang Indonesia di Negara


Importir Utama Periode Tahun 2007-2014

Selama periode penelitian tahun 2007-2014 ekspor komoditas udang

Indonesia mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Grafik 4.1 di bawah ini,

memperlihatkan perkembangan nilai ekspor dari komoditas udang Indonesia di

negara importir utama. nilai ekspor tersebut merupakan gabungan dari HS 030613

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

44 

(udang beku) dan HS 030623 (udang segar). Amerika Serikat menjadi negara

importir terbesar bagi komoditas udang Indonesia, yaitu sebanyak 83 ribu ton atau

sebesar 990 juta US$ pada tahun 2014. Negara importir terbesar kedua adalah

Jepang dengan jumlah impor sebesar 26 ribu ton udang atau setara dengan 358

juta US$. Selanjutnya adalah kawasan Eropa dengan jumlah impor sebesar 16 ribu

ton udang yang setara dengan 154 juta US$. Posisi keempat adalah negara China

dengan jumlah impor sebesar 3 ribu ton udang atau setara dengan 24 juta US$.

Sumber: UN Comtrade, 2016

Grafik 4.1
Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Udang Indonesia di
Negara Importir Utama Periode Tahun 2007-2014
Perkembangan nilai ekspor komoditas udang Indonesia di Amerika Serikat

selama periode tahun 2007 sampai 2014 menunjukkan nilai yang cenderung

meningkat, meskipun sempat mengalami penurunan pada tahun 2009 sebesar

23.30 persen dibandingkan tahun sebelumnya dan merupakan nilai ekspor

terendah yaitu sebesar 285 juta US$. Komoditas udang Indonesia mencapai nilai

ekspor tertinggi di Amerika Serikat pada tahun 2014 sebesar 990 juta US$.

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

45 

Ekspor komoditas udang Indonesia di Jepang juga mengalami fluktuasi dari tahun

ke tahun. Nilai ekspor terendah terjadi di tahun 2009 sebesar 291 juta US$ dan

nilai ekspor tertinggi sebesar 397 juta US$ pada tahun 2014. Untuk negara China,

nilai ekspor komoditas udang Indonesia cukup rendah yaitu hanya sekitar 6 juta

US$ pada tahun 2007. Pada tahun 2008 nilai ekspor komoditas udang Indonesia

meningkat tajam menjadi 22 juta US$ meskipun harus kembali turun di tahun

2009 menjadi 7 juta US$. Peningkatan tajam kembali terjadi pada tahun 2014

menjadi sebesar 24 juta US$.

Di pasar Inggris, ekspor komoditas udang Indonesia mengalami fluktuasi

yang tajam dan cenderung menurun di sepanjang periode penelitian 2007-2014.

Nilai ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2007 sebesar 47 juta US$ dan terus

menurun menjadi sebesar 15 juta US$ pada tahun 2012. Meski sempat naik

menjadi 32 juta US$ di tahun 2013, tapi nilai itu kembali menurun di tahun 2014

menjadi sebesar 28 juta US$. Nilai ekspor komoditas udang Indonesia di Perancis

juga cenderung menurun. Dengan nilai ekspor tertinggi sebesar 16 juta US$ di

tahun 2009, meskipun harus menurun hanya menjadi sebesar 8 juta US$ di tahun

2014. Nilai ekspor terendah komoditas udang Indonesia di Perancis terjadi pada

tahun 2007 yaitu sebesar 6 juta US$.

4.1.3 Perkembangan GDP Per Kapita Riil di Indonesia dan Negara Importir
Utama Periode Tahun 2007-2014
GDP per kapita menjadi salah satu indikator yang mencerminkan tingkat

kesejahteraan dan ukuran daya beli masyarakat suatu negara terhadap barang dan

jasa. Perekonomian suatu negara dikatakan berkembang apabila pendapatan per

kapitanya mengalami peningkatan dalam jangka panjang. Grafik 4.2 di bawah ini

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

46 

menunjukkan perkembangan GDP per kapita riil negara Indonesia dan negara

importir utama ekspor komoditas udang Indonesia:

Sumber: UN Comtrade, 2016

Grafik 4.2
Perkembangan GDP Per Kapita Riil Negara Indonesia dan
Negara Importir Utama Periode Tahun 2007-2014

GDP per kapita riil Amerika Serikat merupakan yang tertinggi diantara

semua negara dalam penelitian ini, yaitu sebesar 49979.5 US$ di tahun 2007

menjadi 51486.4 US$ di tahun 2014. Setelah itu adalah negara Jepang dengan

GDP per kapita sebesar 43882.8 US$ pada tahun 2007 menjadi 44656.8 US$ pada

tahun 2014, kemudian Perancis sebesar 41699.17 US$ pada tahun 2007 menjadi

41329.92 US$ di tahun 2014, dan Inggris sebesar 40477.88 US$ pada tahun 2007

menjadi 40933.46 di tahun 2014. Untuk GDP per kapita riil terendah dalam

penelitian ini adalah negara Indonesia yaitu sebesar 2758.81 US$ di tahun 2007

dan menjadi 3834.05 US$ di tahun 2014. Pada tahun 2008-2009 pertumbuhan

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

47 

GDP per kapita yang negatif dialami oleh hampir semua negara dalam penelitian

ini akibat adanya krisis ekonomi dunia, kecuali China yang mengalami

pertumbuhan GDP per kapita sebesar 8.48 persen dan Indonesia sebesar 3.21

persen.

Dampak krisis paling parah dialami oleh Jepang yg mengalami penurunan

GDP perkapita sebesar 5.67 persen dan Inggris sebesar 5.04 persen. Untuk

Amerika Serikat, mengalami penurunan GDP per kapita sebesar 3.69 persen dan

penurunan sebesar 3.50 persen dialami Perancis pada tahun 2008-2009. Secara

umum, GDP per kapita negara importir utama komoditas udang Indonesia

mengalami peningkatan dari tahun 2007 sampai 2014. Pertumbuhan GDP per

kapita tertinggi dialami oleh Amerika Serikat dengan rata-rata pertumbuhan 2.38

persen per tahun dari 49979.53 US$ pada tahun 2007 menjadi 51486.41 US$ pada

tahun 2014.

Setelah itu adalah negara Jepang yang mempunyai pertumbuhan GDP per

kapita rata-rata 2.37 persen per tahun, disusul oleh Perancis sebesar 2.36 persen

per tahun, dan Inggris sebesar 2.35 persen per tahun. Pertumbuhan GDP per

kapita negara importir utama yang terendah adalah China sebesar 2.13 persen per

tahun. Untuk Indonesia sendiri pertumbuhan GDP per kapitanya cukup rendah

yaitu sebesar 2.08 persen per tahun.

4.1.4 Perkembangan Harga Ekspor Komoditas Udang Indonesia di Negara


Importir Utama Periode Tahun 2007-2014
Harga ekspor komoditas udang Indonesia di negara importir utama relatif

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Harga ekspor pada Grafik 4.3 di

bawah ini, berasal dari pembagian nilai ekspor dengan volume ekspor komoditas

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

48 

udang Indonesia. Harga ekpor termurah terdapat di negara China dengan harga

rata-rata sebesar 4.7 US$/Kg, sedangkan harga ekspor komoditas udang Indonesia

termahal berada di negara Jepang dengan harga rata-rata sebesar 10.6 US$/Kg.

Pada tahun 2009, harga ekspor komoditas udang Indonesia mengalami penurunan

hampir di semua negara importir utama akibat adanya krisis ekonomi Dunia

meskipun tidak terlalu signifikan. Di pasar Jepang, harga ekspor komoditas udang

Indonesia relatif stabil dan tidak terpengaruh dengan adanya krisis ekonomi yang

terjadi. Penurunan harga ekspor komoditas udang Indonesia yang tertinggi terjadi

di China, dari 5.4 US$/Kg menjadi sebesar 4.6 US$/Kg atau sebesar 14.57 persen

pada tahun 2009 dan menurun kembali sebesar 35.90 persen menjadi 3.2 US$/Kg

di tahun 2010. Harga ekspor kembali mengalami peningkatan di tahun berikutnya.

Sumber: UN Comtrade, 2016

Grafik 4.3
Perkembangan Harga Ekspor Komoditas Udang Indonesia
di Negara Importir Utama Periode Tahun 2007-2014

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

49 

4.1.5 Perkembangan Populasi Negara Importir Utama Periode Tahun


2007-2014

Sumber: World Development Indicator (WDI), 2016

Grafik 4.4
Perkembangan Populasi Negara Importir Utama
Periode Tahun 2007-2014

Pertambahan populasi atau jumlah penduduk akan meningkatkan

permintaan terhadap suatu komoditas, sehingga dapat disimpulkan bahwa

kegiatan ekspor-impor negara tersebut juga mengalami peningkatan (Lipsey,

1995). Terlihat pada Grafik 4.4 diatas, negara China memiliki jumlah penduduk

tertinggi dibanding keempat negara importir lainnya, yaitu sebanyak 1321.29 juta

jiwa pada tahun 2012 dan bertambah menjadi 1374.62 juta jiwa pada tahun 2014.

Negara dengan jumlah penduduk terbanyak kedua adalah Amerika Serikat dengan

total 301.23 juta jiwa di tahun 2007 dan bertambah hingga 321.56 juta jiwa pada

tahun 2014.

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

50 

Di posisi ketiga adalah negara Jepang dengan jumlah penduduk sebanyak

127.77 juta jiwa dan terus mengalami penurunan setiap tahunnya menjadi hanya

sebanyak 126.82 juta jiwa pada tahun 2014. Perancis dan Inggris memiliki jumlah

penduduk yang hampir sama, yaitu masing-masing sebanyak 63.60 juta jiwa dan

61.06 juta jiwa di tahun 2007. Pada tahun 2014, kedua negara tersebut juga

mengalami kenaikan jumlah penduduk menjadi sebanyak 66.63 juta jiwa di

Perancis dan 65.10 juta jiwa di Inggris.

4.1.6 Jarak Antara Indonesia dan Negara Importir Utama Periode Tahun
2007-2014
Penelitian ini menggunakan jarak ekonomi, yaitu jarak geografis antar

ibukota negara Indonesia dengan negara tujuan ekspor dikalikan dengan

perbandingan antara GDP total negara tujuan ekspor dengan jumlah GDP total

seluruh negara tujuan ekspor yang di teliti. Pada Grafik 4.5 di bawah ini terlihat

bahwa Amerika Serikat mempunyai jarak geografis terjauh dengan Indonesia

yaitu sebesar 16186.38 km dengan jarak ekonomi tertinggi sebesar 4508.25 km

pada tahun 2009.

Negara importir kedua yang memiliki jarak terjauh dengan Indonesia

adalah Inggris, dengan jarak geografis sebesar 11785.59 km dan jarak ekonomi

tertinggi pada tahun 2014 sebesar 2604.85 km. Selanjutnya terdapat negara

Perancis dengan jarak geografis sebesar 11678.75 dan jarak ekonomi tertinggi di

tahun 2009 sebesar 2742.95 km. Di posisi keempat adalah negara Jepang dengan

jarak geografis yang cukup dekat dengan Indonesia yaitu sebasar 5757.48 km dan

jarak ekonomi teritinggi sebesar 1413.99 pada tahun 2010. Terakhir adalah negara

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

51 

China, dengan jarak geografis terdekat dengan Indonesia yaitu sebesar 4090.72

km dengan jarak ekonomi tertinggi sebesar 135.25 km pada tahun 2014.

Sumber: Geo Data Source, 2016. Diolah

Grafik 4.5
Jarak antara Indonesia dengan Negara Importir Utama
Periode Tahun 2007-2014

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui tingkat

daya saing komoditas udang Indonesia berdasarkan keunggulan komparatif di

negara importir utama dengan menggunakan teknik analisis Revealed

Comparative Advantage (RCA), dimana nilai RCA dapat menjelaskan apakah

komoditas udang Indonesia memiliki daya saing yang kuat atau rendah. Penelitian

ini juga menggunakan analisis regresi data panel Gravity Model yang bertujuan

untuk mengetahui pengaruh variabel independen: GDP per kapita riil, harga

ekspor, populasi negara importir dan jarak ekonomi terhadap variabel dependen

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

52 

nilai ekspor komoditas udang Indonesia di negara importir utama (Amerika

Serikat, Jepang, China, Inggris dan Perancis) dalam rentang waktu penelitian dari

tahun 2007-2014. Teknik analisis regresi data panel dengan Gravity model dipilih

karna dalam data yang akan diolah melibatkan variabel jarak. Estimasi regresi

data panel dalam penelitian ini menggunakan 3 model yaitu, Pooled Least Square

(PLS), Fixed Effect Model (FEM), dan Random Effect Model (REM). Untuk

menentukan model terbaik adalah dengan melakukan uji Chow dan uji Hausman.

4.3 Analisis Model dan Pengujian Hipotesis

4.3.1 Analisis Tingkat Daya Saing Udang Indonesia di Negara Importir


Utama periode 2007-2014

Kegiatan perdagangan di pasar internasional tidak hanya dilakukan oleh

dua negara saja, tetapi juga dilakukan oleh negara-negara lain. Hal ini

menyebabkan terjadinya persaingan secara langsung maupun tidak langsung

diantara negara-negara yang terlibat perdagangan, yang biasa disebut sebagai daya

saing. Daya saing merupakan salah satu kriteria yang menentukan keberhasilan

suatu negara di dalam perdagangan internasional. Komoditas udang Indonesia

merupakan salah satu produk perikanan yang menjadi ekspor andalan dan

memiliki nilai ekspor yang tinggi, sehingga perlu diketahui potensi daya saingnya

di negara importir.

Salah satu alat yang digunakan untuk mengetahui tingkat daya saing

berdasarkan keunggulan komparatif adalah dengan menggunakan metode

Revealed Comparative Advantage (RCA). Nilai RCA yang lebih besar dari satu

(RCA > 1) menunjukkan bahwa komoditas yang dianalisis memiliki keunggulan

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

53 

komparatif atau berdaya saing kuat, sehingga dapat difokuskan untuk melakukan

orientasi ekspor. Nilai RCA yang kurang dari satu (RCA < 1) menunjukkan

bahwa komoditas tersebut tidak memiliki keunggulan komparatif atau berdaya

saing lemah, sehingga akan lebih baik untuk tidak berorientasi ekspor. Hasil

estimasi RCA untuk komoditas udang Indonesia di negara importir utama

(Amerika Serikat, Jepang, China, Inggris, dan Perancis) selama periode tahun

2007-2014 adalah sebagai berikut ini:

Tabel 4.2
Hasil Estimasi RCA Komoditas Udang Indonesia di Negara
Importir Utama Periode Tahun 2007-2014
RCA Rata-
Negara
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 rata
Amerika
16.07  18.02 14.39 12.81 15.77 21.33 23.70  26.60  18.58
Serikat
Jepang 4.52  4.63 4.92 4.50 4.17 4.86 5.70  6.24  4.94
China 4.40  17.46 4.66 3.31 4.73 5.04 2.08  6.68  6.04
Inggris 65.06  65.85 41.45 42.60 27.77 17.71 30.81  23.40  39.33
Perancis 7.65  7.01 16.33 10.98 6.74 8.40 9.17  6.88  9.14
Sumber: UN Comtrade (diolah), 2016

Hasil estimasi pada tabel 4.2 diatas menunjukkan rata-rata nilai RCA yang

lebih besar dari satu (RCA > 1). Hal ini mengindikasikan bahwa komoditas udang

Indonesia di negara importir utama memiliki keunggulan komparatif atau berdaya

saing tinggi. Ekspor komoditas udang Indonesia memiliki daya saing kuat di

negara Inggris karna memiliki rata-rata nilai RCA tertinggi dibandingkan keempat

negara lainnya, sebesar 39.33. Meskipun demikian, nilai tersebut terus menurun

jika dibandingkan dengan Amerika serikat yang mengalami kenaikan pasti pada

setiap tahunnya. Potensi terbesar ekspor komoditas udang Indonesia yang kedua

adalah di Amerika Serikat dengan rata-rata nilai RCA sebesar 18.58, diikuti oleh

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

54 

pasar Perancis dengan nilai RCA sebesar 9.14, kemudian pasar China sebesar

6.04. Potensi pasar terendah adalah di negara Jepang dengan rata-rata nilai RCA

hanya sebesar 4.94.

Tabel 4.3
Hasil Estimasi Indeks RCA Komoditas Udang Indonesia di Negara
Importir Utama Periode Tahun 2007-2014
Indeks RCA Rata-
Negara
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 rata
Amerika
0.96  1.12 0.8 0.89 1.23 1.35 1.11  1.12  1.07
Serikat
Jepang 0.82  1.02 1.06 0.92 0.93 1.17 1.17  1.09  1.02
China 0.51  3.97 0.27 0.71 1.43 1.07 0.41  3.21  1.44
Inggris 0.86  1.01 0.63 1.03 0.65 0.64 1.74  0.76  0.91
Perancis 0.85  0.92 2.33 0.67 0.61 1.25 1.09  0.75  1.05
Sumber: UN Comtrade (diolah), 2016

Jika dilihat secara keseluruhan pada tabel 4.3, terdapat nilai indeks RCA

yang kurang dari satu (Indeks RCA < 1) di setiap negara importir utama selama

periode penelitian, akan tetapi jika dilihat dari rata-rata nilai indeks RCA di

negara importir utama adalah lebih besar dari satu (Indeks RCA > 1), kecuali

untuk negara Inggris. Rata-rata nilai indeks RCA yang lebih besar dari satu

mengindikasikan bahwa di sepanjang tahun penelitian terjadi perbaikan kinerja

ekspor untuk komoditas udang Indonesia di lima negara importir utama. Inggris

yang memiliki rata-rata nilai indeks RCA kurang dari satu yaitu sebesar 0.91,

menunjukkan bahwa tidak terjadi perbaikan kinerja ekspor dari tahun sebelumnya

untuk komoditas udang Indonesia di pasar negara tersebut.

Pada Grafik 4.6 di bawah ini, terlihat nilai indeks RCA komoditas udang

Indonesia mengalami perkembangan yang fluktuatif di pasar Amerika Serikat

selama periode tahun 2007 hingga 2014. Pada tahun 2007 Indonesia memiliki

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

55 

nilai indeks RCA sebesar 0.96. Nilai tersebut meningkat di tahun 2008 menjadi

sebesar 1.12 dimana hal ini menunjukkan bahwa komoditas udang Indonesia

mengalami perbaikan kinerja ekspor di pasar Amerika Serikat. Akan tetapi dua

tahun berturut-turut setelahnya nilai indeks RCA udang Indonesia menurun

kembali menjadi sebesar 0.80 di tahun 2009 dan 0.89 pada tahun 2010. Sejak

tahun 2011 nilai indeks RCA komoditas udang Indonesia terus mengalami

peningkatan sebesar 1.25 dan mengalami masa terbaiknya pada tahun 2012

dengan capaian nilai indeks RCA sebesar 1.35, meskipun harus kembali menurun

pada dua tahun berikutnya yaitu sebesar 1.11 pada tahun 2013 dan 1.12 di tahun

2014. Jika menggunakan titik pencapaian Indeks RCA tertinggi pada tahun 2012,

maka kinerja ekpor komoditas udang Indonesia di pasar Amerika Serikat

mengalami penurunan meskipun tetap memiliki keunggulan komparatif.

Sumber: Hasil Perhitungan Excel 2013

Grafik 4.6
Perkembangan Indeks RCA Komoditas Udang Indonesia
di Amerika Serikat Periode Tahun 2007-2014

Pada Grafik 4.7 di bawah ini, terlihat nilai indeks RCA komoditas udang

Indonesia di pasar Jepang mengalami perkembangan yang fluktuatif meskipun

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

56 

perubahan selama periode 2007 hingga 2014 cukup rendah. Pada tahun 2007

Indonesia memiliki nilai indeks RCA sebesar 0.96. Nilai tersebut meningkat di

tahun 2008 menjadi sebesar 1.02 dan sebesar 1.06 pada tahun 2009, dimana hal

ini menunjukkan bahwa komoditas udang Indonesia mengalami peningkatan

kinerja ekspor di pasar Jepang. Akan tetapi dua tahun berturut-turut setelahnya

nilai indeks RCA udang Indonesia menurun kembali menjadi sebesar 0.92 di

tahun 2010 dan 0.93 pada tahun 2011. Sejak tahun 2012 hingga tahun 2013 nilai

indeks RCA komoditas udang Indonesia stagnan sebesar 1.17 yang juga

merupakan capaian tertinggi selama periode penelitian. Pada tahun 2014 nilai

indeks RCA kembali mengalami penurunan menjadi sebesar 1.09. Jika

menggunakan titik pencapaian Indeks RCA tertinggi pada tahun 2013, maka

komoditas udang Indonesia di pasar Jepang mengalami penurunan kinerja ekspor,

meskipun tetap memiliki keunggulan komparatif.

Sumber: Hasil Perhitungan Excel 2013

Grafik 4.7
Perkembangan Indeks RCA Komoditas Udang Indonesia
di Jepang Periode Tahun 2007-2014

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

57 

Seperti yang terlihat pada Grafik 4.8 di bawah ini, nilai indeks RCA di

pasar China, mengalami fluktuasi yang cukup tajam selama periode 2007 hingga

2014. Pada tahun 2007 Indonesia memiliki nilai indeks RCA yang rendah sebesar

0.51. Nilai tersebut meningkat tajam di tahun 2008 menjadi sebesar 3.97 dimana

hal ini menunjukkan bahwa komoditas udang Indonesia memiliki perbaikan

kinerja ekspor di pasar China dan merupakan pencapaian tertinggi selama periode

penelitian. Setelah mengalami peningkatan tajam, nilai Indeks RCA kembali

menurun drastis di tahun 2009 menjadi hanya sebesar 0.27 dan merupakan

pencapaian terendah selama periode penelitian.

Sumber: Hasil Perhitungan Excel 2013

Grafik 4.8
Perkembangan Indeks RCA Komoditas Udang Indonesia
di China Periode Tahun 2007-2014

Di tahun berikutnya 2010 nilai indeks RCA komoditas udang Indonesia di

pasar China perlahan mengalami peningkatan menjadi sebesar 0.71 dan 1.43 di

tahun 2011. Akan tetapi dua tahun berturut-turut setelahnya nilai indeks RCA

komoditas udang Indonesia menurun kembali menjadi sebesar 1.07 di tahun 2012

dan sebesar 0.41 pada tahun 2013. Pada tahun terakhir 2014 nilai indeks RCA

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

58 

kembali naik tajam menjadi sebesar 3.21. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja

ekspor komoditas udang Indonesia yang sempat terpuruk di tahun 2011 - 2013

kembali membaik di tahun 2014.

Sumber: Hasil Perhitungan Excel 2013

Grafik 4.9
Perkembangan Indeks RCA Komoditas Udang Indonesia
di Inggris Periode Tahun 2007-2014
Dapat dilihat dari grafik 4.9 diatas, nilai indeks RCA udang Indonesia di

pasar Inggris dominan kurang dari satu yang artinya komoditas udang Indonesia

tidak mengalami perbaikan kinerja ekspor di pasar Inggris. Pada tahun 2007

komoditas udang Indonesia memiliki nilai indeks RCA sebesar 0.96. Nilai

tersebut meningkat di tahun 2008 menjadi sebesar 1.01 dan kembali menurun di

tahun 2009 sebesar 0.63. Setelah mengalami peningkatan di tahun 2010 sebesar

1.03, dua tahun berikutnya nilai indeks RCA udang Indonesia menurun menjadi

0.65 dan 0.64 pada tahun 2012. Berdasarkan pencapaian tertinggi nilai Indeks

RCA pada tahun 2013 sebesar 1.74, maka komoditas udang indonesia tidak

mengalami perbaikan kinerja ekspor di pasar Inggris. Karena nilai indeks RCA

yang menurun tajam di tahun 2014 menjadi sebesar 0.76.

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

59 

Sumber: Hasil Perhitungan Excel 2013

Grafik 4.10
Perkembangan Indeks RCA Komoditas Udang Indonesia
di Perancis Periode Tahun 2007-2014

Dari grafik 4.10 diatas, perkembangan nilai indeks RCA udang Indonesia

di pasar Perancis mengalami fluktuasi yang cukup tinggi. Pada tahun 2007 dan

tahun 2008 nilai indeks RCA mengalami kenaikan yang cukup rendah yaitu

sebesar 0.85 menjadi 0.92. Nilai tersebut meningkat tajam di tahun 2009 menjadi

sebesar 2.33, yang merupakan pencapaian tertinggi selama periode penelitian. Hal

ini menunjukkan bahwa komoditas udang Indonesia mengalami perbaikan kinerja

ekspor di pasar Perancis pada tahun 2009, meskipun harus kembali menurun

tajam di tahun 2010 menjadi sebesar 0.67 dan 0.61 di tahun 2011. Setelahnya nilai

indeks RCA udang Indonesia kembali mengalami peningkatan di tahun 2012

sebesar 1.25 dan harus turun kembali menjadi sebesar 1.09 pada tahun 2013 dan

sebesar 0.75 di tahun 2014. Berdasarkan pencapaian tertinggi juga pencapaian di

tiga tahun terakhir, maka dapat disimpulkan bahwa komoditas udang Indonesia

tidak mengalami perbaikan kinerja ekspor di pasar Perancis.

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

60 

Nilai Indeks RCA yang berfluktuatif di setiap negara importir membuat

daya saing komoditas udang Indonesia tidak maksimal. Faktor utama dapat

disebabkan oleh minimnya teknologi yang dimiliki oleh sektor perikanan

Indonesia. Selain itu, belum banyak kapal Indonesia dengan fasilitas memadai

yang dapat membawa hasil perikanan segar untuk di ekspor ke negara importir.

Fasilitas yang dimaksud adalah berupa alat yang dapat mempertahankan

kesegaran bagi komoditas udang segar, dan alat pengolahan yang berada didalam

kapal untuk mengolah udang sesuai dengan permintaan pasar luar negeri selama

dalam perjalanan menuju negara tujuan ekspor.

Selain itu, dari sisi kebijakan perdagangan, tingginya tariff bea masuk

bahan penolong industri perikanan seperti kaleng, dan adanya hambatan tariff

maupun non tariff di negara tujuan ekspor masih menjadi hambatan untuk

meningkatkan daya saing (Natalia, 2012). Berdasarkan hasil estimasi nilai rata-

rata indeks RCA, komoditas udang Indonesia selama periode penelitian tahun

2007-2014 memiliki daya saing yang kuat sehingga dapat terus berorientasi

ekspor dan mempertahankan pasarnya di negara importir utama.

4.3.2 Pemilihan Model Analisis Regresi Data Panel

Estimasi regresi data panel pada penelitian ini dilakukan dengan software

STATA 13, menggunakan tiga jenis model yaitu: pooled least square (PLS), fixed

effect models (FEM), dan random effect models (REM). Pemilihan model terbaik

dari setiap tahap regresi ditentukan melalui uji chow untuk memilih antara model

PLS atau FEM dan uji hausman untuk memilih antara model FEM dan REM.

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

61 

Tabel 4.4
Hasil Estimasi Regresi Pooled Least Square (PLS)
Variabel Coeffisien t- stat Prob
Ln(GDPi) -2.545179 -2.59 0.014
Ln(GDPj) 4.359625 7.59 0.000
Ln(price) 1.627425 2.92 0.006
Ln(pop) 1.627428 13.10 0.000
Ln(dist) 1.886508 -4.13 0.000
Cons -38.07114 -4.26 0.000
R-squared 0.8908
Prob (F-statistic) 0.0000
Sumber: Hasil Perhitungan Stata 13

Tabel 4.4 di atas merupakan hasil estimasi regresi data panel

menggunakan model pooled least square (PLS) dengan nilai R-squared sebesar

0.8908. Hasil estimasi menunjukkan bahwa kelima variabel independen yaitu:

GDP per kapita riil Indonesia (GDPi), GDP per kapita riil negara importir (GDPj),

harga ekspor (price) dan populasi negara importir (pop) dan jarak ekonomi (dist)

berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen nilai ekspor komoditas

udang Indonesia. Hal ini terlihat dari nilai probabilitas yang kurang dari α = 5%.

Tabel 4.5
Hasil Estimasi Regresi Fixed Effect Models (FEM)
Variabel Coeffisien t- stat Prob

Ln(GDPi) -0.4194155 -0.40 0.689


Ln(GDPj) -1.826818 -0.47 0.641
Ln(price) 0.7635545 1.45 0.158
Ln(pop) -1.026232 -0.14 0.886
Ln(dist) 3.309991 0.79 0.433
Cons 33.63992 0.25 0.804
R-squared 0.1069
Prob (F-statistic) 0.0000
Sumber: Hasil Perhitungan Stata 13

Regresi selanjutnya setelah menggunakan model pooled least square

(PLS) adalah model fixed effect model (FEM). Dari hasil regresi pada tabel 4.5 di

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

62 

atas, diperoleh nilai R-squared sebesar 0.1069. Terlihat bahwa seluruh variabel

independen yang diteliti yaitu: variabel GDP per kapita riil Indonesia (GDPi),

GDP per kapita riil negara importir (GDPj), harga ekspor (price) dan populasi

negara importir (pop) dan jarak ekonomi (dist) tidak memiliki pengaruh signifikan

terhadap variabel dependen nilai ekspor komoditas udang Indonesia. Hal tersebut

terlihat dari nilai probabilitas yang lebih besar dari α = 5%.

Tabel 4.6
Hasil Estimasi Regresi Random Effect Models (REM)
Variabel Coeffisien t- stat Prob

Ln(GDPi) -2.545179 -2.59 0.010


Ln(GDPj) 4.359625 7.59 0.000
Ln(price) 1.627428 2.92 0.003
Ln(pop) 1.886508 13.10 0.000
Ln(dist) -1.311271 -4.13 0.000
Cons -38.07114 -4.26 0.000
R-squared 0.8908
Prob chi-square 0.0000
Sumber: Hasil Perhitungan Stata 13

Model terakhir adalah random effect (REM). Dari tabel 4.6 di atas, terlihat

bahwa seluruh variabel independen GDP per kapita riil Indonesia (GDPi), GDP

per kapita riil negara importir (GDPj), harga ekspor (price) dan populasi negara

importir (pop) dan jarak ekonomi (dist) berpengaruh signifikan terhadap variabel

dependen nilai ekspor komoditas udang Indonesia. Hal tersebut terlihat dari nilai

probabilitas yang lebih kecil dari α = 5%. Model random effect (REM) memiliki

nilai R-squared yang baik sebesar 0.8908.

Setelah melakukan ketiga regresi diatas, pemilihan model terbaik

dilakukan dengan dua tahap pengujian, yaitu uji Chow dan uji Hausman. Tahap

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

63 

pertama adalah uji chow untuk menentukan model terbaik antara PLS dan FEM.

Hipotesis yang digunakan dalam uji Chow adalah sebagai berikut:

H0: Pooled Least Square (PLS)

H1: Fixed Effect Model (FEM)

Dengan melihat hasil regresi pada model FEM, jika nilai prob > F kurang dari α =

5% maka H0 ditolak dan H1 diterima. Jika nilai prob > F lebih dari α = 5% maka

H0 diterima dan H1 ditolak. Berdasarkan hasil dari uji chow pada tabel 4.7 di

bawah ini, nilai probabilitas > F adalah 0.0000 kurang dari α = 5%. Hal tersebut

menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga model FEM adalah

lebih baik daripada model PLS.

Tabel 4.7
Hasil Uji Chow
Nilai Prob > F Kesimpulan

0.000 Dengan menggunakan α = 5%, maka H0 ditolak, H1


diterima. Model yang terpilih adalah FEM.

Sumber: Hasil Pengolahan Stata 13

Selanjutnya adalah pengujian tahap kedua, yaitu uji Hausman. Pengujian

ini bertujuan untuk memilih model terbaik di antara FEM dan REM. Hipotesis

dalam uji Hausman adalah sebagai berikut:

H0: Random Effect Model (REM)

H1: Fixed Effect Model (FEM)

Jika hasil dari uji Hausman yaitu: nilai Prob > chi2 kurang dari α = 5% maka H0

ditolak dan H1 diterima, model terbaik adalah FEM. Tetapi jika nilai prob > chi2

lebih dari α = 5% maka H0 diterima H1 ditolak, model REM lebih baik daripada

FEM. Hasil uji Hausman pada tabel 4.8 di bawah ini menunjukkan bahwa nilai

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

64 

prob > chi2 adalah 0.2768, yang berarti lebih dari α = 5%. Bedasarkan hasil

tersebut maka H0 diterima dan H1 ditolak, sehingga model terbaik dalam

penelitian ini adalah menggunakan Random Effect Models (REM).

Tabel 4.8
Hasil Uji Hausman
Nilai Prob > Chi2 Kesimpulan

0.2768 Dengan menggunakan α = 5%, maka H0 diterima, H1


ditolak. Model yang terbaik adalah REM.

Sumber: Hasil Pengolahan Stata 13

4.3.3 Pengujian Statistik

4.3.3.1 Uji F-Statistik (uji simultan)

Uji F-statistik atau simultan merupakan pengujian yang bertujuan untuk

menentukan signifikansi variabel independen terhadap variabel dependen secara

bersama-sama. Pada penelitian regresi data panel kali ini model yang terpilih

adalah Random Effect Model (REM) sehingga untuk mengetahui signifikansi

variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen dilihat dari nilai

wald chi2-statistik dan nilai probabilitas chi2.

Apabila nilai chi2-statistic lebih besar dari nilai chi square table atau nilai

probabilitas chi2 kurang dari tingkat signifikansi (α) lima persen, maka dapat

dikatakan bahwa variasi dari variabel independen dalam model persamaan secara

bersama-sama dapat menjelaskan variabel dependen. Bedasarkan hasil pada

regresi data panel dengan menggunakan Random Effect Models (REM), diperoleh

hasil nilai wald chi2-statistik = 227.33 yang lebih besar dari nilai chi-square table

= 5 dan nilai probabilitas chi2 adalah 0.0000 kurang dari α = 5%. Hal tersebut

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

65 

menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel independen GDP perkapita

riil, harga ekspor, populasi dan jarak dapat menjelaskan variabel dependen nilai

ekspor komoditas udang Indonesia.

4.3.3.2 Uji t-Statistik (uji parsial)

Uji t-statistik atau pengujian variabel independen secara sendiri-sendiri

(parsial) bertujuan untuk melihat apakah variabel independen secara individu

berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Model regresi data

panel yang terpilih dalam penelitian ini adalah menggunakan Random effect

Model (REM). Nilai t-hitung dari masing-masing variabel independen tercantum

pada tabel 4.6. Identifikasi dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut:

1. Variabel GDP per kapita riil Indonesia (GDPi) memiliki nilai probabilitas

t-hitung sebesar 0.010. Nilai probabilitas tersebut signifikan pada tingkat

keyakinan (α) lima persen. Maka H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga

terdapat pengaruh signifikan antara variabel GDP per kapita riil Indonesia

terhadap variabel nilai ekspor komoditas udang Indonesia.

2. Variabel GDP per kapita riil negara importir (GDPj) memiliki nilai

probabilitas t-hitung sebesar 0.000. Nilai probabilitas tersebut signifikan

pada tingkat keyakinan (α) lima persen. Maka H0 ditolak dan H1 diterima,

sehingga terdapat pengaruh signifikan antara variabel GDP per kapita riil

negara importir terhadap variabel nilai ekspor komoditas udang Indonesia.

3. Variabel Harga Ekspor (price) memiliki nilai probabilitas t-hitung sebesar

0.000. Nilai probabilitas tersebut signifikan pada tingkat keyakinan (α)

lima persen. Maka H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga terdapat

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

66 

pengaruh signifikan antara variabel harga ekspor terhadap variabel nilai

ekspor komoditas udang Indonesia.

4. Variabel Populasi negara importir (pop) memiliki nilai probabilitas t-

hitung sebesar 0.000. Nilai probabilitas tersebut signifikan pada tingkat

keyakinan (α) lima persen. Maka H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga

terdapat pengaruh signifikan antara variabel populasi terhadap variabel

nilai ekspor komoditas udang Indonesia.

5. Variabel Jarak ekonomi (dist) memiliki nilai probabilitas t-hitung sebesar

0.000. Nilai probabilitas tersebut signifikan pada tingkat keyakinan (α)

lima persen. Maka H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga terdapat

pengaruh signifikan antara variabel jarak terhadap variabel nilai ekspor

komoditas udang Indonesia.

4.3.4 Analisis Model

Model estimasi data panel yang terpilih dalam penelitian ini bedasarkan uji

Chow dan uji Hausman adalah Random Effect Model (REM). Hasil estimasi

model REM dapat dilihat pada tabel 4.4. Model estimasi dengan menggunakan

Random Effect Models adalah sebagai berikut:

ln(Expijt) = -38.07114 - 2.545179 (GDPiit) + 4.359625 (GDPjjt) + 1.627428

(Priceijt) + 1.886508 (Popjt) – 1.311271 (Distij) + ɛ ijt…..…...…(2.5)

Pada tabel 4.4 terilihat bahwa hasil regresi menghasilkan R-squared (R2)

yang cukup baik yaitu sebesar 0.8908. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebesar

89.08 persen variasi variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen,

sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Variasi variabel

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

67 

independen dalam penelitian ini adalah: variabel GDP per kapita riil Indonesia,

GDP per kapita riil negara importir, harga ekspor, populasi negara importir dan

jarak ekonomi. Untuk variabel dependennya adalah nilai ekspor dari komoditas

udang Indonesia.

Variabel GDP perkapita riil Indonesia mempunyai hubungan negatif dan

signifikan terhadap ekspor udang Indonesia di negara importir utama, dengan nilai

probabilitas sebesar 0.010. Pada hasil estimasi, nilai koefisien sebesar -2.545179

menunjukkan bahwa ketika terjadi kenaikan GDP Indonesia sebesar satu persen

maka akan terjadi penurunan nilai ekspor udang Indonesia ke negara importir

sebesar 2.545 persen dengan asumsi ceteris paribus.

Variabel GDP perkapita riil negara importir mempunyai hubungan positif

dan signifikan terhadap ekspor komoditas udang Indonesia dengan nilai

probabilitas sebesar 0.000. Pada hasil estimasi dapat dilihat nilai koefisien sebesar

4.359625 menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan GDP perkapita riil negara

importir sebesar satu persen, maka ekspor udang Indonesia di negara tersebut

akan meningkat sebesar 4.359 persen.

Variabel price atau harga ekspor udang Indonesia mempunyai hubungan

posistif dan berpengaruh signifikan terhadap ekspor udang Indonesia dengan nilai

probabilitas sebesar 0.003. Pada hasil estimasi model, nilai koefisien sebesar

1.627428 menunjukkan bahwa setiap terjadi kenaikan harga ekspor sebesar satu

persen akan mengakibatkan peningkatan ekspor udang Indonesia sebesar 1.627

persen.

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

68 

Variabel populasi negara importir mempunyai hubungan posistif dan

berpengaruh signifikan terhadap ekspor udang Indonesia dengan nilai probabilitas

sebesar 0.000. Pada hasil estimasi model, nilai koefisien sebesar 1.886508

menunjukkan bahwa ketika terjadi pertambahan jumlah penduduk negara importir

sebesar satu persen akan mengakibatkan peningkatan ekspor udang Indonesia

sebesar 1.886 persen.

Variabel Jarak ekonomi pada gravity model mengindikasikan besaran

biaya transportasi yang harus dikeluarkan pada saat terjadi perdagangan. Pada

hasil estimasi ini variabel jarak ekonomi mempunyai hubungan negatif dan

berpengaruh signifikan terhadap ekspor udang Indonesia dengan nilai probabilitas

sebesar 0.000. Nilai koefisien sebesar -1.311271 menunjukkan bahwa ketika jarak

antar negara bertambah sebesar satu persen, maka ekspor udang Indonesia akan

berkurang sebesar 1.311 persen.

4.3.5 Pengujian Hipotesis

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka hasil pengujian hipotesis

yang didapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bedasarkan hasil uji t-statistik, diperoleh hasil GDP per kapita riil

Indonesia berpengaruh negatif signifikan terhadap nilai ekspor. Sehingga

hipotesis GDP per kapita riil negara importir memiliki pengaruh positif

terhadap ekspor komoditas udang Indonesia adalah terbukti.

2. Bedasarkan hasil uji t-statistik, diperoleh hasil GDP per kapita riil negara

importir berpengaruh positif signifikan terhadap nilai ekspor. Sehingga

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

69 

hipotesis GDP per kapita riil negara importir memiliki pengaruh positif

terhadap ekspor komoditas udang Indonesia adalah terbukti.

3. Bedasarkan hasil uji t-statistik, diperoleh hasil harga ekspor berpengaruh

positif signifikan terhadap nilai ekspor. Sehingga hipotesis harga ekspor

memiliki pengaruh positif terhadap ekspor komoditas udang Indonesia

adalah terbukti.

4. Bedasarkan hasil uji t-statistik, diperoleh hasil populasi negara importir

berpengaruh positif signifikan terhadap nilai ekspor. Sehingga hipotesis

populasi memiliki pengaruh positif terhadap ekspor komoditas udang

Indonesia adalah terbukti.

5. Bedasarkan hasil uji t-statistik, diperoleh hasil jarak ekonomi berpengaruh

negatif signifikan terhadap nilai ekspor. Sehingga hipotesis jarak memiliki

pengaruh negatif terhadap ekspor komoditas udang Indonesia adalah

terbukti.

4.4 Pembahasan

Pemilihan variabel independen dalam penelitian ini didasarkan pada teori

gravitasi yang menyatakan bahwa perdagangan antar kedua negara berhubungan

lurus dengan pendapatan masing-masing negara dan berhubungan terbalik dengan

hambatan perdagangan yaitu jarak antar kedua negara. Variabel yang terdapat

dalam model gravitasi, terutama GDP dan jarak ekonomi dapat digunakan untuk

menganalisis aliran perdagangan suatu komoditas. Pembahasan dilakukan dengan

melihat pengaruh yang terdapat di antara variabel dari hasil analisis regresi

sebagai pembuktian hipotesis yang telah diajukan berdasar studi teoritis dan

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

70 

empiris dari penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Berdasarkan

hasil estimasi model, menunjukkan bahwa ekspor udang Indonesia di negara

importir utama periode tahun 2007-2014 dipengaruhi oleh nilai GDP per kapita

riil Indonesia, GDP per kapita riil negara importir, harga ekspor, populasi negara

importir, dan jarak ekonomi.

Variabel GDP per kapita riil merupakan ukuran untuk besarnya perolehan

pendapatan setiap individu dalam perekonomian suatu negara. GDP per kapita riil

dapat mengetahui kemampuan daya beli negara importir terhadap suatu komoditi

ekspor. Apabila GDP per kapita riil suatu negara cukup tinggi, maka dapat

dikatakan bahwa negara tersebut merupakan pasar yang potensial bagi pemasaran

komoditi ekspor tertentu. Hal ini dikarenakan GDP per kapita riil memperhatikan

adanya pengaruh dari harga. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan,

variabel GDP per kapita riil Indonesia berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap ekspor udang Indonesia. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kenaikan

pada GDP per kapita riil Indonesia akan menurunkan ekspor udang Indonesia,

karena peningkatan daya beli masyarakat Indonesia akan juga meningkatkan

jumlah permintaan terhadap udang domestik sehingga menurunkan jumlah udang

yang di ekspor. Hal ini mengurangi pangsa pasar udang Indonesia di negara

importir. 

GDP per kapita riil negara importir menunjukkan pengaruh positif dan

signifikan terhadap ekspor udang Indonesia. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi

GDP per kapita negara importir maka akan meningkatkan kemampuan

masyarakatnya untuk membeli atau melakukan konsumsi yang berdampak pada

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

71 

meningkatnya permintaan komoditas udang Indonesia di negara importir. Hal ini

menunjukkan bahwa variabel tersebut menjadi pertimbangan bagi negar importir

untuk melakukan impor komoditas udang Indonesia. Sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Starck (2012) menyatakan bahwa persamaan gravitasi

menunjukkan jika perdagangan antar dua negara berhubungan proporsional

dengan pendapatan. Semakin besar ukuran suatu negara yang dilihat melalui

tingkat pendapatannya, maka akan menyebabkan terciptanya lebih banyak

perdagangan antar kedua negara tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa intensitas perdagangan internasional suatu negara akan menjadi besar jika

melakukan perdagangan dengan negara yang memiliki GDP per kapita yang

besar.

Harga ekspor merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap

permintaan udang Indonesia di negara importir utama. Berdasarkan hasil analisis

model sebelumnya, antara harga ekspor terhadap ekspor udang Indonesia

memiliki pengaruh yang positif dan signifikan yang berarti bahwa jika terjadi

peningkatan pada harga ekspor maka akan meningkatkan ekspor udang Indonesia.

Hal ini tidak sesuai dengan hukum permintaan dan Lipsey (1995) yang

menyatakan bahwa kenaikan harga pada komoditi ekspor suatu negara akan

menyebabkan konsumen luar negeri mengurangi jumlah permintaan akan

komoditi tersebut, sehingga menyebabkan ekspor suatu negara mengalami

penurunan.

Akan tetapi hal ini dapat terjadi karena dalam penelitian ini variabel harga

ekspor yang digunakan merupakan hasil pembagian dari nilai ekspor dengan

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

72 

volume ekspor. Selain itu juga dipengaruhi oleh pola produksi komoditas udang

yang bersifat panjang dan musiman dan tidak semua jenis udang layak untuk

diekspor. Udang tangkap sangat tergantung pada musim, yaitu ketika memasuki

bulan Maret/April hingga September/Oktober para nelayan baru mulai aktif untuk

melaut. Untuk udang hasil budidaya membutuhkan masa pemeliharaan 100-110

hari. Ketika produksi dalam negeri tidak dapat mencukupi kebutuhan konsumsi

dalam negeri, maka impor terhadap komoditas udang Indonesia akan tetap terjadi

pada level harga yang tinggi sekalipun. Hal ini karena adanya ketergantungan

negara importir terhadap komoditas udang Indonesia. Dengan demikian,

permintaan komoditas udang bersifat inelastis, yaitu pemenuhan konsumsi lebih

menetukan dibandingkan harga. Sehingga apabila produsen menaikkan harga jual

akan memberikan dampak pada peningkatan pendapatan ekspor, dan juga

sebaliknya.

Variabel populasi negara importir menjadi ukuran besar kecilnya suatu

negara selain GDP. Berdasarkan hasil analisis pada model, variabel populasi

memiliki pengaruh posistif dan signifikan terhadap ekspor udang Indonesia, yang

berarti bahwa peningkatan jumlah penduduk pada negara tujuan ekspor menjadi

indikasi bagi perkembangan ekspor komoditas udang Indonesia. Tanda positif

pada koefisien variabel populasi negara importir mengindikasikan bahwa negara

dengan jumlah penduduk yang besar memiliki volume perdagangan yang tinggi.

Begitu pula sebaliknya, negara dengan jumlah penduduk yang kecil memiliki

volume perdagangan yang rendah. Pertambahan jumlah penduduk negara importir

dari sisi permintaan akan memberikan pengaruh positif terhadap permintaan

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

73 

ekspor udang Indonesia. Pertambahan ini akan menyebabkan permintaan

domestik negara importir bertambah besar dan untuk memenuhi besarnya

permintaan maka harus melakukan kegiatan impor jika negara tersebut tidak

mampu memenuhi seluruh permintaan yang ada di pasar.

Jarak ekonomi merupakan hambatan dalam melakukan perdagangan antar

negara dan juga berdampak pada biaya transportasi pengiriman barang dan jasa ke

negara tujuan (Head, 2003). Jarak diindikasikan sebagai wakil dari biaya

transportasi. Menurut Starck (2012) jarak merupakan pendekatan bagi beberapa

faktor yag dapat mempengaruhi perdagangan, seperti biaya transportasi, waktu

yang dibutuhkan untuk pengiriman barang dan jasa, sinkronisasi biaya, biaya

komunikasi dan biaya transaksi. Berdasarkan hasil analisis pada model, variabel

jarak ekonomi memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap ekspor udang

Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa perdagangan antar negara dihalangi oleh

lokasi geografis masing-masing negara dimana semakin jauh jarak dengan negara

importir akan menyebabkan menurunnya ekspor udang Indonesia.

Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan olek Krugman

(2009) bahwa jarak memiliki dampak negatif terhadap perdagangan yang berarti

bahwa biaya transportasi menjadi faktor penting penentu aliran perdagangan

ekspor udang Indonesia dengan negara importir utama. Penurunan ekspor udang

Indonesia menunjukkan peningkatan biaya transportasi yang harus dibayar.

Dengan demikian suatu negara sebaiknya melakukan perdagangan yang lebih

intensif dengan negara tetangga yang biaya transportasinya lebih rendah atau

memiliki jarak geografis yang cukup dekat.

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah dan hasil pembahasan di bab sebelumnya,

maka kesimpulan yang dapat diambil adalah berikut:

1. Berdasarkan analisis daya saing Revealed Comparative Advantage (RCA),

didapatkan hasil rata-rata nilai RCA yang lebih besar dari satu. Sehingga

komoditas udang Indonesia memiliki keunggulan komparatif atau berdaya

saing kuat di negara importir utama. Berdasarkan rata-rata nilai indeks RCA,

menunjukkan bahwa terjadi perbaikan kinerja ekspor pada komoditas udang

Indonesia di negara importir utama kecuali untuk pasar Inggris, karna nilai

indeks RCA yang kurang dari satu, yaitu hanya sebesar 0.91. Penurunan

ekspor komoditas udang Indonesia ke inggris disebabkan oleh semakin

ketatnya persyaratan impor yang diajukan kepada Indonesia. Adanya

persyaratan bahwa ekspor komoditas udang hasil budidaya tidak boleh

mengandung residu antibiotika, karena menyangkut keamanan pangan.

2. Berdasarkan hasil analisis regresi panel gravity model, disimpulkan bahwa

seluruh variabel independen berpengaruh terhadap ekspor komoditas udang

Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan variabel GDP Indonesia yang memiliki

hubungan negatif dan signifikan, sedangkan untuk variabel GDP negara

importir memiliki hubungan positif dan signifikan dengan ekspor komoditas

74 

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

75 

udang Indonesia. Variabel harga ekspor memiliki hubungan positif dan

signifikan, sama seperti variabel populasi yang juga memiliki hubungan

positif dan signifikan terhadap ekspor komoditas udang Indonesia. Terakhir

adalah variabel jarak, yang memiliki hubungan negatif dan signifikan terhadap

ekspor komoditas udang Indonesia.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah dilakukan,

maka saran yang dapat direkomensdasikan bagi pemerintah sebagai pembuat

kebijakan adalah sebagai berikut:

1. Melakukan diversifikasi pasar dengan mencari negara importir lain yang

memiliki peluang ekspor lebih besar, seperti populasi dan tingkat

pendapatan per kapita yang tinggi. Sehingga komoditas udang Indonesia

memiliki kesempatan untuk menguasai pangsa pasar.

2. Melakukan diversifikasi pengolahan komoditas udang Indonesia.

Penganekaragaman produk olahan yaitu dalam bentuk Head On, Head

Less, Peeled, Peeled Tail On, Butterfly, dan Value Added Product (produk

udang beku yang mendapatkan perlakuan tambahan dengan cara

melakukan pemanjangan badan (stretching) menurut panjang tertentu)

sebagai upaya meningkatkan ekspor komoditas udang Indonesia.

3. Selain itu perlu adanya peningkatan pada sistem logistik untuk

mempermudah dan mempersingkat waktu pengiriman, sehingga dapat

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

76 

menghemat biaya transportasi yang dikeluarkan dan juga menjaga kualitas

ekspor komoditas udang Indonesia.

4. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan untuk menambahkan metode lain

selain Revealed Comparative Advantage (RCA) dalam menganalisis

tingkat daya saing, seperti metode Revealed Comparative Disanvantage

(RCDA) dan Revealed Trade Advantage (RTA). Selain itu juga menambah

periode tahun penelitian dan juga memasukkan variabel independen lain

seperti nilai tukar riil dan variabel non ekonomi.

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

77 

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, James E & Eric Van Wincoop. 2003. Gravity With Gravitas: A
Solution to the Border Puzzle. The American Economics Review, 93 (1):
170-192.
Ayuwangi, Astari & Widyastutik. 2013. Pengaruh Variabel Ekonomi dan Non
Ekonomi terhadap Impor Indonesia dari ASEAN+6 Melalui Moda
Transportasi Laut. Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, 7(2):1–17.
Balassa, Bela. 1965. Trade Liberalization and Revealed Comparative Advantage.
The Manchester School of Economic and Social Studies, 33(2): 99-123.
Basri, Faisal & Haris Munandar. 2010. Dasar-Dasar Ekonomi Internasional:
Pengenalan &Aplikasi Metode Kuantitatif. Jakarta: Kencana Pernada
Media Group.
Bergtrand, J. 1985. The Gravity Equation in International Trade: Some
Microeconomic Foundations and Empirical Evidence. Review of
Economics And Statistics, 67(3): 474-481.
Dilanchiev, Azer. 2012. Empirical Analysis of Georgian Trade Pattern: Gravity
Model. Journal of Social Sciences, 1(1): 75-78.
Food and Agriculture Organization. 2016. Fishstat Plus: Universal Software for
Fishery Statistical Time Series. (http://.fao.org, diakses tanggal 28 April
2016).
Geo Data Source. 2016. Geo Data Source World Cities Database.
(http//www.geodatasource.com, diakses tanggal 28 April 2016).

Gujarati, Damodar. 2003. Basic Econometrics. Fourth Edition. New York: Mc


Graw-Hill.
Hady, Hamdy. 2004. Ekonomi Internasional, Teori dan Kebijakan Perdagangan
Internasional. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Head, Keith. 2003. Gravity for Beginners. Working Paper. Faculty of Commerce
University of British Columbia.
Kannapiran, Chinna A & Fleming, Euan M. 1999. Competitiveness and
comparative advantage of tree crop smallholdings in Papua New Guinea.
Working Paper Series in Agricultural and Resource Economics, 99–10.
Armidale, Australia, University of New England.
Kindleberger, Charles P & Peter H. Lindert. 1995. Ekonomi Internasional Edisi
Kedelapan. Terjemahan. Jakarta: Erlangga.

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

78 

Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2013. Analisis Data Pokok Kelautan dan
Perikanan 2013. Pusat Data, Statistik dan Informasi. (www.kkp.go.id,
diunduh tanggal 28 April 2016).
_______________________________. 2014. Analisis Data Pokok Kelautan dan
Perikanan 2014. Pusat Data, Statistik dan Informasi. (www.kkp.go.id,
diunduh tanggal 28 April 2016).
_______________________________. 2016. Analisis Data Pokok Kelautan dan
Perikanan 2016. Pusat Data, Statistik dan Informasi. (www.kkp.go.id,
diunduh tanggal 28 April 2016).
Krugman, Paul R & Maurice Obstfeld. 2009. International Economics Theory &
Policy. United States: Pearson.
Li, Kunwang, et al. 2008. Component Trade and China’s Global Economic
Integration. World Institute for Development Economics Research.
101(2):1-25.
Lipsey, R, et al. 1995. Pengantar Makroekonomi Edisi Kesepuluh. Jilid Dua.
Jakarta: Binarupa Aksara.
Liu, D & Hsu, H. 2009. An international comparison of empirical generalized
double diamond model approaches to Taiwan and Korea. Competitiveness
Review: An International Business Journal, 19(3): 160-174.
Mankiw, Gregory N. 2004. Principle of Macroeconomics. Third Edition. New
York: South Western.
Murty, Kismono Hari. 1991. Perdagangan Udang Internasional. Cetakan I.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Natalia, Deasi & Nurozy. 2012. Kinerja Daya saing Produk Perikanan Indonesia
di Pasar Global. Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, 6(1): 69-88.
Oktaviani & Tanti Novianti. 2009. Teori Perdagangan Internasional dan
Aplikasinya di Indonesia. Departemen Ilmu Ekonomi. Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Porter, Michael E. 1990. The Competitive Advantage of Nations. London :
Macmillan Press Ltd.

Pradipta, Amalia & Muhammad Firdaus. 2014. Posisi Daya Saing dan Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Buah-Buahan Indonesia. Jurnal
Manajemen & Agribisnis, 11(2): 129-143.

Purnomo, A & Suryawati, S. 2007. Penawaran komoditas perikanan Indonesia:


trend produksi, sentra produksi, dan teknologi pengolahannya. Jakarta :
Departemen Kelautan dan Perikanan.

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

79 

Salvatore, Dominick. 2014. Ekonomi Internasional. Jakarta: Salemba Empat.


Saptanto, Subechanis & Widyono Soetjipto. 2010. Analisis Model Ekspor
Komoditas Perikanan Indonesia dengan pendekatan Gravity Model. Jurnal
Bijak dan Riset Sosek KP, 2(5): 169-181.
Saptanto, Subechanis. 2011. Daya Saing Ekspor Produk Perikanan Indonesia Di
Lingkup ASEAN dan ASEAN-China. Jurnal Bijak dan Riset Sosek,
6(1):51-60.
Soraya, Baida. 2013. Analisis Determinan Karet Indonesia dengan Pendekatan
Gravity Model. Working Paper. Medan: Fakultas Pertanian, Universitas
Darma Agung.
Serin, Vildan & Abdulkadir Civan. 2008. Revealed Comparative Advantage and
Competitiveness: A Case Study for Turkey towards the EU. Journal of
Economic and Social Research, 10(2): 25-41. JEL Q10, Q17, F14.
Starck, Sarah Catherine. 2012. The Theoretical Foundation of Gravity Modeling:
What Are The Developments that Have Brought Gravity Modeling Into
Mainstream Economics. Master Thesis tidak diterbitkan. Copenhagen:
Departement of Economics Copenhagen Business School.
Todaro, Michael P. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi Ketujuh.
Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Uncomtrade. 2016. United Nation Commodity Ttrade Statistics Database.
(http://unstats.un.org, diakses tanggal 28 April 2016).
UNCTAD. 2016. United Nations Conference on Trade and Development.
(http//www.unctad.org, diakses tanggal 28 April 2016).
Widarjono, Agus. 2007. Ekonometrika dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis.
Edisi Kedua. Yogyakarta: Ekonisia.
Wooldridge, J. 2010. Econometric Analysis of Cross Section and Panel Data.
Second Edition. The MIT Press.
World Bank. 2016. World Development Indicators. (http//www.worldbank.org,
diakses tanggal 28 April 2016).

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran 1: Hasil perhitungan RCA komoditas udang Indonesia di negara importir


utama periode 2007-2014
Tahun   Negara Xij Xt Wij Wt RCA Index
2007 Amerika Serikat 290338 11644198 3128898 2017120776  16.07  0.96 
2008 Amerika Serikat 360868 13079934 3314371 2164834031  18.02  1.12 
2009 Amerika Serikat 285857 10889079 2921718 1601895800  14.39  0.80 
2010 Amerika Serikat 316823 14301876 3403192 1968259901  12.81  0.89 
2011 Amerika Serikat 462915 16497616 4027276 2263619063  15.77  1.23 
2012 Amerika Serikat 455037 14910181 3340824 2334677716  21.33  1.35 
2013 Amerika Serikat 665489 15741132 4149465 2326590209  23.70  1.11 
2014 Amerika Serikat 987469 16560076 5403479 2410855476  26.60  1.12 
2007 Jepang 301771 23632790 1758117 762533921  4.52  0.82 
2008 Jepang 299160 27743856 1776478 762533921  4.63  1.02 
2009 Jepang 291531 18574730 1760565 551984751  4.92  1.06 
2010 Jepang 328907 25781814 1966365 694059160  4.50  0.92 
2011 Jepang 365438 33714696 2223649 855380474  4.17  0.93 
2012 Jepang 320908 30135107 1939652 885843335  4.86  1.17 
2013 Jepang 366537 27086259 1976275 833166061  5.70  1.17 
2014 Jepang 329022 23127089 1850819 812184752  6.24  1.09 
2007 China 6304  9675513  141650  956115448  4.40  0.51 
2008 China 22594  11636504 125919  1132562200  17.46  3.97 
2009 China 7915  11499327 148509  1005555200  4.66  0.27 
2010 China 8056  15692611 216459  1396001600  3.31  0.71 
2011 China 16403  22941005 263789  1743394900  4.73  1.43 
2012 China 13386  21659503 222756  1818199200  5.04  1.07 
2013 China 6877  22601487 284793  1949992315  2.08  0.41 
2014 China 24831  17605944 413105  1958021301  6.68  3.21 
2007 Inggris 47399 1454160 340644 679917918  65.06 0.86
2008 Inggris 45301  1546859  313676  705344161  65.85  1.01 
2009 Inggris 33690  1459347  307439  552042035  41.45  0.63 
2010 Inggris 40252 1693164 350285 627617523  42.60 1.03
2011 Inggris 29569  1719718  444283  717606233  27.77  0.65 
2012 Inggris 15071  1696755  345694  689137011  17.71  0.64 
2013 Inggris 32225  1634805  420538  657222528  30.81  1.74 
2014 Inggris 28272 1658607 505793 694344323  23.40 0.76
2007 Perancis 6588  827595  636006  611364435  7.65  0.85 
2008 Perancis 6611  966164  678808  695004283  7.01  0.92 
2009 Perancis 16707 893308 619194 540502283  16.33 2.33
2010 Perancis 14981  1150656  710362  599171506  10.98  0.67 
2011 Perancis 9490  1311924  773046  720457190  6.74  0.61 
2012 Perancis 9741  1154891  677572  675085211  8.40  1.25 

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2013 Perancis 11033 1082862 757518 681545292  9.17 1.09


2014 Perancis 8896  1047474  835154  676940135  6.88  0.75 

Lampiran 2: Variabel-variabel dalam model ekspor komoditas udang Indonesia di


negara importir utama periode 2007-2014
Tahun  Negara  LNEXP  LNGDPI  LNGDPJ  LNPRICE  LNPOP  LNDIST
2007  Amerika Serikat  19.49  7.06  10.82  1.93  19.52  8.41 
2008  Amerika Serikat  19.70  7.08  10.81  1.93  19.53  8.41 
2009  Amerika Serikat  19.47  7.15  10.77  1.87  19.54  8.41 
2010  Amerika Serikat  19.57  7.24  10.79  2.02  19.55  8.41 
2011  Amerika Serikat  19.95  7.29  10.79  2.15  19.56  8.41 
2012  Amerika Serikat  19.95  7.33  10.81  2.07  19.57  8.41 
2013  Amerika Serikat  20.32  7.38  10.82  2.36  19.57  8.40 
2014  Amerika Serikat  20.71  7.44  10.83  2.48  19.58  8.41 
2007  Jepang  19.53  7.06  10.69  2.13  18.67  7.25 
2008  Jepang  19.52  7.08  10.68  2.15  18.67  7.25 
2009  Jepang  19.49  7.15  10.62  2.16  18.67  7.23 
2010  Jepang  19.61  7.24  10.67  2.33  18.67  7.25 
2011  Jepang  19.72  7.29  10.66  2.48  18.67  7.24 
2012  Jepang  19.68  7.33  10.68  2.42  18.66  7.25 
2013  Jepang  19.80  7.38  10.70  2.52  18.66  7.25 
2014  Jepang  19.70  7.44  10.70  2.61  18.66  7.24 
2007  China  15.66  7.06  8.15  1.65  21.00  4.37 
2008  China  16.93  7.08  8.24  1.69  21.00  4.46 
2009  China  15.88  7.15  8.32  1.54  21.01  4.59 
2010  China  15.90  7.24  8.42  1.19  21.01  4.66 
2011  China  16.61  7.29  8.50  1.32  21.02  4.74 
2012  China  16.52  7.33  8.57  1.46  21.02  4.79 
2013  China  15.80  7.38  8.64  1.39  21.03  4.85 
2014  China  17.03  7.44  8.70  2.05  21.03  4.91 
2007 Inggris 17.67  7.06  10.61  1.84  17.93  7.89 
2008 Inggris 17.63  7.08  10.60  1.92  17.94  7.88 
2009 Inggris 17.33  7.15  10.55  1.89  17.95  7.87 
2010 Inggris 17.51  7.24  10.55  2.08  17.95  7.86 
2011 Inggris 17.20  7.29  10.56  2.25  17.96  7.86 
2012 Inggris 16.54  7.33  10.57  2.28  17.97  7.85 
2013 Inggris 17.29  7.38  10.58  2.50  17.98  7.85 
2014 Inggris 17.16  7.44  10.60  2.68  17.98  7.87 
2007 Perancis 15.70  7.06  10.64  1.88  17.97  7.91 
2008 Perancis 15.70  7.08  10.63  1.86  17.98  7.91 
2009 Perancis 16.63  7.15  10.60  1.84  17.99  7.92 

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2010 Perancis 16.52  7.24  10.61  2.01  17.99  7.91 


2011 Perancis 16.07  7.29  10.63  2.09  18.00  7.91 
2012 Perancis 16.09  7.33  10.63  2.20  18.00  7.90 
2013 Perancis 16.22  7.38  10.63  2.30  18.00  7.89 
2014 Perancis 16.00  7.44  10.62  2.47  18.01  7.87 

Lampiran 3: Hasil regresi dengan menggunakan Pooled Least Square (PLS)


. reg lnexp lngdpi lngdpj lnprice lnpop lndist

Source SS df MS Number of obs = 40


F( 5, 34) = 55.47
Model 97.9994378 5 19.5998876 Prob > F = 0.0000
Residual 12.0143621 34 .353363593 R-squared = 0.8908
Adj R-squared = 0.8747
Total 110.0138 39 2.82086667 Root MSE = .59444

lnexp Coef. Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval]

lngdpi -2.545179 .9823106 -2.59 0.014 -4.541475 -.5488841


lngdpj 4.359625 .5740417 7.59 0.000 3.193031 5.526218
lnprice 1.627428 .5571635 2.92 0.006 .4951357 2.75972
lnpop 1.886508 .1440279 13.10 0.000 1.593808 2.179208
lndist -1.311271 .317878 -4.13 0.000 -1.957276 -.6652649
_cons -38.07114 8.947151 -4.26 0.000 -56.25393 -19.88834

Lampiran 4: Hasil regresi dengan menggunakan Fixed Effect Model (FEM)


. xtreg lnexp lngdpi lngdpj lnprice lnpop lndist, fe

Fixed-effects (within) regression Number of obs = 40


Group variable: country Number of groups = 5

R-sq: within = 0.1474 Obs per group: min = 8


between = 0.1069 avg = 8.0
overall = 0.1036 max = 8

F(5,30) = 1.04
corr(u_i, Xb) = -0.9120 Prob > F = 0.4140

lnexp Coef. Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval]

lngdpi -.4194155 1.038427 -0.40 0.689 -2.540167 1.701336


lngdpj -1.826818 3.879594 -0.47 0.641 -9.750006 6.096369
lnprice .7635845 .5273311 1.45 0.158 -.3133693 1.840538
lnpop -1.026232 7.11574 -0.14 0.886 -15.55851 13.50605
lndist 3.309991 4.166108 0.79 0.433 -5.198337 11.81832
_cons 33.63992 134.0571 0.25 0.804 -240.1412 307.4211

sigma_u 4.1813844
sigma_e .38418435
rho .99162879 (fraction of variance due to u_i)

F test that all u_i=0: F(4, 30) = 12.85 Prob > F = 0.0000

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran 5: Hasil regresi dengan menggunakan Random Effect Model (REM)


. xtreg lnexp lngdpi lngdpj lnprice lnpop lndist, re

Random-effects GLS regression Number of obs = 40


Group variable: country Number of groups = 5

R-sq: within = 0.0956 Obs per group: min = 8


between = 0.9416 avg = 8.0
overall = 0.8908 max = 8

Wald chi2(5) = 277.33


corr(u_i, X) = 0 (assumed) Prob > chi2 = 0.0000

lnexp Coef. Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval]

lngdpi -2.545179 .9823106 -2.59 0.010 -4.470473 -.619886


lngdpj 4.359625 .5740417 7.59 0.000 3.234523 5.484726
lnprice 1.627428 .5571635 2.92 0.003 .5354078 2.719448
lnpop 1.886508 .1440279 13.10 0.000 1.604219 2.168798
lndist -1.311271 .317878 -4.13 0.000 -1.9343 -.6882413
_cons -38.07114 8.947151 -4.26 0.000 -55.60723 -20.53504

sigma_u 0
sigma_e .38418435
rho 0 (fraction of variance due to u_i)

Lampiran 6: Hasil Uji Hausman


. hausman fe re

Coefficients
(b) (B) (b-B) sqrt(diag(V_b-V_B))
fe re Difference S.E.

lngdpi -.4194155 -2.545179 2.125764 .3367453


lngdpj -1.826818 4.359625 -6.186443 3.83689
lnprice .7635845 1.627428 -.8638436 .
lnpop -1.026232 1.886508 -2.91274 7.114282
lndist 3.309991 -1.311271 4.621261 4.153963

b = consistent under Ho and Ha; obtained from xtreg


B = inconsistent under Ha, efficient under Ho; obtained from xtreg

Test: Ho: difference in coefficients not systematic

chi2(5) = (b-B)'[(V_b-V_B)^(-1)](b-B)
= 6.31
Prob>chi2 = 0.2768
(V_b-V_B is not positive definite)

SKRIPSI   ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran 7: Penelitian Sebelumnya

No. Nama / Tahun / Judul Variabel dan Metode Analisis Hasil Penelitian
1. Determinan Karet ‐ Variabel Dependen: Nilai Ekspor Karet Indonesia Hasil penelitian menunujukkan bahwa variabel nilai tukar riil dan
Indonesia dengan ‐ Variabel Independen: GDP Riil, Nilai Tukar Riil, jarak ekonomi menunjukkan pengaruh negatif dan signifikan,
pendekatan Gravity Model Populasi, Jarak ekonomi, Kebijakan IRCo variabel GDP negara tujuan ekspor menunjukkan pengaruh yang
positif dan signifikan. Sedangkan pada variabel GDP negara
Soraya, B (2013) ‐ Gravity Model Indonesia, kebijakan International Rubber Consortium (IRCo), dan
‐ Data panel dengan Random effect Model populasi negara tujuan ekspor karet tidak menunjukkan pengaruh
yang signifikan.
2. Posisi Daya Saing dan ‐ Variabel Dependen: Volume Ekspor Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada metode RCA dan EPD,
Faktor -Faktor yang ‐ Variabel Independen: GDP Riil, Populasi, IHK buah manggis, mangga, dan jambu memiliki keunggulan
Mempengaruhi Ekspor Indonesia, Harga Ekspor, Nilai Tukar Riil, Jarak komparatif dan kompetitif tertinggi, sedangkan stroberi kehilangan
Buah-Buahan Indonesia Ekonomi, Krisis Eropa daya saingnya di negara tujuan ekspor. Faktor yang memengaruhi
aliran ekspor buah Indonesia ke negara tujuan meliputi harga
Pradipta, A dan Firdaus ‐ Revealed Comparative Advantage (RCA) ekspor, populasi, jarak ekonomi, GDP riil dan per kapita, nilai tukar
(2014) ‐ Export Product Dynamic (EPD) riil, indeks harga konsumen Indonesia, dan variabel dummy krisis
‐ Gravity Model yang terjadi di Eropa.
3. Daya Saing Ekspor ‐ Nilai ekspor komoditas perikanan Indonesia ke Hasil penelitian menunjukkan bahwa di tingkat ASEAN maupun
Produk Perikanan negara tujuan ASEAN-China, produk perikanan Indonesia yang memiliki daya
Indonesia di Lingkup ‐ Nilai total ekspor Indonesia ke negara tujuan saing adalah produk ikan segar dan masih lemah dalam hal ekspor
ASEAN dan ASEAN – ‐ Nilai ekspor komoditas perikanan Dunia ke negara produk yang memiliki nilai tambah. Komoditas tersebut adalah
China tujuan kode HS 03 (ikan, udang-udangan, hewan lunak, invertebrata
‐ Nilai total ekspor Dunia ke negara Tujuan perairan), HS 710110 (mutiara dari alam yang belum diolah), HS
Saptanto, S (2011) 710121 (mutiara budidaya yang belum diolah), dan HS 121220
‐ Revealed Comparative Advantage (RCA) (rumput laut dan alga lainnya).

4.. Kinerja Daya Saing ‐ Nilai ekspor perikanan Indonesia ke negara tujuan Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama 2007-2009 ada 46
Produk Perikanan ‐ Nilai total ekspor Indonesia ke negara tujuan komoditas perikanan dalam HS 6-digit yang memiliki indeks RCA
Indonesia di Pasar ‐ Nilai ekspor perikanan Dunia ke negara tujuan lebih besar dari satu, yang menunjukkan daya saing kuat di pasar
Global” ‐ Nilai total ekspor Dunia ke negara tujuan internasional dan bahkan mengalami peningkatan daya saing.
Sementara itu, 71 komoditas lainnya memiliki daya saing yang
Natalia, D dan Nurozy ‐ Revealed Comparative Advantage (RCA) cenderung menurun dan berfluktuasi.
(2012)

Sumber: Data Penelitian Sebelumnya

SKRIPSI ANALISIS DAYA SAING ... DIAN RATNA SARI

Anda mungkin juga menyukai