Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN

2.1PERMASALAHAN

Penelitian dilakukan untuk menyelesaikan suatu permasalahn yang dimulai dengan adanya
penyimpangan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) permasalahan merupakan hal
yang menjadikan masalah atau hal yang dimasalahkan atau persoalan. Stonner mengemukakan
bahwa masalah-masalah dapat diketahui atau dicari apabila terdapat penyimpangan antara
pengalaman dengan kenyataan, antara apa yang direncanakan dengan kenyataan, adanya
pengaduan, dan kompetisi. Menurut Suryabrata masalah merupakan kesenjangan antara harapan
(das sollen) dengan kenyataan (das sein), antara kebutuhan dengan yang tersedia, antara yang
seharusnya (what should be) dengan yang ada (What it is). Penelitian dimaksudkan untuk menutup
kesenjangan (What can be). Masalah adalah deskripsi mengenai kesenjangan antara teori dan
praktek, antara aturan dan pelaksanaan, atau antara harapan dan kenyataan.

Masalah timbul karena adanya tantangan, kesangsian terhadap fenomena, ambiguitas,


hambatan atau kesenjangan atau gap. Masalah penelitian adalah suatu kesenjangan yang yang
terjadi, relevan dan terdokumentasi yang pemecahan atau alternatif pemecahannya memerlukan
penelitian. Masalah penelitian dapat berupa common sense atau intuitif yang
identifikasi/pemecahannya hanya dapat dilakukan melalui penelitian. Kesenjangan dapat berupa
belum ada informasi, informasi bertentangan dengan teori, atau informasi belum lengkap atau
kurang tajam. Perumusan masalah dalam penelitian memiliki manfaat pada penulisan penelitian,
yaitu:

 Langkah awal untuk mengembangkan judul, tujuan penelitian, kerangka konsep dan
rancangan penelitian

 Prediksi keberhasilan studi

 Orisinalitas studi, bukan suatu duplikasi


John Dewey dan Kerlinger secara terpisah memberikan penjelasan mengenai masalah
berupa kesulitan yang dirasakan oleh orang awam maupun seorang peneliti. Kesulitan ini
menghalangi tercapai sebuah tujuan baik itu tujuan individu maupun sebuah kelompok. Masalah
dalam penelitian diekspresikan dalam bentuk kalimat tanya bukan kalimat pernyataan. Masalah
dalam ini selanjutnya dijawab melalui penelitian. Permasalahan dapat berasal dari berbagai
sumber. Sumber masalah penelitian dapat diperoleh dari variabel-variabel yang berhubungan
dengan masalah-masalah yang sering dihadapi manusia. Sumber masalah penelitian menurut
Moody sebagai berikut:

o 87% dari pengalaman praktek klinik atau pelaksanaan keperawatan,


o 57% dari studi literatur yang terkait,
o 46% dari interkasi dengan teman sejawat, antara senior dan yunior,
o 28% dari interaksi antara guru dengan muridnya,
o 9% dari pemberi dana penelitian, disebut juga penelitian pesanan.

Selain itu, Hadjar mengemukakan bahwa masalah juga dapat bersumber dari elemen lain,
seperti berikut:

1. Observasi Masalah
Dalam penelitian dapat diangkat dari hasil observasi terhadap hubungan tertentu
yang belum memiliki penjelasan memadai dan cara-cara rutin yang dalam melakukan suatu
tindakan didasarkan atas otiritas atau tradisi.
2. Dedukasi Dari Teori
Teori merupakan konsep-konsep yang masih berupa prinsip-prinsip umum yang
penerapannya belum dapat diketahui selama belum diuji secara empiris. Penyelidikan
terhadap masalah yang dianggap dari teori berguna untuk mendapatkan penjelasan empiris
praktik tentang teori.

3. Kepustakaan

Hasil penelitian mungkin memberikan rekomendasi perlunya dilakukan penelitian


ulang (replikasi) baik dengan atau 41 tanpa variasi. Replikasi dapat meningkatkan validitas
hasil penelitian dan kemampuan untuk digeneralisasikan lebih luas. Laporan penelitian
sering juga menyampaikan rekomendasi kepada peneliti lain tentang apa yang perlu diteliti
lebih lanjut. Hal ini juga menjadi sumber untuk menentukan masalah yang menentukan
masalah yang perlu diangkat untuk diteliti.

4. Masalah Sosial

Masalah yang ada di sekitar kita atau yang baru menjadi berita terhangat (hot news)
dapat menjadi sumber masalah penelitian.

5. Pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi dapat menimbulkan masalah yang memerlukan jawaban


empiris untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam. Masalah dalam penelitian
pendidikan dapat diperoleh dari berbagai sumber yang terkait dengan bidang Pendidikan.

Dalam penulisan perumusan masalah terdapat syarat-syarat tertentu, Pertama ialah latar
belakang masalah berupa analisis situasi yang harus menjelaskan mengapa penelitian perlu
dilakukan. Lalu pada identifikasi masalah menjelaskan faktor-faktor yang diduga
berhubungan/menyebabkan terjadinya suatu masalah, perlu ditunjang data kuantitatif atau
kualitatif yang berasal dari teori atau penelitian sebelumnya. Pembatasan masalah penelitian harus
berdasarkan justifikasi, adekuasi dan fisibilitas penelitian yang akan dilakukan. Serta prediksi
terhadap keberhasilan penelitian untuk menjawab masalah penelitian. Ciri perumusan masalah
penelitian yang baik, yaitu:

 Orisinalitas ide, misalnya pengembangan teori, informasi atau metode baru

 Bermanfaat untuk bidang ilmiah maupun aplikatif

 Pernyataan yang jelas tentang masalah penelitian

 Aspek kelayakan dari segi biaya, waktu, alat, keahlian, subjek penelitian

Selain itu, dalam menentukan masalah penelitian harus memperhatikan unsur-unsur


tertentu (unsur FINER), yaitu :

1. Fisibel, berdasarkan biaya, waktu, alat, keahlian, subjek penelitian, dan lainnya.
 Tersedia biaya yang mencukupi untuk penyusunan proposal, persiapan penelitian,
pengumpulan data, analisis data dan penulisan laporan.
 Tersedia waktu yang memadai untuk penyusunan proposal, pelaksanaan penelitian dan
penulisan laporan penelitian
 Tersedia fasilitas dan peralatan yang sesuai untuk penelitian
 Tersedia keahlian peneliti yang sesuai dengan topik penelitian
 Tersedia subjek penelitian yang karakteristik dan jumlahnya mencukupi
2. Interesting bagi peneliti, umumnya sesuai dengan bidang kepakarannya.
3. Novel, yaitu hasil penelitian dapat menguatkan, membantah, melengkapi atau berbeda dari
penelitian sebelumnya.
4. Etika penelitian dipenuhi terutama dalam penelitian terhadap manusia.
5. Relevan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan mendukung program atau kebijakan.

Pada umumnya mahasiswa atau peneliti pemula mendapat kesulitan dalam menemukan
masalah penelitian. Bagi pemula dalam penelitian dapat menggunakan langkah-langkah yang
dapat mempermudah menemukan masalah penelitian yang baik dan benar. Berikut adalah tahapan
dalam membentuk suatu permasalahan dalam penelitian:

1. Tentukan Satu Topik

Topik yang ditentukan sebaiknya berhubungan dengan bidang studi atau keahlian dari peneliti.
Dianjurkan untuk tidak mengambil topik di luar bidang studi atau keahlian peneliti kecuali bila
penelitian yang akan dilakukan menyangkut beberapa aspek disiplin ilmu sehingga membutuhkan
lebih dari satu orang peneliti

2. Uraikan Topik Tersebut ke Dalam Bentuk Pernyataan

Topik yang bersifat umum tersebut dibagi ke dalam beberapa sub-topik. Sub-topik ini yang
nantinya dapat dijadikan sebagai masalah penelitian. Untuk dapat menghasilkan beberapa sub-
topik lakukan brain-storming dengan diri Saudara sendiri, teman, atau para ahli.

3. Pilih Satu Topik dari Daftar


Dari daftar sub-topik atau pernyataan permasalahan tersebut, dipilih salah satu yang dianggap
menarik bagi peneliti untuk diteliti, atau yang paling sesuai bidangnya.

4. Evaluasi

Pilihan yang sudah dibuat perlu dievaluasi kembali apakah pilihan tersebut sudah dibuat dengan
benar. Masalah penelitian yang baik memiliki sekurang-kurangnya lima karakteristik. Oleh karena
itu evaluasi masalah penelitian didasarkan pada lima karakteristik, antara lain:

a. Menarik.

Topik yang dipilih harus dapat menarik peneliti. Jika topik menarik, maka peneliti akan termotivasi
untuk melakukan penelitian dan diharapkan dapat menghasilkan penelitian yang terbaik.

b. Bermanfaat.

Penelitian harus memberikan manfaat yang berarti terutama pada ilmu pengetahuan, peningkatan
kesejahteraan manusia, dan memperbaiki cara manusia melakukan sesuatu.

c. Hal yang baru.

Penelitian diharapkan menghasilkan sesuatu yang baru, apakah sama sekali baru atau memperbaiki
yang sudah ada.

d. Dapat dilaksanakan.

Sangat penting untuk diyakini bahwa penelitian yang akan dilakukan benar-benar dapat
dilaksanakan. Pertanyaan berikut dapat digunakan untuk mengevaluasi apakah masalah penelitian
yang telah dipilih dapat dilaksanakan dengan baik.

e. Tidak melanggar etika.

Perumusan masalah penelitian juga terdapat dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan
sebagai dasar dalam pembuatan judul penelitian, contoh:
2.2HIPOTESIS

Hipotesis berasal dari kata hypo (di bawah) dan thesis (kaidah) adalah suatu pernyataan
sementara yang harus dibuktikan kebenarannya dengan menggunakan uji statistik yang sesuai.
Hipotesis adalah suatu asumsi pernyataan hubungan antar dua variabel atau lebih yang diharapkan
dapat menjawab pertanyaan penelitian. Sehingga hipotesis tidak menilai benar atau salah tetapi
menguji asumsi dengan data empiris apakah sahih atau tidak. Hipotesis diperlukan untuk penelitian
eksperimen dan analitik. Hipotesis dalam penelitian ini harus operasional dalam bentuk narasi
(bukan hipotesis nol). Sumber hipotesis adalah pengalaman dalam klinik, teori, kajian dari
literature. Dari kedua kata tersebut berkembang beberapa pengertian hipotesis sebagai berikut:

 "Kesimpulan sementara atau proposisi tentatif tentang hubungan antara dua variabel atau
lebih (Kerlinger, 1973)
 "Dugaan-dugaan yang diuji dengan mengumpulkan fakta-fakta yang mengarah pada
penerimaan atau penolakan" (Abramson, 1991)
 "Rumusan sementara yang menyatakan harapan adanya hubungan tertentu antara dua
fakta atau lebih" (Koentjaraningrat, 1986)

Tidak seluruh penelitian menggunakan hipotesis. Hal ini berkaitan dengan jenis penelitian
yang dilakukan. Pada penelitian eksploratif, belum banyak pemahaman mengenai topik yang
diteliti. Konsekuensinya, penelitian tidak bertujuan utuk menguji hipotesis, melainkan justru
bertujuan untuk menghasilkan hipotesis untuk diuji lebih lanjut. Pertanyaan penelitian umumnya
digunakan pada penelitian kualitatif, sedangkan hipotesis terdapat pada penelitian kuantitatif, baik
deskriptif, analitik ataupun eksperimental. Fungsi utama hipotesis adalah memberikan “kejelasan
operasional” terhadap masalah yang akan diteliti. Selain itu, hipotesis juga akan mengarahkan
rancangan penelitian yang akan digunakan serta memberikan informasi yang jelas mengenai data
yang akan (dan tidak akan) dikumpulkan sesuai dengan fokus penelitian. Fungsi lainnya dari
hipotesis adalah sebagai berikut:

 Identifikasi variabel independen dan dependen yang akan digunakan


 Menentukan desain penelitian
 Menentukan uji statistik yang akan digunakan
 Memberikan kerangka untuk menyusun kesimpulan yang akan dihasilkan
 Menguji atau mendorong munculnya teori atau fenomena sosial

Ciri atau syarat hipotesis yang baik adalah:

 Hipotesis adalah hasil kontruksi dari gagasan-gagasan yang dapat diterangkan berdasarkan
teori-teori atau dibuat berdasarkan kerangka konsep penelitian,

 Hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan (statement) dan bukan dalam bentuk
pertanyaan,

 Hipotesis selalu dikaitkan dengan populasi, sampel penelitan hanya berfungsi sebagai
wahana pengujian hipotesis yang akan digeneralisasikan pada populasi

 Hipotesis paling sedikit melibatkan dua variabel yang perlu diuji kebenarannya

 Hipotesis penelitian harus dapat diuji.

Berdasarkan luas cakupannya hipotesis dapat dibedakan menjadi hipotesis mayor dan
minor. Contoh hipotesis mayor: Kepatuhan terhadap standar penatalaksanaan pasien TB di ruang
rawat inap dengan adanya peran manajer kasus lebih baik daripada penatalaksanaan di ruang rawat
inap tanpa adanya peran manajer kasus (Kasim, 2007).

Hipotesis minor pada dasarnya merupakan penjabaran dari hipotesis mayor. Pada contoh
di atas, hipotesis minornya adalah sebagai berikut:

 Penggunaan pemeriksaan sputum dalam mendiagnosis TB lebih tinggi pada pasien TB di


ruang rawat inap yang memiliki manajer kasus dibanding dengan yang tanpa memiliki
manajer kasus.

 Penggunaan pemeriksaan sputum dalam memantau penanganan pasien TB lebih tinggi


pada pasien TB di ruang rawat inap yang memiliki manajer kasus dibanding dengan yang
tanpa memiliki manajer kasus.
 Kepatuhan menggunakan regimen pengobatan sesuai dengan strategi DOTS lebih tinggi
pada pasien TB di ruang rawat inap yang memiliki manajer kasus dibanding dengan yang
tanpa memiliki manajer kasus

Berdasarkan sifat permasalahan yang akan diteliti, hipotesis dapat dibedakan menjadi
hipotesis relasional (atau hipotesis yang bersifat menghubungkan 2 fakta atau lebih) dan hipotesis
deskriptif (yaitu menggambarkan karakteristik suatu sampel menurut variabel tertentu). Contoh
hipotesis relasional dalam penelitian mengenai implementasi perbaikan mutu dan kinerja rumah
sakit dalam keselamatan pasien. Sedangkan contoh hipotesis deskriptif misalnya kejadian keluhan
pasien lebih banyak terdapat pada pasien yang dirawat di klas I dibanding dengan klas lainnya di
rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai