Anda di halaman 1dari 5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Kualitas pendidikan merupakan aspek yang sangat penting untuk kemajuan

bangsa. Melalui pendidikan yang baik akan menghasilkan sumber daya manusia

yang baik pula sebagai generasi penerus bangsa. Kualitas pendidikan pada suatu

daerah dapat dilihat dari tingkat pemahaman siswa terhadap konsep yang

diberikan serta adanya perubahan pada siswa tersebut. Proses perubahan tersebut

berupa perubahan tingkah laku pada diri individu yang mencakup perubahan

tingkah laku, sikap dan kebiasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan dan

sebagainya (Rahmadani, 2017: 279).

Menurut Hanafi dan Cucu suhana (2010) dalam Faozi (2018: 12), aktivitas

belajar yang dilakukan oleh siswa, akan menambah nilai tersendiri bagi siswa. Hal

ini tentu akan menignkatkan hasil belajar siswa secara keseluruhan. Metode atau

cara guru mengajar juga turut mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar.

Belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Menurut Rusman (2017: 400),

belajar harus melibatkan seluruh potensi yang dimiliki oleh siswa, meliputi

potensi gerakan fisik, potensi pancaindra, dan potensi kemampuan intelektual.

Sebagian besar siswa memiliki gaya belajar yang kolaboratif yaitu

menggabungkan potensi visual, audip, dan kinestetik. Pembelajaran yang

melibatkan aktivitas siswa secara langsung merupakan implmentasi dari gaya

belajar yang mengaktifkan siswa. Karena dengan aktivitas langsung dalam proses
pembelajaran, maka siswa otomatis melibatkan gerakan fisik, indra, mental dan

intelektual secara bersamaan.

Hal tersebut sejalan dengan Peratutran Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005,

Pasal 19 (ayat 1) yang menyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,

menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan

ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan

bakat, minat, dan perkembangan fisik serta fisiologis peserta didik.

Seiring perkembangan teknologi dan informasi, mendorong guru untuk lebih

mengembangkan metode dan media pembelajaran yang digunakan. Dalam proses

pembelajaran, siswa mengalami kesulitan dalam memahami pembelajaran yang

diberikan. Rahmadani (2017: 280) menyatakan bahwa, faktor yang menyebabkan

kesulitan belajar siswa ada dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Dalam

penelitiannya menyatakan bahwa faktor terbesar berasal dari faktor eksternal

dengan presentase sebesar 44% diikuti oleh faktor internal dengan persentase

sebesar 43%. Faktor internal sebagai penyebab kesulitan belajar terdiri dari 3

faktor yaitu minat, motivasi dan baka, sedangkan faktor eksternal terdiri dari

faktor guru, laboratorium dan buku.

Motivasi dari dalam diri siswa merupakan hal penting sebagai salah satu

penentu keberhasilan pembelajaran. Menurut Angkowo (2017: 2), guru

hendaknya selalu berusaha memperhatikan motivasi siswa sebelum proses

pembelajaran berlangsung. Peran guru yang optimal akan membuat siswa

termotivasi dalam mengembangkan kemampuan dan kreativitas belajarnya.


Kemampuan menumbuhkan motivasi merupakan langkah awal dalam setiap

proses pembelajaran. Peserta didik yang memiliki motivasi tinggi akan merasa

senang dan bertanggungjawab dalam menyelesaikan tugas-tugas belajarnya. Oleh

sebab itu, motivasi belajar akan berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar

yang optimal.

Siswa melakukan proses belajar secara bertahap. Terlebih dahulu, siswa diberi

pengetahuan dan pemahaman melalui strategi ceramah, presentasi, dan diskusi,

pendidik perlu menerapkan strategi latihan dan praktik untuk mengarahkan

keterampilan. Peserta didik dilatih untuk mengerjakan sesuatu sehingga dapat

mempraktikkannya berdasarkan instruksi cara mengerjakannya. Latihan dan

praktik adalah strategi pembelajaran untuk menguasai keterampilan dasar atau

pengetahuan melalui pekerjaan yang berulang-ulang (Yaumi, 2018: 65).

Biteknologi adalah pemanfaatan system kehidupan dan organisme untuk

mengembangkan atau mebuat produk baru dengan memanfaatkan makhluk hidup

atau hasil turunannya untuk menghasilkan atau memodifiksasi produk atau proses

untuk penggunaan tertentu. Populasi dunia saat ini mencapai 7 milyar dan

diproyeksikan meningkat menjadi milyar pada tahun 2050. Hal ini merupakan

tantangan yang sangat besar terkait penyediaan produk pangan. Kondisi yang

demikian, akan memberikan konsekuensi pada bertambahnya beban sumber daya

alam dalam memebuhi kebutuhan hidup manusia. Kelemahan tersebut dapat

diatasi dengan adanya bioteknologi. Konstribusi atau peran bioteknologi dalam

menangani permasalahan yang ada di dunia sangatlah beragam mencakup bidang

kesehatan, pertanian, industry, pangan dan lingkungan (Wardani, 2017: 6-8).


Menurut But et al. (1982) dalam Qomariyah (2016: 1), menyatakan bahwa

bioteknologi merupakan penerapan asas-asas sains (ilmu pengetahuan alam) dan

reakayasa (teknologi) untuk pengolahan suatu bahan dengan melibatkan suatu

aktivitas jasad hidup untuk menghasilkan barang atau jasa. Berdasarkan

pernyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa bioteknologi adalah ilmu yang

bersifat aplikatif, dimana dalam mempelajari ilmu tersebut tidak hanya diperlukan

konsep namun juga harus ada penerapan secara langsung di lapangan. Metode

pembelajaran konvesional yaitu berupa metode ceramah tidak cukup untuk

memberikan pemahaman yang baik bagi siswa.

Menurut Nugroho (2017: 2), sebagian besar sejarah dan tonggak

keberlangsungan lehidupan umat manusia didorong dengan semakin pesatnya

perkembangan ilmu pengetahuan dan tekonologi. Dalam kurun waktu 20 tahun

terakhir ini,bioteknologi telah mengalami perkembangan yang sangat pesat.

Pesatnya perkembangan ini sejalan dengan semakin tingginya tingkat kebutuhan

umat manusia di dunia. Bioteknokogi mendapatkan perhatian serius dan

dikembangkan oleh pemerontah secara intensif. Tujuan ini dilakukan untuk

memberikan solusi menghadapi berbagai permasalahan yan dihadapi umat

manusia pada saat ini maupun yang akan datang terutaman yang berhubungan

dengan kebutuhan pangan, obat-obatan, penelitian, yang pada gilirannya

semuanya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup umat

manusia.

Pembelajaran bioteknologi adalah kegiatan pembelajaran aplikatif dari

organisme biologis system dan proses rekayasa dalam industry barang dan jasa
untuk kepentingan manusia. Sehingga diperlukan metode pembelajaran yang tepat

sehingga mudah dipahami. Menurut Ausabel dalam Zulpadly (2016), peran guru

dan metode pembelajaran faktor motivasi siswa harus maksimal agar siswa

memperoleh hasil yang diharapkan. Dalam hal ini juga ditekankan agar para guru

mengetahui konsep-konsep relevan yang telah ada dalam struktur kognitif dan

psikomotorik tidak terdapat konsep-konsep yang relevan maka pengetahuan baru

yang dipelajari hanyalah hapalan semata.

Penerapan aktivitas siswa secara langsung dapat membantu siswa dalam

mengembangkan kemampuan memahami pengetahuan baru, melatih siswa untuk

lebih dekat dengan permasalahan di lingkungan dan memberikan kesempatan

pada siswa untuk menerima pengalaman fisik selama proses pembelajaran.

Penerapan ini melibatkan siswa secara aktif dimulai dari perencanaan, baik dalam

penentuan topic maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Pendapat

tersebut sesuai dengan pernyataan Simpson dalam Anggraini (2015: 50), bahwa

ranah psikomotorik merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill)

dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotorik merupakan

kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif.

Anda mungkin juga menyukai