Anda di halaman 1dari 18

BAGIAN ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN NOVEMBER 2018

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

RUPTUR PORSIO

OLEH :

AHMAD ZAKY, S.Ked

10542045713

PEMBIMBING:

dr. H. Umar Malinta, Sp. OG

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN FAKULTAS


KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

MAKASSAR

2018

1
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa :

Nama : Ahmad Zaky

NIM : 10542045713

Judul Referat : Ruptur Porsio

Telah menyelesaikan tugas referat dalam rangka kepaniteraan klinik pada


bagian ilmu kebidanan dan kandungan Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Makassar.

Makassar, Oktober 2018

Pembimbing

dr. H. Umar Malinta, Sp. OG

1
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirahim

Segenap tahmid senantiasa tercurah kepada Sang Pemilik kehidupan yang


Maha Pengasih dan Penyayang atas segala limpahan Rahmat dan nikmatNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan referat ini dengan lancar. Sholawat dan
salam untuk Rasulullah Muhammad SAW, sang pembawa cinta yang
membimbing manusia menuju surga serta mengajarkan kepada manusia untuk
saling mengasihi.

Alhadulillah berkat hidayah dan pertolongannya, penulis dapat


menyelesaikan tugas laporan kasus yang berjudul “ruptur porsio” dalam rangka
Kepaniteraan Klinik di Bagian Obsgyn Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Makassar.

Dalam Penyelesaian referat ini, penulis ucapkan banyak terima kasih atas
semua bantuan, doa serta motivasinya kepada pihak yang ikut memberi andil
dalam penyelesaian laporan kasus ini, terutama kepada dosen pembimbing dr.
Umar Malinta, Sp. OG (K)yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing,
memberikan pengarahan dan koreksi sampai referat ini selesai.

Penulis sadar bahwa penulisan ini sangat jauh dari kata sempurna, maka
dari itu penulis berharap kepada para pembaca untuk memberi kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan referat ini.

Demikian, semoga refarat ini bisa bermanfaat untuk penulis dan para
pembaca, Insya Allah, Amin.

Makassar, Oktober 2018

Ahmad Zaky M. S.Ked

2
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................3

A. Anatomi..................................................................................................... 3

B. Fisiologi.....................................................................................................6

C. Definisi Ruptur Serviks.............................................................................7

D. Klasifikasi..................................................................................................7

E. Etiologi......................................................................................................8

F. Diagnosis...................................................................................................9

G. Penatalaksanaan.........................................................................................9

H. Komplikasi................................................................................................12

BAB III PENUTIP................................................................................................14

A. Kesimpulan................................................................................................14

B. Kajian Islam..............................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

Ruptur serviks adalah robekan serviks yang luas yang menimbulkan

perdarahan dan dapat menjalar ke segmen bawah rahim.Robekan yang terjadi

pada persalinan yang kadang-kadang sampai ke forniks, robekan biasanya

terdapat pada pinggir samping serviks malahan kadang-kadang sampai ke segmen

bawah rahim danmembuka parametrium.1

Pada kehamilan dan persalinan dapat terjadi perlukaan pada alat genital.

Perlukaan alat genital pada kehamilan dapat terjadi baik pada uterus, serviks

maupun pada vagina, sedangkan pada persalinan disamping pada tempat diatas

perlukaan dapat juga terjadi pada vulva dan perineum. Derajat luka dapat ringan

dapat berupa luka lecet saja sampai dengan berat berupa luka robekan yang luas

disertai perdarahan yang hebat.2

Pada primigravida yang melahirkan bayi cukup bulan umumnya perlukaan

pada jalan lahir bagian distal (vagina, vulva, dan perineum) tidak dapat

dihindarkan apalagi bila anaknya besar (BB anak >4000 gram). Perlukaan paling

berat pada kehamilan atau persalinanialah robekan uterus (ruptura uteri).

Umumnya robekan terjadi pada segmen pada segmen bawah rahim yang dapat

meluas ke kiri atau ke kanan sehingga dapat menyebabkan putusnya arteri

uterina.1

Robekan pada segmen atas rahim dapat terjadi pada luka parut bekas SC

klasis atau bekas miomektomi, robekan pada jenis ini dapat terjadi baik pada

kehamilan maupun pada persalinan. Perlukaan alat genital didalam panggul pada

1
waktu pembedahan ginekologik merupakan penyulit yang tidak jarang dijumpai.

Hal ini terjadi terutama terjadi bila terdapat banyak perlekatan antara organ genital

yang akan dibedah dengan jaringan sekitar.

Pada umumnya robekan jalan lahir terjadi pada persalinan dengan trauma.

Pertolongan persalinan yang semakin manipulative dan traumatik memudahkan

robekan jalan lahir dan karena itu dihindarkan memimpin persalinan pada saat

pembukaan serviks belum lengkap. Robekan jalan lahir biasanya akibat

episiotomi, robekan spontan perineum, trauma forceps atau vakum ekstraksi atau

karena versi ekstraksi.2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI

Serviks uteri bebentuk fusiformis dan membuka tiap ujungnya

melalui lubang kecil ostium uteri internum dan eksternum. Di anterior,

batas atas serviks adalah ostium internum, yang bersesuaian dengan level

2
peritoneum yang melekat dengan vesika urinaria. Segmen atas serviks

portio supravaginalis terletak diatas perlekatan vagina ke serviks di tutupi

oleh peritoneum dipermukaan posteriornya, ligamentum kardinale melekat

dilateral, dan dipisahkan oleh vesika urinaria yang terdapat diatasnya oleh

jaringan ikat jarang. Bagian vagina bawah serviks disebut portio

vaginalis.3
Sebelum melahirkan, ostium uteri eksternum memiliki orificium

yang kecil, regular dan oval setelah melahirkan, terutama persalinan

pervaginam, orificium tersebut berubah menjadi celah melintang yang

membagi sehingga menjadi bibir anterior, dan posterior serviks, jika

terjadi robekan dalam waktu persalinan, serviks dapat sembuh sedemikian

rupa sehingga tampak irregular, nodular, atau stelata. Perubahan ini

merupakan ciri khas yang cukup untuk membantu pemeriksa memastikan

apakah seseorang wanita telah melahirkan anak pervaginam. Akan tetapi

jika seseorang menjalani perlahiran caesar makan penampilan serviks

pasca pembedahan mencerminkan derajat dilatasi sebelum pembedahan.2


Bagian serviks diluar ostium eksternum disebut ektoserviks dan

dilapisi terutama oleh epitel gepeng berlapis tidak berkeratin. Sebaliknya,

kanalis endoservikalis dilapisi oleh selapis epitel kolumnar penyekresi

musin, dan membentuk fissura dalam seperti pelipatan kedalam atau

“kelenjar” mukus yang dihasilkan oleh epitel endoserviks berubah selama

kehamilan. Mukus tersebut berubah menjadi tebal dan membentuk

sumbatan mukus didalam kanalis endoservikalis.3


Umumya selama kehamilan, epitel endoserviks berpindah keluar

dan masuk ke ektoserviks, selama pembesaran serviks dalam suatu proses

3
yang disebut inversi, akibatnya pita epitel kolumnar ini dapat melingkari

ostium eksternum. Seiring dengan waktu, epitel kolumnar yang mengalami

eversi ini dibawah pengaruh keasaman vagina atau selama penyembuhan,

dapat digantikan denga epitel gepeng dalam suatu proses yang disebut

metaplasia skuamosa. Penggantian dengan epitel skuamosa ini dapat

memblok fissura endoservikalis.3


Stroma serviks terutama terdiri dari kolagen elastin dan

proteoglikan dengan sedikit otot polos, perubahan dalam jumlah

komposisi dan orientasi komponen ini menyebabkan pematangan serviks

sebelum persalinan dimulai. Pada kehamilan awal peningkatan

vaskularisasi dan edema didalam stroma serviks memberi warna biru dan

pelunakan yang mepurakan ciri khas tanda chadwick dan hegar.3

Gambar 1: anatomi serviks 3

4
Gambar 2: Uterus, serviks, dan vagina3

Gambar 3: Anatomi sistem reproduksi wanita3

B. FISIOLOGI

Serviks mengeluarkan lendir rahim yang berbeda kadarnya

pada masa-masa tertentu. Fungsi dari lendir ini yaitu sebagai

perlindungan alami tubuh dari bakteri dari luar tubuh. Selain itu

lendir rahim juga berperan dalam membantu sperma menuju ke

5
ovum, lendir dimasa subur lebih banyak dibandingkan saat masa

tidak subur begitu juga pada saat hamil, serviks akan tertutup rapat

dan lendir yang ada akan semakin banyak karna berfungsi untuk

menjaga bayi dari bakteri dari luar. Pada saat proses persalinan

serviks yang berbentuk seperti donat dengan lubang yang sangat

kecil ini dapat membuka secara elsatis, serviks akan berubah

bentuk setelah melahirkan dan normal kembali setelah masa nifas. 4

C. DEFINISI

Ruptur serviks adalah robekan serviks yang luas yang

menimbulkan perdarahan dan dapat menjalar ke segmen bawah

rahim.Robekan yang terjadi pada persalinan yang kadang-kadang sampai ke

forniks, robekan biasanya terdapat pada pinggir samping serviks bahkan

kadang-kadang sampai ke SBR danmembuka parametrium.5

D. KLASIFIKASI

1. Menurut waktu terjadinya, ruptur uteri dapat dibedakan:5,6

a) Ruptur Uteri Gravidarum:

Terjadi waktu sedang hamil, sering berlokasi pada korpus.

b) Ruptur Uteri Durante Partum:

Terjadi waktu melahirkan anak, lokasinya sering pada SBR. Jenis inilah

yang terbanyak.

2. Menurut lokasinya, ruptur uteri dapat dibedakan:5,6

6
a) Korpus Uteri

Biasanya terjadi pada rahim yang sudah pernah mengalami operasi,

seperti seksiosesarea klasik (korporal) atau miomektomi.

b) Segmen Bawah Rahim

Biasanya terjadi pada partus yang sulit dan lama (tidak maju). SBR

tambah lama tambah regang dan tipis dan akhirnya terjadilah ruptur

uteri.

c) Serviks Uteri

Biasanya terjadi pada waktu melakukan ekstraksi forsep atau versi dan

ekstraksi,sedang pembukaan belum lengkap.

d) Kolpoporeksis-Kolporeksis

Keadaan dimana terjadi robekan memanjang/melintang diatas/didalam

vagina (regio fornics) sehingga sebagian serviks / uterus terlepas dari

vagina

E. ETIOLOGI

Bibir leher rahim (serviks uteri) merupakan jaringan yang mudah

mengalami perlukaan pada saat persalinan. Akibat perlukaan tersebut pada

seseorang dengan multipara pars vaginalis cervicis uteri (portio uteri) sudah

terbagi menjadi bibir depan dan bibir belakang seriks. Robekan serviks bisa

menimbulkan banyak perdarahan, khususnya bila robekan meluas kearah

kranial sebab ditempat itu terdapat ramus descendens dari arteri uterina.

Robekan serviks yang meluas ke arah kranial dan mencapai dinding vagina

7
kearah forniks lateralis perlu diwaspadai sebagai ruptur uteri karena robekan

dapat terus meluas keatas dan menyebabkan putusnya arteri uterina.

Perlukaan ini dapat terjadi pada persalinan normal, tetapi yang paling sering

adalah akibat upaya untuk melahirkan anak maupun persalinan buatan

pervaginam pada pembukaan yang belum lengkap. 1,6

Dapat pula terjadi robekan pada persalinan buatan dengan vakum

ekstraktor akibat terjepitnya serviks antara mangkok vakum dengan kepala

anak yang tidak terdeteksi sehingga serviks robek pada saat dilakukan tarikan

pada mangkok vakum ekstraktor. Penyebab lain robekan serviks adalah partus

presipitatus dimana pada partus ini kuat dan sering, sehingga janin didorong

keluar dengan kuat dan cepat sebelum pembukaan lengkap. Diagnosis

pembukaan serviks dapat diketahui dengan pemeriksaan inspekulo.1.6

F. DIAGNOSIS

Diagnosis perlukaan serviks dilakukan dengan speculum bibir

serviks dapat di jepit dengan cunam atromatik kemudian diperiksa secara

cermat sifat-sifat dari robekan tersebut. Bila ditemukan robekan serviks yang

memanjang, maka luka dijahit dari ujung yang paling atas, terus ke bawah.

Pada perlukaan serviks yang berbentuk melingkar, diperiksa dahulu apakah

sebagian besar dari serviks sudah lepas atau tidak. Jika belum lepas, bagian

yang belum lepas itu dipotong dari serviks, jika yang lepas hanya sebagian

kecil saja itu dijahit lagi pada serviks. Perlukaan dirawat untuk menghentikan

perdarahan.6

8
Perdarahan pasca persalinan pada uterus yang berkontraksi baik,

maka lakukan pemeriksaan speculum untuk memeriksa serviks uteri,

kemudian dilakukan pengamatan untuk mencari sumber perdarahan pada

serviks.6

G. PENATALAKSANAAN

1. Penanganan

Apabila ada robekan memanjang, serviks perlu ditarik

keluar dengan beberapa cunamovum, supaya batas antara robekan

dapat dilihat dengan baik. Jahitan pertama dilakukan pada ujung atas

luka, baru kemudian diadakan jahitan terus ke bawah. Robekan serviks harus dijahit kalau

berdarah atau lebih besar dari 1 cm. Pada robekan serviks yang berbentuk

melingkar, diperiksa dahulu apakah sebagian besar dari serviks sudah lepas

atau tidak. Jika belum lepas, bagian yang belum lepas itu, dipotong

dariserviks; jika yang lepas hanya sebagian kecil saja itu dijahit lagi pada

serviks. Perlukaan dirawat untuk menghentikan perdarahan.. 1,6

Robekan serviks harus dilakukan penjahitan jika perdarahan

atau luka lebih dari 1cm. Kadang bibir rahim depan serviks tertekan antara

kepala anak dan simfisis, terjadi nekrosis dan terlepas. Biasanya pada

robekan serviks terjadi pada bagian kiri tengah atau kanan tengah (posisi

jam 3 atau 9), dan akan terlihat saat dilakukan inspeksi vagina dan serviks,

robekan serviks juga dapat terjadi pada persalinan spontan, itulah sebabnya

pemeriksaan serviks dan vagina harus dilakukan secara teliti. Pada robekan

ringan akan cepat sembuh,jika robekan meluas harus dijahit.6

9
2. Penjahitan robekan serviks.

Tinjau kembali prinsip perawatan umum dan oleskan larutan anti

septik ke vagina dan serviks. Berikan dukungan dan penguatan emosional.

Anastesi tidak dibutuhkan pada sebagian besar robekan serviks. Berikan

petidin dan diazepam melalui IV secara perlahan (jangan mencampur obat

tersebut dalam spuit yang sama) atau gunakan ketamin untuk robekan

serviks yang tinggi dan lebar. Minta asisten memberikan tekanan pada

fundus dengan lembut untuk membantu mendorong serviks jadi terlihat.1,6

Gunakan retraktor vagina untuk membuka serviks, jika perlu

pegang serviks dengan forcep cincin atau forcep spons dengan hati–hati.

Letakkan forcep pada kedua sisi robekan dan tarik dalam berbagai arah

secara perlahan untuk melihat seluruh serviks. Mungkin terdapat beberapa

robekan.Tutup robekan serviks dengan jahitan jelujur menggunakan

benang catgut kromik atau poliglikolik 0 yang dimulai pada apeks(tepi atas

robekan) yang seringkali menjadi sumber pendarahan.1,6

3. Tehnik Penjahitan Pada Ruptur Serviks.

Terlebih dahulu dilakukan pemasangan sims spekulum, porsio

dilihat secara avue. Selanjutnya bibir serviks yang utuh (bila mungkin

sebaiknya pada arah jam 6 dan jam 12) dijepit dengan cuman atraumatik

atau fenster klem, portio ditarik dengan hati-hati keluar, kemudian

diperiksa secara cermat, tempat dan sifat robekan yang terjadi. Bila

diperlukan penjahitan pada serviks, maka luka dijahit mulai 1 cm

proksimal dari ujung robekan yang paling atas, dibuat simpul mati,

10
kemudian jahitan dibuat secara jelujur interlocking kebawah sampai

pinggir serviks dan dibuat simpul mati pada ujung jahitan.1,6

4. Perawatan lanjutan.6

a) Periksa tanda vital 2-4 jam

b) Perhatikan jika ada robekan atau terjadinya hematoma

c) Beri cairan IV dan atau donor sesuai keadaan pasien

d) Beri antibiotic profilaksis selama 5 hari

e) Tindak lanjuti selama 10 hari, dan dalam 6 minggu untuk memastikan

bahwa luka benar-benar sembuh.

Gambar 4 : Tehnik penjahitan pada ruptur serviks.6

H. KOMPLIKASI

a. Komplikasi awal

1) Perdarahan

Perdarahan dapat terjadi jika pembuluh darah tidak diikat dengan

baik. Pencegahannya adalah dengan mengikat titik perdarahan ketika

11
sedang menjahit, pastikan bahwa perdarahan tidak berasal dari uterus

yang atonik.6

2) Hematoma

Hematoma adalah mengumpulnya darah pada dinding vagina yang

biasanya terjadi akibat komplikasi luka pada vagina. Hematoma

terlihat adanya pembengkakan vagina atau nyeri hebat dan retensi

urine.6

3) Retensi urine

Ibu harus dianjurkan untuk sering berkemih. Jika ibu tidak mampu

maka pasang kateter untuk menghindari ketegangan kandung

kemih.6

4) Infeksi

Komplikasi paling umum dan dapat dihindari dengan memberikan

antibiotic profilaktik pada maternal dan gunakan teknik aseptik saat

menjahit robekan. Jika terjadi infeksi, jahitan harus segera dilepas

dan diganti dengan jahitan kedua kali, jika diperlukan hanya setelah

infeksi teratasi.6

b. Komplikasi Lanjut

Jaringan parut dan stenosis (penyempitan) vagina dapat

menyebabkan nyeri selama bersenggama dan persalinan lama pada

kelahiran berikutnya, jika robekan yang terjadi tidak diperbaikifistula

vesiko vagina, vesiko serviks atau dapat terjadi robekan vagina atau

serviks meluas ke kandung kemih atau rectum.6

12
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Robekan serviks dapat menimbulkan perdarahan banyak khususnya

bila jauh ke lateral sebab di tempat tersebut terdapat ramus desenden dari

arteri uterina. Perlukaan ini dapat terjadi pada persalinan normal tapi lebih

sering terjadi pada persalinan dengan tindakan–tindakan pada pembukaan

persalinan belum lengkap. Selain itu penyebab lain robekan serviks adalah

persalinan presipitatus. Pada partus ini kontraksi rahim kuat dan sering

didorong keluar dan pembukaan belum lengkap.

B. KAJIAN ISLAM

Artinya: Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan,

dan kandungan rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah. Dan

segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya (QS Ar-ra’d: 8)

13
DAFTAR PUSTAKA

1. ACOG. Vaginal birth after previous cesarean delivery. ACOG practice

bulletin no. 54. Washington, DC: American College of Obstetricians and

Gynecologists;2004.

2. Cunningham, F.G, et al. 2012. Williams Obsetrics 23nd edition. New York.

McGraw-Hill : 824-838.

3. Dane B. 2009. Maternal Death After Uterine Rupture in an Unscarred

Uterus: a Case Report. J. Emerg Med. 37 (4): 393-5


4. Keren O, Eyal S, Amalia L, Miriam K, Mosche M. 2010. Uterine

Rupture Risk Factor and Unscarred Uterus. Am J Obstet Gynecol. 191

(2):425-9
5. Sari, RDP. 2015. Ruptur Uteri. Jurnal Kedokteran Universitas Lampung

Vol.5.
6. Shaver D.C. et al, 2008. Clinical Manual Of Obstetrics, 2nd Edition, Mc

Graw International Editions, page 313-321.

14

Anda mungkin juga menyukai