Anda di halaman 1dari 12

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infertilitas yang didefinisikan sebagai kegagalan untuk hamil setelah

satu tahun mencoba kehamilan dengan melakukan hubungan seksual secara

teratur tanpa kontrasepsi, dianggap sebagai masalah di hampir semua budaya

dan masyarakat (Lewis, 2007). Infertilitas dibagi menjadi 2 bagian, yaitu

primer dan sekunder. Infertilitas primer terjadi ketika keadaan istri belum

pernah hamil sama sekali, sedangkan infertilitas sekunder terjadi pada istri

yang pernah hamil (Easley, 2013). Pasangan yang mengalami infertilitas

sekitar 15% disebabkan oleh subfertilitas atau kemandulan (yang memiliki

ketidakmampuan bawaan untuk hamil) di salah satu pasangan atau keduanya

(Easley, 2013).

Pada kasus infertilitas, perempuan memiliki peran sebesar 40% -50%

kasus sedangkan laki-laki sebesar 30% dan penyebab lain sekitar 20% -30%

dari pasangan (Easley, 2013). Infertilitas sebagian besar disebabkan oleh

perempuan, oleh karena itu dampak dari infertilitas memiliki pengaruh lebih

besar bagi perempuan. Infertilitas yang disebabkan oleh faktor perempuan

antara lain anovulasi, kerusakan tuba, endometriosis dan kegagalan ovarium.

Faktor laki-laki antara lain disebabkan oleh jumlah sperma yang sedikit,

sperma tidak motil dalam ejakulasi, dan disfungsi ereksi. Faktor lain

penyebab infertil antara lain stres, pengguna tembakau dan alkohol, kelebihan

dan kekurangan berat badan, serta intensitas olahraga yang berlebihan (Tai,

2013).
2

Infertilitas terjadi pada banyak pasangan di seluruh dunia, yaitu

sebanyak 50 juta hingga 80 juta pasangan dengan usia wanita yang masih

subur (WHO, 2011). The World Health Organization (WHO) memperkirakan

sekitar 8-10% pasangan usia subur mengalami masalah kesuburan. Di

Indonesia, pada tahun 2007, dari sekitar 30 juta pasangan usia subur terdapat

3-4,5 juta atau sekitar 10-15 % pasangan yang memiliki problem kesuburan.

Di Daerah Istimewa Yogyakarta sekitar 400 ribu pasangan suami istri infertil,

jumlah pasien yang datang ke Poliklinik Kebidanan dan Kandungan di

Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta rata-rata setiap bulan

berjumlah 6 orang dalam 1 tahun terakhir.

Kasus infertil dalam suatu lingkungan sosial budaya mengandung bias

jender yang kuat. Pihak perempuan sering disalahkan pada pasangan suami

istri yang tidak mempunyai keturunan (Pranata, 2009). Beberapa budaya

menganggap ketidaksuburan merupakan tanggung jawab perempuan. Hal itu

dihubungkan dengan dosa-dosanya di masa lalu. Perempuan yang pertama

divonis oleh masyarakat sebagai individu penyebab masalah tanpa melihat

terlebih dahulu penyebabnya (perempuan atau laki-laki). Masalah infertilitas

juga menyebabkan stres pada laki-laki, namun stres lebih banyak dan lebih

cepat dialami oleh perempuan (Watkins & Baldo, 2005). Dengan demikian

perempuan dianggap sebagai pihak yang bertanggung jawab atas semua

kejadian infertilitas.

Menurut Wiersermman, (2006) cit. Sigar, (2008) dalam penelitiannya

di Vietnam Selatan ditemukan bahwa akibat infertilitas menimbulkan respon


3

stres yang tinggi terhadap wanita. Hal ini disebabkan dalam budaya

masyarakat Vietnam pasangan yang telah menikah penting untuk mempunyai

keturunan agar bisa mewariskan nama keturunannya terutama bagi anak laki-

laki.

Faktor stres juga berpeluang dialami oleh masyarakat Indonesia,

mengingat dalam budaya Indonesia nilai anak masih memiliki arti penting.

Masyarakat Indonesia pada umumnya berpendapat bahwa anak mempunyai

nilai yang tinggi bagi keluarga. Selain memiliki fungsi ekonomi yaitu secara

ekonomi anak dianggap menguntungkan untuk investasi hari tua, juga

memiliki fungsi sosial karena anak merupakan kebanggaan keluarga (Siregar,

2003 cit. Sigar, 2008). Tidak jarang kekerasan dalam rumah tangga terjadi

akibat ketidakadilan memandang masalah terkait infertilitas, sehingga pada

akhirnya perempuan yang menjadi korban baik secara fisik, ekonomi, seksual

maupun psikososial (Greil, 1997 cit. Warsiti, 2006).

Masyarakat Yogyakarta merupakan masyarakat yang masih menganut

budaya patrilineal. Dalam masyarakat patrilineal suami merupakan pengambil

keputusan tertinggi dalam keluarga, termasuk keputusan perempuan untuk

menentukan hak-hak reproduksinya (Koentjaraningrat, 1999). Kaum

perempuan menghadapi berbagai persoalan yang diakibatkan oleh sistem

patriakhi. Patriakhi adalah sistem yang selama ini meletakkan kaum

perempuan terdominasi dan tersubordinasi. Hubungan antara laki-laki dan

perempuan bersifat hierarkhis, yakni laki-laki berkedudukan dominan

sedangkan perempuan sub ordinat (Laki-laki menentukan, wanita ditentukan).


4

Penjajahan kaum pria terhadap wanita terlihat semakin meningkat dengan

beberapa indikasi dengan meningkatnya persoalan yang dihadapi kaum

perempuan mulai dari KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) hingga

perdagangan wanita (trafficking).

Peran perempuan dalam berbagai bidang sering menghadapi berbagai

kendala. Permasalahan pendidikan, status sosial ekonomi, dan pekerjaan

perempuan sering dinomorduakan dan dianggap tidak sebanding dengan laki-

laki. Istilah yang erat kaitannya dengan hal ini adalah bahwa perempuan

merupakan koncowingking. Perempuan hendaknya tinggal di rumah

mengurusi dapur, sumur dan kasur (reproduksi). Pekerjaan-pekerjaan

perempuan meliputi masak, macak, dan manak (Sulistyo, 2008). Islam

beranggapan bahwa wanita terbaik adalah mereka yang mencintai dan bisa

memiliki banyak anak bahkan beberapa ulama menganggap Makruh untuk

menikahi seorang wanita yang tidak bisa memiliki anak.

Kemajuan terbaru dalam pengobatan reproduksi sangat membantu

beberapa pasangan dengan masalah infertilitas yang sulit untuk hamil, tetapi

metode ini jarang berhasil dalam semua kasus (Easley, 2013). Pengobatan

terbaru infertil adalah in-vitro. Walaupun terapi ini sangat benyak membantu

dalam mengatasi infertilitas tetapi prosedur pengobatan sangat kompleks

meliputi klien harus mampu menghasilkan gamet, bebas dari intervensi

medis, paparan racun dan penyebab genetik selain itu biaya yang diperlukan

juga mahal (Easley, 2013). Penelitian lain mengenai in-vitro pada wanita

infertil membandingkan perasaan wanita yang berhasil hamil setelah terapi


5

dan yang belum berhasil, hasilnya wanita yang berhasil hamil setelah in-vitro

merasa sangat bahagia dalam hidupnya sedangkan yang belum berhasil hamil

berdampak negatif dalam pernikahannya (Leiblum, 1998). Kesungguhan

pasien infertil selama pengobatan dapat mempercepat kesembuhan dan juga

didukung oleh pengetahuan yang cukup tentang manfaat pengobatan (Hinton,

Kurinczuk, & Ziebland, 2012). Berbagai macam pemeriksaan dan pengobatan

medis sebagai upaya untuk mengatasi masalah infertilitas dijalani oleh

perempuan namun tidak semua akan segera memperoleh keturunan, sehingga

keadaan ini akan menimbulkan stres pada perempuan (Reeder, Martin, &

Griffin, 1997).

Kegagalan terapi medis ini manyebabkan wanita infertil untuk

mencari pengobatan alternatif, misalnya pijat, refleksi, ke dukun lalu minum

ramu-ramuan dan menikah lagi dengan pasangan yang dianggap subur

(Mariyani, 2003). Respon individu yang berkeinginan kuat untuk

memperoleh keturunan menuntut individu yang mengalami infertilitas akan

berupaya mencari pengobatan. Respon terhadap masalah infertilitas yang

bervariasi, maka sikap sensitivitas dan kepedulian anggota tim kesehatan

termasuk di dalamnya perawat maternitas dalam memberikan asuhan

keperawatan pada pasangan dengan masalah ketidaksuburan menjadi fondasi

ketidakmampuan pasien untuk mencari terapi (Warsiti, 2006). Oleh karena

itu, dapat kita lihat berbagai macam cara yang ditempuh oleh perempuan

infertil untuk mendapat keturunan.


6

Pengambilan tindakan untuk kesembuhan dan peningkatan kualitas

hidup seseorang, dalam hal ini pencarian pengobatan dalam mengatasi

infertilitas adalah pengertian dari promosi kesehatan yang ditulis oleh Pender

dalam teori Health Promotion Model/HPM (Pender, 2006). Health promotion

model adalah model yang menggambarkan komponen dan mekanisme yang

menjadi penentu pada gaya hidup yang mempromosikan kesehatan dengan

mewujudkan potensi kesehatan dan meningkatkan derajat kesehatan melalui

penggunaan perilaku pendekatan bukan perilaku penolakan penyakit (Pender,

2006).

Dari hasil studi pendahuluan wawancara pada 5 orang wanita infertil

yang masih melakukan pengobatan di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta

mengatakan bahwa mereka sudah melakukan terapi medis yaitu ke dokter,

tetapi belum ada hasilnya. Pengobatan alternatifpun sudah dilakukan, tapi

juga belum berhasil. (Sumber: wawancara klien infertil pada tanggal 30

Januari 2014).

Pengalaman individu mempengaruhi tindakan dan keputusan yang

akan diambil. Jika pengalaman tersebut menguntungkan maka akan jadi

pengulangan perilaku (Pender, 2006). Pengalaman akan menjadi kognitif dan

spesifik yang akan dimasukkan ke dalam memori sebagai informasi yang

akan dimunculkan kembali saat akan melakukan perilaku tersebut di

kemudian waktu. Perawat dapat berperan dalam membantu klien dengan

melihat riwayat perilaku yang positif yang memfokuskan pada pemanfaatan

perilaku, mengajarkan klien bagaimana bertindak dan menimbulkan potensi


7

dan sikap yang positif melalui pengalaman yang sukses dan feed back positif

(Pender, 2006).

Dari penjelasan di atas akibat infertilitas lebih besar pengaruhnya pada

perempuan yang disebabkan oleh berbagai faktor, dampak infertilitas pada

perempuan karena sebagai pihak yang menanggung kesalahan, pentingnya

anak sebagai penerus keluarga sehingga akhirnya menyebabkan perempuan

melakukan berbagai cara untuk memperoleh keturunan walaupun terkadang

tidak berhasil.

Berdasarkan teori Health Promotion Model/HPM, pengambilan

tindakan untuk kesembuhan dan peningkatan kualitas hidup perempuan

dalam hal ini pengalaman pencarian pengobatan dalam mengatasi infertilitas

akan dipengaruhi oleh karakteristik dan pengalaman perempuan sebelumnya,

sehingga berdampak pada kognitif behaviour spesifik dan sikap selama

pengobatan. Perilaku sebelumnya, faktor personal terutama sosiokultural,

manfaat pengobatan, hambatan selama pengobatan, kepercayaan diri dalam

mencari pengobatan, sikap selama pengobatan, dukungan keluarga,

kelompok, petugas kesehatan, dukungan sosial, belajar dari pengalaman

orang lain, pilihan yang tersedia, karakteristik kebutuhan, dan penyuluhan

kesehatan reproduksi menimbulkan komitmen perempuan infertil untuk

hamil. Pencarian pengobatan juga dikarenakan tuntutan dari suami dan

keluarga untuk segera hamil.

Dari studi literatur yang ada belum didapatkan adanya penelitian

tentang ini, oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian secara
8

mendalam pengalaman wanita infertil dalam mencari pengobatan dengan

menggunakan pendekatan teori Health promotion model.

B. Rumusan Masalah

Pengambilan keputusan dalam menentukan pengobatan pada perempuan

infertil terutama di Yogyakarta merupakan hak bagi kaum laki-laki atau

suami dan perempuan hanya sebagai sub ordinasi. Pengobatan infertilitas

perempuan merupakan masalah yang kompleks, hal ini dipengaruhi oleh

karakteristik, pengalaman perempuan infertil, kognitif behaviour spesifik, dan

sikap selama pengobatan. Berdasarkan rumusan masalah, maka pertanyaan

penelitiannya adalah: Bagaimana pengalaman wanita infertil dalam mencari

pengobatan?

C. Tujuan Penelitian

Mengeksplorasi pengalaman perempuan infertil dalam mencari

pengobatan.

D. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat

dalam pengembangan pelayanan keperawatan terutama maternitas. Manfaat

penelitian meliputi:

1. Bagi perempuan yang mengalami infertilitas

Hasil penelitian ini diharapkan meningkatkan pengetahuan

bagi para perempuan yang mengalami infertil tentang usaha mencari

pengobatan.
9

2. Bagi institusi pelayanan kesehatan

Diharapkan bagi institusi pelayanan kesehatan hasil penelitian

ini menjadi dasar untuk membuat suatu metode yang tepat dan sistem

pelayanan yang komprehensif meliputi upaya promotif, preventif,

kuratif dan rehabilitatif untuk mengatasi masalah infertilitas.

3. Bagi perawat maternitas

Bagi perawat maternitas dapat meningkatkan pengetahuan dan

memahami permasalahan serta sumber-sumber yang dibutuhkan

perempuan infertil, sehingga dapat dikembangkan suatu bentuk

konseling sesuai dengan harapan perempuan dengan masalah

infertilitas.

4. Bagi pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pemerintah

dalam menentukan kebijakan pada pengobatan infertilitas.

5. Bagi ilmu keperawatan

Diharapkan menambah wacana baru bagi ilmu keperawatan

sebagai sumber dalam pengembangan asuhan keperawatan maternitas

khususnya pada perempuan yang mengalami infertilitas.

E. Keaslian Penelitian

1. Anggraeni (2009), judul penelitian dukungan sosial yang diterima oleh

perempuan yang belum berhasil dalam pengobatan infertilitas. Metode

penelitian adalah kualitatif dengan desain fenomenologi, teknik

pengambilan sampel dengan purposive dan subjek penelitian adalah


10

infertil dan partisipan adalah perempuan infertil yang belum berhasil

dalam pengobatan. Hasil penelitian adalah ditemukan tiga topik utama

yaitu persepsi diri, orang yang berarti dalam hidup dan dukungan yang

membuat perempuan infertil menjadi semangat. Persamaan penelitian

adalah subjek penelitian infertil, metode penelitian kualitatif, teknik

pengambilan sampel dengan purposive, partisipan perempuan infertil

dan desain phenomenology.

2. Hinton, Kurinczuk, Ziebland (2012), judul penelitian Reassured or

fobbed off? Perspectives on infertility consultations in primary care: a

qualitative study. Metode penelitian kualitatif, desain grounded theory,

teknik pengambilan sampel purposive, subjek infertil dan partisipan

adalah pasangan infertil. Hasil pada penelitian ini adalah keseriusan

dari pasangan infertil sangat mempengaruhi keberhasilan pengobatan.

Persamaan penelitian adalah subjek penelitian infertil, metode

penelitian kualitatif dan teknik pengambilan sampel dengan purposive.

Perbedaan penelitian adalah partisipan pasangan infertil, desain

penelitian grounded theory.

3. Pranata (2009), judul penelitian infertilitas di kalangan laki–laki

Madura. Metode penelitian kualitatif, desain etnografi, subjek infertil,

teknik pengambilan sampel dengan snowball, dan partisipan laki-laki

infertil. Hasil penelitian ini adalah infertilitas sebagai realitas

kehidupan dapat menjadi pemicu ketidak harmonisan kehidupan

berkeluarga dan perceraian dalam masyarakat. Persamaan adalah


11

subjek penelitian infertil dan metode kualitatif. Perbedaan penelitian

adalah teknik pengambilan sampel dengan snowball, desain

etnography, dan partisipan laki-laki infertil.

4. Sigar (2008), judul penelitian koping istri dalam merespon kegagalan

terapi infertilitas di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta. Metode penelitian

kualitatif dengan desain studi kasus, teknik pengambilan sampel

purposive, subjek penelitian infertil dan partisipan perempuan infertil

yang mengalami kegagalan terapi infertil. Hasil penelitian adalah

Koping awal cenderung negatif seperti: marah, menangis, sedih,

kecewa dan menarik diri. Setelah itu koping menjadi positif seperti

melakukan aktifitas, refresing, pasrah dan tawakal. Sementara koping

untuk mempertahankan kelangsungan perkawinan saling terbuka dan

lebih melihat kelebihan dari pada kekurangan pasangan, memelihara

anak, adopsi dan melakukan doa bersama. Solusi dalam merespon

dampak terhadap problem psikososial, budaya serta ekonomi adalah

menghindari pembicaraan,kegiatan sosial, mencari alternatif terapi,

dan mengikhlaskan semua biaya yang telah dikeluarkan. Persamaan

penelitian adalah subjek penelitian infertil, metode kualitatif, partisipan

perempuan infertil dan teknik sampling purposive.

5. Warsiti (2006), judul penelitian stres dan koping perempuan dengan

masalah infertilitas studi fenomenologi pada masyarakat Yogyakarta.

Metode penelitian kualitatif, desain phenomenology, subjek infertil.

Teknik pengambilan sampel theory based/operational construct


12

sampling, dan partisipan adalah perempuan infertil. Hasil penelitian

perempuan dengan masalah infertilitas mengalami suatu keadaan

menegangkan, emosi yang tidak labil, dan perasaan kehilangan yang

dirasakan dapat menambah beban. Persamaan penelitian adalah subjek

penelitian infertilitas, lokasi Daerah Istimewa Yogyakarta, metode

kualitatif, desain phenomenology dan partisipan perempuan infertil.

Perbedaan penelitian adalah teknik pengambilan sampling theory

based/operational construct sampling.

Anda mungkin juga menyukai