Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
Paramitha Fajarcahyaningsih
1102013223
Pembimbing :
dr. Laila Wahyuni, Sp.M
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan referat yang berjudul Trauma Kimia pada Mata.
Referat ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat dalam mengikuti dan
menyelesaikan kepaniteraan klinik SMF Mata di RSUD Dr.Slamet Garut. Dalam
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
2. Para Perawat dan Pegawai di Bagian SMF MATA RSUD Dr.Slamet Garut.
Segala daya upaya telah di optimalkan untuk menghasilkan referat yang baik dan
bermanfaat, dan terbatas sepenuhnya pada kemampuan dan wawasan berpikir penulis.
Pada akhirnya penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca agar dapat menghasilkan
tulisan yang lebih baik di kemudian hari.
Akhir kata penulis mengharapkan referat ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca, khususnya bagi para dokter muda yang memerlukan panduan dalam
menjalani aplikasi ilmu.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Trauma Asam
Asam dipisahkan dalam dua mekanisme, yaitu ion hidrogen dan anion dalam
kornea. Molekul hidrogen merusak permukaan okular dengan mengubah pH,
sementara anion merusak dengan cara denaturasi protein, presipitasi dan
koagulasi. Koagulasi protein umumnya mencegah penetrasi yang lebih lanjut dari
zat asam, dan menyebabkan tampilan ground glass dari stroma korneal yang
mengikuti trauma akibat asam. Sehingga trauma pada mata yang disebabkan oleh
zat kimia asam cenderung lebih ringan daripada trauma yang diakibatkan oleh zat
kimia basa.2
Asam hidroflorida adalah satu pengecualian. Asam lemah ini secara cepat
melewati membran sel, seperti alkali. Ion fluoride dilepaskan ke dalam sel, dan
memungkinkan menghambat enzim glikolitik dan bergabung dengan kalsium dan
magnesium membentuk insoluble complexes. Nyeri local yang ekstrim bisa terjadi
sebagai hasil dari immobilisasi ion kalsium, yang berujung pada stimulasi saraf
dengan pemindahan ion potassium. Fluorinosis akut bisa terjadi ketika ion fluoride
memasuki sistem sirkulasi, dan memberikan gambaran gejala pada jantung,
pernafasan, gastrointestinal, dan neurologik.2
Bahan kimia asam yang mengenai jaringan akan mengadakan denaturasi dan
presipitasi dengan jaringan protein disekitarnya, karena adanya daya buffer dari
jaringan terhadap bahan asam serta adanya presipitasi protein maka kerusakannya
cenderung terlokalisir. Bahan asam yang mengenai kornea juga mengadakan
presipitasi sehingga terjadi koagulasi, kadang-kadang seluruh epitel kornea
terlepas. Bahan asam tidak menyebabkan hilangnya bahan proteoglikan di kornea.
Bila trauma diakibatkan asam keras maka reaksinya mirip dengan trauma basa.5
Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi koagulasi protein
epitel kornea yang mengakibatkan kekeruhan pada kornea, sehingga bila
konsentrasi tidak tinggi maka tidak akan bersifat destruktif seperti trauma alkali.
Biasanya kerusakan hanya pada bagian superfisial saja. Koagulasi protein ini
terbatas pada daerah kontak bahan asam dengan jaringan. Koagulasi protein ini
dapat mengenai jaringan yang lebih dalam.6
Bahan kimia bersifat asam : asam sulfat, air accu, asam sulfit, asam
hidrklorida, zat pemutih, asam asetat, asam nitrat, asam kromat, asam hidroflorida.
Akibat ledakan baterai mobil, yang menyebabkan luka bakar asam sulfat, mungkin
merupakan penyebab tersering dari luka bakar kimia pada mata. Asam
Hidroflorida dapat ditemukan dirumah pada cairan penghilang karat, pengkilap
aluminum, dan cairan pembersih yang kuat.4,7
Trauma Basa
Trauma basa biasanya lebih berat daripada trauma asam, karena bahan-bahan
basa memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan lipolifik dimana dapat secara cepat
untuk penetrasi sel membran dan masuk ke bilik mata depan, bahkan sampai retina.
Trauma basa akan memberikan iritasi ringan pada mata apabila dilihat dari luar.
Namun, apabila dilihat pada bagian dalam mata, trauma basa ini mengakibatkan
suatu kegawatdaruratan. Basa akan menembus kornea, kamera okuli anterior
sampai retina dengan cepat, sehingga berakhir dengan kebutaan. Pada trauma basa
akan terjadi penghancuran jaringan kolagen kornea. Bahan kimia basa bersifat
koagulasi sel dan terjadi proses safonifikasi, disertai dengan dehidrasi.2
Bahan alkali atau basa akan mengakibatkan pecah atau rusaknya sel jaringan.
Pada pH yang tinggi alkali akan mengakibatkan safonifikasi disertai dengan
disosiasi asam lemak membrane sel. Akibat safonifikasi membran sel akan
mempermudah penetrasi lebih lanjut zat alkali. Mukopolisakarida jaringan oleh
basa akan menghilang dan terjadi penggumpalan sel kornea atau keratosis. Serat
kolagen kornea akan bengkak dan stroma kornea akan mati. Akibat edema kornea
akan terdapat serbukan sel polimorfonuklear ke dalam stroma kornea. Serbukan sel
ini cenderung disertai dengan pembentukan pembuluh darah baru atau
neovaskularisasi. Akibat membran sel basal epitel kornea rusak akan memudahkan
sel epitel diatasnya lepas. Sel epitel yang baru terbentuk akan berhubungan
langsung dengan stroma dibawahnya melalui plasminogen aktivator. Bersamaan
dengan dilepaskan plasminogen aktivator dilepas juga kolagenase yang akan
merusak kolagen kornea. Akibatnya akan terjadi gangguan penyembuhan epitel
yang berkelanjutan dengan ulkus kornea dan dapat terjadi perforasi kornea.
Kolagenase ini mulai dibentuk 9 jam sesudah trauma dan puncaknya terdapat pada
hari ke 12-21. Biasanya ulkus pada kornea mulai terbentuk 2 minggu setelah
trauma kimia. Pembentukan ulkus berhenti hanya bila terjadi epitelisasi lengkap
atau vaskularisasi telah menutup dataran depan kornea. Bila alkali sudah masuk ke
dalam bilik mata depan maka akan terjadi gangguan fungsi badan siliar. Cairan
mata susunannya akan berubah, yaitu terdapat kadar glukosa dan askorbat yang
berkurang. Kedua unsur ini memegang peranan penting dalam pembentukan
jaringan kornea.2
Bahan kimia bersifat basa: NaOH, CaOH, amoniak, Freon/bahan pendingin
lemari es, sabun, shampo, kapur gamping, semen, tiner, lem, cairan pembersih
dalam rumah tangga, soda kuat.4,7
Anamnesis
Pada anamnesis, sering sekali pasien menceritakan telah tersiram
cairan atau tersemprot gas pada mata atau partikel-partikelnya masuk ke
dalam mata. Perlu diketahui apa persisnya zat kimia dan bagaimana
terjadinya trauma tersebut (misalnya tersiram sekali atau akibat ledakan
dengan kecepatan tinggi) serta kapan terjadinya trauma tersebut.1
Perlu diketahui apakah terjadi penurunan visus setelah cedera atau
saat cedera terjadi. Onset dari penurunan visus apakah terjadi secara
progresif atau terjadi secara tiba-tiba. Nyeri, lakrimasi, dan pandangan
kabur merupakan gambaran umum trauma. Harus pula dicurigai adanya
benda asing intraokular apabila terdapat riwayat trauma akibat ledakan.1
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang seksama sebaiknya ditunda sampai mata yang
terkena zat kimia sudah terigasi dengan air dan pH permukaan bola mata
sudah netral. Obat anestesi topikal atau lokal sangat membantu agar pasien
tenang, lebih nyaman, dan kooperatif sebelum dilakukan pemeriksaan.
Setelah dilakukan irigasi, pemeriksaan dilakukan dengan perhatian khusus
untuk memeriksa kejernihan dan keutuhan kornea, derajat iskemik limbus,
tekanan intra okular, konjungtivalisasi pada kornea, neovaskularisasi,
peradangan kronik, dan defek epitel yang menetap dan berulang.1
Hasil pemeriksaan fisik yang sering muncul adalah:
a) Defek epitel kornea
Kerusakan epitel kornea dapat bervariasi mulai keratitis epitel
punctata yang ringan sampai defek kornea yang menyeluruh.
Apabila dicurigai ada defek epitel namun tidak ditemukan pada
pemeriksaan awal, mata tersebut harus di periksa ulang setelah
beberapa menit.
b) Stroma yang kabur
Kekaburan stroma bervariasi, mulai dari ringan sampai opasifikasi
menyeluruh sehingga tidak bisa melihat kamera okuli anterior
(KOA).
c) Perforasi kornea
Perforasi kornea lebih sering dijumpai beberapa hari sampai
minggu setelah trauma kimia yang berat.
d) Reaksi inflamasi KOA
Tampak gambaran flare dan sel di KOA. Reaksi inflamasi KOA
lebih sering terjadi pada trauma alkali / basa.
e) Peningkatan TIO
Terjadi peningkatan TIO tergantung kepada tingkat inflamasi
pada segmen anterior dan deformitas jaringan kolagen kornea. Kedua
hal tersebut menyebabkan penurunan outflow uveoscleral dan
peningkatan TIO.
f) Kerusakan kelopak mata
Jika kerusakan kelopak mata menyebabkan mata tidak bisa ditutup
maka akan mudah iritasi.
g) Inflamasi konjungtiva
Dapat terjadi hiperemi konjungtiva.
h) Penurunan ketajaman penglihatan
Terjadi karena defek epitel atau kekeruhan kornea, meningkatnya
lakrimasi atau ketidaknyamanan pasien.
Gambar 5. Trauma kimia karena jeruk lemon. Vaskularisasi kornea terlihat jelas, dan mata menjadi
kering akibat kehilangan sebagian besar sel goblet.1
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dalam kasus trauma kimia mata adalah
pemeriksaan pH bola mata secara berkala dengan kertas lakmus. Irigasi
pada mata harus dilakukan sampai tercapai pH normal. Pemeriksaan bagian
anterior mata dengan lup atau slit lamp bertujuan untuk mengetahui lokasi
luka. Pemeriksaan oftalmoskopi direk dan indirek juga dapat dilakukan.
Selain itu dapat pula dilakukan pemeriksaan tonometri untuk mengetahui
tekanan intraokular.1
Diagnosa Banding
Beberapa penyakit yang menjadi diagnosis banding trauma kimia
pada mata, terutama yang disebabkan oleh basa atau alkali antara lain
konjungtivitis, konjugtivitis hemoragik akut, keratokunjugtivitis sicca,
ulkus kornea, dan lain-lain.1
2.7. Penatalaksanaan Trauma Kimia pada Mata
Penatalaksanaan pada trauma mata bergantung pada berat ringannya
trauma ataupun jenis trauma itu sendiri. Namun demikian ada empat tujuan utama
dalam mengatasi kasus trauma okular adalah memperbaiki penglihatan, mencegah
terjadinya infeksi, mempertahankan struktur dan anatomi mata, mencegah sekuele
jangka panjang. Trauma kimia merupakan satu-satunya jenis trauma yang tidak
membutuhkan anamnesa dan pemeriksaan secara teliti. Tatalaksana trauma kimia
mencakup:8
Penatalaksanaan Emergency
1. Irigasi merupakan hal yang krusial untuk meminimalkan durasi kontak mata
dengan bahan kimia dan untuk menormalisasi pH pada saccus konjungtiva
yang harus dilakukan sesegera mungkin. Larutan normal saline (atau yang
setara) harus digunakan untuk mengirigasi mata selama 15-30 menit samapi
pH mata menjadi normal (7,3). Pada trauma basa hendaknya dilakukan
irigasi lebih lama, paling sedikit 2000 ml dalam 30 menit. Makin lama makin
baik. Jika perlu dapat diberikan anastesi topikal, larutan natrium bikarbonat
3%, dan antibiotik. Irigasi dalam waktu yang lama lebih baik menggunakan
irigasi dengan kontak lensa (lensa yang terhubung dengan sebuah kanul
untuk mengirigasi mata dengan aliran yang konstan.8
2. Double eversi pada kelopak mata dilakukan untuk memindahkan material
yang terdapat pada bola mata. Selain itu tindakan ini dapat menghindarkan
terjadinya perlengketan antara konjungtiva palpebra, konjungtiva bulbi, dan
konjungtiva forniks.8
3. Debridemen pada daerah epitel kornea yang mengalami nekrotik sehingga
dapat terjadi re-epitelisasi pada kornea.8
Selanjutnya diberikan bebat (verban) pada mata, lensa kontak lembek dan
artificial tear (air mata buatan).
Gambar 6 Irigasi dan Pembebatan pada Mata8
Penatalaksanaan Medikamentosa
Trauma kimia ringan (derajat 1 dan 2) dapat diterapi dengan pemberian
obat-obatan seperti steroid topikal, sikloplegik, dan antibiotik profilaksis selama 7
hari. Sedangkan pada trauma kimia berat, pemberian obat-obatan bertujuan untuk
mengurangi inflamasi, membantu regenerasi epitel dan mencegah terjadinya ulkus
kornea.8
1. Steroid bertujuan untuk mengurangi inflamasi dan infiltrasi neutofil. Namun
pemberian steroid dapat menghambat penyembuhan stroma dengan
menurunkan sintesis kolagen dan menghambat migrasi fibroblas. Untuk itu
steroid hanya diberikan secara inisial dan di tappering off setelah 7-10 hari.
Dexametason 0,1% ED dan Prednisolon 0,1% ED diberikan setiap 2 jam.
Bila diperlukan dapat diberikan Prednisolon IV 50-200 mg
2. Sikloplegik untuk mengistirahatkan iris, mencegah iritis dan sinekia
posterior. Atropin 1% ED atau Scopolamin 0,25% diberikan 2 kali sehari.
3. Asam askorbat mengembalikan keadaan jaringan scorbutik dan
meningkatkan penyembuhan luka dengan membantu pembentukan kolagen
matur oleh fibroblas kornea. Natrium askorbat 10% topikal diberikan setiap
2 jam. Untuk dosis sitemik dapat diberikan sampai dosis 2 gr.
4. Beta bloker/karbonik anhidrase inhibitor untuk menurunkan tekanan
intra okular dan mengurangi resiko terjadinya glaukoma sekunder.
Diberikan secara oral asetazolamid (diamox) 500 mg.
5. Antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi oleh kuman oportunis.
Tetrasiklin efektif untuk menghambat kolagenase, menghambat aktifitas
netrofil dan mengurangi pembentukan ulkus. Dapat diberikan bersamaan
antara topikal dan sistemik (doksisiklin 100 mg).
6. Asam hyaluronik untuk membantu proses re-epitelisasi kornea dan
menstabilkan barier fisiologis. Asam Sitrat menghambat aktivitas netrofil
dan mengurangi respon inflamasi. Natrium sitrat 10% topikal diberikan
setiap 2 jam selama 10 hari. Tujuannya untuk mengeliminasi fagosit fase
kedua yang terjadi 7 hari setelah trauma.
Pembedahan
1. Segera. Pembedahan yang sifatnya segera dibutuhkan untuk revaskularisasi
limbus, mengembalikan populasi sel limbus dan mengembalikan kedudukan
forniks. Prosedur berikut dapat digunakan untuk pembedahan:8
Pengembangan kapsul Tenon dan penjahitan limbus bertujuan untuk
mengembalikan vaskularisasi limbus juga mencegah perkembangan
ulkus kornea.
Transplantasi stem sel limbus dari mata pasien yang lain (autograft) atau
dar donor (allograft) bertujuan untuk mengembalikan epitel kornea
menjadi normal.
Graft membran amnion untuk membantu epitelisasi dan menekan
fibrosis
2. Lanjut. Penanganan bedah pada tahap lanjut dapat menggunakan metode
berikut:8
Pemisahan bagian-bagian yang menyatu pada kasus conjungtival bands
dan simblefaron.
Pemasangan graft membran mukosa atau konjungtiva.
Koreksi apabila terdapat deformitas pada kelopak mata.
Keratoplasti dapat ditunda sampai 6 bulan. Makin lama makin baik, hal
ini untuk memaksimalkan resolusi dari proses inflamasi.
Keratoprosthesis bisa dilakukan pada kerusakan mata yang sangat berat
dikarenakan hasil dari graft konvensional sangat buruk.
Gambar 9. Simblefaron.1
Trauma kimia pada mata dapat berasal dari bahan yang bersifat asam dengan
pH < 7 atau bahan yang bersifat basa dengan pH > 7. Trauma basa biasanya
memberikan dampak yang lebih berat daripada trauma asam, karena bahan-bahan basa
memiliki dua sifat, yaitu hidrofilik dan lipolifik, sehingga zat basa dapat masuk secara
cepat untuk penetrasi ke sel membran dan masuk ke sudut mata depan, bahkan sampai
retina. Sementara trauma asam akan menimbulkan koagulasi protein permukaan yang
merupakan suatu pelindung, sehingga zat asam tidak dapat penetrasi lebih dalam
lagi. Gejala utama yang muncul pada trauma mata adalah epifora, blefarospasme, dan
nyeri yang hebat. Trauma kimia merupakan satu-satunya jenis trauma yang tidak
memerlukan anamnesa dan pemeriksaan yang lengkap.
Penatalaksanaan yang terpenting pada trauma kimia adalah irigasi mata dengan
segera sampai pH mata kembali normal dan diikuti dengan pemberian obat terutama
antibiotik, multivitamin, dan antiglaukoma. Selain itu dilakukan juga upaya promotif
dan preventif kepada pasien. Menurut data statistik, 90% kasus trauma dapat dicegah
apabila dalam menjalankan suatu pekerjaan menggunakan pelindung yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, Sidarta. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2008.
2. Randleman, J.B. Bansal, A. S. Burns Chemical. eMedicine Journal. 2009.
3. Center of Disease contol and prevention. Work related eye injuries. Diakses
dari http://www.cdc.gov/feature/dsworksplaceeye/
4. American College of Emergency Phycisians. Management of Ocular
Complaints. Diakses dari .http://www.acep.org/content.aspx?id=26712