Anda di halaman 1dari 12

Nama :1.

Hemas Regita S 121160041


2. Dheanidya 121160069
Mata Kuliah : Metodologi Penelitian
Kelas :A

DRAFT PROPOSAL PENELITIAN

Judul : Gel Pewarna Rambut dari Biji Pepaya

Bab 1.Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Identifikasi Masalah
1.3 Pembatasan Masalah
1.4 Perumusan Masalah
1.5 Tujuan Penelitian
1.6 Manfaat Penelitian

Bab 2.Tinjauan Pustaka


2.1 Sejarah Pepaya
2.2 Jenis-jenis Pepaya
2.3 Metode Maserasi
2.4 Etanol
2.5 HPMC (hydroxypropyl methylcellulose)

Bab 3. Metode Penelitian


3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2 Alat dan Bahan
a. Alat
b. Bahan
3.3 Prosedur Penelitian.
a. Persiapan Bahan.
b. Pembuatan Ekstrak
c. Pembuatan Sediaan Gel
d. Pembuatan Formulasi
e. Pengujian Stabilitas Fisik
f. Pengujian Efektivitas
g. Pengujian Iritasi
3.4 Diagram Alir
Nama : 1. Hemas Regita S 121160041
2. Dheanidya 121160069
Mata Kuliah : Metodologi Penelitian
Kelas :A

Topik : Bahan Produk

Gel Pewarna Rambut dari Biji Pepaya

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Buah pepaya biasanya hanya dimanfaatkan buahnya saja untuk dikonsumsi.
Biji papaya seringkali terbuang begitu saja dan menumpuk menjadi limbah makanan
yang jarang dimanfaatkan. Sumber minyak nabati yang sering dimanfaatkan adalah
yang bersumber dari biji-bijian yang disumbang sebagian besar oleh minyak kedelai,
sawit, rape seed, dan biji bunga matahari. Salah satu sumber minyak nabati yang
pemanfaatannya belum maksimal adalah minyak nabati yang berasal dari buah-buahan,
misalnya biji papaya. Biji pepaya dalam berat kering mengandung minyak sekitar 30%.
Hasil minyak ektraksi sering digunakan dalam produk kosmetik. Salah satu jenis
sediaan kosmetik yang digemari ialah pewarna rambut. Pewarna rambut yang baik
adalah menggunakan dari bahan alami karena penggunaannya tidak merusak kulit
kepala dibandingkan dengan pewarna kimia lainnya. Biji pepaya mempunyai
kandungan zat pewarna alami yaitu glucoside saccarine dan alkaloid carpaine.
Agar penggunaan biji pepaya lebih memiliki nilai ekonomis yang tinggi maka
penelitian ini dilakukan. Penelitian ini menggunakan metode ektraksi maserasi yaitu
cara ekstraksi yang paling sederhana dengan cara merendam serbuk simplisia
menggunakan pelarut yang sesuai dan tanpa pemanasan. Dan hasilnya akan dibuat
untuk gel pewarna rambut.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan yang menjadi identifikasi
masalah dalam penelitian ini adalah pembuatan minyak dari biji pepaya sebagai gel
pewarna rambut

1.3 Batasan Masalah


Dalam penelitian ini, permasalahan yang dibatasi adalah pengaruh konsentrasi
terhadap warna yang dihasilkan
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang diketahui, maka penelitian dapat diperoleh
rumusan masalahnya yaitu bagaimanakah pengaruh konsentrasi terhadap warna yang
dihasilkan?

1.5 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui
pembuatan pewarna rambut alami dari biji pepaya menggunakan metode maserasi dan
untuk mengetahui konsentrasi ekstrak biji pepaya yang menghasilkan warna terbaik.

1.6 Manfaat Penelitian


Diharapkan dengan melakukan penelitian ini dapat memberi kontribusi dalam
hal pengolahan biji pepaya sebagai zat pewarna alami sehingga bermanfaat untuk
industri yang membutuhkannya dan juga memberi ilmu pengetahuan bahwa biji pepaya
dapat digunakan untuk pewarna alami pada rambut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Sejarah Pepaya

Pepaya merupakan tanaman buah berupa herba dari famili Caricaceae yang
berasal dari Amerika Tengah dan Hindia Barat bahkan kawasan sekitar Mexsiko dan
Costa Rica. Tanaman ini disebarluaskan ke berbagai penjuru dunia oleh para pedagang
Spanyol. Di Indonesia sendiri, tanaman pepaya (Carica pepaya) baru dikenal secara
umum sekitar tahun 1930-an, khususnya di kawasan pulau Jawa. Tanaman buah
menahun ini tumbuh pada tanah lembab yang subur dan tidak tergenang air, dapat
ditemukan di dataran rendah sampai ketinggian 1000 m di bawah permukaan laut.
Tanaman pepaya banyak ditanam orang, baik di daerah tropis maupun subtropis. di
daerah-daerah basah dan kering atau di daerah-daerah dataran dan pegunungan (sampai
1000 m dpl). Saat ini pepaya telah menjadi tanaman yang merata didaerah beriklim
tropis, bahkan daerah sub tropispun banyak ditanami pohon Pepeya. Hampir disetiap
rumah banyak ditemukan pohon Pepaya, jadi cukup sulit untuk menentukan berapa
banyak hasil Pepaya ini. Walau demikian ada catatan yang dapat dipergunakan untuk
menentukan daerah mana yang banyak menghasilkan Pepaya baik untuk dalam maupun
luar negeri. Di indonesia sendiri Jawa Barat adalah penghasil Pepaya terbesar.
sedangkan diluar negeri diantaranya : Florida, Hawai, Afrika Timur, Afrika Selatan dan
disusul Ceylon dan India.
Klasifikasi tumbuhan pepaya (Carica pepaya L.)

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)


Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Caricales
Famili : Caricaceae
Genus : Carica
Spesies : Carica papaya L.
2.2 Jenis-Jenis Pepaya
a. Pepaya Bangkok (Jingga)

Gambar 1. Pepaya Jingga


Sesuai dengan namanya, pepaya bangkok merupakan pepaya yang berasal dari
Bangkok, Thailand. Pepaya bangkok masuk ke Indonesia pada tahun 1970. Pada saat
itulah pepaya bangkok masuk ke Indonesia lalu dikenal oleh masyarakat Indonesia.
Kemudian pepaya tersebut dikenal sebagai Pepaya Jingga.
Pepaya bangkok atau jingga dikenal dengan pepaya yang unggul. Karena
pepaya bangkok memilikin ukuran buah yang sangat besar. Bobot buah nya saja bisa
mencapai 3,4 kg. Dibandingkan dengan pepaya lainnya, pepaya bangkok inilah yang
pling besar. Selain itu, pepaya bangkok juga memiliki rasa yang manis serta daging
buahnya yang tebal dan memiliki biji yang banyak.

b. Pepaya Red Lady

Gambar 2. Pepaya Red Lady

Pepaya red lady dikenal dengan pepaya yang memiliki tingkat kemanisan yang
tinggi. Untuk satu buah pepaya saja tingkat kemanisannya bisa mencapai lebih kurang
13%. Dibandingkan dengan pepaya lainnya, pepaya red lady lah yang memiliki
tingkat kemanisan yang tinggi.

Ciri-ciri dari pepaya red lady adalah memiliki kulit buah yang berwarna jingga
pada pepaya yang telah matang. Sedangkan warna buah bagian dalamnya adalah
jingga bercampur merah. Pepaya red lady memiliki bentuk yang memanjang. Ada
juga pepaya red lady yang berbentuk lonjong serta bulat. Dan masih banyak jenis
pepaya lain seperti pepaya california yang merupakan tanaman buah pepaya unggulan
para petani,selain memiliki buah rasa manis,juga banyak memiliki manfaat dan
khasiat bagi tubuh dan kesehatan
c. Pepaya Cibinong

Gambar 3. Pepaya Cibinong


Pepaya cibinong merupakan salah satu jenis pepaya yang tumbuh di
Indonesia. Ciri-ciri dari pepaya cibinong adalah memiliki bentuk yang panjang serta
pada ujungnya terlihat lancip. Pada bagian pangkal buahnya kecil. Namun, semakin
kebagian tengah buah pepaya akan terlihat semakin membesar. Pepaya cibinong
memiliki warna kulit bagian luarnya hijau. Pada bagian ujung buah akan terlihat
warna kuning yang berbeda dengan warna kulit bagian lainnya. Warna kulit buah
tersebut merupakan warna kulit buah ketika pepaya cibinong sudah matang. Namun
ada juga pepaya cibinong yang sudah matang warna kulitnya kuning keseluruhan.
Yang membedakan antara pepaya cibinong dengan pepaya lainnya adalah warna buah
bagian dalamnya merah kekuningan. Rasa buah pepaya cibinong ini manis serta
rasanya segar ketika dimakan. Untuk satu buah pepaya cibinong memiliki berat
sekitar 2,4 kg. Kulit bagian luarnya terasa kasar sehingga mampu bertahan lama
ketika diangkut.

d. Pepaya Hawai

Gambar 4. Pepaya Hawai

Pepaya hawai merupakan pepaya yang memiliki ukuran yang kecil serta
beratnya yang hanya mencapai 0,6 kg. Karena ukurannya yang kecil membuat pepaya
hawai hanya bisa dimakan oleh satu orang saja. Saat ini pepaya hawai lebih dikenal
dengan sebutan pepaya solo. Sebutan tersebut diberikan kepada pepaya hawai karena
pepaya hawai hanya bisa dimakan oleh satu orang saja. Ciri-ciri dari pepaya hawai
adalah yang pasti memiliki ukuran yang kecil. Kulit buah yang telah matang akan
berwarna kuning. Rasa daging buah pepaya hawai ini sangat manis dan rasanya segar
ketika dimakan. Saking manisnya buah pepaya hawai ini membuat rasanya tidak
hilang hingga 2 jam setelah memakannya. Daging buah pepaya hawai bisa dikatakan
tebal sehingga dapat memuaskan penikmatnya ketika memakan pepaya hawai ini.

Dari berbagai macam jenis buah pepaya yang telah disebutkan diatas, penelitian
ini hanya menggunakan biji dari buah pepaya Jingga. Biji dari buah pepaya Jingga
dipilih karena buah pepaya Jingga memiliki biji yang cukup banyak dan ukuran
bijinya juga cukup besar.

2.3 Metode Maserasi

Maserasi adalah salah satu jenis metoda ekstraksi dengan sistem tanpa
pemanasan atau dikenal dengan istilah ekstraksi dingin, jadi pada metoda ini pelarut
dan sampel tidak mengalami pemanasan sama sekali. Sehingga maserasi merupakan
teknik ekstraksi yang dapat digunakan untuk senyawa yang tidak tahan panas ataupun
tahan panas (Hamdani, 2014). Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana.
Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari
(Afifah,2012). Jadi, Maserasi merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana dengan
cara merendam serbuk simplisia menggunakan pelarut yang sesuai dan tanpa
pemanasan. Pelarut yang digunakan salah satunya adalah etanol.

2.4 Etanol

Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau alkohol
saja, adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan
merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Etanol
banyak digunakan sebagai pelarut berbagai bahan-bahan kimia yang ditujukan untuk
konsumsi dan kegunaan manusia. Contohnya adalah pada parfum, perasa, pewarna
makanan, dan obat-obatan dan salah satunya kosmetik. Etanol adalah pelarut yang
serbaguna, larut dalam air dan pelarut organik lainnya.

2.5 HPMC ( HydroxyPropyl MethylCellulose )


Hidroksi propil metil selulosa (HPMC) merupakan gelling agent yang umum
dipakai dalam pembuatan gel. Hidroksipropil metilselulosa (HPMC) adalah salah satu
polimer semi sintetis. HPMC termasuk derivat dari selulosa yang merupakan eter
propilen glikol dari metilselulosa (Depkes RI, 1997). Jika dibandingkan dengan
metilselulosa, HPMC menghasilkan produk yang lebih jernih. Selain digunakan
secara luas sebagai bahan pembawa dalam formulasi farmasetik oral dan topikal,
senyawa ini juga digunakan secara luasdalam produk kosmetik dan makanan. HPMC
secara umum dikenal sebagai bahan yang tidak toksik dan tidak mengiritasi, meskipun
konsumsi yang berlebih secara oral mungkin dapat memberikan efek laksatif
(Harwood, 2006). Walaupun konsentrasi HPMC yang cocok untuk sediaan gel
berkisar antara 0,1-0,6%, namun hasil orientasi konsentrasi HPMC yang lebih kecil
dari 3% menghasilkan sediaan yang sangat encer sehingga digunakan konsentrasi
HPMC di atas 3% (Dede Astuti, 2012)
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat Penelitian


Penelitian ini akan direncanakan di Laboratorium Teknik Kimia UPN “Veteran”
Yogyakarta.

3.2 Alat dan bahan


a. Alat
1. Oven
2. Stemper dan mortir,
3. Timbangan digital
4. Rotary evaporator
5. Erlenmeyer
6. Gelas bekker
7. Labu ukur.

b. Bahan
1. Biji pepaya
2. Etanol 96 %
3. HPMC (hydroxypropyl methylcellulose)

3.3 Prosedur Penelitian


a. Persiapan Bahan
Biji pepaya dikeringkan (dioven) selama 6 jam dengan suhu 80°C yang
bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam biji pepaya. Selanjutnya biji
pepaya digerus dengan stemper & mortir. Biji pepaya yang telah berbentuk
serbuk atau bubuk kemudian disaring dengan screen ukuran 40 mesh.

b. Pembuatan ekstrak
Biji pepaya dilakukan dengan cara maserasi dengan pelarut Etanol 96% selama
3 x 24 jam, hasil ekstraksi diuapkan dengan rotary evaporator sampai diperoleh
ekstrak yang kental. Untuk mengetahui senyawa yang terdapat pada biji pepaya
tersebut, maka dilakukan uji skrining fitokimia meliputi pemeriksaan senyawa
alkaloid, flavonoid, tannin, saponin, steroid dan terpenoid.

c. Pembuatan Sediaan Gel


Dalam pembuatan gel, gelling agent harus dilarutkan dahulu pada pelarut
etanol.Agar serbuk atau HPMC tersebar dan untuk mencegah penggumpalan,
maka temperatur pelarut awal harus dapat digunakan untuk membatasi
penggumpalan dan disolusi yang tidak baik, yaitu digunakan air panas dan
diaduk dengan shear secara cepat sehingga partikel-partikel terdispersi sebelum
lapisan permukaannya mengembang dan melekat (lengket). Kemudian
ditambahkan air dingin supaya pengembangan gel sempurna.
Setelah itu dilakukan optimasi bertujuan untuk mengetahui apakah bahan-bahan
formulasi pada pembuatan sediaan gel dapat dibuat dan untuk mengetahui
formulasi basis gel mana yang cocok dibuat dengan variasi konsentrasi basis
HPMC yaitu 1,5%, 2%, 2,5%, 3%, 3,5% dan 4% tanpa penambahan ekstrak.

d. Pembuatan formulasi
Hasil ekstraksi biji pepaya dengan variasi konsentrasi yaitu 3%, 5%, 8%
dicampur dengan formulasi gel. Untuk mengetahui berapa % konsentarasi yang
menghasilkan warna terbaik pada rambut.

e. Pengujian stabilitas fisik


Sediaan dilakukan dengan pengamatan organoleptis, pengukuran pH dan
viskositas selama 28 hari penyimpanan ,suhu penyimpanan 25oC.

f. Pengujian efektivitas
Pewarna sediaan gel dilakukan terhadap sediaan gel pewarna rambut dengan
konsentrasi terkecil dan terbesar. Untuk mengetahui apakah sediaan gel
pewarna rambut memberikan perubahan atau efek pewarnaan pada rambut.

g. Pengujian iritasi
Sediaan gel pewarna rambut dengan menggunakan tekhnik uji tempel terbuka
dengan konsentrasi zat warna terbesar dan diamati apakah menimbulkan rasa
gatal dan timbulnya warna karena terjadi iritasi pada kulit atau tidak.
3.4 Diagram Alir

Mengeringkan biji pepaya dengan oven selama 6 jam dengan suhu 80°C.

Menggerus biji pepayadengan stemper & mortir hingga menjadi serbuk lalu
disaring dengan screen ukuran 40 mesh.

Melakukan uji skrining fitokimia

Melarutkan gelling agent pada pelarut etanol dan menambahkan air dingin agar
pengembangan gel sempurna

Melakukan optimasi dengan variasi konsentrasi basis HPMC yaitu 1,5%, 2%, 2,5%,
3%, 3,5% dan 4% tanpa penambahan ekstrak.

Mencampur hasil ekstraksi biji pepaya dengan variasi konsentrasi yaitu 3%, 5%,
8% dengan formulasi gel.

Melakukan pengamatan organoleptis, pengukuran pH dan viskositas selama 28 hari


penyimpanan , suhu penyimpanan 25oC.

Melakukan uji efektivitas

Melakukan uji iritasi

Anda mungkin juga menyukai