A. DEFINISI
B. DIAGNOSIS
Anemia hemolitik autoimun dibedakan dalam dua jenis utama, yaitu anemia
hemolitik antibodi hangat (paling sering terjadi) dan anemia hemolitik antibodi dingin.5
Jika kehilangan darah, tubuh dengan segera menarik cairan dari jaringan diluar
pembuluh darah sebagai usaha untuk menjaga agar pembuluh darah tetap terisi.
Akibatnya darah menjadi lebih encer dan persentase sel darah merah berkurang.
C. PENATALAKSANAAN
1. Anemia hemolitik autoimun
Dalam kasus di mana gejala anemia hemolitik autoimun yang ringan, atau ketika
penghancuran sel darah merah menurun sendiri, orang mungkin tidak membutuhkan
pengobatan medis. Namun, dalam kasus-kasus anemia disebabkan oleh sumber yang
mendasari, seperti mononukleosis atau pengobatan virus, pengobatan biasanya akan
melibatkan penyebab yang mendasari. Pengobatan juga dapat melibatkan obat penekan
sistem kekebalan tubuh seperti steroid atau gamma globulin untuk membantu menekan
serangan sistem sel darah merah.3,5
Yang terpenting adalah pencegahan episode hemolisis dengan cara mengobati infeksi
dengan segera dan memperhatikan resiko penggunaan obat-obatan, zat oksidan, dan fava
beans. Khusus untuk orang Afrika atau Mediteranian sebaiknya sebelum dierikan zat
oksidan harus dilakukan skrining untuk mengetahui ada tidaknya defisiensi G6PD.
A. PENGERTIAN
Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan oleh proses hemolisis. Hemolisis
adalah pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya (sebelum masa hidup
rata-rata eritrosit yaitu 120 hari). Hemolisis berbeda dengan proses penuaan (senescence),
yaitu pemecahan eritrosit karena memang sudah cukup umurnya. Hemolisis dapat terjadi
dalam pembuluh darah (intravaskular) atau di luar pembuluh darah (ekstravaskular) yang
membawa konsekuensi patofisiologik yang berbeda.
Pada orang dengan sumsum tulang yang normal, hemolisis pada darah tepi akan
direspon oleh tubuh dengan peningkatan eritropoiesis dalam sumsum tulang. Kemampuan
maksimum sumsum tulang untuk meningkatkan eritropoiesis adalah 6-8 kali normal.
Apabila derajat hemolisis tidak terlalu berat (pemendekan masa hidup eritrosit sekitar 50
hari) maka sumsum tulang masih mampu melakukan kompensasi sehingga tidak timbul
anemia. Keadaan ini disebut sebagai keadaan hemolisis terkompensasi (compensated
hemolytic state). Akan tetapi, jika kemampuan kompensasi sumsum tulang dilampaui
makan akan terjadi anemia yang kita kenal sebagai anemia hemolitik.
B. KLASIFIKASI
Defek Intrakorpuskular Defek Ekstrakorpuskular
Herediter Hemoglobinopati, enzymopathies, Familial (atypical) hemolytic
defek membran-sitoskeletal uremic syndrome
Acquired Paroxysimal Nocturnal Destruksi mekanis
Hemoglobinuria (PNH) (microangiopathic), zat toksik,
obat, infeksi, autoimun
C. DIAGNOSIS
Menentukan Anemia Hemolitik dibandingkan dengan anemia jenis lain dengan memeriksa
adanya tanda penghancuran dan pembentukan eritrosit pada waktu yang sama terjadinya
anemia yang diikuti dengan sistem eritropoesis yang meningkat (hipersensitivitas eritropoesis),
serta terjadinya penurunan kadar hemoglobin dengan cepat tanpa diimbangi dengan proses
eritropoesis yang normal, kemudian menentukan penyebab spesifik dari anemia hemolitik
tersebut dan mengklasifikasikan jenis anemia hemolitik tersebut.
Pemeriksaan Lab
1. Gambaran penghancuran eritrosit yang meningkat:
a. bilirubin serum meningkat
b. urobilinogen urin meningkat, urin kuning pekat
c. strekobilinogen feses meningkat, pigmen feses menghitam
2. Gambaran peningkatan produksi eritrosit
a. retikulositosis, mikroskopis pewarnaan supravital
b. hiperplasia eritropoesis sumsum tulang
3. Gambaran rusaknya eritrosit:
a. morfologi : mikrosferosit, anisopoikilositosis, burr cell, hipokrom mikrositer, target
cell, sickle cell, sferosit.
b. fragilitas osmosis, otohemolisis
c. umur eritrosit memendek