Anda di halaman 1dari 9

Nama Kelompok: 1.

Fitri Rahmadanti ( F1061161047 )

2. Wandi ( F1061161029 )

3. Nur Ainun ( F1061161035 )

Kelas: IV-A1

Mata Kuliah: Kimia Anorganik II

Dosen Pengampu: Ida Ayu Suci S.Pd M.Si

Soal

1. Mengapa Fe, Co, dan Ni berada pada golongan yang sama?


2. Mengapa unsur golongan transisi banyak tingkat oksidasi?
3. Mengapa unsur golongan transisi dapat memberikan warna?
4. Mengapa unsur golongan transisi dapat bersifat magnetik? Kaitkan dengan
sifat- sifatnya sebagai paramagnetik, peromagnteik, dan diamagnetik!!!
5. Apakah Lantanium dan Aktinium masuk golongan 3B atau lantanida atau
kedua- duanya?
6. Apakah itu pengerutan lantanida? Jelaskan!

Jawaban

1. Karena Fe, Co, dan Ni berada dalan satu lajut honrizontal atau satu periode,
dimana jari-jari atomnya hamper sama karena salah satu sifat kesamaan
unsure adalah dipengaruhi oleh ukuran atomnya sehingga unsur-unsur
tersebut memiliki kemiripan sifat maka dapat ditemukan dalam satu tempat.
Dimana triade besi (Fe, Co, Ni), triade Platina ringan (Ru, Rh, Pd) dan triade
platina (Os, Ir,Pt), dimasukkan ke dalam golongan 8, 9, 10

Ditinjau dari peristiwa Big Bang ( ledakan besar ), Fe, Co dan Ni


merupakan unsur-unsur seperiodik. Ketika terjadi peristiwa Big Bang atau
yang biasa kita kenal adalah peristiwa ledakan besar. Dimana pada saat
senyawa-senyawa kimia hanya ada gas-gas beracun seperti CH4, H2, dsb.
Dimana senyawa CH4, H2 dan NH3 adalah senyawa yang mendasari
adanya ledakan tersebut. Pada saat itu Fe diteliti mengandung sangat banyak
yang sisebabkan materi-materi yang tampias. Materi-materi tersebut yang
tersusun oleh Fe, Co dan Ni membentuk suatu materi dan lambat laung akan
membentuk suatu planet dan waktunya sangat lama berjuta-juta. Fe, Co dan
Ni menurut Big Bang mempunyai kemiripan horizontal dalam satu periode
yang mengakibatkan jari-jari atomnya hampir sama karena sifat unsur
dipengaruhi oleh ukuran atomnya. Jari-jari atom Fe, Co dan Ni bertamabah
dari kiri ke kanan. Jadi dapat diartikan ketika ada Fe maka ada Co dan Ni.

2. Karena adanya bilangan oksidasi lebih dari satu ini disebabkan mudahnya
melepaskan elektron valensi. Dengan demikian, energi ionisasi pertama,
kedua dan seterusnya memiliki harga yang relatif lebih kecil dibanding
unsur golongan utama. Walaupun unsur transisi memiliki
beberapa bilangan oksidasi, keteraturan dapat dikenali. Bilangan oksidasi
tertinggi atom yang memiliki lima elektron yakni jumlah orbital d
berkaitan dengan keadaan saat semua elektron d (selain elektron s)
dikeluarkan. Jadi, dalam kasus skandium dengan konfigurasi elektron (n-
1)d ns , bilangan oksidasinya 3. Mangan dengan konfigurasi (n-1)d ns ,
akan berbilangan oksidasi maksimum +7. Bila jumlah elektron d melebihi
5, situasinya berubah. Untuk besi Fe dengan konfigurasi elektron (n-1)d ns
, bilangan oksidasi utamanya adalah +2 dan +3. Sangat jarang ditemui
bilangan oksidasi +6. Bilangan oksidasi tertinggi sejumlah logam transisi
penting seperti kobal Co, Nikel Ni, tembaga Cu dan zink Zn lebih rendah
dari bilangan oksidasi atom yang kehilangan semua elektron (n–1)d dan ns-
nya. Di antara unsur-unsur yang ada dalam golongan yang sama, semakin
tinggi bilangan oksidasi semakin penting untuk unsur-unsur pada periode
yang lebih besar.
3. Karena ion unsur transisi mempunyai elektron yang tidak berpasangan pada
subkulit 3d dan elektron-elektron itu terpecah dengan tingkat energi yang
berbeda. Elektron-elektron itu tereksitasi dari tingkat energi yang lebih
rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi dengan menyerap energi.
Perubahan tingkat energi ini setara dengan energi cahaya tampak.Adapun
pada ion zink tidak berwarna, karena orbital d sudah penuh elektron
sehingga tidak terjadi perpindahan energi pada orbital d.
Dari gambar tersebut diketahui bahawa logam transisi yang berbeda
akan menunjukkan warna yang berbeda; seperti yang ditunjukkan pada
gambar diatas, diketahui bawhwa muatan yang berbeda pada logam transisi
yang sama juga dapat mempengaruhi warna. Ligan juga berpengaruh,
dan muatan ion logam yang sama dapat berbeda warna tergantung pada
ligan yang terikat untuk itu.

4.

Pada tabel periodik unsur di atas, terlihat bahwa sebagian besar unsur
bersifat paramagnetik dan diamagnetik, sedangkan material yang bersifat
feromagnetik dan antiferomagnetik hanya ditemukan sedikit didalam unsur
murni. Untuk material yang memiliki sifat ferimagnetik hanya ditemukan
dalam senyawa, seperti campuran oksida yang disebut ferrite yang berasal
dari ferimagnetik.
Klasifikasi bahan magnet
Berdasarkan sifat kemagnetannya bahan dapat diklasifikasikan
kedalam 5 jenis yaitu Diamagnetik, paramagnetik, ferromagnetik,
antiferromagnetik dan ferimagnetik.
1. Sifat Diamagnetik

Diamagnetik adalah sifat yang selalu dimiliki oleh setiap atom dalam
materi atau senyawa tanpa memandang tipe sifat magnetik total dari senyawa
yang bersangkutan. Sifat ini hanya muncul jika ada medan magnetik dari luar
yang dikenakan pada atom yang bersangkutan sehingga terjadi interaksi
antara medan magnetik luar dengan medan terinduksi dalam kulit-kulit yang
terisi penuh elektron.Medan terinduksi harus melawan medan magnetik luar
sejauh mungkin untuk melenyapkan interaksi tersebut sehingga suseptibilitas
(kerentanan) diamagnetik berharga negative, sehingga besaran B dalam
bahan diamagnetik lebih kecil daripada dalam vakum. Jika disimpan diantara
kutub-kutub dari electromagnet yang kuat, material diamagnetik akan ditarik
ke daerah yang bermedan lemah. Besarnya momen magnetik yang
diinduksikan sangat kecil, dan permeabilitas relatif (μr) lebih kecil dari satu.

Bahan diamagnetik adalah bahan yang resultan medan magnet atomis


masing-masing atom atau molekulnya nol, tetapi orbit dan spinnya tidak nol
(Halliday & Resnick, 1989). Bahan diamagnetik tidak mempunyai momen
dipol magnet permanen. Jika bahan diamagnetik diberi medan magnet luar,
maka elektron-elektron dalam atom akan berubah gerakannya sedemikian
hingga menghasilkan resultan medan magnet atomis yang arahnya
berlawanan.

Sifat diamagnetik bahan ditimbulkan oleh gerak orbital elektron


sehingga semua bahan bersifat diamagnetik karena atomnya mempunyai
orbital elektron. Bahan dapat bersifat magnet apabila susunan atom dalam
bahan tersebut mempunyai spin elektron yang tidak berpasangan. Dalam
bahan diamagnetik hampir semua spin elektron berpasangan, akibatnya bahan
ini tidak menarik garis gaya. Contoh bahan diamagnetik yaitu: bismut, perak,
emas, tembaga dan seng. Bahan Diamagnetic sedikit ditolak oleh medan
magnet dan materi tidak mempertahankan sifat magnetik ketika bidang
eksternal dihapus. Dalam bahan diamagnetic semua elektron dipasangkan
sehingga tidak ada magnet permanen saat bersih per atom.

2. Sifat Paramagnetik
Semua senyawa dengan momen magentik permanen menunjukkan
sifat paramagnetik normal. Bahan paramagnetik adalah bahan yang resultan
medan magnet atomis masing-masing atom/molekulnya tidak nol, tetapi
resultan medan magnet atomis total seluruh atom/molekul dalam bahan nol
(Halliday & Resnick, 1989). Hal ini disebabkan karena gerakan atom/molekul
acak, sehingga resultan medan magnet atomis masing-masing atom saling
meniadakan.
Bahan ini jika diberi medan magnet luar, maka elektron-elektronnya
akan berusaha sedemikian rupa sehingga resultan medan magnet atomisnya
searah dengan medan magnet luar. Sifat paramagnetik ditimbulkan oleh
momen magnetik spin yang menjadi terarah oleh medan magnet luar. Pada
bahan ini, efek diamagnetik (efek timbulnya medan magnet yang melawan
medan magnet penyebabnya) dapat timbul, tetapi pengaruhnya sangat kecil.

Permeabilitas relatif paramagnetik adalah μr > 1, dan suseptibilitas


magnetik bahannya mχ > 0. Contoh bahan paramagnetik: alumunium,
magnesium, wolfram dan sebagainya. Bahan diamagnetik dan paramagnetik
mempunyai sifat kemagnetan yang lemah. Perubahan medan magnet dengan
adanya bahan tersebut tidaklah besar apabila digunakan sebagai pengisi
kumparan toroida.

Suseptibilitas diamagnetik dan paramagnetik


Telah diketahui bahwa suseptibilitas diamagnetik berharga negatif
sedangkan seseptibilitas paramagnetik berharga positif. Adapun tabel
suseptibilitas Magnetik beberapa bahan (pada tekanan dan suhu kamar)
adalah sebagai berikut:

Dalam molekul, nilai sifat diamagnetik total merupakan jumlah dari


masing-masing atomnya. Besarnya suseptibilitas diamagnetik tiap atom
adalah:
XA = -2,83 x 10 -10 ∑ r i2

Dengan r i = rata-rata jari-jari rotasi elektron (dengan asumsi rotasi


elektron tidak selalu berbentuk lingkaran). Harga ini untuk tiap atom unsur,
molekul, ion, gugus ion, maupun berbagai jenis ikatan telah berhasil
ditentukan, dan kemudian disebut sebagai tetapan Pascal. Nilai ini sangat
kecil kira-kira 10-1 sampai 10-3 kali dari nilai sifat magnetik, sehingga hanya
merupakan faktor koreksi saja terhadap sifat magnetik senyawanya. Nilai
tetapan Pascal tersebut sebagai faktor koreksi diamagentik.
Susepibilitas magnetik dan pengukurannya
Ukuran sifat magnetik suatu senyawa yang dinyatakan dengan nilai
momen magnetik tidak dapat diukur langsung melainkan dihitung dari
nilai suseptibilitas megnetiknya, dan nilai suspetibilitas inilah yang
diperoleh dari pengukurannya. Perhatikan gambar dibawah ini:

Gambar (a) menunjukkan dua buah kutub magnet berlawanan


menunjukkan garis-garis gaya dalam daerah medan magnetik. Bila suatu
senyawa sampel ditempatkan dalam medan magnetik dengan kuat medan
(H) (gambar b dan c) maka medan terinduksi fluks (B) dalam senyawa
dinyatakan dengan hubungan:
B= H + 4πI, dengan I = Intensitas magnetis
Jika kedua ruas persamaan tersebut dibagi dengan B, maka akan
diperoleh rasio B/H yang disebut sebagai permeabilitas magnetik senyawa
yang bersangkutan dalam bentuk hubungan:
Rasio I/H atau sering dituliskan dengan lambang k inilah yang disebut
sebagai suseptibilitas magnetik per volume atau suseptibilitas volume.
Rasio B/H dapat dipandang sebagai rasio rapatan garis-garis gaya magnet
dalam sampel terhadap rapatan garis-garis gaya magnet untuk area yang sama
jika tanpa sampel. Dengan demikian, dalam medium vakum atau hampa
(Gambar a) nilai B = H atau B/H = 1, sehingga k = nol. Senyawa diamagnetik
berinteraksi menolak beberapa garis gaya (Gambar b) sehingga B < H,
akibatnya susetibilitas berharga negatif. Sebaliknya, senyawa paramagnetik
berinteraksi menarik beberapa gatis gaya tambahan (Gambar c) sehingga B >
H dan akibatnya suseptibilitas berharga positif.

3. Sifat Ferromagnetik

Berdasarkan sifat medan magnet atomisnya bahan-bahan


ferromagnetik sangat mudah di pengaruhi oleh medan magnetik karena
mempunyai resultan medan magnet atomis yang besar, hal ini terutama
disebabkan oleh momen magnetik spin elektron. Pada bahan ferromagnetik
banyak spin elektron yang tidak berpasangan, misalnya pada atom besi
terdapat empat buah spin elektron yang tidak berpasangan. Masing-masing
spin elektron yang tidak berpasangan ini akan memberikan medan magnetik,
sehingga total medan magnetik yang dihasilkan oleh suatu atom lebih besar.
Kelompok atom yang mensejajarkan dirinya dalam suatu daerah
dinamakan domain. Bahan feromagnetik sebelum diberi medan magnet luar
mempunyai domain yang momen magnetiknya kuat, tetapi momen magnetik
ini mempunyai arah yang berbeda-beda dari satu domain ke domain yang lain
sehingga medan magnet yang dihasilkan tiap domain saling meniadakan.
Bahan ini jika diberi medan magnet dari luar, maka domain-domain ini akan
mensejajarkan diri searah dengan medan magnet dari luar.
Semakin kuat medan magnetnya semakin banyak domain-domain
yang mensejajarkan dirinya. Akibatnya medan magnet dalam bahan
ferromagnetik akan semakin kuat. Setelah seluruh domain terarahkan,
penambahan medan magnet luar tidak memberi pengaruh apa-apa karena
tidak ada lagi domain yang disearahkan. Keadaan ini dinamakan jenuh atau
keadaan saturasi.
Bahan ferromagnetik ada yang positif, kerentanan besar untuk medan
magnet luar. Mereka menunjukkan daya tarik yang kuat untuk medan magnet
dan mampu mempertahankan sifat magnetik mereka setelah bidang eksternal
telah dihapus bahan. Ferromagnetik memiliki elektron tidak berpasangan
sehingga atom mereka memiliki momen magnet bersih. Mereka mendapatkan
magnet yang kuat sifat mereka karena keberadaan domain magnetik. Dalam
domain ini, sejumlah besar di saat-saat atom (1012 sampai 1015) adalah sejajar
paralel sehingga gaya magnet dalam domain yang kuat. Ketika bahan
feromagnetik dalam keadaan tidak magnetik, wilayah hampir secara acak
terorganisir dan medan magnet bersih untuk bagian yang secara keseluruhan
adalah nol. Ketika kekuatan magnetik diberikan, domain menjadi selaras
untuk menghasilkan medan magnet yang kuat dalam bagian.. Besi, nikel, dan
kobalt adalah contoh bahan feromagnetik.
Jadi, Ferromagnetisme adalah sebuah fenomena dimana sebuah
material dapat mengalami magnetisasi secara spontan, dan merupakan satu
dari bentuk kemagnetan yang paling kuat. Fenomena inilah yang dapat
menjelaskan kelakuan magnet yang kita jumpai sehari-hari. Ferromagnetisme
merupakan dasar untuk menjelaskan fenomena magnet permanen.
Ciri-ciri bahan ferromagnetik adalah sebagai berikut:

- Bahan yang mempunyai resultan magnetis atomis besar


- Tetap bersifat magnetik (sangat baik sebagai magnet permanen)
- Jika solenoida diisi bahan ini akan dihasilkan induksi magnetik sangat
besar.
5. Lantanium dan Aktinium masuk ke golongan 3B, tapi aktinium tidak masuk
ke golongan lantanida karena pada aktinium tidak memiliki ciri yang sama,
dimana sifat kimia nya yang tidak seragam berikut hal yang mendasari
perbedaan nya.
lantanida aktinida
Bilangan oksidasi Bilangan oksidasi pada Bilangan oksidasi pada
umumnya = + 3, tetapi umumnya = + 3, tetapi
bilangan oksidasi lainnya bilangan oksidasi lainnya
= + 2, 4 = + 4, + 5, + 6

Ukuran atom dan ion Ukuran atom atau ion Aktinida memiliki ukuran
menurun pada periode terbesar dalam
tersebut. golongannya sendiri

Aktivitas kimia Kecuali prometium, Semua aktinida adalah


lantanida adalah radioaktif. Aktinida
nonradioaktif. Lantanida membentuk okso kation
tidak membentuk okso seperti oksida dan
kation, oksida dan hidroksida dari basa yang
hidroksida dari basa lebih kuat.
lemah
Konfigurasi elektron Lantanum (La) : 5d1 6 s2 Aktinium (Ac) : 6d1 7s2

6. Pengerutan Lantanida adalah Penurunan yang tajam dalam jari-jari atom


dan ion dari unsur-unsur Lantanida.

Anda mungkin juga menyukai