Bentuk hasil kajian AMDAL berupa dokumen AMDAL yng terdiri dari 5 (lima) dokumen,
yaitu :
1. Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup ,[KA-ANDAL].
2. Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup <ANDAL>
3. Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan hidup <RPL>
4. Dokumen Rencana Pemantauan Linkungan Hidup <RPL>
5. Dokumen Ringkasan Eksekutif
a. Kerangka acuan analisis dampak lingkungan hidup (KA-ANDAL); KA-ANDAL Adalah suatu
dokumen yang berisi tentang ruang lingkup serta kedalaman kajian ANDAL. Ruang lingkup
kajian ANDAL meliputi penentuan dampak-dampak penting yang akan dikaji secara lebih
mendalam dalam ANDAL dan batas-batas setudi berkaitan dengan penentuan metodologi yang
akan digunakan untuk mengkaji danpak. Penentuan ruang lingkup dan kedalaman kajian ini
merupakan kesepakatan antara pemrakarsa kegiatan dan komisi penilai AMDAL melalui proses
yang disebut dengan proses pelingkupan.
AMDAL- UKL/UPL
Rencana kegiatan yang sudah ditetapkan wajib menyusun AMDAL tidak lagi diwajibkan
menyusun UKL-UPL (lihat penapisan Kep MENLH No. 17/2001). UKL-UPL dikenakan bagi
kegiatan yang telah diketahui teknologinya dalam pengelolaan limbahnya.
AMDAL- Audit Lingkungan Hidup Wajib
Bagi kegiatan yang telah berjalan dan belum memiliki dokumen pengelolaan Iingkungan hidup
(RKL-RPL) serta dalam operasionalnya menyalahi peraturan perundangan di bidang lingkungan
hidup, maka kegiatan tersebut tidak bisa dikenakan kewajiban AMDAL, untuk hal itu kegiatan
tersebut dikenakan Audit Lingkungan Hidup Wajib sesuai Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup Nomor 30 tahun 2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Audit Lingkungan yang Diwajibkan.
Audit Lingkungan Wajib merupakan dokumen lingkungan wajib yang sifatnya spesifik, dimana
kewajiban yang satu secara otomatis menghapuskan kewajiban lainnya kecuali ada kondisi-
kondisi khusus yang aturan dan kebijakannya ditetapkan oleh Menteri Negara Lingkungan
Hidup.
Kegiatan yang sudah berjalan yang kemudian diwajibkan menyusun Audit Lingkungan tidak
membutuhkan AMDAL baru.
AMDAL- Audit Lingkungan Hidup Sukarela
Kegiatan yang telah memiliki AMDAL dan dalam operasionalnya akan meningkatkan ketaatan
dalam pengelolaan lingkungan hidup dapat melakukan audit Iingkungan secara sukarela yang
merupakan alat pengelolaan dan pemantauan yang bersifat internal. Pelaksanaan Audit
Lingkungan tersebut dapat mengacu pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
42 tahun 1994 tentang Panduan umum Pelaksanaan Audit Lingkungan.
Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela bagi kegiatankegiatan yang wajib
AMDAL tidak secara otomatis membebaskan pemrakarsa dan kewajiban penyusunan dokumen
AMDAL. Walau demikian dokumen-dokumen sukarela ini sangat didorong untuk disusun oleh
pemrakarsa karena sifatnya akan sangat membantu efektifitas pelaksanaan pengelolaan
lingkungan sekaligus dapat "memperbaiki" ketidaksempurnaan yang ada dalam dokumen
AMDAL.
Dokumen lingkungan yang bersifat sukarela ini sangat bermacam-macam dan sangat berguna
bagi pemrakarsa, termasuk dalam melancarkan hubungan perdagangan dengan luar negeri.
Dokumen-dokumen tersebut antara lain adalah Audit Lingkungan Sukarela, dokumen-dokumen
yang diatur dalam ISO 14000, dokumen-dokumen yang dipromosikan penyusunannya oleh
asosiasi-asosiasi industri/bisnis, dan macam-macam lainnya.
Perbedaan antara SEMDAL, AMDAL, UKL-UPL
1. AMDAL
AMDAL adalah singkatan dari Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup disebutkan bahwa AMDAL merupakan kajian mengenai dampak
besar dan penting untuk pengambilan keputusan suatu usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan
tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
4. UKL/UPL
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan
Hidup (UPL) adalah upaya yang dilakukan dalam pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup oleh penanggung jawab atau kegiatan yang tidak wajib
AMDAL (Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2010 tentang
Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup Dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Dan Pemantauan
Lingkungan Hidup).
UKL-UPL adalah serangkaian kegiatan pengelolaan dan pemantauan terhadap usaha
dan/atau kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau
kegiatan.
UKL-UPL berfungsi sebagai acuan dalam mengelola dan memantau lingkungan suatu
usaha dan atau kegiatan dan sebagai syarat untuk memperoleh izin lingkungan dan izin
melakukan usaha dan atau kegiatan. Yang melakukan penyusunan/pengisian UKL-UPL
adalah pemrakarsa/ penangungjawab/ pemilik suatu rencana usaha dan atau kegiatan,
dengan cara mengisi formulir UKL-UPL.
Formulir UKL-UPL dan SPPL diisi oleh pemrakarsa sebelum rencana usaha dan/ atau
kegiatan tersebut dilaksanakan, atau masih dalam tahap perencanaan. Formulir tersebut
selanjutnya menjadi dasar bagi pemberian rekomendasi oleh instansi yang
bertanggung jawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup pusat, provinsi dan,
kabupaten/kota.
Upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup sebagaimana termaktub dalam
isian formulir UKL-UPL dan SPPL, wajib dilaksanakan sejak suatu usaha dan atau
kegiatan tersebut dalam tahap perencanaan.
Jenis-jenis AMDAL
TAMBAHAN
PENYUSUNAN AMDAL
1. Siapa yang harus menyusun AMDAL?
Dokumen AMDAL harus disusun oleh pemrakarsa suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.
Dalam penyusunan studi AMDAL, pemrakarsa dapat meminta jasa konsultan untuk menyusun
dokumen AMDAL. Penyusun dokumen AMDAL harus telah memiliki sertifikasi penyusun
AMDAL dan ahli dibidangnya. Ketentuan standar minimal cukup materi penusaun AMDAL
diatur dalam keputusan Kepala Bapeda Nomor 09/2000, tentang pedoman penyusunan AMDAL
diatur dalam keputusan kepala Bapeda Nomor 09/2000 tentang Pedoman Penyusunan AMDAL.
2. Berapa lamakahwaktu yang diperlukan untuk proses AMDAL sampai dikeluarkannya
Surat Keputusan Kelayakan Lingkungan?
Waktu yang diperlukan untuk proses AMDAL hingga dikeluarkannya Surat Keputusan
Kelayakan Lingkungan pada umumnya berkisar antara 6 – 18 bulan.
3. Berapa Biaya Penyusunan AMDAL?
Tidak ada besaran biaya standar yang diperlukan untuk penyusunan suatu dokumen AMDAL.
Biaya tersebut umumnya ditentukan oleh konsultan AMDAL dan tergantung dari beberapa
faktor lingkup studi, kedalaman studi, lama studi, para ahli pelaksana studi, dsb.
PENILAIAN AMDAL
Bagaimana pembagian kewenangan penilaian AMDAL di pusat, Propinsi dan
Kabupaten/Kota?
Sesuai dengan Kep-MENLH No. 40 Tahun 2000, tentang pedoman tata kerja Komisi Penilai
AMDAL kewenangan penilaian AMDAL ditentukan sebagai berikut :
- Kewenangan AMDAL di pusat diberlakukan pada jenis usaha dan/atau kegiatan yang bersifat
strategis dan/atau menyangkut ketahanan dan keamanan negara, lokasi kegiatan meliputi lebih
dari satu wilayah propinsi, wilayah sengketa dengan negara lain, wilayah ruang lautan diatas 12
mil, berlokasi dilintas batas negara.
- Kewenangan AMDAL di propinsi diberlakukan bagi kegiatan industri pulp;industri semen
dan quarry;industri petrokimia;HPH dan Unit pengolahannya;HTI dan
Pengolahannya;PLTA;PLTU/PLTP/PLTD;bendungan;bandar udara di luar kategori bandar udara
internasional;pelabuhan diluar kategori pelabuhan samudra, kegiatan yang berlokasi di lebih dari
satu Kabupaten/Kota;diwilayah laut dengan jarak 4-12 mil.
- Kewenangan AMDAL di kabupaten/Kota diberlakukan bagi kegiatan diluar kewenangan
Pusat dan propinsi.
Bagaimana kewenangan penilaian AMDAL untuk kegiatan yang pemrakarsanya adalah
intansi teknis?
Untuk menghindari terjadinya konflik kepentingan, jika suatu instansi teknis merupakan
pemrakarsa kegiatan, maka hanya sebagai anggota komisi penilai AMDAL menjadi gugur.
Dengan demikian instansi teknis tidak ikut sebagai anggota Komisi Penilai AMDAL, namun
duduk sebagai pemrakarsa yang mengajukan dokumen AMDAL.
Dalam Proses AMDAL, Apakah diperlukan peninjauan lapangan oleh tim teknis atau
komisi penilai AMDAL?
Tim teknis atau anggota Komisi penilai AMDAL dapat melakukan peninjauan lapangan untuk
mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan proses pelingkupan dan kajian dampak atas
perintah ketua komisi penilai AMDAL. Pembiayaan untuk penijau lapangan dibebankan kepada
intansi masing-masing.
Bagaimana proses penghitungan waktu 75 hari kerja hingga keputusan kelayakan
diterbitkan? Apakah 75 hari kerja termasuk waktu untuk perbaikan dari pemrakarsa?
Bila dokumen harus diperbaiki, apakah proses penilaian memerlukan waktu 75 hari kerja
lagi?
Batas waktu 75 hari kerja adalah batasan waktu bagi komisi penilai AMDAL untuk memberikan
tanggapan atau keputusan tentang dokumen AMDAL diluar waktu perbaikan dokumen yang
dilakukan oleh pemrakarsa. Penyerahan kembali dokumen pennyempurnaan ke sekertariat
komisi penilai AMDAL akan dihitung melanjutkan waktu yang digunakan oleh Komisi
sebelumnya(penilaian).
PENDEKATAN AMDAL
Apakah yang dimaksud dengan pengertian kawasan didalam AMDAL kawasan?
AMDAL Kawasan adalah hasil studi mengenai dampak penting usaha atau kegiatan yang
direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam satu kesatuan hamparan ekosistem zona
pengembangan wilayah/kawasan sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dan/atau rencana tata
ruang wilayah dan/atau rencana tata ruang kawasan.
Kriteria usaha atau kegiatan AMDAL Kawasan liputan:
· Berbagi usaha atau kegiatan yang memiliki dan/atau tidak memiliki keterkaitan satu sama lain
dalam hal perencanaan, pengelolaan dan proses produksinya.
· Usaha atau kegiatan berada dalam satu ekosistem yang sama
· Usaha atau kegiatan dapat menjadi kewenangan satu pengelola atau lebih.
Pengertian Kawasan harus dibatasi secara jelas didalam AMDAL Kawasan, dimana yang
dimaksud dengan kawasan adalah kawasan yang kegiatannya sudah direncanakan (kawasan
usaha) sehingga kawasan konservasi dan sejenisnya tidak termasuk didalam pengertian ini.
Setiap kegiatan yang akan dibangun didalam Kawasan yang sudah dibuat AMDAL tidak lagi
diwajibkan membuat AMDAL baru, untuk itu apabila investor yang masuk didalam kawasan
tersebut diwajibkan melakukan pengendalian dam[pak lingkungan hidup dan perlindungan
fungsi lingkungan hidup sesuai RKL-RPL kawasan dan peraturan Kawasan (estate regulation).
Siapa yang menyusun studi AMDAL untuk suatu Kawasan yang berlokasi dilebih dari
satu Kabupaten/Kota?
Penyusunan studi AMDAL untuk suatu Kawasan dilakukan oleh pemrakarsa kegiatan(swasta
atau pemerintah) dan bila likasi berada lebih dari satu Kabupaten/Kota, maka proses
penilaiannya dilakukan oleh Komisi Penilai AMDAL Propinsi.
AMDAL DAN PERIJINAN
Apakah AMDAL merupakan Ijin?
AMDAL bukan merupakan ijin, tetapi merupakan persyaratan yang harus dipenuhi untuk
mendapatkan ijin dalam melakukan usaha atau kegiatan yang diterbitkan oleh pejabat yang
berwenang. Keputusan kelayakan Lingkungan Hidup(AMDAL) wajib dilampirkan pada saat
permohonan ijin melakukan usaha atau kegiatan.
Apakah ijin lokasi menjadi persyaratan untuk proses penyusunan AMDAL?
Ijin lokasi bukan merupakan persyaratan untuk proses penyusunan AMDAL, tetapi dalam
mengeluarkan ijin lokasi, Bupati/Walikota harus menjadikan hasil studi AMDAL sebagai
persyaratan dalam menerbitkan ijin lokasi. Hal ini penting untuk menghindari terjadinya
pembenturan kepentingan antara Keputusan Kelayakan Lingkungan dengan Penerbitan ijin
lokasi.
TATA RUANG DAN AMDAL
Apa kaitan AMDAL dengan Tata ruang? Beberapa kegiatan yang sudah sesuai dengan
Tata ruang tetapi masih bermasalah terhadap lingkungan hidup?
Bagi kegiatan yang diwajibkan membuat AMDAL harus melihat apakah apakah kegiatan yang
akan dilakukan sudah sesuai dengan tata ruang, jika tidak sesuai dengan kegiatan tersebut harus
ditolak untuk proses AMDAL ‘nya. Hasil AMDAL dapat menjadi bahan kajian dalam
penyusunan Tata Ruang Wilayah. Kesesuaian Tata ruang hanyalah salah satu hal yang
mempermudah erencanaan dan penanganan lingkungan.walaupun sudah sesuai dengan tata
ruang, suatu kegiatan atau usaha bisa bermasalah terhadap lingkungan jika tidak melakukan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan dengan baik.
Apa kaitan AMDAL dengan Tata Ruang?
Bagi kegiatan yang diwajibkan membuat AMDAL harus melihat apakah kegiatan yang akan
dilakukan sudah sesuai dengan tata ruang, jika tidak sesuai kegiatan tersebut harus ditolak untuk
proses AMDALnya . Hasil AMDAL dapat menjadi bahan kajian dalam penyusunan tata ruang
wilayah. Kesesuaian tata ruang hanyalah salah satu hal yang mempurmudah perencanaan dan
penanganan lingkungan. Walaupun sudah sesuai dengan tata ruang, suatu kegiatan atau usaha
bisa bermasalah terhadap lingkungan jika tidak melakukan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan dengan baik.
Apa yang menjadi dasar pertimbangan suatu kegiatan menjadi wajib AMDAL dalam Kep-
MENLH No. 17 tahun 2001 ?
Kep-BAPEDAL Nomor 056/1994 tentang Pedoman Dampak penting yang mengulas mengenai
ukuran dampak penting suatu kegiatan
Referensi intemasional mengenai kegiatan wajib AMDAL yang diterapkan oleh beberapa negara
Ketidakpastian kemampuan teknologi yang tersedia untuk menanggulangi dampak negatif
penting
Beberapa studi yang dilakukan oleh perguruan tinggi dalam kaitannya dengan kegiatan wajib
AMDAL
Masukan dan usulan dari berbagai sektor teknis terkait
AMDAL tidak dapat menghilangkan ijin HO, karena AMDAL merupakan bagian dan suatu
perijinan. Kedudukan HO adalah didasarkan pada undang-undang yang kedudukannya lebih
tinggi dari PP 27/1999. Artinya, AMDAL seharusnya digunakan sebagai dasar untuk
dikeluarkannya ijin HO. Secara ilmiah sebenarnya bahwa dalam AMDAL telah dikaji semua hal-
hal yang berkaitan dengan dampak termasuk gangguan yang mungkin terjadi, namun secara
hukum hal ini tidak secara otomatis menghilangkan ijin HO.
Apakah ketua tim penyusun AMDAL harus memiliki keahlian teknis perihal kegiatan yang
dikaji ataukah cukup memiliki sertifikat AMDAL ?
Berdasarkan Kep-MENLH Nomor 02 Tahun 2000, persyaratan Ketua Tim Penyusun AMDAL
adalah:
1. sekurang-kurangnya satu anggota tim memiliki keahlian di bidang rencana kegiatan yang
bersangkutan;
2. memiliki keahlian yang sesuai dengan isu pokok
kesesuaian dengan pedoman umum dan/atau pedoman teknis di bidang analisis mengenai
dampak lingkungan hidup;
kesesuaian peraturan perundangan di bidang teknis;
ketepatan dan kesahihan data, metode dan analisis;
kelayakan desain, teknologi dan proses produksi yang digunakan.
Pembentukan Tim Te knis ini didasarkan atas pertimbangan efisiensi proses AMDAL. Masalah-
masalah teknis diselesaikan oleh Tim Teknis secara tuntas, sehingga dalam rapat penilaian oleh
Komisi AMDAL yang dibahas hanyalah masalah kebijakan dan diharapkan tidak ada lagi
pembicaraan mengenai masalah teknis.
Kewenangan AMDAL di pusat diberlakukan pada jenis usaha dan/atau kegiatan yang bersifat
strategis dan/atau menyangkut ketahanan dan keamanan negara, lokasi kegiatan meliputi lebih
dari satu wilayah propinsi, wilayah sengketa dengan negara lain, wilayah ruang lautan diatas 12
mil, berlokasi di lintas batas negara.
Kewenangan AMDAL di propinsi diberlakukan bagi kegiatan industri pulp; industri semen dan
quarry; industri petrokimia; HPH dan unit pengolahannya; HTI dan pengolahannya; PLTA;
PLTU/PLTP/P LTD; bendungan; bandar udara di luar kategori bandar udara internasional;
pelabuhan di luar kategori pelabuhan samudra, kegiatan yang berlokasi di lebih dan satu
kabupaten/kota; di wilayah laut dengan jarak 4-12 mil.
Proses Penapisan
Proses penapisan atau kerap juga disebut proses seleksi wajib AMDAL adalah proses untuk
menentukan apakah suatu rencana kegiatan wajib menyusun AMDAL atau tidak. Di Indonesia,
proses penapisan dilakukan dengan sistem penapisan satu langkah.
Ketentuan apakah suatu rencana kegiatan perlu menyusun dokumen AMDAL atau tidak dapat
dilihat pada Keputusan Menteri Negara LH Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha
dan/atau Kegiatan yang Wajib dilengkapi dengan AMDAL.
Proses Pengumuman
Setiap rencana kegiatan yang diwajibkan untuk membuat AMDAL wajib mengumumkan
rencana kegiatannya kepada masyarakat sebelum pemrakarsa melakukan penyusunan AMDAL.
Pengumuman dilakukan oleh instansi yang bertanggung jawab dan pemrakarsa kegiatan.
Tata cara dan bentuk pengumuman serta tata cara penyampaian saran, pendapat dan tanggapan
diatur dalam Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor 08/2000 tentang Keterlibatan Masyarakat
dan Keterbukaan Informasi dalam Proses AMDAL.
Proses Pelingkupan
Pelingkupan merupakan suatu proses awal (dini) untuk menentukan lingkup permasalahan dan
mengidentifikasi dampak penting (hipotetis) yang terkait dengan rencana kegiatan.
Tujuan pelingkupan adalah untuk menetapkan batas wilayah studi, mengidentifikasi dampak
penting terhadap Iingkungan, menetapkan tingkat kedalaman studi, menetapkan lingkup studi,
menelaah kegiatan lain yang terkait dengan rencana kegiatan yang dikaji. Hasil akhir dan proses
pelingkupan adalah dokumen KA-ANDAL. Saran dan masukan masyarakat harus menjadi bahan
pertimbangan dalam proses pelingkupan.
Proses penyusunan dan penilaian KA-ANDAL
Setelah KA-ANDAL selesai disusun, pemrakarsa dapat mengajukan dokumen kepada Komisi
Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu maksimal penilaian KA-
ANDAL adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan penyusun untuk
memperbaiki/menyempurnakan kembali dokumennya.
Proses penyusunan dan penilaian ANDAL, RKL, dan RPL
Penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL dilakukan dengan mengacu pada KA-ANDAL yang telah
disepakati (hasil penilaian Komisi AMDAL). Setelah selesai disusun, pemrakarsa dapat
mengajukan dokumen kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan peraturan,
lama waktu maksimal penilaian ANDAL, RKL dan RPL adalah 75 hari di luar waktu yang
dibutuhkan penyusun untuk memperbaiki/menyempurnakan kembali dokumennya.
Dalam proses AMDAL, apakah diperlukan peninjauan lapangan oleh Tim Teknis atau Komisi
Penilai AMDAL?
Tim Teknis atau Anggota Komisi Penilai AMDAL dapat melakukan peninjauan lapangan untuk
mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan proses pelingkupan dan kajian dampak atas
perintah Ketua Komisi Penilai AMDAL. Pembiayaan untuk peninjauan lapangan dibebankan
kepada instansi masing-masing.
Ketua Komisi
Ketua Komisi dijabat oleh Deputi untuk Komisi penilai AMDAL Pusat, Kepala BAPEDALDA
atau pejabat lain yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan hidup di tingkat propinsi
untuk Komisi Penilai AMDAL Propinsi, Kepala BAPEDALDA atau pejabat lain yang ditugasi
mengendalikan dampak lingkungan hidup di tingkat Kabupaten/Kota.
Sekretaris Komisi
Sekretaris Komisi dijabat oleh seorang pejabat yang menangani AMDAL baik dari Pusat
maupun Daerah (Propinsi dan Kabupaten/Kota).
Anggota Komisi
Anggota Komisi terdiri dari: wakil instansi/dinas teknis yang mewadahi kegiatan yang dikaji,
wakil daerah, ahli di bidang lingkungan hidup, ahli di bidang yang berkaitan dengan rencana
kegiatan yang dikaji, wakil masyarakat, wakil organisasi lingkungan, dan anggota lain yang
dianggap perlu.
Siapakah yang menyusun studi AMDAL untuk suatu kawasan yang berlokasi di lebih dari satu
Kabupaten/Kota?
Penyusunan studi AMDAL untuk suatu kawasan dilakukan oleh pemrakarsa kegiatan (swasta
atau pemerintah) dan bila lokasi berada lebih dari satu Kabupaten/Kota, maka proses
penilaiannya dilakukan oleh Komisi Penilai AMDAL Propinsi.
Reklamasi pantai utara Jakarta mencuat saat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menangkap
Ketua Komisi D DPRD M Sanusi. Proyek yang selama ini adem ayem kecuali protes dari aktivis
lingkungan, menjadi perhatian publik. Setelah itu, muncul banyak perdebatan tentang reklamasi
pantai.
Kali ini, tidak hanya dampak lingkungan yang dipermasalahkan. Perizinannya pun menimbulkan
perdebatan antara Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dengan jajaran
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti.
Namun, apa sih sebenarnya reklamasi pantai? Berikut ini 3 fakta tentang reklamasi pantai yang
digembar-gemborkan Ahok:
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, 'Reklamasi' berarti usaha memperluas tanah (pertanian)
dengan memanfaatkan daerah yang semula tidak berguna. Misalnya dengan cara menguruk
daerah rawa-rawa.
Reklamasi pantai utara Jakarta merupakan bagian dari proyek tanggul raksasa (Giant Sea Wall)
untuk mengatasi masalah rob di Ibu Kota.
Ahok mengklaim reklamasi ini akan menghasilkan tambahan lahan untuk Jakarta seluas 5.100
hektare atau lebih besar dari luas wilayah Sukabumi, Jawa Barat. Lahan ini terbagi menjadi 17
pulau yang terbentang di pantai utara Jakarta.
Ke-17 pulau itu dibagi menjadi tiga kawasan. Kawasan barat untuk pemukiman dan wisata.
Kawasan tengah untuk perdagangan jasa dan komersial. Sedang kawasan timur untuk distribusi
barang, pelabuhan, dan pergudangan.
2. Baik-Buruk Reklamasi
Sebuah pipa besar di Pulau G Reklamasi Teluk Jakarta di Muara Angke, Jakarta, Selasa (5/4).
Izin reklamasi Pulau G yang sudah keluar kini tengah menjadi subjek gugatan di PTUN Jakarta.
(Liputan6.com/Gempur M Surya)
Reklamasi dilakukan dengan menimbun pasir dengan spesifikasi tertentu ke laut hingga
membentuk daratan. Sebelumnya, tanggul harus dibangun untuk penahan pasir.
Tentunya, ekosistem laut di sekitar daerah pembangunan akan berubah. Keanekaragaman hayati
yang diperkirakan akan punah akibat proyek reklamasi. Ini yang dikhawatirkan para nelayan.
Selama ini, mereka terbiasa mencari ikan di tak jauh dari pantai utara Jakarta. Namun, ketika
ikan-ikan menjauh, nelayan pun kehilangan matapencarian.
Dampak lingkungan lainnya dari proyek ini adalah meningkatkan potensi banjir. Reklamasi
dapat mengubah bentang alam dan aliran air (hidrologi).
Massa saat menggelar aksi unjuk rasa di depan Gedung DPRD Jakarta, Kamis (25/2). Massa
menuntut agar dibatalkannya pengesahan dua Raperda Reklamasi karena dianggap merugikan
nelayan serta ekosistem pesisir. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)
Namun, Direktur Eksekutif Indonesia Water Institute Firdaus Ali optimistis reklamasi
merupakan salah satu upaya mengatasi sebuah permasalahan di Jakarta. Masalah yang dimaksud
yaitu land subsidence atau penurunan muka tanah.
Sebenarnya, kata dia, ini masalah yang lebih mengancam daripada dampak reklamasi itu sendiri.
"Penurunan muka tanah terus terjadi di wilayah Jakarta setiap tahun. Penurunan ini berbeda di
setiap titik di Jakarta, yang paling parah memang di utara Jakarta. Kalau laju ekstraksi air tanah
yang merupakan penyebabnya tidak ditangani serius, maka Jakarta 40 tahun ke depan akan
tenggelam," ujar Firdaus dalam sebuah diskusi di Cikini, Jakarta, Sabtu 22 Agustus 2015
Peta penurunan permukaan tanah DKI Jakarta selama 90 tahun berdasarkan pengukuran
Kelompok Keilmuan Geodesi Institut Teknologi Bandung. (Liputan6.com/Rio Pangkerego)
Oleh karena itu, dia mendorong agar reklamasi Jakarta segera direalisasikan. Masyarakat perlu
tahu tentang hal tersebut. Sebab, sangat disayangkan jika masyarakat DKI selalu salah paham
mengenai reklamasi.
"Sangat disayangkan kekhawatiran yang berlebihan terhadap dampak reklamasi. Sebab, banyak
solusi untuk mengatasi dampak negatif di Jakarta jika reklamasi dilakukan. Selain itu
penambahan lahan sangat penting, karena ada tidaknya reklamasi, penduduk DKI selalu
mengalami pertumbuhan," terang Firdaus.
3. Tarik Ulur Reklamasi
Disposisi Ahok soal Reklamasi Pantai Utara Jakarta diunggah ke Facebook oleh Teman Ahok.
(Facebook Teman Ahok)
Kabar reklamasi kembali mencuat ketika KPK menangkap Ketua Komisi D DPRD DKI M
Sanusi. Adik Wakil Ketua DPRD DKI M Taufik itu tertangkap tangan menerima Rp 1,4 miliar
dari PT Agung Podomoro Land.
Uang tersebut diduga suap untuk pengurusan Raperda Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil (RWZP3K) Provinsi Jakarta dan Raperda tentang Rencana Tata Ruang (RTR) Kawasan
Strategis Pantai Utara Jakarta.
Pihak swasta menginginkan agar DPRD 'merayu' Pemprov DKI menurunkan kewajiban bayar
sebesar 15 persen dari Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) tiap proyek reklamasi.
Ahok curiga raperda tersebut seharusnya bisa diselesaikan di rapat paripurna, tapi selama tiga
kali rapat tersebut selalu saja ditunda. Dia pun menerbitkan disposisi agar anak buahnya tidak
berani macam-macam.
Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta dari partai Gerindra M Sanusi (tengah) usai di periksa di
KPK, Jakarta, Sabtu, (2/4). M Sanusi ditahan di Polres Jakarta Selatan dalam kasus suap dengan
seorang dari pihak swasta . (Liputan6.com/Helmi Afandi)
Senin 4 April 2016, Teman Ahok mengunggah foto disposisi tersebut ke akun Facebook-nya.
Disposisi itu dituliskan Ahok pada selembar kertas yang berisi "Masukan dalam Rangka
Penyelarasan Pasal-pasal Raperda tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Pantai Utara
Jakarta."
Menggunakan tinta biru, Ahok memberi tanda silang di lajur pertama pada kolom kedua. Lajur
pertama kolom kedua itu berisi penjelasan tentang Pasal 110 Ayat 5 huruf c Raperda Tata Ruang
Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta.
Pada keterangan inilah, tertulis soal kontribusi yang diberikan pengembang hanya 5 persen.
Proyek reklamasi pantai utara Jakarta ini juga tersandung kerikil tentang penerbitan izinnya.
Sekretaris Kabinet Pramono Anung menyebut kewenangan penerbitan izin pelaksanaan
reklamasi seharusnya berada di pemerintah pusat.
1. Isu Masalah:
Proyek reklamasi dan revitalisasi yang dikembangkan oleh Pemda DKI terhadap
kawasan sekitar pantai utara Jakarta adalah bermaksud untuk membangun kawasan tersebut
menjadi daerah kawasan aktifitas bisnis dan perekonimian maupun pemukiman elit, dengan
prakarsa itu juga Pemda DKI dan beberapa perusahaan mitra kerjanya ingin mengubah
predikat Jakarta pada sebutan Water front city. Hal ini akan secara menyeluruh mengubah
daerah tersebut dari keadaannya yang kumuh dan ditempati oleh masyarakat menengah
kebawah terutama nelayan kepada kawasan elit yang menurut Pemda sebagai solusi untuk
menekan laju petumbuhan penduduk sekitar 2,7% pertahun.
Namun rencana tersebut pada akhirnya menemukan berbagai masalah kompleks terkait
dengan keadaan yang melekat pada pantura tersebut, seperti masalah ekologi, social,
ekonomi, hukum, dan lain sebagainya. Oleh karena itu kajian mengenai hal ini perlu
mendapat perhatian yang non linier dan komprehensif bagi pemutus kebijakan pada
khususnya.
2. Deskripsi masalah
Gambaran fisik (Geografis): daerah Pantura Jakarta adalah kawasan yang meliputi teluk
Jakarta yang terletak di sebelah utara kota Jakarta, pada umunya ini adalah perairan dangkal
yang memiliki kedalaman rata-rata 15 meter dengan luas sekitar 514 KM2. di teluk ini
bermuara 13 sungai yang melintasi kawasan metropolitan Jakarta dan daerah penyangga
Bodetabek yang berpenduduk sekitar 20 juta jiwa. Selama hampir setengah abad
perkembangan Jakarta, ternyata memberikan tekanan yang luar biasa dari segi
keseimbangan ekologis terutama teluk Jakarta akibat aktifitas manusia seperti konversi
ekosistem alami kepada buatan, eksploitsi sumberdaya pesisir dan tercemarnya teluk Jakarta
dengan berakibat kepada matinya ikan-ikan dan spesies lainnya di pantai.
Populasi (Demografi): salah satu tujuan reklamsi juga adalah untuk menekan laju
pertumbuhan dimana tempat yang baru tersebut akan dijadikan pemukiman yang mampu
menampung sekitar 1,5 juta penduduk Jakarta. Namun permasalahan yang timbul kemudian
adalah dengan landai muara ke teluk Jakarta dan panjangnya aliran sungai akan
menjadikanaliran lambat sehingga terjadi banjir.
Ekonomi: dari sisi ekonomi memang dalam tataran pendapatan daerah akan mendatangkan
keuntungan dari penjualan lahan hasil reklamsi dan pajak yang berasal dari aktifitas di
dalamnya, namun dari tataran pembangunan berkelanjutan, ternyata nelayan yang tinggal di
kawasan tersebut akan mengalami kerugian akibat penggusuran alat-alat produksinya, dank
arena hal tersebut mengakibatkan penuruna pendapatan sekitar 70-80 persen.
Sosial: melihat dari dampak social, maka akan diketemukan fakta bahwa reklamsi pada
tahun 1995 saja sudah menggusur sekitar 10.000 nelayan, maka pada reklamasi saat ini akan
menggusur nelayan lebih dari 23.000 rakyat pesisir, yang berakibat kepada hilangnya mata
pencaharian yang kemudian peralihan tersebut berdampak kepada masalah penyakit sosial
seperti kriminalitas, dan lain sebagainya.
AMDAL: dalam studinya, Badan Pelaksana Reklamasi Pantura DKI pada dasarnya sudah
mengukur AMDAL pada proyeknya, namun permasalahannya adalah AMDAL yang
digunakan cenderung tidak komprehensif (regional), sehingga sejak awal perencanaan dan
pelaksanaan konsep pembangunan yang dipakai tidak berkelanjutan. Pada dasarnya
reklamasi tersebut melibatkan dua Provinsi di luar DKI yaitu Banten dan Jawa Barat yang
secara langsung terkena dampak reklamasi tersebut. Oleh karena itu sesuai dengan konsep
AMDAL yang tertuang pada PP Nomor 27 Tahun 1999 tentang AMDAL, terdapat jenis
AMDAL tunggal, terpadu dan kawasan. Adalah konsep AMDAL terpadu maupun kawasan
yang dapat dikatakan bahwa konsep tersebut adalah sebuah konsep studi secara
komprehensif yang mencakup seluruh regional yang akan terkena dampak dari proyek
tersebut, AMDAL model ini yang harus dipakai untuk melakukan studi kelayakan
lingkungan.
Dengan beberapa pendekatan ini, maka seharusnya proses reklamasi berjalan beriringan
bersama kesesuaiannya dengan s ektor lain, namun pada tataran realita hal ini kurang
mendapatkan perhatian. Oleh karenanya dalam tataran konkrit maka para pemutus
kebijakan dan para pihak yang berperan langsung di dalalamnya setidaknya harus
melakukan:
a. Ekonomi: benar bahwa sebenarnya ekonomi menjadi salah satu hal utama dalam proyek
ini, namun perlu dilihat juga bahwa terdapat sumberdaya manusia yang harus diurus dan
diperhatikan terkait dengan reklamasi, yaitu para nelayan yang kemudian mata
pencahariannya terganggu. Langkah yang harus dilakukan adalah mencoba untuk
memberikan konversi mata pencaharian yang lebih baik dan sesuai dengan
memberdayakan masyarakat dari level yang paling rendah, baik pelatihan dan pendidikan
yang pada akhirnya masyarakat siap untuk menghadapi perubahan modernitas, dan
akhirnya kendala ekonomi akan terselesaikan dengan meningkatnya sumber daya nelayan
pesisir yang juga sesuai dengan konsep pembangunan berkelanjutan.
b. Sosial: dengan adanya pembekalan dan pelatihan yang telah disiapkan sejak lama kepada
para penduduk kawasan peisisr, maka dengan adanya konversi mata pencaharian akibat
penggusuran reklamasi penduduk tersebut tidak akan sulit mencari keterampilan baru
yang menjadi mata pencahariaannya sehingga dengan begitu akan mencegah terjadinya
penyakit sosial seperti kriminalitas yang diakibatkan oleh pengangguran secara
berlebihan, karena sesungguhnya penyakit sosial berakar dari kualitas SDM manusia
yang tidak mumpuni.
c. Ekologi dan Lingkungan: telaah kita lihat bahwa fakta geografis dari kota Jakarta
memang tidak memadai untuk diadakannya reklamasi secara besar-besaran pada Pantura
terkait dengan masalah ekologi. Namun hal tersebut dapat disiasati dengan itikad baik
para pihak untuk menjaga lingkungan yang kemudian akan terantisipasi dengan
penggunaan teknologi yang mutakhir, karena sesulit apapun kondisi geografis di Teluk
Jakarta, pasti ada rekayasa teknis yang dapat dilakukan untuk mendukung pelestarian
agar tidak mengganggu ekosistem sekitar, namun tentunya akan menambah biaya yang
sangat besar. Oleh karena itu perlu di ketrahui juga bahwa sesuai dengan konsep
AMDAL yang tertuang dalam PP Nomor 27 tahun 1992 Pasal 22 Huruf a dan B
menyatakan bahwa “apabila dampak besar dan penting negatif yang akan ditimbulkan
tidak dapat ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia, dan biaya penanggulangan
dampak besar dan penting negatif lebih besar daripada manfaat dambak besar dan penting
positif yang akanditimbulkan oleh usaha atau kegiatan yang bersangkutan, maka instansi
yang bertanggung jawab memberikan keputusan bahwa rencana usaha atau kegiatan yang
bersangkutan tidak layak lingkungan“.
Beralih kepada analisis hukum yang dapat ditemukan dalam proyek reklamsi ini dapat
ditela’ah dari sengketa hukum mengenai perizinan yang dilatarbelakangi oleh instrumen
AMDAL yang berbeda. Disinggung di atas bahwa perdebatan muncul hingga ke PTUN
antara pihak Pengembang dalam hal ini 6 perusahaan terhadap Kementrian Lingkungan
Hidup (KLH). Sebenarnya hal ini tidak perlu terjadi apabila para pihak mengerti mengenai
konsep AMDAL yang telah ada, pada tataran kewenangan penilaian yang sesuai dengan PP
tersebut tedapat 88 komisi penilai Kabupaten/Kota, 3 komisi penilai Provinsi, dan 1 penilai
komisi Pusat yang kesemuanya harus bersinergi dalam megeluarkan Studi Amdal yang
kemudian dijadikan instrumen dalam proses perizinan, namun permasalahannya disini
adalah dalam proses reklamasi tersebut hanya menyertakan AMDAL lokal yang sebenarnya
tidak sesuai karena proyek tersebut melibatkan dua provinsi, Banten dan Jawa Barat.
Daripada itu juga perlu diketahui bahwa gugatan terhadap Kepmen LH No 14 Tahun 2003
yang dilakukan 6 perusahaan rersebut adala h tidak layak digelar karena:
a. Kepmeneg LH yang digugat tersebut ditertapkan berdasarkan rekomendasi komisi
AMDAL pusat yang bersifat independen dan telah dibahas selama 2 tahun
oleh stakeholder. Kepmeneg LH tersebut merekomendasikan kepada instansi yang
berwenang untuk menolak permohonan ijin melakukan usaha atau kegiatan reklamasi
seperti yang direncanakan oleh BP Pantura. Kepmen LH tersebut bukan ijin
lingkungan,karenanya sesuai dengan UU peradilan Tata Usaha Negara, Kepmen LH tidak
dapat digugat secara yuridis oleh PTUN Jakarta
b. Objek Kepmeneg LH adalah rencana kegiatan reklamasi dan revitalisasi pantura yang
diprakarsai oleh BP Pantura Jakarta. Keenam perusahaan penggugat mempunyai proyek
reklamasi yang merupakan kerjasama mereka dengan Pemda DKI Jakarta. Kepmeneg LH
tersebut tidak ada hubungannya dengan proyek keenam perusahaan tersebut, lalu kenapa
kemudian keenam perusahaan tersebut menggugat ke Meneg LH?
c. Dampak keputusan peradilan PTUN ini adalah menciptakan presedn hukum, bahwa hasil
AMDAL dapat dibatalkan oleh sidang peradilan, ini bersarti mekanisme AMDAL
sebagai sistem pengawasan lingkungan hidup telah dirusak oleh sidang pengadilan
Meskipun demikian saat ini proyek tersebut tetap berjalan dengan alasan AMDAL dan studi
kelayakan yang mereka gunakan sudah memenuhi syarat secara komprehensif, namun
sampai saat ini proyek tersebut belum memiliki AMDAL yang sesuai, maka mengacu
kepada konsep AMDAL bahwa kegiatasn yang sudah berjalan dan belum memiliki
dokumen yang menyangkut pengendalian lingkungan hidup, maka kegiatan tersebut
dikenakan Audit Lingkungan yang juga sebagai konsep penegakan hukum lingkungan
modern.
Maka dari itu terdapat solusi yang harus dijadikan acuan antara lain:
a. mengumpulkan semua dokumen AMDAL yang teala dilakukan, harus ada pertemuan
teknis dan menyeluruh (parsial dan integratif)terhadap dampak yang ditimbulkan
b. dalam kasus proyek sudah berjalan, maka audit lingkungan sebagai instrumen pengendali
lingkungan hidup harus digunakan untuk menjadi acuan dari pemberian ijin atas layaknya
proyek reklamasi tersebut. Meskipun sebenarnya Audit lingkungan tersebut menjadi
metode yang lebih modern dari hanya sededar AMDAL, karena pendekatan yang
dilakukan lebih bersifat teknis dan sifatnya yang sangat ilmiah.
1. Apakah yang disebut Proyek Reklamasi PANTURA?
Proyek Reklamasi Pantura adalah proyek penimbunan laut di depan garis pantai Jakarta pada
areal sepanjang 32 km dengan lebar rata-rata 2 km sampai kedalaman 8 m dengan kebutuhan
bahan urugan sebanyak 330 juta m3, sehingga menghasilkan lahan baru seluas 2700 ha.
Disamping itu akan dilakukan pula revitalisasi di atas pantai Jakarta yang lama pada areal
seluas 2500 ha. Di atas lahan hasil reklamasi ini akan dibangun berbagai pusat bisnis dan jasa
(perkantoran, hotel, areal wisata dan pusat perdagangan) dengan penambahan penduduk
diperkirakan mencapai lebih kurang 1.750.000 orang.
2. Mengapa harus dibuat AMDAL untuk proyek ini dan apa fungsi Amdal?
Sesuai dengan ketentuan Pasal 15 Undang-undang Nomor 23 tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup, maka setiap rencana kegiatan yang berpotensi menimbulkan
dampak penting terhadap lingkungan, seperti halnya reklamasi Pantai Utara Jakarta, wajib
didahului dengan studi AMDAL. Studi AMDAL berfungsi untuk mengkaji berbagai potensi
dampak lingkungan yang mungkin timbul akibat kegiatan reklamasi Pantai Utara Jakarta.
Dari kajian tersebut sudah dapat diidentifikasi potensi dampaknya dan dipersiapkan upaya
penanggulangannya. Bilamana dari studi ini diketahui bahwa dampak yang diakibatkan suatu
proyek tidak dapat dikendalikan dengan teknologi yang ada, atau manfaat proyek yang
diperoleh tidak sepadan dengan dampak yang ditimbulkan, maka rencana proyek tersebut
harus ditolak.
3. Siapa yang menyusun AMDAL Proyek Reklamasi Pantura?
Sesuai ketentuan Peraturan Pememrintah tentang AMDAL, maka studi AMDAL Reklamasi
Pantura disusun oleh pihak yang ingin membangun proyek tersebut atau Pemrakarsa
Kegiatan (Badan Pelaksana Pantura) yang dalam pelaksanaannya dibantu oleh konsultan
penyusun AMDAL, yaitu Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) ITB.
4. Siapa yang menilai AMDAL proyek ini?
Sesuai ketentuan Pasal 14 Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 1993 tentang AMDAL,
maka studi AMDAL Reklamasi Pantura yang kegiatan serta dampaknya mencakup
kepentingan dari berbagai sektor, yang dengan demikian termasuk dalam kategori AMDAL
Regional, harus dinilai oleh Komisi Penilai AMDAL Pusat yang berkedudukan di KLH.
Disamping itu, mengingat proyek ini termasuk dalam kategori kegiatan yang strategis, maka
sesuai ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Propinsi Sebagai Daerah Otonom, hasil studi AMDAL Reklamasi Pantura ini
pun menjadi kewenangan Komisi Penilai AMDAL Pusat.
5. Siapa saja yang terlibat penilaian AMDAL proyek ini?
Sesuai Keputusan MENLH Nomor 42 tahun 2000 tentang Komisi Penilai AMDAL Pusat,
maka penilaian terhadap hasil studi AMDAL Reklamasi Pantura dilakukan secara
terkoordinasi oleh wakil-wakil Departemen Sektoral/LPND, wakil Pemerintah DKI Jakarta,
para pakar lingkungan dan pakar yang terkait dengan rencana kegiatan, LSM dan pihak BP
Pantura sendiri selaku pemrakarsa kegiatan beserta penyusun AMDALnya (LPM ITB).
Proses penilaian AMDAL yang dikoordinasi oleh KLH, berlangsung dari bulan Juni 2000
dan diselesaikan pada bulan April 2002.
6. Dampak apa saja yang diperkirakan muncul dalam pelaksanaan proyek ini?
Hasil studi AMDAL menunjukkan ada beberapa isu pokok yang muncul akibat kegiatan
reklamasi Pantura untuk DKI Jakarta
1. potensi banjir
2. ketersediaan bahan urugan
3. pengaruh terhadap kegiatan-kegiatan yang telah ada
4. perubahan pemanfaatan lahan
5. ketersediaan air bersih
6. sistem pengelolaan sampah
7. pengelolaan sistem transportasi
7. Apa keputusan akhir Komisi AMDAL KLH? Mengapa keputusannya demikian?
Sesuai ketentuan Pasal 22 Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1999 tentang AMDAL,
Komisi Penilai AMDAL Pusat merekomendasikan kepada MENLH
bahwa Rencana Reklamasi Pantura Jakarta tidak layak dari aspek lingkungan hidup atas
dasar hasil penilaian terhadap studi AMDAL yang disampaikan, mengingat : Proyek ini akan
meningkatkan potensi dan intensitas banjir di Jakarta. Hal ini tidak dapat ditolerir karena
banjir di Jakarta saat ini (seperti yang terjadi pada tahun 2002) belum dapat terselesaikan
dengan tuntas Proyek ini akan membutuhkan bahan urugan sebanyak 330 juta m3. Apabila
bahan ini diambil dari pedalaman maka akan terjadi dampak di pedalaman dan dampak dari
pengangkutan bahan urugan tersebut (diperlukan sekitar 33 juta rit truk membawa bahan
urugan). Bila bahan urugan diambil dari pasir sepanjang pantai maka akan terjadi kerusakan
pantai dari daerah Losari, Indramayu di sebelah timur sampai pada kawasan Pandeglang,
Banten di sebelah barat, pada areal seluas 170 ribu hektar. Hal ini akan memiskinkan
masyarakat nelayan di sepanjang pantai tersebut. Disamping itu, apabila urugan itu diambil
dari dasar laut, akan menghancurkan ekosistem laut dan pola arus laut, mengakibatkan
hancurnya pantai dan pulau-pulau di sekitarnya. Keberadaan kawasan baru ini juga akan
menimbulkan pola arus yang menghancurkan pantai dan pulau-pulau sekitar masyarakat
berpendapatan rendah dari kawasan utara Jakarta khususnya para nelayan yang harus hidup
relatif lebih jauh dari sumber mata pencahariannya. Dampak-dampak lainnya adalah
menurunnya kemampuan pembangkit listrik di Jakarta, ketersediaan air bersih dan lain-lain.
8. Apa keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup atas hasil Komisi AMDAL ini?
Sesuai ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1999 tentang AMDAL, maka
dengan memperhatikan rekomendasi yang disampaikan oleh Komisi Penilai AMDAL Pusat
dan juga memperhatikan saran, tanggapan dan pendapat masyarakat, Menteri Negara
Lingkungan Hidup menetapkan Keputusan Nomor 14 tahun 2003 tentang Ketidaklayakan
Lingkungan Rencana Reklamasi dan Revitalisasi Pantai Utara Jakarta.
9. Apa langkah KLH selanjutnya?
Menyarankan kepada Presiden untuk segera mencabut Keppres No 52/1995
10. Benarkah berita bahwa Menteri Negara Lingkungan Hidup mengambil keputusan secara
sepihak?
Penilaian hasil studi AMDAL Reklamasi Pantura ini telah melalui proses penilaian yang
panjang di tingkat Komisi Penilai AMDAL Pusat, sejak kerangka acuan dokumen AMDAL
ini disusun di tahun 1996 dan terakhir dilaksanakan pada tanggal 9 April 2002. Pada setiap
rapat Komisi Penilai AMDAL Pusat ini, semua pihak (anggota Komisi) termasuk wakil dari
Pemda DKI Jakarta dan BP Pantura selalu hadir. Dengan demikian, rekomendasi yang
disampaikan oleh Komisi Penilai AMDAL Pusat kepada MENLH sebagai dasar pengambilan
keputusan jelas merupakan suara bersama, bukan putusan satu pihak.
11. Setelah keputusan Komisi AMDAL yang diikuti oleh keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup, apakah tidak sebaiknya dilanjutkan dengan dialog berbagai pihak?
Sesuai dengan ketentuan peraturan pemerintah tentang AMDAL, Komisi Penilai AMDAL
Pusat adalah lembaga yang dibentuk oleh Menteri untuk melakukan pengkajian terhadap
suatu hasil studi AMDAL sebagai dasar bahan pengambilan keputusan MenLH. Proses
penilaian ini telah dilakukan secara terkoordinasi dan melibatkan semua unsur, termasuk para
pakar di bidangnya, sehingga hasil yang direkomendasikan kepada MenLH merupakan
keputusan final. Keputusan oleh forum-forum yang dilaksanakan di dalam beberapa hari,
apalagi diwarnai dengan kepentingan kelompok, tentu saja tidak dapat lebih seksama dan
mendalam daripada proses yang sudah dilaksanakan oleh Komisi AMDAL.
12. Apa saran KLH dalam hal ini?
Untuk memenuhi kebutuhan lahan seperti yang disarankan dalam rencana reklamasi, maka
saran KLH adalah :
Melaksanakan program revitalisasi pantai lama tanpa disertai kegiatan reklamasi
Menggunakan lahan yang tersedia di Provinsi Banten yang berdampingan dengan Provinsi
DKI Jakarta dan mempunyai sarana transportasi langsung dengan Jakarta Bagaimanapun,
suatu kota, walaupun sebuah metropolitan sekalipun harus dapat hidup saling bergantung
satu dengan yang lain dengan daerah-daerah sekitarnya. Tidak mungkin semua kebutuhan
DKI Jakarta dipenuhi oleh DKI Jakarta sendiri.
13. Mengapa Reklamasi di Singapore atau di tempat lain tidak bermasalah?
Kita harus bertolak dari prinsip bahwa dampak suatu kegiatan sangat ditentukan oleh
lingkungannya. Suatu kegiatan tertentu mungkin tidak menimbulkan dampak di satu tempat
tetapi menimbulkan dampak di tempat lain. Oleh karena itu, ada mekanisme AMDAL.
Tentang Singapore, sampai tahun 1970 an, mereka mengalami masalah banjir seperti halnya
Jakarta. Namun, sejak saat itu hingga kini, Singapore dapat dikatakan bebas dari bencana
banjir. Disamping itu, teknologi reklamasi yang mereka lakukan dapat menjamin tidak
terjadinya banjir. Ditambah lagi, lokasi reklamasi dan banjir di Singapore juga berbeda.
Bahan urugan untuk keperluan reklamasi Singapore diperoleh atau dibeli dari kepulauan
Riau, yang pada akhirnya menyebabkan dampak terhadap nelayan Riau. Apakah
permasalahan seperti ini akan kita ulangi kembali? Sistem drainase di Singapore sangat
mapan, dimana peran Pemerintah cukup besar, sehingga sistem drainase suatu proyek
sinergis dengan sistem drainase yang dibuat pemerintah. Hal ini berbeda dengan di
Indonesia, dimana banyak sistem drainase yang keberhasilannya sangat ditentukan oleh
peran pemerintah. Akhirnya, banyak proyek yang sistem drainasenya bagus tapi
menimbulkan masalah di luar lingkungan kerjanya, seperti Pantai Indah Kapuk, akibat tidak
adanya dukungan pemerintah untuk membenahi sistem drainase diluar..
14. Apa yang harus dilakukan oleh warga DKI Jakarta dan sekitarnya dalam hal ini?
Bagi warga DKI Jakarta yang peduli terhadap nasibnya dan nasib keluarganya, dan
memahami bahwa kegiatan reklamasi ini akan menimbulkan penderitaan lebih berat baginya
dan bagi keluarganya serta lingkungannya, disarankan untuk menulis surat keberatan kepada
DPRD DKI Jakarta, Gubernur Jakarta atau dapat pula kepada Kotak Pos 7777 Jakarta
Timur.