Kepala BPK Hadi Poernomo mengungkapkan hal itu di Jakarta, Selasa (2/4).
Dia menyampaikan temuan BPK atas audit kinerja, pemeriksaan dengan tujuan
tertentu, dan pemeriksaan keuangan di pemerintah pusat, daerah, BUMN, BUMD,
perusahaan kontraktor kontrak kerja sama migas (KKKS), BLU, dan sebagainya di
mana ditemukan.
1. Identifikasi kasus.
Dari kasus di atas dapat diketahui bahwa banyak sekali entitas pemerintahan
baik itu pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang bekerja secara tidak
efisien. Hal tersebut sangat merugikan negara karena sumber dana yaitu dana APBN
yang digunakan tidak sebanding dengan kinerja yang dihasilkan oleh instansi
pemerintahan tersebut. Kinerja yang dihasilkan oleh instansi pemerintah yang tidak
efisien tersebut akan berakibat pada tidak tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
Hal itu juga berakibat terjadinya pemborosan anggaran karena tidak efisiennya kinerja
instansi pemerintahan.
Dari identifikasi kasus di atas maka dapat disimpulkan bahwa masalah yang
muncul adalah penyimpangan yang dilakukan oleh instansi pemerintahan pada
pengelolaan anggaran dan juga penyalahgunaan anggaran serta penyimpangan
administratif lainnya yang diakibatkan karena lemahnya sistem pengendalian intern
pada instansi pemerintahan tersebut. Hal tersebut merugikan negara serta tidak
tercapainya tujuan yang telah direncanakan dan ditetapkan sebelumnya.
Saran yang diberikan agar masalah tersebut bisa terselesaikan adalah dengan
memberikan pengarahan terhadap pegawai pemerintahan dan juga memberikan
pengetahuan agama yang mendalam sehingga pegawai akan mengurungkan niat
apabila ingin melakukan penyimpangan dan penyalahgunaan anggaran pemeintah.
Dari jumlah tersebut, ujarnya, pemerintah akan mencari tahu mengenai jumlah
aset yang bisa diselamatkan. Harry mengatakan pihaknya juga telah menyerahkan
kewenangan audit kepada Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
Bahan-bahan investigasi yang telah ditemukan BPK, katanya, kemudian bisa menjadi
bahan lanjutan audit dari BPKP atas proyek Hambalang. Audit juga dilakukan untuk
mengetahui apakah masih ada utang negara terhadap para kontraktor proyek.
"Itu akan termasuk diaudit BPKP nanti bagian kalau negara berutang, kita harus fair
bayar. Jadi, tidak bisa lepas tangan tetap tuntaskan kewajiban negara," ujarnya
menjelaskan.
Harry mengatakan audit BPKP atas keuangan proyek Hambalang kemudian akan
ditetapkan secepatnya, sesuai dengan keputusan Presiden Jokowi.
"Intinya adalah saya positif keinginan Presiden untuk selamatkan aset negara
sebanyak-banyaknya," katanya menegaskan.
1. Identifikasi kasus.
Dari kasus di atas dapat diketahui bahwa Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
(Tipikor) menjatuhkan vonis hukuman 4 tahun penjara, dan denda Rp 200 juta serta
subsidar 2 bulan kurungan kepada mantan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora)
Andi Mallarangeng dalam kasus tindak pidana korupsi proyek Pusat Pendidikan
Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) di Hambalang, Bogor.
Menurut hakim ketua Haswandi terdakwa Andi Mallarangeng terbukti secara
sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-sama dalam
putusan tersebut, hakim ketua menilai Andi dengan sengaja telah menyalahgunakan
kewenangannya sebagai Menpora dalam pengurusan proyek Hambalang. Dimana
sebagai Menpora, Andi adalah pengguna anggaran sekaligus pemegang otoritas
kekuasaan pengelolaan keuangan negara di Kemenpora serta memiliki kewajiban
untuk melakukan pengawasan pelaksanaan anggaran.
Atas perbuatan tersebut Andi telah menguntungkan pihak lain, Proyek P3SON
telah merugikan keuangan negara Rp 464,391 miliar. Andi melanggar Pasal 3 jo Pasal
18 UU No 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
sebagaimana diubah dengan UU No 20 Tahun 2001 jo Pasal 55 ayat (1) ke 1 jo Pasal
65 ayat (1) KUHPidana.
Selain itu, Majelis Hakim menilai, mantan Menteri Pemuda dan Olahraga,
Andi Mallarangeng, telah memberi keleluasaan terhadap adiknya Choel Mallarangeng
untuk berhubungan dengan pejabat Kemenpora. Sehingga Choel ikut terlibat dalam
pengurusan proyek Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olah Raga Nasional
(P3SON).
Dalam putusan juga disebutkan, bahwa Andi telah memberikan kemudahan
akses kepada Choel Mallarangeng di kantor Kemenpora. Kemudahan akses tersebut
seperti adanya Keleluasaan bagi Choel untuk menggunakan ruang kerja Andi di lantai
10 gedung Kemenpora untuk melakukan pertemuan dengan pejabat Kemenpora dan
calon pemenang. Majelis hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi juga
menyebutkan membengkaknya anggaran proyek pembangunan Hambalang,
disebabkan oleh keinginan Andi Mallarangeng untuk mengubah konsep bangunan.
Majelis hakim mengatakan Andi Mallarangeng telah memerintahkan Sesmenpora
Wafid Muharam untuk melakukan pemaparan proyek dengan desain master plan baru.
Kemudian dilakukan pertemuan membahas perombakan design baru seperti
konsep bangunan, luas tanah dan gedung, yang berlangsung di lantai 10 Gedung
Kemenpora. Dalam pertemuan tersebut dihadiri oleh Wafid, Deddy Kusdinar, Rio
Wilarso, Lisa Lukitawati Isa, Muhammad Arifin, Asep Wibowo dan Anggraeni Dewi
Kusumastuti. Akibatnya, anggaran proyek Hambalang yang semula Rp 125 miliar
terus bertambah. Hingga tahun 2010, anggaran tersebut meningkat mencapai Rp 275
miliar. Namun, pada akhirnya anggaran tersebut membengkak drastis menjadi total
Rp 2,5 triliun, sehingga negara mendapat kerugian keuangan negara senilai Rp
464,391 miliar.
Dari identifikasi kasus di atas maka masalah yang muncul dapat dianalisa memurut
pandangan para ahli, ciri – ciri, jenis dan faktor penyebab terkait kasus korupsi tesebut
adalah sebagai berikut :
1. Menurut pandangan David H Baley kasus yang melibatkan mantan menpora ini
adalah kasus penyuapan yang mana penyuapan adalah suatu istilah umum yang
meliputi penyalahgunaan wewenang sebagai akibat pertimbangan keuntungan
pribadi yang tidak selalu berupa uang. Batasan yang luas dengan titik berat pada
penyalahgunaan wewenang memungkinkan dimasukkannya penyuapan,
pemerasan, penggelapan, pemanfaatan sumber dan fasilitas yang bukan milik
sendiri untuk mencapai tujuan – tujuan pribadi dan nepotisme ke dalam korupsi.
Hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut :
2. Dalam kasus korupsi yang melibatkan mantan menpora ini maka ciri – ciri
korupsi yang terkait dengan kasus korupsi tersebut adalah sebagai berikut :
Menurut Syed Hussein Alatas mengungkapkan bahwa ciri – ciri yang terkait
dengan kasus ini berbentuk Suatu pengkhianatan terhadap kepercayaan.
Seseorang yang diberikan amanah seperti seorang pemimpin yang
menyalahgunakan wewenangnya untuk kepentingan pribadi, golongan, atau
kelompoknya.
3. Dalam kasus korupsi yang melibatkan mantan menpora ini maka jenis korupsi ini
tergolong kepada jenis :
Mercenery corruption, yakni jenis tindak pidana korupsi yang dimaksud untuk
memperoleh keuntungan pribadi melalui penyalahgunaan wewenang dan
kekuasaan (Benveniste).
4. Dalam kasus korupsi yang melibatkan mantan menpora ini maka tipe korupsi
yang tergolong adalah sebagai berikut :
5. Dalam kasus korupsi yang melibatkan mantan menpora ini maka faktor penyebab
yang terkait dengan kasus ini adalah sebagai berikut :
GONE Theory yang dikemukakan oleh Jack Boulogne dibagi menjadi 4 yaitu:
Menjalankan prinsip anti korupsi dalam kasus korupsi ini yaitu Transparasi
dan Kewajaran. Transparasi merupakan prinsip yang mengharuskan semua proses
dilakukan secara terbuka, sehingga segala bentuk penyimpangan dalam pengelolaan
dan penggunaan dapat diketahui oleh publik. Dalam kasus ini tidak menggunkan
prinsip transparasi, dimana dalam proyek P3SON (Hambalang) dilakukan kecurangan
oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab yang mengakibatkan kerugian
negara. Selain itu prinsip kewajaran juga tidak diterapkan dalam kasus korupsi ini.
Dimana dalam pengaggaran ada ketidakwajaran yang semakin membesar. Dan
perlunya kontrol yang ketat dari pihak luar baik itu auditor maupun masyarakat kita
untuk ikut serta dalam pengawasan kinerja dari proyek ini supaya tidak terjadi
penyimpangan, penyelewangan maupun penyalahgunaan dalam pengelolaan agar
tujuan yang direncanakan dan dihasilkan tercapai.
Saran yang diberikan agar masalah tersebut bisa terselesaikan adalah dengan
memberikan pengarahan dan pengetahuan agama yang mendalam atau sumpah
terhadap seorang pejabat yang diberi amanah pemegang kekuasaan otoritas
pengelolaan keuangan negara dan sebagai pengguna anggaran, sehingga pegawai
akan mengurungkan niat apabila ingin melakukan penyimpangan dan
penyalahgunaan anggaran pemeintah.
Yang kedua adalah pejabat yang diberi amanah untuk bersikap transparan dan
akuntanbilitas. Yang ketiga adalah harus adanya evaluasi secara periodik dalam
rangka untuk mempertanggung jawabkan dan melaporkan segala kegiatan yang telah
dilakukan dalam pengelolaan anggaran. Dan yang terakhir solusi agar tidak terjadi
kasus serupa adalah dengan memberikan hukuman yang berat kepada para pelaku
korupsi sehingga memberikan efek jera bagi pelakuknya dan sebagai peringatan
kepada yang belum terlibat kasus korupsi untuk tidak melakukan tindakan korupsi.
Hukuman yang berat seperti penjara seumur hidup, hukuman mati, denda, menyita
seluruh aset keluarga yang dimiliki tersangka, dan lain-lain.