Anda di halaman 1dari 4

Rabu, 08 Juli 2009 HIPEREMESIS GRAVIDARUM BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala
yang wajar dan sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya
terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala
– gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan
berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Mual dan muntah terjadi pada 60 –
80% primi gravida dan 40 – 60% multi gravida. Satu diantara seribu kehamilan,
gejala – gejala ini menjadi lebih berat Perasaan mual ini desebabkan oleh karena
meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG (Human Chorionic
Gonadrotropin) dalam serum. Pengaruh Fisiologik kenaikan hormon ini belum
jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung lambung
yang berkurang. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini,
meskipun demikian gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai
4 bulan. Pekerjaan sehari – hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi
buruk. Keadaan inilah yang disebut hiperemesis gravidarum. Keluhan gejala dan
perubahan fisiologis menentukan berat ringannya penyakit. (Prawirohardjo, 2002)
Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering kita jumpai pada
kehamilan muda dan dikemukakan oleh 50 – 70% wanita hamil dalam 16 minggu
pertama. Kurang lebih 66% wanita hamil trimester pertama mengalami mual-
mual dan 44% mengalami muntah – muntah. Wanita hamil memuntahkan segala
apa yang dimakan dan diminum hingga berat badannya sangat turun, turgor kulit
berkurang, diuresis berkurang dan timbul asetonuri, keadaan ini disebut
hiperemesis gravidarum dan memerlukan perawatan di rumah sakit. Perbandingan
insidensi hiperemesis gravidarum 4 : 1000 kehamilan. (Sastrawinata, 2004)
Diduga 50% sampai 80% ibu hamil mengalami mual dan muntah dan kira – kira
5% dari ibu hamil membutuhkan penanganan untuk penggantian cairan dan
koreksi ketidakseimbangan elektrolit. Mual dan muntah khas kehamilan terjadi
selama trimester pertama dan paling mudah disebabkan oleh peningkatan jumlah
HCG. Mual juga dihubungkan dengan perubahan dalam indra penciuman dan
perasaan pada awal kehamilan. (Walsh, 2007) Hiperemesis gravidarum
didefinisikan sebagai vomitus yang berlebihan atau tidak terkendali selama masa
hamil, yang menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, atu defisiensi
nutrisi, dan kehilangan berat badan. Insiden kondisi ini sekitar 3,5 per 1000
kelahiran. Walaupun kebanyakan kasus hilang dan hilang seiring perjalanan
waktu, satu dari setiap 1000 wanita hamil akanmenjalani rawat inap. Hiperemesis
gravidarum umumnya hilang dengan sendirinya (self-limiting), tetapi
penyembuhan berjalan lambat dan relaps sering umum terjadi. Kondisi sering
terjadi diantara wanita primigravida dan cenderung terjadi lagi pada kehamilan
berikutnya. (Lowdermilk, 2004) B. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui
definisi hiperemesis gravidarum 2. Untuk mengetahui etiologi hiperemesis
gravidarum 3. Untuk mengetahui patofisiologi hiperemesis gravidarum 4. Untuk
mengetahui gejala dan tanda hiperemesis gravidarum 5. Untuk mengetahui
diagnosis hiperemesis gravidarum 6. Untuk mengetahui pencegahan hiperemesis
gravidarum 7. Untuk mengetahui penatalaksanaan hiperemesis gravidarum C.
Manfaat Penulisan Diharapkan kepada pembaca terutama mahasisiwi kebidanan
untuk mengerti dan memahami tentang hiperemesis gravidarum sehingga dapat
melakukan pencegahan dan penatalaksanaan pada ibu hamil yang mengalami
hiperemesis gravidarum. D. RUMUSAN MASALAH Wanita hamil yang
mengalami mual E. METODE PENULISAN Dalam penulisan makalah ini
menggunakan metode pustaka. BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Hiperemesis
gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan sehingga pekerjaan sehari – hari
terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. (Arif, 1999) Hiperemesis
gravidarum adalah mual – muntah berlebihan sehingga menimbulkan gangguan
aktivitas sehari – hari dan bahkan membahayakan hidupnya. (Manuaba, 2001)
Wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat
badannya sangat turun, turgor kulit berkurang, diuresis berkurang dan timbul
asetonuri, keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum. (Sastrawinata, 2004)
Hiperemesis gravidarum adalah vomitus yang berlebihan atau tidak terkendali
selama masa hamil, yang menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit,
atau defisiensi nutrisi, dan kehilangan berat badan. (Lowdermilk, 2004)
Hiperemesis gravidarum adalah suatu keadaan (biasanya pada hamil muda)
dimana penderita mengalami mual- muntah yang berlebihan, sedemikian rupa
sehingga mengganggu aktivitas dan kesehatan penderita secara keseluruhan.
(Achadiat, 2004) B. Etiologi Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui
secara pasti. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik,
juga tidak ditemukan kelainan biokimia. Perubahan – perubahan anatomik pada
otak, jantung, hati dan susunan saraf, disebabkan oleh kekurangan vitamin serta
zat – zat lain akibat inanisi. Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang
telah ditemukan oleh beberapa penulis sebagai berikut : 1. faktor predisposisi : a.
Primigravida b. Overdistensi rahim : hidramnion, kehamilan ganda, estrogen dan
HCG tinggi, mola hidatidosa 2. Faktor organik : a. Masuknya vili khorialis dalam
sirkulasi maternal b. Perubahan metabolik akibat hamil c. resistensi yang menurun
dari pihak ibu. d. Alergi 3. faktor psikologis : a. Rumah tangga yang retak b.
Hamil yang tidak diinginkan c. takut terhadap kehamilan dan persalinan d. takut
terhadap tanggung jawab sebagai ibu e. Kehilangan pekerjaan C. Patofisiologi
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada
hamil muda bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak
imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. 1. Hiperemesis gravidarum
dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk
keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna terjadilah ketosis
dengan tertimbunnya asam aseton – asetik, asam hidroksi butirik dan aseton
dalam darah. 2. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan karena muntah
menyebabkan dehidrasi sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang.
Natrium dan khlorida darah dan khlorida air kemih turun. Selain itu juga dapat
menyebabkan hemokonsentrasi sehingga aliran darah ke jaringan berkurang 3.
Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat
ginjal menambah frekuensi muntah – muntah lebih banyak, dapat merusak hati
dan terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan 4. Selain dehidrasi dan
terganggunya keseimbangan elektrolit dapat terjadi robekan pada selaput lendir
esofagus dan lambung (Sindroma Mallory-Weiss) dengan akibat perdarahan
gastro intestinal. D. Gejala dan Tanda Batas jelas antara mual yang masih
fisiologik dalam kehamilan dengan hiperemesis gravidarum tidak ada, tetapi bila
keadaan umum penderita terpengaruh, sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis
gravidarum. Hiperemesis gravidarum menurut berat ringannya gejala dapat dibagi
: 1. Tingkatan I a. Muntah terus menerus sehingga menimbulkan : 1) Dehidrasi :
turgor kulit turun 2) Nafsu makan berkurang 3) Berat badan turun 4) Mata cekung
dan lidah kering b. Epigastrium nyeri karena asam lambung meningkat dan terjadi
regurgitasi ke esofagus c. Nadi meningkat dan tekanan darah turun d. Frekuensi
nadi sekitar 100 kali/menit e. Tampak lemah dan lemas 2. Tingkatan II a.
Dehidrasi semakin meningkat akibatnya : 1) Turgor kulit makin turun 2) Lidah
kering dan kotor 3) Mata tampak cekung dan sedikit ikteris b. Kardiovaskuler 1)
Frekuensi nadi semakin cepat > 100 kali/menit 2) Nadi kecil karena volume darah
turun 3) Suhu badan meningkat 4) Tekanan darah turun c. Liver 1) Fungsi hati
terganggu sehingga menimbulkan ikterus d. Ginjal Dehidrasi menimbulkan
gangguan fungsi ginjal yang yang menyebabkan : 1) Oliguria 2) Anuria 3)
Terdapat timbunan benda keton aseton Aseton dapat tercium dalam hawa
pernafasan e. Kadang – kadang muntah bercampur darah akibat ruptur esofagus
dan pecahnya mukosa lambung pada sindrom mallory weiss. 3. Tingkatan III a.
Keadaan umum lebih parah b. Muntah berhenti c. Sindrom mallory weiss d.
Keadaan kesadran makin menurun hingga mencapai somnollen atau koma e.
Terdapat ensefalopati werniche : 1) Nistagmus 2) Diplopia 3) Gangguan mental f.
Kardiovaskuler 1) Nadi kecil, tekanan darh menurun, dan temperatur meningkat g.
Gastrointestinal 1) Ikterus semakin berat 2) Terdapat timbunan aseton yang makin
tinggi dengan bau yang makin tajam h. Ginjal 1) Oliguria semakin parah dan
menjadi anuria E. Diagnosis Diagnosis hiperemesis gravidarum biasanya tidak
sukar. Harus ditentukan adanya kehamilan muda dan muntah terus menerus,
sehingga mempengaruhi keadaan umum. Namun demikian harus dipikirkan
kehamilan muda dengan penyakit pielonefritis, hepatitis, ulkus ventrikuli dan
tumor serebri yang dapat pula memberikan gejala muntah. Hiperemesis
gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan kekurangan makanan yang
dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga pengobatan perlu segera
diberikan. E. Pencegahan Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar tidak
terjadi hiperemesis gravidarum dengan cara : 1. Memberikan penerangan tentang
kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik 2. Memberikan
keyakinan bahwa mual dan kadang – kadang muntah merupakan gejala yang
fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan. 3.
Menganjurkan mengubah makan sehari – hari dengan makanan dalam jumlah
kecil tapi sering 4. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun
dari tempat tidur, erlebih dahulu makan roti kering atau biskuit dengan dengan teh
hangat. 5. makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan 6.
Makanan seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin 7.
Defekasi teratur 8. Menghindari kekurangan karbohidrat merupakan faktor
penting, dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula. F. Penatalaksanaan
Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak mengurang maka diperlukan :
1. Obat – obatan a. Sedativa : phenobarbital b. Vitamin : Vitamin B1 dan B6 atau
B – kompleks c. Anti histamin : Dramamin, avomin d. Anti emetik (pada keadan
lebih berat) : Disiklomin hidrokhloride atau khlorpromasin Penanganan
hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola di rumah sakit. 2. Isolasi
a. Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran
udara yang baik. b. Catat cairan yang keluar masuk. c. Hanya dokter dan perawat
yang boleh masuk ke dalam kamar penderita, sampai muntah berhenti dan
penderita mau makan. d. Tidak diberikan makanan/minuman dan selama 24 jam.
Kadang – kadang dengan isolasi saja gejala – gejala akan berkurang atau hilang
tanpa pengobatan. 3. Terapi psikologik a. Perlu diyakinkan kepada penderita
bahwa penyakit dapat disembuhkan b. Hilangkan rasa takut oleh karena
kehamilan c. Kurangi pekerjaan sera menghilangkan masalah dan konflik 4.
Cairan parenteral a. Cairan yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan
glukose 5% dalam cairan fisiologis (2 – 3 liter/hari) b. Dapat ditambah kalium,
dan vitamin(vitamin B kompleks, Vitamin C) c. Bila kekurangan protein dapat
diberikan asam amino secara intravena d. Bila dalam 24 jam penderita tidak
muntah dan keadaan umum membaik dapat diberikan minuman dan lambat laun
makanan yang tidak cair Dengan penanganan diatas, pada umumnya gejala –
gejala akan berkurang dan keadaan akan bertambah baik 5. Menghentikan
kehamilan Bila pegobatan tidak berhasil, bahkan gejala semakin berat hingga
timbul ikterus, delirium, koma, takikardia, anuria, dan perdarahan retina,
pertimbangan abortus terapeutik.

Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ

Anda mungkin juga menyukai