Materi Refres Kader
Materi Refres Kader
Materi Refres Kader
Pengertian Peran Peran adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan individu dalam
masyarakat sebagai organisasi, peran juga dapat diartikan sebagai perikelakuan individu yang
penting bagi struktur sosial masyarakat (Soejono Sokanto, 2000). Peran merupakan aspek yang
dinamis dari kedudukan seseorang, apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya
sesuai dengan kedudukannya maka orang yang bersangkutan menjalankan suatu peranan
(Yasyin,1999). Peran juga dapat diartikan seperangkat tingkat yang diperankan oleh orang yang
berkedudukan dalam masyarakat (Pusat Pembinaan Pengembangan Bahasa, 1984). Menurut
Balai Pustaka (1992) peran adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau lembaga
dalam suatu peristiwa.
Dua dimensi peran adalah: kewajiban dan hak. Tindakan yang diharapkan akan dilaksanakan
oleh seseorang merupakan kewajiban suatu peran, tindakan atau respon orang lain merupakan
hak. Konsep peran dihubungkan dengan konsep status. Dalam pengunaan ini status hanya
menunjuk pada posisi seseorang dalam suatu hubungan interaksi, bukan pada prestise yang
terdapat pada seseorang. Sehingga peran-status adalah satuan struktural yang paling mendasar
sebagai syarat fungsional yang harus dipenuhi (Sofyan Cholid, 2009).
Peran serta merupakan suatu bentuk perilaku nyata. Oleh karena itu kajian mengenai faktor
yang mempengaruhi peran sama dengan faktor yang mempengaruhi perilaku. Dengan demikian
peran dipengaruhi oleh faktor pengetahuan dan sikap, pengalaman, keyakinan, sosial, budaya
dan sarana fisik. Pengaruh atau rangsangan itu bersifat internal dan eksternal dan
diklasifikasikan menjadi faktor yang mempengaruhi perilaku. Menurut Lawrence Green meliputi
faktor predisposisi (predisposing factors), faktor pemungkin (enabling factors), dan faktor
pendorong (reinforcing factors). Faktor predisposisi merupakan faktor internal yang ada pada
diri individu, keluarga, kelompok atau masyarakat yang mempermudah individu untuk
berperilaku seperti pengetahuan, sikap, nilai, persepsi, dan keyakinan. Faktor pemungkin adalah
faktor yang memungkunkan berperilaku, tersedianya sumberdaya, keterjangkauan, rujukan, dan
keterampilan.
Faktor penguat merupakan faktor yang menguatkan perilaku, seperti sikap dan keterampilan,
teman sebaya, orangtua, dan majikan (Suliha, 2002). Selain itu peran juga dipengaruhi berbagai
faktor dibawah ini terkait dengan pengetahuan yang harus dimiliki sebagai sumber peran.
Faktor tersebut meliputi :
1. Pendidikan.
Pendidikan berarti bimbingan yang di berikan seseorang pada orang lain terhadap
sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa Universitas
Sumatera Utara semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka
menerima informasi, dan pada akhimya makin banyak pula pengetahuan yang
dimilikinya. Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat
perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru
diperkenalkan.
2. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan
pengetahuan baik secara langsung maupun secara fidak langsung.
3. Umur
Umur dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik
dan psikologis (mental). Pertumbuhan pada fisik secara garis besar ada empat kategori
perubahan pertama, perubahan ukuran, kedua, perubahan proporsi, ketiga, hilangnya
ciri-ciri lama, keempat, timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi
organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf berpikir seseorang semakin matang dan
dewasa.
4. Minat
Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat
menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhimya
diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.
5. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi
dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang kurang baik seseorang
akan berusaha untuk melupakan.
Posyandu
Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan
keluarga berencana. Sasaran posyandu adalah bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui dan
PUS (Pasangan Usia Subur). Adapun tujuan posyandu adalah:
a. Mempercepat penurunan angka kematian bayi, balita dan angka kelahiran.
b. Meningkatkan pelayanan kesehatan Ibu untuk menurunkan IMR (Infant Mortality
Rate).
c. Mempercepat diterimanya NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera).
d. Peningkatan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka alih teknologi
untuk swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat.
e. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan
kesehatan dan kegiatan lain yang menunjang sesuai kebutuhan.
Pelaksana kegiatan posyandu adalah anggota masyarakat yang telah dilatih menjadi
kader kesehatan setempat dibawah bimbingan Puskesmas. Sedangkan pengelola
posyandu adalah pengurus yang dibentuk oleh ketua RW yang berasal dari kader PKK,
tokoh masyarakat formal dan informal serta kader kesehatan yang ada di wilayah
tersebut ( Efendi,1998) . Universitas Sumatera Utara Persyaratan menjadi kader
posyandu menurut Zulkifli (2003) adalah dapat membaca dan menulis dengan bahasa
Indonesia, secara fisik dapat melaksanakan tugas-tugas sebagai kader, berwibawa,
mempunyai penghasilan sendiri dan tinggal tetap di desa yang bersangkutan. Selain itu
kader yang dipilih adalah orang-orang yang aktif dalam kegiatan – kegiatan sosial
maupun pembangunan desanya, serta dikenal masyarakat dan dapat bekerjasama
dengan masyarakat calon kader lainnya. dr. Ida Bagus (2003), mempunyai pendapat lain
mengenai persyaratan bagi seorang kader antara lain adalah warga yang bisa membaca
dan menulis, merupakan penduduk yang tinggal di desa tersebut, berasal dari
masyarakat setempat dan diterima oleh masyarakat setempat, tidak sering
meninggalkan tempat untuk waktu yang lama serta masih cukup waktu bekerja untuk
masyarakat disamping mencari nafkah lain. Dari persyaratan-persyaratan yang
diutamakan oleh beberapa ahli diatas dapatlah disimpulkan bahwa kriteria pemilihan
kader kesehatan antara lain, sanggup bekerja secara sukarela, mendapat kepercayaan
dari masyarakat dimana perilakunya menjadi panutan masyarakat, memiliki jiwa
pengabdian yang tinggi, mempunyai penghasilan tetap, pandai baca tulis, sanggup
membina masayrakat sekitarnya. Pelaksanaan kegiatan posyandu dilaksanakan sebulan
sekali yang ditentukan oleh kader dan petugas puskesmas. Hari bukanya ditentukan
berdasarkan kesepakatan masyarakat dan pelaksana, bisa bedasarkan hari ataupun
tanggal. Yang diutamakan adalah waktu yang ditentukan sasaran posyandu bisa
Universitas Sumatera Utara hadir sebanyak-banyaknya.
Di dalam posyandu dilakukan pelayanan masyarakat dengan sistem 5 meja, yaitu:
Meja I : Pendaftaran.
Meja II : Penimbangan
Meja III : Pengisian KMS
Meja IV : Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS.
Meja V : Pelayanan KB & Kes, seperti: imunisasi, pemberian vitamin A,
pembagian pil atau kondom, pengobatan ringan, dan konsultasi KB.
Petugas pada Meja I s/d IV dilaksanakan oleh kader posyandu sedangkan Meja V
merupakan meja pelayanan paramedis (Jurim, Bindes, perawat dan petugas KB).
Hal ini bertujuan agar kader posyandu dapat melakukan fungsinya dengan baik. Kader
posyandu seyogyanya membantu pemerintah daerah setempat dan masyarakat
setempat untuk mengambil inisiatif dan harus memperlihatkan adanya kemauan untuk
setiap kegiatan yang berkaitan dengan upaya membangun masyarakat. Seyogyanya para
kader kesehatan posyandu itu selalu mempertimbangkan tentang apa yang dapat
diselesaikan di wilayah tersebut dengan menggunakan sumber daya lokal milik
masyarakat setempat, dan tentu saja dalam batas biaya yang masih dapat dicapai oleh
masyarakat setempat pula (Heru, 1995).
Upaya Peningkatan Status Gizi Balita Gizi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu
tentang makanan dan hubungannya dengan kesehatan optimal. Sedangkan menurut
WHO menyatakan bahwa gizi adalah pilar utama dari kesehatan dan kesejahteraan
sepanjang siklus kehidupan. Status gizi adalah keadaan sebagai akibat konsumsi
makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2005). Status gizi digunakan untuk
mengetahui kesehatan anak. Permasalahan gizi di Indonesia merupakan masalah yang
cukup berat dan komplit, pada hakekatnya disebabkan keadaan ekonomi yang kurang
dan kurangnya pengetahuan tentang nilai gizi dari makanan yang ada. Upaya Universitas
Sumatera Utara peningkatan status gizi pada balita di posyandu dilaksanakan oleh kader
posyandu di lingkungan tersebut dengan dibantu pihak puskesmas setempat. Upaya
peningkatan gizi balita oleh kader posyandu dapat dilihat pelaksanaanya melalui sistem
5 meja dalam posyandu, yaitu:
a. Penyakit Kurang Energi Protein Kurang energi protein (KEP) adalah keadaan kurang
gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-
hari sehingga tidak memenuhi angka kebutuhan gizi (AKG). Penyakit kurang energi
protein ini ditandai dengan anak tampak kurus, cengeng, rewel, pandangan mata
sayu, wajah membulat dan sembab. Universitas Sumatera Utara
c. Penyakit Defisiensi Zat Yodium Zat yodium merupakan zat gizi esensial bagi tubuh
karena merupakan komponen dari hormon tiroksin yang berpengaruh kepada
banyak fungsi tubuh dan merupakan hormon pertumbuhan (Growth Hormon ).
Kekurangan zat yodium mengakibatkan kondisi hipotiroidisme (kekurangan B12) dan
tubuh mencoba untuk mengkompensasi dengan menambah jaringan kelenjar
gondok. Akibatnya terjadi hipertropi (membesarnya kelenjar tiroid) yang kemudian
disebut penyakit gondok oleh orang awam. Universitas Sumatera Utara
d. Defisiensi Zat Besi dan Anemia Gizi Besi Penyakit terjadi karena konsumsi zat besi
(Fe) pada tubuh tidak seimbang atau kurang kebutuhan tubuh. Defesiensi Fe
dapat didiagnosis berdasarkan data klinik dan data laboratorium yang ditunjang
oleh data konsumsi pangan. Gambaran klinik memperlihatkan anemia. Muka
penderita terlihat pucat, juga selaput lendir kelopak mata, bibir dan kuku.
Penderita terlihat badannya lemas, kurang bergairah, dan cepat merasa lelah,
serta sering menunjukkan sesak nafas (Santoso, 1999). Penyuluhan yang
diberikan kader posyandu kepada ibu balita dilakukan setelah mencatat hasil
penimbangan di KMS. Kader posyandu akan menanyakan kepada ibu balita yang
balitanya berada di bawah atau tepat di garis merah mengenai penyebab
masalah gizi yang sedang dihadapi balita. Penyebab masalah gizi pada balita yaitu
anak tidak mau makan dan anak sakit.Anak tidak mau makan disebabkan karena
terlalu banyak ngemil, makanan yang disajikan kurang menarik sehingga anak
malas makan. Kader posyandu bertugas memberikan informasi tentang cara
mengatasi masalah gizi balita, misalnya dengan meningkatkan asupan makanan
balita, memberikan anak makan dengan porsi kecil tapi sering, memperhatikan
kandungan gizi yang dikonsumsi oleh balita,mengimunisasi anak sesuai jadwal
yang telah diberikan, menjaga lingkungan agar tetap sehat, menjauhkan anak
dari orang yang sakit, serta pemberian makanan tambahan
5. Pelayanan tenaga professional meliputi KIA, KB, Imunisasi dan pengobatan dan
pelayanan lain sesuai dengan kebutuhan setempat (meja V).
Tugas kader di meja 5 sebenarnya bukan merupakan tugas kader, melainkan pelayanan
sektor yang dilakukan oleh petugas kesehatan, PLKB, PPL, antara lain : pelayanan
lmunisasi, pelayanan KB, pemeriksaan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu nifas
dan ibu menyusui, pengobatan dan pemberian pil tambah darah, Vitamin A (Kader dapat
membantu pemberiannya), kapsul yodium dan obat - obatan lainnya (Rahaju, 2005).
Universitas Sumatera Utara