Materi Refres Kader

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 6

MATERI REFRESING KADER BULAN SEPTEMBER 2018

Peran Serta Kader Posyandu

Pengertian Peran Peran adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan individu dalam
masyarakat sebagai organisasi, peran juga dapat diartikan sebagai perikelakuan individu yang
penting bagi struktur sosial masyarakat (Soejono Sokanto, 2000). Peran merupakan aspek yang
dinamis dari kedudukan seseorang, apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya
sesuai dengan kedudukannya maka orang yang bersangkutan menjalankan suatu peranan
(Yasyin,1999). Peran juga dapat diartikan seperangkat tingkat yang diperankan oleh orang yang
berkedudukan dalam masyarakat (Pusat Pembinaan Pengembangan Bahasa, 1984). Menurut
Balai Pustaka (1992) peran adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau lembaga
dalam suatu peristiwa.

Dua dimensi peran adalah: kewajiban dan hak. Tindakan yang diharapkan akan dilaksanakan
oleh seseorang merupakan kewajiban suatu peran, tindakan atau respon orang lain merupakan
hak. Konsep peran dihubungkan dengan konsep status. Dalam pengunaan ini status hanya
menunjuk pada posisi seseorang dalam suatu hubungan interaksi, bukan pada prestise yang
terdapat pada seseorang. Sehingga peran-status adalah satuan struktural yang paling mendasar
sebagai syarat fungsional yang harus dipenuhi (Sofyan Cholid, 2009).

Peran serta merupakan suatu bentuk perilaku nyata. Oleh karena itu kajian mengenai faktor
yang mempengaruhi peran sama dengan faktor yang mempengaruhi perilaku. Dengan demikian
peran dipengaruhi oleh faktor pengetahuan dan sikap, pengalaman, keyakinan, sosial, budaya
dan sarana fisik. Pengaruh atau rangsangan itu bersifat internal dan eksternal dan
diklasifikasikan menjadi faktor yang mempengaruhi perilaku. Menurut Lawrence Green meliputi
faktor predisposisi (predisposing factors), faktor pemungkin (enabling factors), dan faktor
pendorong (reinforcing factors). Faktor predisposisi merupakan faktor internal yang ada pada
diri individu, keluarga, kelompok atau masyarakat yang mempermudah individu untuk
berperilaku seperti pengetahuan, sikap, nilai, persepsi, dan keyakinan. Faktor pemungkin adalah
faktor yang memungkunkan berperilaku, tersedianya sumberdaya, keterjangkauan, rujukan, dan
keterampilan.

Faktor penguat merupakan faktor yang menguatkan perilaku, seperti sikap dan keterampilan,
teman sebaya, orangtua, dan majikan (Suliha, 2002). Selain itu peran juga dipengaruhi berbagai
faktor dibawah ini terkait dengan pengetahuan yang harus dimiliki sebagai sumber peran.
Faktor tersebut meliputi :

1. Pendidikan.
Pendidikan berarti bimbingan yang di berikan seseorang pada orang lain terhadap
sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa Universitas
Sumatera Utara semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka
menerima informasi, dan pada akhimya makin banyak pula pengetahuan yang
dimilikinya. Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat
perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru
diperkenalkan.
2. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan
pengetahuan baik secara langsung maupun secara fidak langsung.

3. Umur
Umur dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik
dan psikologis (mental). Pertumbuhan pada fisik secara garis besar ada empat kategori
perubahan pertama, perubahan ukuran, kedua, perubahan proporsi, ketiga, hilangnya
ciri-ciri lama, keempat, timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi
organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf berpikir seseorang semakin matang dan
dewasa.
4. Minat
Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat
menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhimya
diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.
5. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi
dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang kurang baik seseorang
akan berusaha untuk melupakan.

6. Kebudayaan Lingkungan sekitar,


Kebudayaan dimana kita hidup dan di besarkan mempunyai pengaruh besar terhadap
pembentukkan sikap kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk
menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarya mempunyai
sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan, karena lingkungan sangat
berpengaruh dalam pembentukkan sikap pribadi atau sikap seseorang (Saifuddin A,
2002) dalam (Mubarak, dkk, 2007).
7. Informasi
Kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang
memperoleh pengetahuan yang baru. (Mubarak, dkk, 2007). 2.1.2 Pengertian Kader
Posyandu Kader adalah istilah umum yang dipergunakan untuk tenaga-tenaga yang
berasal dari masyarakat, dipilih oleh masyarakat dan bekerja bersama masyarakat dan
untuk masyarakat secara sukarela (Zulkifli, 2003). Kader posyandu adalah seorang yang
karena kecakapannya atau kemampuannya diangkat, dipilih dan atau ditunjuk untuk
memimpin pengembangan posyandu disuatu tempat atau desa (Depkes, 2008). Setiap
warga keluarahan setempat laki-laki maupun perempuan yang bisa membaca dan
Universitas Sumatera Utara menulis huruf latin, mempunyai waktu luang, memiliki
kemampuan dan mau bekerja sukarela dengan tulus ikhlas bisa menajdi kader (Rahaju,
2005).

Posyandu
Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan
keluarga berencana. Sasaran posyandu adalah bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui dan
PUS (Pasangan Usia Subur). Adapun tujuan posyandu adalah:
a. Mempercepat penurunan angka kematian bayi, balita dan angka kelahiran.
b. Meningkatkan pelayanan kesehatan Ibu untuk menurunkan IMR (Infant Mortality
Rate).
c. Mempercepat diterimanya NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera).
d. Peningkatan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka alih teknologi
untuk swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat.
e. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan
kesehatan dan kegiatan lain yang menunjang sesuai kebutuhan.

Pelaksana kegiatan posyandu adalah anggota masyarakat yang telah dilatih menjadi
kader kesehatan setempat dibawah bimbingan Puskesmas. Sedangkan pengelola
posyandu adalah pengurus yang dibentuk oleh ketua RW yang berasal dari kader PKK,
tokoh masyarakat formal dan informal serta kader kesehatan yang ada di wilayah
tersebut ( Efendi,1998) . Universitas Sumatera Utara Persyaratan menjadi kader
posyandu menurut Zulkifli (2003) adalah dapat membaca dan menulis dengan bahasa
Indonesia, secara fisik dapat melaksanakan tugas-tugas sebagai kader, berwibawa,
mempunyai penghasilan sendiri dan tinggal tetap di desa yang bersangkutan. Selain itu
kader yang dipilih adalah orang-orang yang aktif dalam kegiatan – kegiatan sosial
maupun pembangunan desanya, serta dikenal masyarakat dan dapat bekerjasama
dengan masyarakat calon kader lainnya. dr. Ida Bagus (2003), mempunyai pendapat lain
mengenai persyaratan bagi seorang kader antara lain adalah warga yang bisa membaca
dan menulis, merupakan penduduk yang tinggal di desa tersebut, berasal dari
masyarakat setempat dan diterima oleh masyarakat setempat, tidak sering
meninggalkan tempat untuk waktu yang lama serta masih cukup waktu bekerja untuk
masyarakat disamping mencari nafkah lain. Dari persyaratan-persyaratan yang
diutamakan oleh beberapa ahli diatas dapatlah disimpulkan bahwa kriteria pemilihan
kader kesehatan antara lain, sanggup bekerja secara sukarela, mendapat kepercayaan
dari masyarakat dimana perilakunya menjadi panutan masyarakat, memiliki jiwa
pengabdian yang tinggi, mempunyai penghasilan tetap, pandai baca tulis, sanggup
membina masayrakat sekitarnya. Pelaksanaan kegiatan posyandu dilaksanakan sebulan
sekali yang ditentukan oleh kader dan petugas puskesmas. Hari bukanya ditentukan
berdasarkan kesepakatan masyarakat dan pelaksana, bisa bedasarkan hari ataupun
tanggal. Yang diutamakan adalah waktu yang ditentukan sasaran posyandu bisa
Universitas Sumatera Utara hadir sebanyak-banyaknya.
Di dalam posyandu dilakukan pelayanan masyarakat dengan sistem 5 meja, yaitu:
Meja I : Pendaftaran.
Meja II : Penimbangan
Meja III : Pengisian KMS
Meja IV : Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS.
Meja V : Pelayanan KB & Kes, seperti: imunisasi, pemberian vitamin A,
pembagian pil atau kondom, pengobatan ringan, dan konsultasi KB.

Petugas pada Meja I s/d IV dilaksanakan oleh kader posyandu sedangkan Meja V
merupakan meja pelayanan paramedis (Jurim, Bindes, perawat dan petugas KB).

Peran Kader Posyandu

Kader posyandu bertanggung jawab terhadap masyarakat setempat serta pimpinan-


pimpinan yang ditunjuk oleh pusat pelayanan kesehatan. Diharapkan mereka dapat
melaksanakan petunjuk yang diberikan oleh para pembimbing dalam jalinan kerjasama
dari sebuah tim kesehatan (Heru, 1995). Peran serta atau keikutsertaan kader Pos
Pelayanan Terpadu melalui berbagai organisasi dalam upaya mewujudkan dan
meningkatkan pembangunan kesehatan masyarakat desa harus dapat terorganisir dan
terencana dengan tepat dan jelas. Beberapa hal yang dapat atau perlu dipersiapkan oleh
kader seharusnya sudah dimengerti dan dipahami sejak awal oleh kader posyandu.
Karena disadari atau tidak keberadaan posyandu adalah sebuah usaha untuk
meningkatkan Universitas Sumatera Utara kesejahteraan masyarakat. Upaya posyandu
yang telah ada dan telah berjalan selama ini mampu lebih ditingkatkan dan dilestarikan
(Rachman, 2005). Tugas kegiatan kader akan ditentukan, mengingat bahwa pada
umumnya kader bukanlah tenaga profesional melainkan hanya membantu dalam
pelayanan kesehatan. Dalam hal ini perlu adanya pembatasan tugas yang diemban, baik
menyangkut jumlah maupun jenis pelayanan.
Peranan kader dalam kegiatan posyandu sangat besar. Menurut Depkes RI (2000) ada
dua peran kader yaitu:
1. Peran kader saat posyandu (sesuai dengan sistem lima meja) adalah:
a. Melaksanakan pendaftaran (pada meja I)
b. Melaksanakan penimbangan bayi balita (pada meja II)
c. Melaksanakan pencatatan hasil penimbangan (pada meja III)
d. Memberikan penyuluhan (pada meja IV)
e. Memberi dan membantu pelayanan yang dilakukan oleh petugas
puskesmas (pada meja V)

2. Peran kader di luar posyandu adalah:


a. Menunjang pelayanan KB, KIA, imunisasi, gizi dan penanggulangan diare.
b. Mengajak ibu-ibu untuk datang pada hari kegiatan posyandu.
c. Menunjang upaya kesehatan lainnya yang sesuai dengan permasalahan
yang ada, seperti pemberantasan penyakit menular, penyehatan rumah,
pembersihan sarang nyamuk, pembuangan sampah, penyediaan sarana
air bersih,menyediakan sarana jamban keluarga, pemberian pertolongan
pertama pada penyakit, P3K dan dana sehat.

Hal ini bertujuan agar kader posyandu dapat melakukan fungsinya dengan baik. Kader
posyandu seyogyanya membantu pemerintah daerah setempat dan masyarakat
setempat untuk mengambil inisiatif dan harus memperlihatkan adanya kemauan untuk
setiap kegiatan yang berkaitan dengan upaya membangun masyarakat. Seyogyanya para
kader kesehatan posyandu itu selalu mempertimbangkan tentang apa yang dapat
diselesaikan di wilayah tersebut dengan menggunakan sumber daya lokal milik
masyarakat setempat, dan tentu saja dalam batas biaya yang masih dapat dicapai oleh
masyarakat setempat pula (Heru, 1995).

Upaya Peningkatan Status Gizi Balita Gizi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu
tentang makanan dan hubungannya dengan kesehatan optimal. Sedangkan menurut
WHO menyatakan bahwa gizi adalah pilar utama dari kesehatan dan kesejahteraan
sepanjang siklus kehidupan. Status gizi adalah keadaan sebagai akibat konsumsi
makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2005). Status gizi digunakan untuk
mengetahui kesehatan anak. Permasalahan gizi di Indonesia merupakan masalah yang
cukup berat dan komplit, pada hakekatnya disebabkan keadaan ekonomi yang kurang
dan kurangnya pengetahuan tentang nilai gizi dari makanan yang ada. Upaya Universitas
Sumatera Utara peningkatan status gizi pada balita di posyandu dilaksanakan oleh kader
posyandu di lingkungan tersebut dengan dibantu pihak puskesmas setempat. Upaya
peningkatan gizi balita oleh kader posyandu dapat dilihat pelaksanaanya melalui sistem
5 meja dalam posyandu, yaitu:

1. Pendaftaran (Meja I) Pada meja pendaftaran,


peran kader adalah mencatat data balita yang datang ke posyandu, yaitu nama
balita, umur balita, dan nama orangtua balita. Buku catatan ini akan memberikan
gambaran kehadiran balita selama posyandu dilaksanakan. Dari buku catatan
kehadiran ini dapat diketahui balita yang aktif dan yang tidak aktif mengikuti
posyandu setiap bulannya. Jika balita kurang aktif mengikuti posyandu, maka kader
akan memberikan motivasi kepada ibu balita agar rajin membawa balitanya setiap
posyandu dilaksanakan.

2. Penimbangan ( Meja II)


Setelah dilakukan pendataan pada meja pendaftaran, kemudian balita akan ditimbang
oleh kader posyandu. Penimbangan berat badan merupakan kegiatan rutin posyandu
yang berfungsi memantau pertumbuhan balita yang dilakukan setiap bulannya. Di dalam
melakukan penimbangan berat badan balita perlu suatu keterampilan tersendiri oleh
petugas, agar dapat melakukan penimbangan secara benar sehingga tidak menyebabkan
kesalahan dalam interpretasi status gizi. Keterampilan kader dalam melakukan
penimbangan dapat dinilai berdasarkan ketepatan dan ketelitiannya dalam melakukan
penimbangan atau yang disebut presisi dan akurasi. Presisi adalah kemampuan
mengukur subjek yang sama secara berulang-ulang dengan kesalahan yang minimum.
Sedangkan akurasi adalah Universitas Sumatera Utara kemampuan untuk mendapatkan
hasil yang sedekat mungkin dengan hasil yang diperoleh penyelia (Deswarni Idrus dan
Gatot Kunanto 1990 dalam Supariasa, 2002).

Adapun tahapan dalam penimbangan balita di posyandu yaitu sebagai berikut:


1) Menggantungkan dacin pada dahan pohon atau palang rumah atau penyangga
yang lain
2) Memeriksa apakah dacin sudah tergantung dengan kuat
3) Meletakkan bandul geser pada angka 0 (nol) sebelum dipakai
4) Memasang sarung timbang/celana timbang/kotak timbang pada dacin
5) Menyeimbangkan dacin yang sudah dibebani sarung timbang/kotak timbang
6) Melakukan penimbangan pada anak
7) Menentukan berat badan anak dengan membaca angka di ujung bandul geser
8) Mencatat hasil penimbangan di secarik kertas sebelum ditulis di KMS 9) Sebelum
anak diturunkan, menggeser bandul geser ke angka 0 (nol) dan meletakkan
batang dacin dalam tali pengaman.

3. Pencatatan (Meja III)


Pada meja pencatatan, peran kader posyandu adalah memindahkan hasil penimbangan
kedalam KMS balita. KMS balita memberikan gambaran keadaan balita,yaitu status gizi
balita. Di dalam KMS berat badan balita hasil penimbangan ditandai dengan titik dan
dihubungkan dengan garis sehingga membentuk garis pertumbuhan anak. Berdasarkan
garis pertumbuhan ini dapat dinilai apakah berat badan anak hasil penimbangan 2 bulan
berturut-turut , Naik (N) atau Tidak naik Universitas Sumatera Utara (T). Berdasarkan
grafik ini, kader posyandu harus memperhatikan apakah balita berada di garis merah,
dibawah garis merah atau di atas garis merah. Hal ini berguna untuk pemberian
penyuluhan yang akan diberikan oleh kader posyandu pada meja selanjutnya kepada ibu
balita sesuai dengan kebutuhan balita pada saat itu.

4. Penyuluhan (Meja IV)


Pada meja penyuluhan ini, kader posyandu memberikan informasi yang penting kepada
ibu balita. Informasi yang diberikan dapat berupa masalahmasalah gizi balita yang sering
terjadi serta upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan status gizi balita. Melalui
konseling/ penyuluhan gizi, pengunjung posyandu dengan bimbingan kader diharapkan
dapat mengenali dan mengatasi masalah gizi yang dihadapi dan terdorong untuk
mencari dan memilih cara pemecahan masalah gizi secara mudah sehingga dapat
dilaksanakan secara efektif dan efisien.

Masalah-masalah gizi balita yang sering terjadi anatara lain:

a. Penyakit Kurang Energi Protein Kurang energi protein (KEP) adalah keadaan kurang
gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-
hari sehingga tidak memenuhi angka kebutuhan gizi (AKG). Penyakit kurang energi
protein ini ditandai dengan anak tampak kurus, cengeng, rewel, pandangan mata
sayu, wajah membulat dan sembab. Universitas Sumatera Utara

b. Defisiensi Vitamin A Penyakit ini disebabkan karena kekurangan konsumsi vitamin A


dalam tubuh. Sebagian besar vitamin A disimpan didalam hati. Sumber vitamin A
(retinol) terutama terdapat pada minyak ikan, hati, kuning telur, mentega dan krim.
Sayuran berdaun hijau dan sayuran berwarna kuning mengandung karoten (misalnya
beta-karotin), yang secara perlahan akan diubah oleh tubuh menjadi vitamin A.
Gejala pertama dari kekurangan vitamin A biasanya adalah rabun senja. Kemudian
akan timbul pengendapan berbusa (bintik Bitot) dalam bagian putih mata (sklera)
dan kornea bisa mengeras dan membentuk jaringan parut (xeroftalmia), yang bisa
menyebabkan kebutaan yang menetap. Kekurangan vitamin A juga menyebabkan
peradangan kulit (dermatitis) dan meningkatkan kemungkinan terkena infeksi ( dr.
Danu, 2009).

c. Penyakit Defisiensi Zat Yodium Zat yodium merupakan zat gizi esensial bagi tubuh
karena merupakan komponen dari hormon tiroksin yang berpengaruh kepada
banyak fungsi tubuh dan merupakan hormon pertumbuhan (Growth Hormon ).
Kekurangan zat yodium mengakibatkan kondisi hipotiroidisme (kekurangan B12) dan
tubuh mencoba untuk mengkompensasi dengan menambah jaringan kelenjar
gondok. Akibatnya terjadi hipertropi (membesarnya kelenjar tiroid) yang kemudian
disebut penyakit gondok oleh orang awam. Universitas Sumatera Utara

d. Defisiensi Zat Besi dan Anemia Gizi Besi Penyakit terjadi karena konsumsi zat besi
(Fe) pada tubuh tidak seimbang atau kurang kebutuhan tubuh. Defesiensi Fe
dapat didiagnosis berdasarkan data klinik dan data laboratorium yang ditunjang
oleh data konsumsi pangan. Gambaran klinik memperlihatkan anemia. Muka
penderita terlihat pucat, juga selaput lendir kelopak mata, bibir dan kuku.
Penderita terlihat badannya lemas, kurang bergairah, dan cepat merasa lelah,
serta sering menunjukkan sesak nafas (Santoso, 1999). Penyuluhan yang
diberikan kader posyandu kepada ibu balita dilakukan setelah mencatat hasil
penimbangan di KMS. Kader posyandu akan menanyakan kepada ibu balita yang
balitanya berada di bawah atau tepat di garis merah mengenai penyebab
masalah gizi yang sedang dihadapi balita. Penyebab masalah gizi pada balita yaitu
anak tidak mau makan dan anak sakit.Anak tidak mau makan disebabkan karena
terlalu banyak ngemil, makanan yang disajikan kurang menarik sehingga anak
malas makan. Kader posyandu bertugas memberikan informasi tentang cara
mengatasi masalah gizi balita, misalnya dengan meningkatkan asupan makanan
balita, memberikan anak makan dengan porsi kecil tapi sering, memperhatikan
kandungan gizi yang dikonsumsi oleh balita,mengimunisasi anak sesuai jadwal
yang telah diberikan, menjaga lingkungan agar tetap sehat, menjauhkan anak
dari orang yang sakit, serta pemberian makanan tambahan

5. Pelayanan tenaga professional meliputi KIA, KB, Imunisasi dan pengobatan dan
pelayanan lain sesuai dengan kebutuhan setempat (meja V).

Tugas kader di meja 5 sebenarnya bukan merupakan tugas kader, melainkan pelayanan
sektor yang dilakukan oleh petugas kesehatan, PLKB, PPL, antara lain : pelayanan
lmunisasi, pelayanan KB, pemeriksaan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu nifas
dan ibu menyusui, pengobatan dan pemberian pil tambah darah, Vitamin A (Kader dapat
membantu pemberiannya), kapsul yodium dan obat - obatan lainnya (Rahaju, 2005).
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai