Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN LITTER TERHADAP RESPON

FISIOLOGIS BROILER FASE F INISHER DI CLOSED HOUSE

The Effect of Various Types Litter Materials


on Broiler Physiological Response of Finisher Phase in Closed House

Anung Cahya Dewantia, Purnama Edy Santosab, Khaira Novab


a
The Student of Department of Animal Husbandry Faculty of Agriculture Lampung University
b
The Lecture of Department of Animal Husbandry Faculty of Agriculture Lampung University
Department of Animal Husbandry, Faculty of Agriculture Lampung University
Soemantri Brojonegoro No.1 Gedung Meneng Bandar Lampung 35145
Telp (0721) 701583. e-mail: kajur-jptfp@unila.ac.id. Fax (0721)770347

ABSTRACT

This study aimed to: 1) determine the effect of the use of rice husk, rice straw and wood shavings
as litter material on the physiological response of broiler finisher phase (14 th days--harvest)
in closed house, 2) determine the best type of litter material on the physiological response of broiler
finisher phase (14th days--harvest) in the closed house. This study was conducted over 26 th days on
15th April--10th May 2014 in closed house owned by PT. Rama Jaya Lampung Krawang Sari Village,
Natar District, South Lampung regency. The design used was completely randomized design (CRD)
with three treatments and six replications. The treatment consists of the type of litter material (rice
husk, wood shavings, straw and rice). Each experimental unit consisted of 15 birds and 18 plots
enclosure so broiler strain CP 707 is used as much as 270 tails. Sampling was conducted physiological
responses by 20% of the number of experimental units. The Data obtained was analyzed using a range
of 5% significance level.
Based on these results it can be concluded that: (1) the use of various types of litter materials
on the physiological response of broiler did not significantly affect respiratory rate, heart rate, rectal
temperature and temperature shank, (2) there is no treatment of rice husk litter type material, shavings
wood, and rice straw on the closed house best effect on respiratory rate, heart rate, rectal temperature,
and temperature on broiler finisher phase shank.

Keywor ds: br oiler , litter , physiologica l r esponse, closed house.

PENDAHULUAN langsung maupun tidak langsung telah


berpengaruh terhadap pengelolaan br oiler
Indonesia merupakan negara dengan khususnya pada skala usaha kecil dan
laju pertumbuhan penduduk yang tinggi. menengah yang sebagian besar menggunakan
Fakta ini menyebabkan kebutuhan yang tinggi kandang terbuka (open house system).
akan protein hewani dengan kualitas dan Br oiler termasuk hewan berdarah panas
kuantitas yang tinggi pula. Dengan adanya yang bersifat homeotermik dan
peningkatan kebutuhan tersebut, diperlukan mempertahankan suhu tubuh pada rentangan
adanya usaha-usaha pemenuhan kebutuhan yang sempit, kemampuan mendisipasi panas
dengan cara meningkatkan produksi ternak menurun saat temperatur lingkungan
sebagai sumber protein hewani. Salah satu meningkat (Yahav et a l., 2005). Oleh karena
penghasil protein hewani adalah daging itu, br oiler selalu mempertahankan suhu tubuh
br oiler . menjadi konstan dengan fungsi fisiologis
Br oiler adalah galur ayam hasil normal. Pengaturan suhu br oiler yang tidak
rekayasa teknologi yang memiliki normal dapat menyebabkan penurunan
karakteristik ekonomis dengan ciri khas produksi daging.
pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging, Perbaikan fisiologis br oiler dapat
masa panen pendek menghasilkan daging dilakukan dengan cara memanipulasi
berserat lunak, timbunan daging baik, dada lingkungan, salah satunya dengan
lebih besar, dan kulit licin. Perubahan iklim menggunakan kandang dengan sistem closed
(clima te cha nge) yang terjadi saat ini, house. Menurut Fadillah (2006), closed house

81
merupakan sistem perkandangan untuk unggas yang dapat digunakan pada pemeliharaan
terbaru di Indonesia. Closed house yaitu br oiler seperti sekam padi, jerami padi, dan
sebutan untuk kandang br oiler yang memiliki serutan kayu terhadap respon fisiologis br oiler
sistem ventilasi tertutup dimana seluruh umur 14 hari--panen (finisher ) di closed
kebutuhan udara dapat diatur tanpa house.
sepenuhnya tergantung pada keadaan
lingkungan di luar kandang. Prinsip kandang
ini adalah dengan pengaturan secara MATERI DAN METODE
manipulatif dari kondisi lingkungan sekitar
yang sebenarnya. Penelitian ini dilaksanakan pada 15
Pengeluaran panas pada tubuh br oiler April--10 Mei 2014, di closed house milik PT.
dapat dipengaruhi oleh bahan litter yang Rama Jaya Lampung Desa Krawang Sari,
digunakan pada saat pemeliharaan, karena Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung
berbagai jenis bahan litter mempunyai sifat Selatan.
penyerapan yang berbeda. Kondisi litter yang Alat yang digunakan dalam penelitian
basah akan menghasilkan dampak negatif ini adalah: closed house, cooling pa d dan
terhadap respon fisiologis br oiler dan exha ut fa n, bambu, litter (sekam padi, serutan
berujung pada kerugian ekonomi. kayu, dan jerami padi), paku dan palu,
Bahan litter yang baik digunakan ther mometer digita l, stethoscope, counter
sebaiknya mempunyai sifat daya serap air number , gasolek dan tabung gas, tempat
yang baik, ringan (low density), harganya ransum gantung (ha nging feeder ), tempat air
murah, mudah didapat, tidak berdebu, aman minum, bak air, ha nd spr a yer ,
(tidak beracun), dan kontinyu keberadaannya. ther mohygr ometer , isolasi, soccor ex, alat tulis
Lampung merupakan salah satu daerah dan kertas. Bahan yang digunakan dalam
yang banyak terdapat areal persawahan, penelitian ini adalah: br oiler str a in CP 707
sehingga ketersediaan sekam dan jerami padi sebanyak 270 ekor, ransum br oiler BBR-1
juga cukup melimpah. Oleh karena itu, (Bestfeed ) ®, dan air minum.
peternak banyak memanfaatkan limbah Pelaksanaan penelitian dimulai dengan
peranian tersebut sebagai bahan litter dalam mencatat pola suhu harian kandang selama
pemeliharaan br oiler . Selain hasil limbah sehari dengan menggunakan
pertanian tersebut, limbah pengolahan kayu ther mohygr ometer yang diletakkan pada
juga dapat digunakan sebagai bahan litter tengah kandang setinggi + 20 cm. Selanjutnya
seperti serutan kayu. Ketersediaan serutan melakukan persiapan kandang dengan
kayu sampai saat ini masih sangat mencukupi membuat sekat dari bambu dengan ukuran 1 x
karena banyaknya tempat pengolahan kayu 1 x 0,4 m3 sebanyak 18 petak. Lantai dan
yang ada di Lampung. Menurut Rasyaf peralatan kandang dicuci dengan
(2001), serutan kayu memiliki kelebihan menggunakan deterjen kemudian memasang
mudah dalam menghisap air sehingga dapat tirai kandang. Kandang disemprot dengan
meminimalisir timbulnya bibit penyakit yang desinfektan dan dilanjutkan dengan
dapat diakibatkan dari lantai yang basah dan pengapuran pada dinding lantai dan tiang
lembap. kandang. Setelah kandang kering, terpal
Kondisi cuaca yang cukup ekstrim dipasang di atas lantai kemudian ditaburi
dengan panas yang terik dan tiba-tiba hujan dengan litter (sekam padi, serutan kayu, dan
atau sebaliknya, membuat kelembapan dan jerami padi) dengan ketebalan yang sama pada
suhu kandang menjadi berubah secara drastis. masing-masing petak yaitu setebal 10 cm;
Suhu di Lampung yang cukup tinggi berkisar memasang alas koran di atas litter yang telah
antara 29--320C yang dapat memengaruhi ditaburkan; membuat area br ooding ;
fisiologis br oiler yang nantinya akan meletakkan petak-petak kedalam kandang;
memengaruhi pertumbuhannya. Sedangkan setelah umur 14 hari, br oiler dipindahkan
Menurut Rasyaf (1995), br oiler pada sekat dan mulai dilakukan pengamatan.
pertumbuhannya akan optimal pada suhu 19-- Pengambilan sampel dilakukan setian 6
210C. hari sekali yaitu pada hari ke 14, 20, dan 26.
Sesuai dengan kondisi iklim di Perhitungan frekuensi pernapasan br oiler
Lampung, sampai saat ini belum pernah dilihat dari gerakan thor a x br oiler selama 1
dilakukan penelitian untuk membandingkan menit kemudian dicatat hasilnya. Perhitungan
ketiga jenis bahan litter tersebut khususnya di frekuensi denyut jantung br oiler dengan cara
closed house. Berdasarkan uraian di atas maka menempelkan stetoscope pada bagian dada
perlu dilakukan penelitian untuk kiri br oiler , sehingga terdengar denyut
membandingkan pengaruh jenis bahan litter jantungnya. Pengukuran suhu rektal br oiler

82
dilakukan dengan cara memasukkan bagian dalam penelitian ini disebabkan oleh tingginya
ujung ther mometer digita l pada bagian kloaka suhu lingkungan pada saat pengamatan yang
dimulai pada skala 0 0 C sampai terdengar menyebabkan br oiler sulit untuk beradaptasi
bunyi. Pengukuran suhu sha nk dilakukan sehingga br oiler berada pada kondisi tidak
dengan cara menyelipkan ther mometer digita l nyaman hingga akhirnya terjadi str ess pada
pada kulit sha nk. Untuk mendapatkan data br oiler yang mengakibatkan peningkatan
yang akurat, ujung ther mometer digita l di frekuensi pernapasan.
isolasi pada telapak kaki br oiler sampai Lingkungan yang bersuhu tinggi akan
dengan terdengar bunyi. menimbulkan hea t str ess pada br oiler karena
Penelitian ini dilakukan dengan pengaruh panas dari luar sehingga br oiler
menggunakan Rancangan Acak Lengkap tidak dapat meyalurkan panas tubuh yang
(RAL) dengan tiga perlakuan dan enam berlebihan. Hea t str ess menyebabkan
ulangan. Perlakuan terdiri atas jenis bahan penghambatan keluarnya Thyr oxyn Relea sing
litter (sekam padi, serutan kayu, dan jerami Hor mone (TRH) dari hipotalamus, sehingga
padi). Data yang diperoleh dianalisis ragam terhambat pula keluarnya Thyr oxyn
secara statistik pada taraf nyata 5%. Apabila Stimula ting Hor mone (TSH) dari a nter ior
pada analisis ragam diperoleh hasil nyata pituita r y dan menyebabkan sekresi hormon
maka akan dilanjutkan dengan uji lanjut thyr oid berkurang sehingga proses
menggunakan uji Duncan pada taraf 5%. metabolisme berjalan dengan taraf yang tidak
mencukupi. Peningkatan hormon thyr oxyn
dalam darah akan meningkatkan metabolisme
HASIL DAN PEMBAHASAN di dalam sel-sel tubuh dan merangsang
penggunaan oksigen serta meningkatkan
A. Frekuensi Pernapasan produksi panas. Br oiler yang mengalami
str ess panas akibat suhu kandang di atas suhu
Rata-rata frekuensi pernapasan br oiler kritis menyebabkan peningkatan frekuensi
fase finisher selama penelitian dapat dilihat pernapasan sehingga br oiler akan mengalami
pada Tabel 1. hyper thr emia yang akan menyebabkan
pa nting.
Tabel 1. Frekuensi pernapasan br oiler fase Untuk mempertahankan keseimbangan
finisher suhu tubuhnya, ternak secara konstan
memproduksi panas ke lingkungannya. Panas
Perlakuan sensibel selalu dialirkan dari dalam tubuh
Ulangan
P1 P2 P3 keluar permukaan kulit dan diteruskan ke
---------------kali/menit---------- udara lingkungan. Laju aliran panas sensibel,
1 89,33 86,67 76,33 tergantung pada gr a dien suhu antara tubuh
2 71,67 94,00 68,00 dan kulit, kondisi jaringan, luas permukaan
3 76,33 71,00 69,33
4 79,00 81,00 73,33
tubuh, dan vasodilatasi subkutan (Abbas,
5 64,00 79,67 73,33 2009).
6 66,67 72,33 92,00 Bligh (1985) menambahkan bahwa
Rata-rata 74,50 80,78 75,39 sinyal panas diteruskan ke syaraf motorik
Keterangan: P1 : sekam padi yang mengatur pengeluaran panas dan
P2 : serutan kayu produksi panas untuk dilanjutkan ke jantung,
P3 : jerami padi paru-paru, dan seluruh tubuh. Setelah itu
terjadi umpan balik antara pengeluaran panas
Hasil analisis ragam menunjukkan dan produksi panas yang diterima kembali
bahwa perlakuan jenis litter kandang tidak oleh sensor panas melalui peredaran darah,
berpengaruh nyata (P฀ 0,05) terhadap lalu panas akan diedarkan oleh darah ke
frekuensi pernapasan br oiler fase finisher di permukaan kulit, untuk dikeluarkan secara
closed house. Hal ini diduga karena suhu radiasi, konveksi, konduksi, maupun
kandang pada ketiga jenis bahan litter yang evaporasi. Setelah mekanisme di atas tidak
hampir sama yaitu pada sekam padi 30,71 0 C, mampu lagi dilakukan br oiler , maka
pada serutan kayu 30,55 0 C, dan jerami padi mekanisme terakhir yang digunakan br oiler
sebesar 30,660 C namun br oiler yang untuk mengeluarkan panas tubuh adalah
dipelihara pada ketiga perlakuan tersebut pa nting, yaitu dengan cara mengambil udara
mengalami frekuensi pernapasan di atas segar dari lingkungan dan mengeluarkan udara
normal. Frekuensi normal pernapasan br oiler panas tubuh melalui saluran pernapasan.
yaitu 15--36 kali per menit (Deptan, 1988). Jenis bahan litter yang digunakan
dalam penelitian ini mempunyai sifat yang
Tingginya frekuensi pernapasan pada br oiler

83
berbeda-beda. Menurut Rasyaf (2004), B. Frekuensi Denyut Jantung
sekam padi mempunyai partikel yang besar
dan sedikit berat serta mudah padat dan Rata-rata frekuensi denyut jantung
menggumpal sehingga suhu litter pada br oiler fase finisher selama penelitian dapat
perlakuan sekam padi cenderung lebih tinggi. dilihat pada Tabel 2. Hasil analisis ragam
Hal ini sesuai dengan penelitian Metasari menunjukkan bahwa perlakuan penggunaaan
(2014) yang menyatakan bahwa suhu litter jenis bahan litter tidak berpengaruh nyata
pada jenis bahan litter sekam padi lebih tinggi (P฀ 0,05) terhadap frekuensi denyut jantung
(31,740C) dibandingkan dengan jenis bahan br oiler fase finisher .
litter serutan kayu (31,54 0C) dan jerami padi
(31,460C). Menurut Rasyaf (2004), jenis Tabel 2. Frekuensi denyut jantung br oiler
bahan litter serutan kayu memiliki daya serap fase finisher
yang tinggi sehingga bahan litter tersebut
memiliki kandungan kadar air yang tinggi. Perlakuan
Ulangan
Wank (2005) menambahkan bahwa serutan P1 P2 P3
kayu memiliki partikel yang besar dan kasar ------------kali/menit----------
serta memiliki daya serap yang tinggi. Hal ini 1 320,67 334,00 332,00
juga sesuai dengan penelitian Metasari (2014) 2 335,33 326,00 334,67
yang menyatakan bahwa kandungan kadar air 3 336,00 326,67 321,33
pada jenis bahan litter serutan kayu relatif 4 334,00 330,00 328,00
lebih tinggi (30,50%) dibandingkan dengan 5 328,67 323,33 326,00
jenis bahan litter sekam padi (24,04%) dan 6 327,33 326,67 326,00
jerami padi (21,59%). Berbeda dengan sekam Rata-
padi dan serutan kayu, jenis bahan litter jerami 330,33 327,78 328,00
rata
padi tidak dapat menyerap air sehingga feses Keterangan : P1 : sekam padi
yang dihasilkan br oiler akan tetap berada pada P2 : serutan kayu
permukaan litter sehingga menyebabkan kadar P3 : jerami padi
amonia dalam litter meningkat. Hal ini sesuai
dengan penelitian Metasari (2014) yang Hal ini disebabkan karena
menyatakan bahwa kadar amonia paling tinggi pemeliharaan br oiler menggunakan kandang
berada pada perlakuan jenis bahan litter jerami dengan sistem closed house yang telah
padi yaitu 32,67 ppm, sedangkan pada jenis dilengkapi dengan alat-alat modern seperti
bahan litter serutan kayu dan sekam padi exha ust fa n dan cooling pa d . Exha ust fa n
secara berurutan yaitu 28,67 dan 28,33 ppm. berfungsi untuk mengeluarkan gas
Penggunaan ketiga jenis bahan litter karbondioksida dari dalam kandang sedangkan
(sekam padi, serutan kayu, dan jerami padi) cooling pa d berfungsi untuk mengalirkan
tidak berpengaruh nyata terhadap respon udara bersih dari luar masuk ke dalam
fisiologis br oiler terutama frekuensi kandang. Adanya alat-alat tersebut dapat
pernapasan. Hal ini karena pemeliharaan mengatur sistem ventilasi maupun sirkulasi di
br oiler menggunakan kandang dengan sistem dalam kandang dengan baik, sehingga suhu
closed house yang telah dilengkapi dengan dan kadar amonia yang berada di permukaan
alat-alat modern seperti exha ust fa n dan litter dalam kandang diserap keluar kandang
cooling pa d . Cooling pa d berfungsi untuk melalui exha ust fa n dan selanjutnya oksigen
mengalirkan udara bersih dari luar masuk ke akan masuk melalui cooling pa d . Hal inilah
dalam kandang, sedangkan exha ust fa n yang menyebabkan jenis bahan litter (sekam
berfungsi untuk mengeluarkan udara kotor padi, serutan kayu, dan jerami padi) tidak
dari dalam kandang. Adanya alat-alat berpengaruh nyata terhadap respon fisiologis
tersebut, maka sistem ventilasi maupun br oiler fase finisher .
sirkulasi di dalam kandang dapat dikontrol Tingginya frekuensi denyut jantung
dengan baik, sehingga suhu dan kadar amonia yang diatas kisaran normal pada ketiga jenis
yang berada di permukaan litter dalam bahan litter (sekam padi, serutan kayu dan
kandang diserap keluar kandang melalui jerami padi) disebabkan oleh tingginya suhu
exha ust fa n dan selanjutnya oksigen akan dalam kandang yang mencapai 30,64 0C .
masuk melalui cooling pa d . Hal inilah yang Tingginya suhu pada kandang dalam
menyebabkan jenis bahan litter (sekam padi, penelitian ini tidak sesuai dengan pendapat
serutan kayu, dan jerami padi) tidak Charles (1997) yang menyatakan bahwa
berpengaruh nyata terhadap respon fisiologis persyaratan untuk closed house suhu harus di
br oiler fase finisher . bawah 300C (berkisar 26--280C). Suhu yang
tinggi ini menyebabkan br oiler sulit untuk

84
beradaptasi sehingga menyebabkan perubahan bahwa suhu tubuh normal br oiler berkisar
pada respon fisiologis br oiler berupa antara 40--410 C. Suhu rektal yang normal
peningkatan denyut jantung. Frekuensi denyut pada br oiler disebabkan karena sistem closed
jantung pada ketiga perlakuan dalam house memberikan kondisi yang nyaman bagi
penelitian ini tidak sesuai dengan Yuwanta br oiler meskipun suhu kandang meningkat
(2008) yang menyatakan bahwa rata-rata sehingga suhu tubuh br oiler tetap berada
frekuensi denyut jantung normal br oiler yaitu dalam kisaran normal Sistem closed house
250--300 kali per menit. Peningkatan suhu yang digunakan dalam pemeliharaan br oiler
tersebut menimbulkan str ess dalam kandang. memiliki komponen penting yaitu cooling pa d
Str ess akibat panas ini akan memicu dan exha ust fa n . Cooling pa d berfungsi
pengeluaran hormon adrenalin yang tinggi untuk mengalirkan udara segar dari luar ke
serta dapat berakibat mempercepat frekuensi dalam kandang sedangkan exha ust fa n
denyut jantung (Payne, 1988). berfungsi untuk mengeluarkan gas
Menurut Ridho (2013), pada suhu karbondioksida dan amonia dari dalam keluar
lingkungan tinggi terjadi peningkatan denyut kandang. Adanya cooling pa d dan exha ust fa n
jantung. Peningkatan ini berhubungan dengan ini menyebabkan suhu dan kelembapan closed
peningkatan respirasi yang menyebabkan house tetap stabil, sehingga ther mor egula si
meningkatnya aktivitas otot-otot respirasi, pada br oiler yang dipelihara pada ketiga jenis
sehingga dibutuhkan darah lebih banyak untuk litter (sekam padi, serutan kayu, dan jerami
mensuplai O2 dan nutrien melalui aliran darah padi) di closed house berjalan dengan baik.
dengan jalan peningkatan denyut nadi, Hal inilah yang menyebabkan suhu rektal pada
sehingga mempercepat pemompaan darah ke br oiler berada dalam kisaran normal sehingga
permukaan tubuh dan selanjutnya akan terjadi memberikan pengaruh tidak nyata pada
pelepasan panas tubuh. berbagai jenis litter yang digunakan.
Menurut Borrel, (2001) dan Mashaly
et. a l., (2004), br oiler yang mengalami Tabel 3. Rata-rata suhu rektal br oiler fase
cekaman panas, hambatan glukokor tikoid pada finisher
pelepasan ACTH menjadi tidak efektif.
Br oiler yang menderita cekaman panas, baik Perlakuan
Ulangan
yang berasal dari dalam ataupun di luar P1 P2 P3
tubuhnya, kadar glukokor tikoid , ACTH dan ---------------0C--------------
beberapa hormon lainnya meningkat di dalam 1 40,87 41,38 40,90
serum. Selanjutnya menurut Payne (1988), 2 41,27 40,92 41,03
3 40,95 40,92 40,95
str ess juga dapat memicu pengeluaran hormon
4 40,85 40,65 40,92
adrenalin yang tinggi serta dapat berakibat 5 40,80 40,83 40,48
mempercepat kekejangan arteri koroner, 6 40,92 40,95 41,32
sehingga suplai aliran darah ke otot jantung Rata-rata 40,94 40,94 40,93
menjadi terganggu. Fungsi jantung Keterangan : P1 : sekam padi
dipengaruhi oleh saraf otonom, yaitu saraf P2 : serutan kayu
simpatis dan saraf parasimpatis. Saraf P3 : jerami padi
simpatis memengaruhi fungsi jantung serta
pembuluh darah dan pemacunya menyebabkan Br oiler merupakan hewan berdarah
naiknya frekuensi jantung, bertambah kuatnya panas (homeoter m) yang mampu untuk
kontraksi otot jantung, dan vasokonstriksi mengatur suhu tubuhnya sendiri karena
pembuluh darah persisten. memiliki sistem ther mor egula tor (sistem
pengatur suhu tubuh) yang terdiri dari
C. Suhu Rektal hipothalamus, susunan tali syaraf, dan
komponen lainnya yang sensitif terhadap
Suhu rektal adalah suhu yang dapat suhu. Br oiler cenderung akan selalu
digunakan untuk mengetahui suhu tubuh pada mempertahankan suhu tubuhnya
br oiler . Rata-rata suhu rektal br oiler selama (homeostasis) dengan mekanisme
penelitian dapat dlihat pada Tabel 3. ther mor egula si, yaitu pengaturan
Hasil analisis ragam menunjukkan keseimbangan panas tubuh antara produksi
bahwa suhu rektal pada br oiler yang panas (hea t pr oduction ) dan pembuangan
dipelihara dengan berbagai jenis bahan litter panas (hea t loss). Ther mor egula si merupakan
tidak berpengaruh nyata (P฀ 0,05). Suhu hasil kerja dari beberapa organ tubuh yang
rektal pada br oiler selama penelitian ini masih saling berhubungan (Bilgh, 1985).
dalam kisaran normal. Sesuai dengan Melalui mekanisme termoregulasi pada
pendapat Yuwanta (2008) yang menyatakan saat berada dalam cekaman panas, maka

85
hipothalamus akan menghambat pembentukan Sama halnya dengan suhu r ekta l, suhu
TRH (thyr oid r elea sing hor mon ) dan TSH ( sha nk br oiler yang tidak berpengaruh nyata
thyr oid stimula ting hor mon ) sehingga T3 terjadi karena sistem ther mor egula si dalam
(hor mon tr iiodotir onin) dan T4 (hor mon tubuh br oiler berjalan dengan baik yang
thyr oid ) tidak banyak dihasilkan sehingga ditandai dengan adanya peningkatan frekuensi
metabolisme menurun yang berdampak pada pernapasan di atas normal pada ketiga bahan
penurunan produksi panas. Esmay (1978) litter (sekam padi, serutan kayu, dan jerami
menambahkan bahwa peningkatan aktivitas padi) yang akan menurunkan suhu tubuh dan
frekuensi pernapasan sebagai akibat suhu suhu sha nk sehingga suhu tubuh dan suhu
lingkungan merupakan suatu upaya untuk sha nk tidak berbeda nyata. Hal ini
memelihara suhu tubuh pada tingkatan yang menunjukkan bahwa aktivitas ternak tidak
normal. Frekuensi pernapasan yang tinggi berbeda jauh. Menurut McDowell (1972),
dari ketiga jenis bahan litter (sekam padi, peningkatan suhu tubuh yang merupakan
serutan kayu , dan jerami padi) pada penelitian fungsi dari suhu rektal dan suhu sha nk akibat
ini membuktikan bahwa adanya upaya dari kenaikan suhu udara akan meningkatkan
sistem ther mor egula si pada br oiler untuk aktivitas penguapan melalui pa nting dan
mempertahankan suhu rektal br oiler agar tetap peningkatan jumlah panas yang dilepas per
berada dalam kisaran normal.
satuan luas permukaan tubuh. Demikian juga
dengan naiknya frekuensi nafas akan
D. Suhu Shank meningkatkan jumlah panas per satuan waktu
yang dilepaskan melalui saluran pernapasan
Suhu sha nk merupakan indikator (Schmidt and Nelson, 1990).
respon fisiologis ternak akibat produksi panas Untuk mempertahankan suhu tubuh,
yang dihasilkan. Rata-rata suhu sha nk br oiler ternak secara konstan melepaskan panas ke
dapat dilihat pada Tabel 4. Hasil analisis lingkungannya. Pada saat suhu dalam
ragam menunjukkan bahwa perlakuan jenis kandang meningkat, br oiler akan merespon
bahan litter tidak berpengaruh nyata (P>0,05) dengan cara menurunkan suhu tubuhnya
terhadap suhu sha nk pada br oiler fase finisher melalui pengeluaran kelebihan panas dari
di closed house. dalam tubuh. Salah satu pengeluaran panas
pada tubuh br oiler dilakukan dengan cara
Tabel 4. Rata-rata suhu sha nk br oiler fase konduksi, dimana pelepasan kelebihan
finisher (energi) panas tubuh melalui kontak langsung
dengan benda-benda padat, misalnya
Perlakuan membenamkan bagian tubuh ke dalam litter
Ulangan
P1 P2 P3 (Medion, 2012).
-------------------0C-------------- Pada penelitian ini rata-rata suhu sha nk
1 36,22 35,67 35,50 br oiler pada perlakuan sekam padi (P1)
2 34,90 34,93 35,53 sebesar 35,560C, pada perlakuan serutan kayu
3 36,87 36,10 35,28 (P2) sebesar 35,83 0C dan pada jerami padi
4 35,83 35,57 36,48 (P3) sebesar 35,910C lebih rendah
5 35,32 36,32 36,18 dibandingkan penelitian Ihvan (2008) dan
6 34,22 36,40 36,47 Fajar (2012). Penelitian Ihvan (2008)
Rata-rata 35,56 35,83 35,91 menunjukkan bahwa suhu sha nk br oiler yaitu
Keterangan : P1 : sekam padi sebesar 38,140 C sedangkan penelitian Fajar
P2 : serutan kayu (2012) menunjukkan bahwa suhu sha nk pada
P3 : jerami padi br oiler yang dipelihara di semi closed house
yaitu sebesar 38,330C. Hal ini cukup baik
Suhu kandang yang relatif tinggi saat karena apabila suhu sha nk rendah maka ini
pengamatan menyebabkan ternak berada membuktikan bahwa litter yang digunakan
dalam keadaan str ess, namun hal tersebut memberikan efek yang cukup baik pada saat
tidak berpengaruh terhadap suhu sha nk br oiler pemeliharaan br oiler .
karena berdasarkan penelitian Metasari (2014)
suhu litter pada setiap jenis bahan litter relatif
sama yaitu pada jenis bahan litter sekam padi
SIMPULAN DAN SARAN
sebesar 31,740C, pada serutan kayu 31,54 0C
dan pada jerami padi 31,46 0C sehingga suhu SIMPULAN
sha nk pada ketiga jenis litter (sekam padi,
serutan kayu, dan jerami padi) tersebut relatif Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
sama. disimpulkan bahwa :

86
(1) penggunaan jenis bahan litter sekam padi, Kandang Panggung dan Kandang
serutan kayu dan jerami padi pada closed Litter. Skipsi. Universitas Lampung.
house tidak berpengaruh nyata terhadap Bandar Lampung.
frekuensi pernapasan, denyut jantung, Mashaly, M. M. 2004. Effect of heat stress
suhu rektal, dan suhu sha nk; on production parameters and immune
(2) tidak ada perlakuan jenis bahan litter responses of commercial laying hens.
(sekam padi, serutan kayu, dan jerami Poult Sci. 83: 889--894.
padi) pada closed house yang McDowell, R. E. 1972. Improvement of
memberikan pengaruh terbaik terhadap Livestock Production in warm
frekuensi pernapasan, denyut jantung, Climates. W. H. Freeman and Co. San
sehu rektal dan suhu sha nk pada br oiler Fransisco.
fase finisher . Medion. 2012. Feed Suplemen Ayam.
http://info.medion.co.id/index.php/kons
ultasi-teknis/layer/tata-laksana/feed-
SARAN suplemen-ayam. Diakses pada 13 Juni
2014.
Peternak br oiler dapat menggunakan Metasari, T. 2014. Pengaruh Penggunaan
ketiga jenis bahan litter (sekam padi, serutan Jenis Bahan Litter Terhadap Kualitas
kayu, dan jerami padi) pada closed house Litter Broiler Fase Finisher di Closed
sesuai dengan kondisi yang ada. House. Skripsi. Universitas Lampung.
Bandar Lampung.
DAFTAR PUSTAKA Payne, R. dan Cooper, C. L. 1988. Causes,
Coping, and Consequences of Stress at
Abbas, M. 2009. Fisiologis Pertumbuhan Work. Wiley. New York.
Ternak. Universitas Andalas. Padang. Rasyaf, M. 1995. Beternak Ayam Pedaging.
Bligh.1985. ―Thermalphsiology‖. In: Yousef, Penebar Swadaya. Jakarta.
M.K. Stress Physioloy in Livestock. , M. 2004. Beternak Ayam Petelur.
Vol. III. CRC. Yogyakarta. Penebar Swadaya. Jakarta.
Borrel, E.H. 2001. The biology of stress and Ridho, F, T. 2013. Fisiologi Ternak.
its application to livestock housing www.c31120987.blogspot.com/2013/0
transportation assesment. Animal 6/fisiologi-ternak.html?m=1. Diakses
Science. 5: 16--21. pada 7 Desember 2013.
Charles, DR. 1997. Practical Ventilation and Schmidt, W. and Nelson, B. 1990. Animal
Temperature Control for Poultry in Physiology. Harper Collins Publisher,
Environmental Aspects of Housing for New York.
Animal Production. J. A. Clark. Smith, B.J. dan Mangkoewidjojo, S. 1998.
(Editor) University of Nottingham. Pemeliharaan, Pembiakan dan
Deptan. 1988. Spesimen Veteriner. Penggunaan Hewan Cobaan di Daerah
Direktorat Jendral Peternakan. Jakarta Tropis. Universitas Indonesia Press.
Esmay, Merle. L. 1978. Principles of Animal Jakarta.
Enviroment. Avi Publishing Company. Wank. 2005. Tingkatkan Produksi,
Wesport. Kendalikan Amonia. Infovet. Majalah
Fajar, Z. F. 2012. Pengaruh Kepadatan Peternakan dan kesejahteraan Hewan.
Kandang Terhadap Respon Fisiologis Yahav, S., D. Shinder, J. Tanny, dan S.
Broiler Pada Semi Close House. Cohen. 2005. Sensible heat loss: the
Skripsi. Universitas Lampung. Bandar broilers paradox.
LampungIhvan. 2008. Perbedaan Yuwanta, T. 2000. Dasar Ternak Unggas.
Respons Produksi dan Respons Kanisius. Yogyakarta
Fisiologis Broiler Strain Cobb pada

87

Anda mungkin juga menyukai