Di sususn oleh :
Agi P
Azhi Akbar M
Fizri R
Ilah S
Resta M
Risma R
Fitri F
Nengsri Mustika A
Kelompok 3 TLM 3C
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
maka saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “SISTEM
PERENCANAAN DAN KEPEMIMPINAN ” tepat pada waktunya.
Dalam Penulisan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan, baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang saya
miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini saya menyampaikan ucapan terima kasih
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun penulis harapkan demi mencapai
kesempurnaan makalah berikutnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I ............................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1
C. Tujuan ................................................................................................................. 3
BAB II ............................................................................................................................. 4
PEMBAHASAN .............................................................................................................. 4
PENUTUP ..................................................................................................................... 26
a. Kesimpulan ............................................................................................................ 26
b. Saran ...................................................................................................................... 26
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Sehingga dia menjadi manusia yang rendah hati dan mau memaafkan mereka yang
telah membuatnya menderita selama bertahun-tahun.
Seperti yang dikatakan oleh penulis buku terkenal, Kenneth Blanchard,
bahwa kepemimpinan dimulai dari dalam hati dan keluar untuk melayani mereka
yang dipimpinnya. Perubahan karakter adalah segala-galanya bagi seorang
pemimpin sejati. Tanpa perubahan dari dalam, tanpa kedamaian diri, tanpa
kerendahan hati, tanpa adanya integritas yang kokoh, daya tahan menghadapi
kesulitan dan tantangan, dan visi serta misi yang jelas, seseorang tidak akan pernah
menjadi pemimpin sejati.
Kepemimpinan adalah sebuah keputusan dan lebih merupakan hasil dari
proses perubahan karakter atau transformasi internal dalam diri seseorang.
Kepemimpinan bukanlah jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran dari
proses panjang perubahan dalam diri seseorang. Ketika seseorang menemukan visi
dan misi hidupnya, ketika terjadi kedamaian dalam diri (inner peace) dan
membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika setiap ucapan dan tindakannya
mulai memberikan pengaruh kepada lingkungannya, dan ketika keberadaannya
mendorong perubahan dalam organisasinya, pada saat itulah seseorang lahir
menjadi pemimpin sejati. Jadi pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang
diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri
seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal
Justru seringkali seorang pemimpin sejati tidak diketahui keberadaannya
oleh mereka yang dipimpinnya. Bahkan ketika misi atau tugas terselesaikan, maka
seluruh anggota tim akan mengatakan bahwa merekalah yang melakukannya
sendiri. Pemimpin sejati adalah seorang pemberi semangat (encourager), motivator,
inspirator, dan maximizer.
Konsep pemikiran seperti ini adalah sesuatu yang baru dan mungkin tidak
bisa diterima oleh para pemimpin konvensional yang justru mengharapkan
penghormatan dan pujian (honor and praise) dari mereka yang dipimpinnya.
Semakin dipuji bahkan dikultuskan, semakin tinggi hati dan lupa dirilah seorang
pemimpin. Justru kepemimpinan sejati adalah kepemimpinan yang didasarkan pada
kerendahan hati.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perencanaan yang baik dan benar?
2. Bagaimana kepemimpinan yang baik dan benar ?
2
C. Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuannya dapat dirumuskan sebagai
berikut:
3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Sistem Perencanaan
b. Harold Koontz dan O’Donnell: Perencanaan adalah tugas seorang manajer untuk
menentukan pilihan dari berbagai alternatif, kebijaksanaan, prosedur dan program.
4
gunaan manusia, material, metode dan waktu secara efektif dalam rangkan
pencapaian tujuan.
b. Pilihan di antara cara-cara alternatif yang efesien serta rasional guna mencapai
tujuan-tujuan tersebut, baik untuk penentuan tujuan yang meliputi jangka waktu
tertentu maupun bagi pemilihan cara-cara tersebut diperlukan ukuran-ukuran atau
kriteria-kriteria tertentu yang terlebih dahulu harus dipilih pula.
2. Tujuan perencanaan
a. Perencanaan adalah jalan atau cara untuk mengantifikasi dan merekam perubahan
(a way to anticipate and offset change).
3. Fungsi-fungsi perencanaan
Tujuan adalah sesuatu yang ingin dicapai sehingga merupakan sasaran, sedangkan
perencanaan adalah alat untuk mencapai sasaran tersebut. Setiap usaha yang baik
harus memiliki titik tolak, landasan dan tujuannya. Misalnya seseorang ingin pergi
5
dari Bandung ke Surabaya naik kereta api. Di sini Surabaya merupakan tujuan,
sedangkan kereta api merupakan perencanaan atau alat mencapai sasaran tersebut.
Dalam menetapkan alternatif dalam perencanaan, kita harus mampu menilai apakah
alternatif yang dikemukakan realistis atau tidak atau dengan kata lain, apakah masih
dalam batas kemampuan kita serta dapat mencapai tujuan yang kita tetapkan.
Misalnya suatu perusahaan menetapkan tujuan bahwa omzet penjualan untuk tahun
yang akan datang dinaikkan sebanyak 10%. Untuk itu ditetapkan alternatif media
promosi antara lain radio, majalah dan surat kabar. Karena keterbatasan dana yang
dimiliki, pilihan jatuh pada surat kabar karena dianggap realitas dan paling
ekonomis. Tetapi selain itu, perencanaan yang baik memerlukan pemikiran lebih
lanjut tentang surat kabar apa, hari pertemuannya dan judul iklan.
d. Memudahkan pengawasan.
Dengan adanya planning, kita dapat mengetahui apakah usaha yang kita lakukakn
sudah sesuai dengan tujuan yang ingin kita capai. Sehingga tidak terjadi under
planning dan over planning.
6
Suatu perencanaan lahir bukanlah secara kebetulan melainkan ada sebab
berupa inisiatif atau prakarsa dari dalam dan luar organisasi. Sebagaimana asal
lahirnya suatu perencanaan meliputi berbagai sumber, antara lain:
c. Inisiatif dari dalam: planning juga dapat lahir akibat adanya saran-saran dari pihak
luar yang mungkin secara langsung atau tidak langsung, yang mempunyai
kepentingan dengan organisasi.
d. Kebutuhan masa depan: suatu perencanaan dibuat sebagai persiapan masa depan
ataupun menghadapi rintangan dan hambatan yang sewaktu-waktu bisa terjadi.
7
1. Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan.
Jenis-Jenis perencanaan
8
Ada beberapa macam jenis perencanaan yang ditinjau dari beberpa segi,
yaitu :
3) Metode-metode kerja
4) Tenaga-tenaga pelaksana
9
3. Jenis perencanaan menurut wilayah pelaksanaannya
Teori Perencanaan
1. Teori sinopatik
10
kemungkinan penyelesaian, menginvestigasi problem, memprediksi alternative,
mengevaluasi kemajuan atas penyelesaian spesifik.
2. Teori incemental
3. Teori transactive
4. Teori advocacy
Teori ini menekankan hal-hal yang bersifat umum, perbedaan individu dan
daerah diabaikan. Dasar perencanaan tidak bertitik tolak dari pengamatan secara
empiris, tetapi atas dasar argumentasi yang rasional, logis dan bernilai (advocacy
mempertahankan dengan argumentasi). Kebaikan teori ini adalah untuk
kepentingan umum secara nasional. Karena ia meningkatkan kerja sama
secara nasional, toleransi, kemanusiaan, perlindungan terhadap minoritas,
menekankan hak sama, dan meningkatkan kesejahteraan umum. Perencanaan yang
memakai teori ini tepat dilaksanakan oleh pemerintah atau badan pusat.
5. Teori radikal
6. Teori SITAR
11
teori ini menjadi SITARS yaitu S terakhir adalah menunjuk huruf awal dari teori
situational. Berarti teori baru ini di samping mengombinasikan teori-teori yang
sudah ada penggabungan itu sendiri ada dasarnya ialah menyesuaikan dengan
situasi dan kondisi lembaga pendidikan dan masyarakat. Jadi dapat kita simpulkan
bahwa teori-teori diatas mempunyai persamaan dan pebedaannya persamaannya:
Efektifitas Perencanaan
12
Perencanaan yang baik dan efektif akan berjalan baik dan baik atau tidaknya
menurut George R Terry dapat diketahui melalui pertanyaan-pertanyaan dasar
mengenai perencanaan, yaitu 5W+1H :
Dilain hal, sebeuh perencanaan yang baik dan efektif haruslah memiliki
criteria-kriteria sebagai berikut :
1. Logis dan Rasional. Artinya, apa yang dirumuskan dapat diterima oleh
akal, dan oleh sebab itu maka perencanaan tersebut bisa dijalankan.
13
4. Komitmen. Perencanaan yang baik harus merupakan dan melahirkan
komitmen terhadap seluruh anggota organisasi untuk bersama-sama berupaya
mewujudkan tujuan organisasi. Komitmen dapat dibangun dalam sebuah
perusahaan jika seluruh anggota di perusahaan beranggapan bahwa perencanaan
yang dirumuskan telah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi.
a. PERT
b. CPM
CPM yaitu akronim Critical Path Method atau Metode Jalur Kritis (MJK)
adalah suatu teknik perencanaan dan pengendalian yang digunakan dalam proyek
yang memiliki data biaya dari masa lampau. Metode jalur kritis memungkinkan
14
seorang manajer menyelesaikan pekerjaan dalam waktu sesingkat mungkin dengan
kerja lembur seminimal mungkin, tambahan tenaga kerja ataupun kerja lembur
seminimum mungkin, tambahan tenaga kerja ataupun tambahan peralatan, serta
tidak terkena sanksi apa-apa apabila penyelesaian pekerjaan tersebut terlambat.
Menurut Pearce (1978) model biaya manfaat didasarkan pada nilai yang
diukur dengan harga yang diinginkan masyarakat. Harga tersebut biasanya
berbentuk harga tersirat atau harga bayangan. Harga tersirat diperoleh dengan
menyesuaikan, dimana diperlukan, harga pasar senyatanya dan mendapatkanya dari
nilai ekonomi yang serasi dimana tidak ada pasar. Sedangkan harga bayangan
biasanya digunakan di dalam ekonomi negara berdasarkan perencanaan terpusatkan
dan negara yang sedang berkembang untuk membantu putusan alokasi sumber daya
alam.
15
dapat menjadi dasar penaksiran minimum manfaat yang diperkirakan dari program
untuk melindungi atau memperbaiki kualitas lingkungan.
Menurut Hufscmidt, dkk. (1983); Dixon dan Hufscmidt (1986) model ini
didasarkan pada kenyataannya bahwa dalam sistem ekonomi modern, kegiatan
produksi sangat berhubungan satu dengan yang lain. Sistem informasional
masukan-keluaran dapat membantu para pengambil keputusan dalam beberapa cara
berikut:
Kedua, segera setelah model diciptakan maka model tersebut dapat dipakai
untuk mensimulasikan skenario pembangunan ekonomi yang berbeda. Untuk
membangun skenario seperti itu, serangkaian permintaan akhir yang bersifat
eksogen diasumsikan untuk waktu yang akan datang. Seperti periode waktu, dengan
rangkaian permintaan akhir yang diasumsikan memiliki hubungan dengan
serangkaian stimulan dan serangkaian penyelesaian variabel ekonomi dan kualitas
lingkungan.
16
4. Model Program Linear (Linear Programming Model)
a. Identifikasi persoalan;
c. Analisis model;
A. Pengertian Kepemimpinan
B. Gaya Kepemimpinan
17
Gaya kepemimpinan adalah cara yang dipergunakan pemimpin dalam
mempengaruhi para pengikutnya. Menurut Thoha (1995) gaya kepemimpinan
merupakan norma perilaku yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut
mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat. Gaya kepemimpinan
merupakan suatu pola perilaku seorang pemimpin yang khas pada saat
mempengaruhi anak buahnya, apa yang dipilih oleh pemimpin untuk dikerjakan,
cara pemimpin bertindakdalam mempengaruhi anggota kelompok membentuk gaya
kepemimpinannya. Ada tiga pendekatan utama dalam memahami gaya
kepemimpinan yaitu, pendekatan sifat, perilaku, dan situasional.
1. Pendekatan Sifat
2. Pendekatan Perilaku
Ide penelitian mengenai kepemimpinan dimulai 1945 oleh Biro Urusan dan
Penelitian Ohio State University. Penelitian ini memperoleh gambaran mengenai
dua dimensi utama dari perilaku pemimpin yang dikenal sebagai pembuatan
inisiatif (initiating structure) dan perhatian (consideration). Pembuatan inisiatif
menggambarkan bagaiman seseorang pemimpin memberi batasan dan struktur
terhadap peranannya dan peran bawahannya untuk mencapai tujuan. Adapun
konsiderasi menggambarkan derajat dan corak hubungan pemimpin dengan
bawahannya yang ditandai saling percaya, menghargai, dan menghormati dengan
bawahannya.
18
memperhatiakn bawahan, mereka merasa bahwa setiap karyawan itu penting, dan
menerima karyawan sebagai pribadi. Sementara pemimpin yang menekankan pada
orientasi produksi, sangat memperhatikan produksi dan aspek-aspek teknik kerja,
bawahan dianggap sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi.
c. Jaringan Managemen
19
4) Sistem 4; dinamakan pemimpin yang begaya kelompok partisipatif
(partisipative group). Dalam hai ini, manajer mempunyai kepercayaan yang
sempurna terhadap bawahannya. Dalam setiap persoalam, selalu mengandalkan
bawahan untuk mendapatkan ide dan pendapat, serta mengunakannya secara
konstruktif. Meberikan penghargaan yang bersifat ekonomis berdasarkan
partisipasi kelompok dan keterlibatannya pada setiap urusan. Bawahan secara
mutlak mendapatkan kebebasan untuk membicarakan sesuatu yang bertalian
dengan pekerjaan bersama atasannya.
3. Pendekatan Situasional
Teori ini ini kembangkan oleh Fiedler and Chemers tahun 1950.
Menurutnya seseorang menjadi pemimpin bukan saja karena faktor kepribadian
yang dimiliki, tetapi juga karena berbagai faktor situasi yang saling berhubungan
antara pemimpin dengan situasi. Keberhasilan pemimpin bergantung baik pada diri
pemimpin maupun pada keadaan organisasi. Menurut Fiedler ada tiga dimensi
(faktor) dalam situasi yang mempengaruhi gaya kepemimpinan.
Hubungan ini sangat penting bagi pemimpin, karena hal ini menentukan
bagaimana pemimpin diterima oleh anak buah.
2) Struktur tugas
20
Teori ini dikemukakan oleh Reddin, seorang guru besar Universitas New
Brunswick, Canada. Menurutnya ada tiga dimensi yang dapat dipakai untuk
menentukan gaya kepemimpinan, yaitu perhatian pada produksi atau tugas,
perhatian pada orang, dan dimensi efektivitas. Gaya kepemimpinan Reddin sama
dengan jaringan manajemen, memiliki empat gaya dasar kepemimpinan,
yaitu integrated, related, separated, dan dedicated. Gaya kepemimpinan tersebut
selanjutnya dikelompokan ke dalam gaya efektif dan tidak efektif sebagai berikut.
1) Gaya Efektif
c) Autocrat; gaya ini memberi perhatian yang tinggi pada tugas dan
rendah pada hubungan. Pemimpin menetapkan kebijakan dan keputusan sendiri.
21
Teori ini merupakan pengembangan dari model kepemimpinan tiga
dimensi, yang didasarkan pada hubungan antara tiga faktor, yaitu perilaku tugas
(Task behavior), perilaku hubungan (Relationship behavior), dan kematangan
(Maturity). Dari ketiga faktor tersebut, tingkat kematangan anak buah merupakan
faktor yang dominan. Karena itu, tekanan utama dari teori ini terletak pada perilaku
pemimpin dalam hubungannya dengan anak buah. Menurut teori ini gaya
kepemimpinan akan efektif jika disesuaikan dengan tingkat kematangan anak buah.
Makin matang anak buah, pemimpin harus mengurangi perilaku tugas dan
menambah perilaku hubungan.
Gaya ini diterapkan jika anak buah dalam tingkat kematangan rendah dan
memerlukan petunjuk serta pengawasan yang jelas. Pemimpin dituntut untuk
mengatakan apa, bagaiman, kapan, dan dimana tugas dilakukan.
Gaya ini diterapkan apabila kondisi anak buah dalam taraf rendah sampai
moderat. Mereka telah memiliki kemauan untuk melakukan tugas, tetapi belum
didukung oleh kemempuan yang memadai, sehingga pemimpin selalu memberikan
petunjuk yang banyak.
Gaya ini diterapkan jika kemampuan dan kemeuan anak buah telah tinggi.
Gaya ini disebut mendelegasikan karena anak buah dibiarkan melaksanakan
kegiatan sendiri, melalui pengawasan umum.
C. Manajemen Kepemimpinan
22
kerja menjadi sumber motivasi bagi setiap ang-gota dalam kelompok. Karena
pimpinan selalu menilai kinerja kelompok, bukan individu, maka ma-sing-masing
kelompok akan berusaha memacu kerjasama yang sebaik-baiknya, kalau perlu
dengan menarik-narik teman sekelompoknya yang kurang benar kerjanya.
Kepemimpinan Manajemen tidak selalu membuat keputusan sendiri dalam
segala hal, tetapi hanya melakukannya dalam hal-hal yang akan lebih baik kalau dia
yang memutuskannya. Sisanya diserahkan wewenangnya kepada ke-lompok-
kelompok yang ada di bawah pengawasannya. Hal ini dilakukan terutama untuk
hal-hal yang menyangkut cara melaksanakan pekerjaan secara teknis. Orang-orang
yang ada dalam kelompok-kelompok kerja yang sudah mendapatkan pelatihan dan
sehari-hari melakukan pekerjaan itulah yang lebih tahu bagaimana melakukan
pekerjaan dan karenanya menjadi lebih kompeten untuk membuat keputusan dari
pada sang pimpinan.
Setiap upaya meningkatkan mutu kinerja, apakah itu dalam mengha-silkan
barang atau menghasilkan jasa, pada dasarnya selalu diperlukan adanya perubahan
cara kerja. Jadi kalu diinginkan adanya mutu yang lebih baik jangan takut
menghadapi perubahan, se-bab tanpa perubahan tidak akan terjadi peningkatan
mutu kinerja. Perubahan bisa diciptakan oleh pemimpin, tetapi tidak perlu harus
selalu berasal dari pimpinan, sebab kemampuan pemim-pinpun terbatas. Oleh
karena itu pemimpin justru perlu merangsang timbulnya kreativitas di ka-langan
orang-orang yang dipimpinnya guna menciptakan hal-hal baru yang sekiranya akan
menghasilkan kinerja yang lebih bermutu. Seorang pemimpin tidak selayaknya
memaksakan ide-ide lama yang sudah terbukti tidak dapat menghasilkan mutu
kinerja seperti yang diharap-kan. Setiap ide baru yang dimaksudkan untuk
menghasilkan sesuatu yang lebih bermutu dari manapun asalnya patut disambut
baik. Orang-orang dalam organisasi harus dibuat tidak takut untuk berkreasi, dan
orang yang terbukti menghasilkan ide yang bagus harus diberi pengakuan dan
penghargaan.
Seorang pimpinan Manajemen selalu mendambakan pembaharuan, sebab dia
tahu bahwa hanya dengan pembaharuan akan dapat dihasilkan mutu yang lebih
baik. Oleh karena itu dia harus selalu mendorong semua orang dalam organisasinya
untuk berani melakukan inovasi-inovasi, baik itu menyangkut cara kerja maupun
barang dan jasa yang dihasilkan. Tentu semua itu dilakukan melalui proses uji coba
dan evaluasi secara ketat sebelum diadopsi secara luas dalam organisasi. Sebaliknya
seo-rang pimpinan tidak sepatutnya mempertahankan kebiasaan-kebiasaan kerja
lama yang sudah terbukti tidak menghasilkan mutu seperti yang diharapkan olah
organisasi maupun oleh para pe-langgannya.
Manajemen selalu mengupayakan adanya kerjasama dalam tim, kelompok,
atau dalam unit-unit organisasi. Program-program mulai dari tahap peren-canaan
sampai ke pelaksanaan dan evaluasinya dilaksanakan melalui kerjasama.Pemimpin
23
Manajemen selalu bertindak proaktif yang bersifat preventif dan an-tisipatif.
Pemimpin Manajemen tidak hanya bertindak reaktif yang mulai mengambil
tindakan bila su-dah terjadi masalah. Pimpinan yang proaktif selalu bertindak untuk
mencegah munculnya masa-lah dan kesulitan di masa yang akan datang. Setiap
rencana tindakan sudah difikirkan akibat dan konsekuensi yang bakal muncul, dan
kemudian difikirkan bagaimana cara untuk mengeliminasi hal-hal yang bersifat
negatif atau sekurang berusaha meminimalkannya. Dengan demikian ke-hidupan
organisasi selalu dalam pengendalian pimpinan dalam arti semua sudah dapat diper-
hitungkan sebelumnya, dan bukannya memungkinkan munculnya masalah-masalah
secara me-ngejutkan dan menimbulkan kepanikan dalam organisasi. Tindakan yang
reaktif biasanya sudah terlambat atau setidaknya sudah sempat menimbulkan
kerugian atau akibat negatif lainnya.
Sudah dikatakan sebelumnya bahwa orang adalah sumberdaya yang paling
utama dan paling berharga dalam setiap organisasi. Oleh karena itu SDM harus
selalu mendapat perhatian yang besar dari pimpinan Manajemen dalam arti selalu
diupa-yakan untuk lebih diberdayakan agar kemampuan-kemampuannya selalu
meningkat dari waktu ke waktu.
Dengan kemampuan yang meningkat itulah SDM itu dapat diharapkan untuk
mening-katkan mutu kinerjanya. Program-program pelatihan, pendidikan dan lain-
lain kegiatan yang bersifat memberdayakan SDM harus dilembagakan dalam arti
selalu direncanakan dan dilaksa-nakan bagi setiap orang secara bergiliran sesuai
keperluan dan situasi
Bila berbicara tentang mutu tentu akan terlintas adanya mutu yang tinggi dan
mutu yang rendah. Bila dikatakan bahwa kinerja suatu organisasi itu tinggi tentu
karena dibandingkan dengan mutu organisasi lain yang kenyataannya lebih rendah.
Artinya mutu tentang segala sesuatu itu sifatnya relatif, bukan absolut. Setidaknya
begitulah pengertian mutu menurut Manajemen. Pimpinan dalam Manajemen
dianjurkan melakukan pem-bandingan dengan organisasi lain, membandingkan
mutu organisasinya dengan mutu organisasi lain yang sejenis. Kegiatan ini disebut
benchmarking.
Pimpinan Manajemen selalu berusaha menya-mai mutu kinerja organisasi
lain dan kalau bisa bahkan berusaha melampaui mutu organisasi lain. Bila pimpinan
berbicara tentang mutu organisasi lain dan kemudian ingin menyamai atau melebihi
mutu organisasi lain itu, berarti pmpinan itu berbicara tentang persaingan. Setiap
organisasi berusaha mendapatkan pelanggan yang lebih banyak dan yang berciri
lebih baik. Usaha ini hanya akan berhasil kalau organisasi itu mampu berkinerja
yang mutunya lebih tinggi dari organisasi lain. Ini persaingan. Manajemen
dikembangkan untuk memenangkan persaingan. Oleh karena itu pimpinan
Manajemen selalu harus menyadari adanya persaingan dan berbicara tentang itu
dengan orang-orang dalam organisasinya.
24
Karakter suatu organisasi tercermin dari pola sikap dan perilaku orang-
orangnya. Sikap dan perilaku organsasi yang cenderung menim-bulkan rasa senang
dan puas pada fihak pelanggan-pelanggannya perlu dibina oleh pimpinan.
Demikian pula budaya organisasi yang menjunjung tinggi nilai-nilai tertentu yang
relevan dengan mutu yang diinginkan oleh organisasi itu juga perlu dibina.
Misalnya dalam lembaga pendidikan perlu dikembangkan budaya yang menjunjung
tinggi nilai-nilai belajar, kejujuran, kepelayanan, dan sebagainya.
Nilai-nilai yang merupakan bagian dari budaya organisasi itu harus menjadi
pedoman dalam bersikap dan berperilaku dalam organisasi. Namun demikian ka-
rakter dan budaya organisasi itu hanya akan tumbuh dan berkembang bila iklim
organisasi itu menunjang. Olah karena itu pimpinan juga harus selalu membina
iklim organisasinya agar kon-dusif bagi tumbuh dan berkembangnya karakter dan
budaya organisasi tadi. Misalnya dengan menciptakan dan melaksanakan sistem
penghargaan yang mendorong orang untuk bekerja dan berprestasi lebih baik. Atau
pimpinan yang selalu berusaha berperilaku sedemikian rupa hingga dapat menjadi
model yang selalu dicontoh oleh orang-orang lain.
Pemimpin Manajemen tidak berusaha memusatkan kepemimpinan pada
dirinya, tetapi akan menyebarkan kepemimpinan itu pada orang-orang lain, dan
hanya me-nyisakan pada dirinya yang memang harus dipegang oleh seorang
pimpinan. Kepemimpinan yang dimaksudkan adalah pengambilan keputusan dan
pengaruh pada orang lain. Pengambilan tentang kebijaksanaan organisasi tetap
ditangan pimpinan-atas, dan lainnya yang bersifat operasional atau bersifat teknis
disebarkan kepada orang-orang lain sesuai dengan kedudukan dan tugasnya. Dalam
banyak hal bahkan pengambilan keputusan itu diserahkan kepada tim atau
kelompok kerja tertentu.
Dengan demikian ketergantungan organisasi pada pimpinan akan sangat
kecil, tetapi sebagian besar dari orang-orang dalam organisasi itu memiliki
kemandirian yang tinggi. Kondisi semacam ini tentu saja akan tercapai melalui
penerapan Manajemen yang baik dan benar, dan setelah melalui proses pembinaan
yang panjang. Makin banyak dari kesepuluh ciri itu yang diterapkan oleh pimpinan
Manajemen semakin baiklah mutu kepemimpinannya, dalam arti makin baiklah
suasana kerja yang kondusif untuk terciptanya mutu, dan makin kuatlah dorongan
yang diberikan kepada orang-orang dalam orga- nisasinya untuk meningkatkan
mutu kinerjanya. Kesepuluh hal tersebut perlu dihayati dan di-praktekkan oleh
semua pimpinan , dari yang tertinggi sampai yang terrendah, sehingga akhirnya
akan menjelma menjadi pola tindak yang normatif dari semua unsur pimpinan.
25
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
b. Saran
makalah ini membutuhkan kritik dan saran terkait penjelasan tentang sistem
26
perencanaan dan kepemimpinan di dalamnya. Untuk ke depannya referensi yang
27
DAFTAR PUSTAKA
Thoha, Mifah 2006. Kepemimpinan Dalam Manajemen. Edisi ke-1 Jilid ke-11
Jakarta. Grafindo Persada
28